LBP Victor

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. LBP merupakan salah satu alasan utama untuk tidak bekerja, dan setiap tahunnya jutaan hari kerja hilang akibat LBP. Kejadian LBP di Inggris dan Amerika Serikat telah mencapai proporsi endemik. Survei yang telah dilakukan melaporkan bahwa 17,3 juta orang di Inggris pernah mengalami LBP dan dari jumlah itu 1,1 juta orang mengalami kelumpuhan akibat LBP. 1 Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia memang belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia lebih dari 65 tahun pernah menderita LBP, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. 2 Puncak insidensi LBP adalah usia 45-60 tahun. 3 LBP adalah suatu sindrom nyeri yang terjadi pada punggung bagian bawah akibat berbagai penyebab. Hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya LBP adalah kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal, atau akibat penyakit tertentu seperti penyakit degeneratif. Aktivitas sehari-hari yang menuntut banyak gerak ke depan maupun membungkuk, duduk, berdiri terlalu lama atau postur batang tubuh lainnya yang janggal dapat mengakibatkan nyeri pinggang non spesifik. 3 1

description

Low Back Pain

Transcript of LBP Victor

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangLow back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. LBP merupakan salah satu alasan utama untuk tidak bekerja, dan setiap tahunnya jutaan hari kerja hilang akibat LBP. Kejadian LBP di Inggris dan Amerika Serikat telah mencapai proporsi endemik. Survei yang telah dilakukan melaporkan bahwa 17,3 juta orang di Inggris pernah mengalami LBP dan dari jumlah itu 1,1 juta orang mengalami kelumpuhan akibat LBP.1 Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia memang belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia lebih dari 65 tahun pernah menderita LBP, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.2 Puncak insidensi LBP adalah usia 45-60 tahun.3 LBP adalah suatu sindrom nyeri yang terjadi pada punggung bagian bawah akibat berbagai penyebab. Hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya LBP adalah kebiasaan duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal, atau akibat penyakit tertentu seperti penyakit degeneratif. Aktivitas sehari-hari yang menuntut banyak gerak ke depan maupun membungkuk, duduk, berdiri terlalu lama atau postur batang tubuh lainnya yang janggal dapat mengakibatkan nyeri pinggang non spesifik.3 Kesalahan posisi tubuh dalam bekerja merupakan penyebab LBP pada 90% kasus LBP saat ini.4LBP dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler atau keduanya yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks pada satu atau beberapa radiks lumbosakral yang dapat disertai dengan kelemahan motorik, gangguan sensorik dan menurunnya refleks fisiologik.5 Nyeri yang berasal dari punggung bagian bawah ini dapat menjalar ke daerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). LBP akut merupakan bentuk yang paling sering ditemui. Sembilan dari sepuluh penderita LBP akut akan sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 8-12 minggu, namun tidak sedikit pula yang kemudian akan menjadi kronis dan menimbulkan disabilitas (cacat).4 LBP pada penderita dewasa tua, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.3

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. DefinisiLBP adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya.6 LBP atau nyeri punggung bagian bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.7

B. Anatomi dan FisiologiUntuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada LBP maka harus dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang khususnya regio lumbosakral.1. Kolumna VertebralisKolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari:a. Segmen anteriorSegmen ini berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru karena bentuknya yang unik. Mulai dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus. Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5 S1 lebar ligamen hanya tinggal separuh dari asalnya. Hal ini menyebabkan daerah L5 S1 mempunyai daerah lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri diskus, daerah yang tidak terlindung oleh ligamen longitudinal posterior, sehingga nyata terlihat, bahwa tingkat L5 S1 merupakan daerah paling rawan.8

Gambar 1. Segmen anterior kolumna vertebralis.9b. Segmen posteriorBagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus, dan prosesus spinosus. Satu segmen posterior dengan segmen posterior lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Hasil peninjauan dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi. Gerakan fleksi-ekstensi juga merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Berbeda dengan bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.8

Anterior column Posterior columnGambar 2. Segmen anterior dan posterior kolumna vertebralis.10

c. Diskus IntervertebraStruktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan LBP adalah diskus intervertebra. Diskus intervertebra bukan hanya berfungsi sebagai penyangga beban, tetapi juga sebagai peredam kejut. Diskus intervetebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman seratserat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip silinder. Tepi atas dan bawah melekat pada end plate vertebra sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Perubahan baik menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus mulai tampak menjelang usia dekade kedua. Serat-serat fibroelastik terputus pada beberapa tempat, sebagian rusak, sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.8 (lihat gambar 3).

Gambar 3. Diskus Intervetebra.10

C. EpidemiologiPrevalensi LBP di Inggris pada populasi lebih kurang 16,5 juta per tahun, yang melakukan konsultasi ke dokter umum ialah antara 3-7 juta orang. Penderita LBP yang berobat jalan berkisar 1,6 juta orang dan yang dirawat di rumah sakit berkisar 100.000 orang, serta yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang pertahunnya. Laporan di Amerika Serikat sekitar 60-80% orang dewasa pernah mengalami LBP, keadaan ini menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya pengobatan dan kehilangan jam kerja. Sebuah studi cross sectional di Denmark dilakukan dengan subjek berusia 12-41 tahun didapatkan bahwa angka kejadian LBP meningkat tajam pada usia remaja (lebih awal terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki). Berbeda dengan di Australia, angka kejadian LBP lebih sering terjadi pada usia dewasa, dimana 20,7% dari populasi perempuan dan 21% dari populasi laki-laki. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia lebih dari 65 tahun pernah menderita nyeri punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.2

D. EtiologiBerdasarkan klinis LBP dibagi dalam 4 kelompok:81. LBP oleh faktor mekanika. LBP oleh mekanik akutBiasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui batas kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu yang terlampau lama.b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit tinggi.2. LBP oleh faktor organika. LBP osteogenik1) Radang 2) Trauma3) Keganasan4) Kongenitalb. LBP diskogenikProses primer pada LBP ini terletak pada diskus intervertebralis. Bentuk dan gangguan yang sering dijumpai ialah:1) Spondilosis: suatu proses degenerasi progresif diskus intervertebralis. Keadaan ini menimbulkan nyeri yang berasal dari dua macam sumber:a) Osteoartritisb) Radikulitis jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati foramen intervertebra yang menyempit. Sebenarnya nyeri tidak bersumber pada tekanan radiks secara langsung, melainkan dari tekanan sarung duramater yang mengakibatkan iskemik dan inflamasi.2) Hernia Nukleus Pulposus (HNP)a) Hernia posterosentral, mengakibatkan LBP oleh penekanan ligamen longitudinal posterior.b) Hernia posterolateral, sangat mungkin melibatkan radiks karena ke arah posterolateral ini tidak ada perlindungan ligamen longitudinal posterior. Timbul LBP disertai iskias.3) Spondilitis ankilosaBiasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku. Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan pergerakan. Khas ditemukan gambaran ruas-ruas bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan radiologik.4) LBP neurogenika) Neoplasmab) Arakhnoiditisc) Stenosis kanal3. Nyeri Rujukan4. Nyeri Psikogenik

E. Faktor Risiko111. UsiaBiasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima, bahkan semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.2. Jenis KelaminLaki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap LBP sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya LBP, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya LBP.3. Status AntropometriOrang yang memiliki berat badan lebih berisiko terjadi LBP, karena kelebihan berat badan akan disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja segmen vertebra lumbal. Tulang belakang akan tertekan saat menerima beban sehingga memudahkan terjadi kerusakan dan bahaya bagi struktur tulang belakang.

4. PekerjaanFaktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama ialah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.5. Aktivitas atau olahragaKebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan LBP, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Beberapa aktivitas lain seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk, seperti menonton televisi lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari dapat juga meningkatkan risiko timbulnya LBP.6. Kebiasaan merokokMerokok diduga dapat menyebabkan gangguan peredaran darah, berupa vasokonstriksi pada jaringan lunak sekitar tulang vertebra.7. Abnormalitas struktur tulang belakangKetidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lordosis, maupun kifosis, merupakan faktor risiko untuk terjadinya LBP.8. Riwayat trauma tulang belakangTerdapat hubungan riwayat trauma tulang belakang dengan angka kejadian LBP. Fraktur vertebra pada segmen vertebra lumbosakral yang pernah terjadi semakin memperbesar angka kejadian LBP di kemudian hari.

F. Gambaran KlinikKeluhan nyeri punggung bawah dapat menjalar dan tidak menjalar. Tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak menjalar, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal pada otot pinggang. Tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha, belakang tumit dan telapak kaki. Nyeri yang menjalar ke arah daerah leher dapat dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan pergerakan. Nyeri yang menjalar ke arah bokong, paha, belakang tumit hingga telapak kaki dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang khas pada penderita HNP.12

G. DiagnosisDiagnosis klinis LBP didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neuromuskular, serta pemeriksaan penunjang.AnamnesisHal-hal yang perlu diketahui dalam anamnesis:131. AwitanPenyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang salah. Kemungkinan terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap. 2. Lama dan frekuensi serangan LBP akibat mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu. 3. Lokasi dan penyebaran Kebanyakan LBP akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran yang tetap.4. Faktor yang memperberat atau memperinganKeluhan pada lesi mekanis berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Penderita HNP yang duduk agak bungkuk akan memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsalva juga akan memperberat nyeri. Nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring ditemukan pada penderita tumor.5. Kualitas atau intensitasPenderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, serta diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif singkat, seperti membungkuk atau memungut barang yang ringan. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tidur atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningkatnya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, begitu juga ketika batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.Pemeriksaan Fisik1. InspeksiPerhatikan cara berjalan, berdiri, duduk, dan inspeksi daerah punggung. Perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, jalur spasme otot paravertebra, deformitas, atau kifosis.142. PalpasiPalpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu procesus spinosus, deformitas, atau adanya spasme otot paravertebra).14Pemeriksaan Neurologi Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus LBP adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.1. Pemeriksaan motorikPeriksalah apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Bila ada kelumpuhan, segmen mana yang terganggu.142. Pemeriksaan sensorikPemeriksaan sensorik meliputi sensasi nyeri, suhu, sikap, getar dan rasa tekan yang dalam.14 Tes Provokasi Tes Laseque (Straight Leg Raise)15 Pasien : Berbaring terlentang di atas meja dengan kedua kaki dan panggul sejajar dengan meja.Pemeriksa : Mengangkat satu kaki (fleksi sendi panggul) perlahan dari 0o -70o sementara kaki dan panggul yang lain tetap sejajar dengan meja.Positive test : Timbul nyeri atau mati rasa menjalar ke kaki ketika sudut dalam rentang 30o-60o; sesuai dengan gangguan (iritasi) saraf iskiadika (L5 atau S1) pada nyeri pinggang. Nyeri punggung yang tidak menjalar / nyeri bokong / nyeri panggul bukan hasil positif.Catatan : 1. Pada sudut < 30o, peregangan pada saraf belum cukup untuk menyebabkan iritasi.2. Pada sudut yang menimbulkan gejala, pemeriksa dapat memfleksikan lutut 10o-20o untuk mengurangi gejala.

Gambar 4. Tes laseque.16

Tes Bragard15 Tes ini merupakan tes lanjutan dari tes laseque yang hasilnya positif.Pemeriksa : Turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika dirasakan rasa nyeri menjalar dan secara cepat dorsofleksikan telapak kaki. Positive test : Timbul nyeri atau mati rasa menjalar ke kaki (nyeri radikuler) ketika sudut < 60o.

Gambar 5. Tes bragard.17

Tes Sicard15Tes ini merupakan tes lanjutan dari tes laseque yang hasilnya positif. Pemeriksa : Turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika dirasakan rasa nyeri menjalar dan secara cepat dorsofleksikan ibu jari kaki. Positive test : Timbul nyeri atau mati rasa menjalar ke kaki (nyeri radikuler) ketika sudut < 60o. Tes Valsalva14Pasien : Menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuat-kuatnya.Positive test : Timbul nyeri radikuler (menjalar)

Gambar 6. Tes valsalva.18

Tes Patrick (FABERE)15Pasien : Berbaring terlentang dengan tumit ipsilateral pada lutut kontralateral (pasien menempatkan satu kaki untuk membentuk angka 4). Posisi awalnya, yaitu panggul yang diuji dalam posisi fleksi, abduksi, dan rotasi eksternal.Pemeriksa : Menekan ke bawah bagian tengah lutut tungkai yang diuji untuk memperluas panggul sambil menstabilkan panggul kontralateral.Positive test : Timbul nyeri di sendi sakroiliaka kontralateral atau pangkal paha/panggul ipsilateral, sesuai dengan gangguan sendi sakroiliaka ketika nyeri di sekitar sendi sakroiliaka; gangguan panggul ketika nyeri di pangkal paha.Catatan : FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi. Tes Kebalikan Patrick (FADIRE)15Pasien : Berbaring terlentang dengan tungkai ditekukkan 90o pada sendi lutut dan panggul, tungkai dirotasikan ke dalam hingga melewati paha tungkai sebelahnya.Pemeriksa : Menekan tungkai yang tertekuk ke arah bawahPositive test : Timbul nyeri di sendi sakroiliaka kontralateral atau pangkal paha/panggul ipsilateral, sesuai dengan gangguan sendi sakroiliaka ketika nyeri di sekitar sendi sakroiliaka; gangguan panggul ketika nyeri di pangkal paha.Catatan : FADIRE merupakan singkatan dari fleksi, adduksi, rotasi internal, dan ekstensi.

Pemeriksaan PenunjangBeberapa macam metode diagnostik yang dapat digunakan untuk memastikan penyebab LBP:191. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.2. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.3. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu).

H. Penatalaksanaan1. Medikamentosa. Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Umumnya digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi di samping analgetik misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik, serta tranquilizer minor yang bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri dapat juga digunakan.82. Program Rehabilitasi Medik.8a. LBP oleh faktor mekanik akutTirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat, dan bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.b. LBP oleh faktor mekanik kronisHiperlordosis merupakan dasar patofisiologis nyeri pada keadaan ini, sehingga tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.Tujuan pemberian latihan, yaitu:i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuhii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung.Prinsip pemberian latihan, yaitu:i. Latihan penguatan dinding perut otot gluteus maksimusii. Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot punggung dan hamstringTeknik latihan:i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Tekan pinggang hingga menempel dasar dengan kekuatan otot perut, kemudian angkat pinggul ke atas sementara posisi pinggang tetap dipertahankan melekat pada dasar. Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot gluteus maksimus.ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Angkatlah kepala dan bahu hingga dagu menempel di dada dengan kedua belah tangan di dada.iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Tarik salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan bahu seolah-olah hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai satunya.iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus.v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari dinding. Tekan pinggang ke arah dinding hingga tidak ada lagi celah antara pinggang dan dinding.c. LBP karena fraktur kompresiDikenal 2 macam penanganan : KonservatifTirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi dengan korset untuk 4-6 minggu lagi, bila jenis fraktur stabil. Tirah baring yang lebih lama (6-8 minggu) diperlukan bila frakturnya tidak stabil. OperasiTindakan operatif merupakan indikasi bila kedudukan fragmen fraktur jelek, sedangkan reposisi sulit dilakukan secara konservatifd. LBP akibat HNPPenanganannya ialah konservatif Tirah baring selama 3-5 hari di atas tempat tidur dengan alas yang keras selama fase akut, dengan posisi semi Fowler: setengah duduk dengan sedikit pada sendi lutut dan panggul. FisioterapiBiasanya diberikan Short Wave Diathermy (SWD) bila tidak kontra indikasi berupa : tumor, gangguan sensibilitas, dan implantasi metal.

Traksi pelvisTujuannya untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis dan meregangkan diskus yang menyempit.Tindakan operatif diindikasikan jika:a. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi).b. Adanya gangguan neurologis yang progresif, berupa kelemahan otot.

Edukasi pasien Proper back mechanisma) Posisikan kepala di titik tertinggi, bahu diletakkan sedikit ke belakang.b) Duduk tegak 90 derajat.c) Gunakanlah sepatu yang nyaman.d) Istirahatkan kaki di lantai atau apa saja yang menurut anda nyaman, jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama,.e) Taruhlah bantal di bawah lutut, jika mempunyai masalah dengan tidur, atau jika tidur menyamping, letakkanlah bantal di antara kedua lutut.f) Hindari berat badan yang berlebihan.

BAB IIILAPORAN KASUSA. Identitas PasienNama : Ny. PTUmur : 45 tahun Jenis kelamin : PerempuanPekerjaan: IRTAlamat : Singkil Lingkungan 1Agama : Kristen ProtestanSuku : TagulandangKebangsaan : IndonesiaTanggal periksa : 31 Maret 2015

B. AnamnesisKeluhan utamaNyeri punggung bawah Riwayat penyakit sekarang:Nyeri punggung bawah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan terasa memberat sejak 1 minggu terakhir. Nyeri bersifat tajam seperti ditusuk, durasi kurang lebih 5 menit. Nyeri tidak menjalar, saat batuk atau mengedan tidak timbul nyeri. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri timbul secara tiba-tiba ketika beraktivitas berat seperti mengangkat air dengan ember. Nyeri juga bertambah saat penderita beraktivitas terutama dalam posisi membungkuk, seperti mencuci pakaian, mengepel dan menyapu lantai, serta berdiri lama. Nyeri menghilang saat penderita tidur terlentang. Tidak ada riwayat trauma. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat penyakit dalam keluarga: Hanya penderita yang sakit seperti iniRiwayat penyakit dahulu: Tidak terdapat riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan asam urat. Tidak ada riwayat demam dan batuk lama. Tidak ada riwayat tumor atau kanker. Terdapat riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, dan rutin mengkonsumsi obat Amlodipin. Riwayat kebiasaan: Penderita merupakan seorang ibu rumah tangga dimana memiliki kebiasaan beraktivitas berat, seperti mengangkat air dengan ember dan banyak melakukan aktivitas dalam posisi membungkuk, seperti mencuci pakaian, mengepel dan menyapu lantai.Riwayat sosial ekonomiPenderita sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Suami penderita bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Penderita merupakan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Penderita memiliki rumah 1 lantai, beratap seng, berdinding beton, lantai keramik, dan menggunakan kloset jongkok. Sumber penerangan listrik berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sumber air dari Perusahaan Air Minum (PAM).Riwayat psikologisPenderita merasa cemas dengan nyeri yang dirasakan, karena mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya. Penderita bersifat terbuka dan komunikatif.

C. Pemeriksaan FisikStatus generalisKesadaran: compos mentisGCS: E4V5M6TB: 145 cmBB: 61 kgIMT: 29 kg/m2 (overweight)Tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg; nadi 94 kali/menit (reguler, isi cukup), respirasi 22 kali/menit, torakoabdominal, suhu 36,5o CVisual Analogue Scale (VAS):

0 3 10Kulit: warna sawo matang, jaringan parut (-), pigmentasi (-), turgor kulit kembali cepat, edema (-), ikterik (-), anemis (-), sianosis (-)Kepala dan leherKepala: normosefal, ubun-ubun besar datar, rambut hitam tidak mudah dicabutMata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, gerakan normal ke segala arah, tekanan bola mata kesan normal pada palpasi, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm 3 mm, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-), nistagmus (-/-)Telinga : bentuk normal, sekret (-)Hidung : bentuk normal, sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)Mulut : Bibir tidak sianosis, mukosa basah, beslag (-), karies gigi (-), perdarahan gusi (-), bau pernapasan foetor (-)Tenggorokan : tonsil T1 T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis (-)Leher: trakea letak di tengah, pembesaran KGB tidak ada, kaku kuduk (-)Toraks: bentuk simetris kanan = kiri, tidak tampak deformitas, ruang interkostal tidak melebar, retraksi (-)Paru-paruInspeksi : pergerakan nafas simetris kanan = kiri, retraksi (-) Palpasi : sela iga tidak melebar, pergerakan dada tidak ada yang tertinggal, vokal fremitus kanan = kiriPerkusi: sonor dikedua lapangan paruAuskultasi: suara pernafasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-JantungInspeksi: iktus kordis tidak tampakPalpasi: iktus kordis teraba di linea midklavikularis kiri pada ruang sela iga VPerkusi: batas kiri pada linea midklavikularis sinistra, batas kanan pada linea parasternalis dekstra, batas atas setinggi sela iga II-IIIAuskultasi: frekuensi detak jantung 84 kali/menit, suara jantung I-II reguler, bising (-)AbdomenInspeksi: cembung Palpasi: cembung, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak terabaPerkusi: pekak berpindah (-)Auskultasi: bising usus dalam batas normalEkstremitas: akral hangat, deformitas (-), atrofi (-), edema (-), CRT 2,

Status lokalisRegio Lumbosakral Inspeksi: simetris (+), deformitas (-), edema (-), rubor (-) Palpasi: spasme otot paravertebra lumbosakral di regio L2-L5, nyeri tekan (-) Pemeriksaan status motorikPemeriksaanSuperiorInferior

DekstraSinistraDekstraSinistra

GerakanKekuatan OtotTonus ototRefleks fisiologisRefleks patologisSensibilitasNormal5/5/5/5Normal(+) Normal-NormalNormal5/5/5/5Normal(+) Normal-NormalNormal5/5/5/5Normal(+) Normal-NormalNormal5/5/5/5Normal(+) Normal-Normal

SegmenMiotomDermatom

DekstraSinistraDekstraSinistra

L1--22

L25522

L35522

L45522

L55522

S15522

Pemeriksaaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)LGS HipDekstraSinistraNormal

Fleksi-Ekstensi120o-0o-25o125o-0o-30o125o-0o-30o

Rotasi internal-eksternal35o-0o-55o40o-0o-60o40o-0o-60o

Abduksi-Adduksi40o-0o-35o40o-0o-35o40o-0o-35o

LGS TrunkusDekstraSinistraNormal

Fleksi-Ekstensi 100o-0o-30o110o-0o-30o

Laterofleksi35o-0o-35o35o-0o-35o

Rotasi40o-0o-40o 45o-0o-45o

Tes Provokasi :TesDekstraSinistra

Laseque / SLR(-)(-)

Braggard(-)(-)

Sicard(-)(-)

Patrick(-)(-)

Kontra Patrick(-)(-)

Valsalva(-)

D. Pemeriksaan penunjangFoto rontgen vertebra lumbosakral AP/lateral

Kesimpulan foto rontgen : Kurvatura lordotik lumbal agak melurus Spondilosis lumbalisE. ResumePerempuan 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 tahun yang lalu dan terasa memberat 1 minggu terakhir. Nyeri bersifat tajam seperti ditusuk, durasi kurang lebih 5 menit. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri timbul secara tiba-tiba ketika beraktivitas berat seperti mengangkat air dengan ember. Nyeri juga bertambah saat penderita beraktivitas terutama dalam posisi membungkuk, seperti mencuci pakaian, mengepel dan menyapu lantai, serta berdiri lama. Nyeri menghilang saat penderita tidur terlentang. Terdapat riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, dan rutin mengkonsumsi obat Amlodipin. Pemeriksaan fisik umum didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 94 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, suhu 36,8C dan VAS 3. Pemeriksaan status lokalis regio lumbosakral didapatkan spasme otot paravertebra lumbosakral di regio L2-L5. Hasil foto rontgen vertebra lumbosakral AP/lateral didapatkan kurvatura lordotik lumbal agak melurus dan spondilosis lumbalis.

F. DiagnosisDiagnosis Klinis:Low back pain Diagnosis Etiologi:Mekanik kronikDiagnosis Topis:Otot paravertebra lumbosakralDiagnosis Fungsional:Impairment : nyeri punggung bawahDisability : gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), seperti mencuci pakaian, mengepel, menyapu lantai, dan berdiri lama.Handicap : -

G. Problem Rehabilitasi Nyeri punggung bawah (VAS 3) Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti mencuci pakaian, mengepel, menyapu lantai, dan berdiri lama. Kecemasan

H. PenatalaksanaanRencana program :1. FisioterapiEvaluasi : Nyeri punggung bawah (VAS 3) Spasme otot paravertebra lumbosakral di regio L2-L5Program: Micro Wave Diathermy (MWD) regio lumbosakral Back exercise2. Okupasi terapiEvaluasi : Nyeri punggung bawah (VAS 3) Gangguan AKSProgram : Proper back mechanism3. Ortotik prostetikEvaluasi : Nyeri punggung bawah (VAS 3) Gangguan AKSProgram : Belum diperlukan saat ini.4. PsikologiEvaluasi : pasien merasa cemas dengan kondisinyaProgram : Memberi dukungan mental dan motivasi kepada penderita agar rajin berlatih di rumah sesuai proper back mechanism dan kontrol secara teratur di Instalasi Rehabilitasi Medik. Memberi dukungan mental kepada penderita dan keluarga penderita agar tidak cemas dengan penyakit yang dideritanya.5. Sosial medikEvaluasi : Tinggal di rumah 1 lantai Biaya sehari-hari cukup Biaya pengobatan oleh BPJS.

Program: Memberikan edukasi dan dukungan pada penderita dan keluarga penderita agar penderita rajin melakukan terapi dan kontrol secara teratur di Instalasi Rehabilitasi Medik. Memberikan edukasi dan dukungan pada penderita dan keluarga penderita agar penderita rajin melakukan home program. Memberikan edukasi mengenai lingkungan rumah. 6. Edukasi (Home program)Proper Back MechanismWaktu beraktivitas: Jangan melakukan aktivitas dengan posisi membungkuk. Mengangkat benda yang berat harus diletakan di bagian depan.Waktu berdiri : Selingilah dengan periode duduk sebentar, bila berdiri dalam waktu lama,. Jangan membungkuk tapi tekuklah pada lutut (jongkok), bila mengambil sesuatu di tanah / lantai.

Gambar 7. Posisi mengambil barang di laci.20

Waktu berjalan : Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa. Waktu duduk : Busa kursi jangan terlalu lunak. Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang punggung. Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk lutut lebih rendah dari paha. Seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi saat duduk.

Gambar 8. Posisi duduk dan cara mengambil barang.20

Gambar 9. Posisi duduk membaca dan bekerja.20

Waktu tidur : Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, sebaiknya menggunakan alas tidur yang cukup keras untuk menjaga agar kelengkungan tulang belakang tidak mengecil, tetapi cukup lunak untuk mengisi lengkung-lengkung tulang belakang tersebut.

Gambar 10. Posisi tidur dan cara bangun tidur.20

I. PrognosisQua ad vitam: dubia ad bonamQua ad sanationam: dubia ad bonamQua ad functionam: dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA1. Septiawan H. Faktor berhubungan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bangunan. Unnes Journal of Public Health. 2013.

2. Yanra EP, Justitia B, Apriyanto. Gambaran penderita nyeri punggung bawah di poliklinik bedah RSUD Raden Mattaher Jambi. Artikel ilmiah. Jambi: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi; 2013.

3. Wicaksono B. Faktor yang berhubungan dengan gangguan nyeri punggung bawah pada bidan saat menolong proses persalinan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. 2012.

4. Pratiwi M, Setyaningsih Y, Kurniawan B, Martini. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada penjual jamu gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2009;4(1):61-67.

5. Rempe Y. Kesesuaian derajat penekanan radiks saraf pada MRI lumbosakral pfirmann dengan derajat nyeri skiatika berdasarkan VAS pada penderita hernia nukleus pulposus. Thesis. Makassar: Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2010.

6. Umami AR, Hartanti RI, Dewi A. Hubungan antara karakteristik responden dan sikap kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja batik tulis. Jurnal Pustaka Kesehatan. 2014;2(1):72-8.

7. Ehrlich EG. Low back pain. Bulletin of the World Health Organization. 2003;81:671-76.

8. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI, Gessal J. Low back pain. Bahan Kuliah Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK UNSRAT. Manado. 2006. p: 79-90.

9. Cooper PG. Low back pain. Columbia: McKesson Health Solution LLC; 2004.

10. Anonim. Anatomi dan fisiologi tulang belakang [serial online]. 2013 [cited 2015 Mar 30]. Available from: http://rsop.co.id/orthopaedi/anatomi-dan-fisiologi-tulang-belakang-bagian-1.

11. Latif AR. Nyeri punggung bawah [serial online]. 2011 [cited 2015 Mar 30]. Available from: http://www.krakataumedika.com/nyeri-punggung-bawah/.

12. Priguna S. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek. Jakarta: Dian Rakyat, 2006; h: 34-41.13. Tunjung R. Diagnosis dan penatalaksanaan nyeri punggung bawah di puskesmas [serial online]. Mei 2009 [cited 2015 Mar 30]. Available from: http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-dan-penatalaksanaan-nyeri-punggung-bawah-di-puskesmas/.

14. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Fusco C, Trevisan C. Rehabilitation of lumbar spine disorders. In: Frontera WR, Delisa JA, Grans BM, Etau, editors. Physical Medicine Rehabilitation (Fifth Edition). Philadelpia: Lippincolt; 2010; 33:861.

15. Miller A, Heckert KD, Davis BA. The 3-minute musculoskeletal & peripheral nerve exam. New York: Demos Medical Publishing, 2009; p. 45-64.

16. Miguel AJ. Teste de lasegue [serial online]. 2013 Jan 13 [cited 2015 Mar 30]. Available from: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/teste-de-lasegue/.

17. Anonim. Test di bragard [serial online]. 2009 [cited 2015 Mar 30]. Available from: http://dottoraus.blogspot.com/2009/07/test-di-bragard.html.

18. Anonim. The valsalva manuver [serial online]. 2011 [cited 2015 Mar 30]. Available from:http://fervorate.tumblr.com/post/408007205.

19. Harsono. Kapita selekta neurologi (Edisi Kedua).Yogyakarta: Gajahmada University Press, 2007.

20. Anonim. Proper body mechanics [serial online]. 2014 [cited 2015 Mar 30]. Available from: http://www.piedmont.org/media/file/ProperBodyMechanics.pdf.

Anamnesis dengan penderita

Samping Belakang

9