LP Kasus 2-Halusinasi

15
KASUS TUTORIAL PROFESI JIWA Kasus II Pasien A, laki-laki, berumur 30 tahun, status belum menikah, dirawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa. Saat dikaji perawat, pasien diisolasi di ruang khusus. Pasien tampak tidak rapi, rambut acak-acakan, kuku hitam. Pasien juga tampak jalan mondar- mandir, gelisah, bicara ngawur, tertawa sendiri, kontak mata kurang. Klien mengatakan “ Suster saya mendengar suara – suara yang menyuruh bunuh diri”, “Pasien sering mengatakan “Saya tidak berguna , tidak berarti lagi, pacar saya meninggalkan saya karena saya miskin”. Lebih lanjut lagi pasien mengatakan bahwa sahabatnya mengguna-guna pacarnya dan merebut semua kekayaan dirinya. Menurut perawat ruangan, dua hari yang lalu pasien dibawa keluarga ke RSJ karena sudah 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak mau keluar dari kamar dan tidak mau melakukan aktifitas seperti biasanya, dan sering bicara sendiri. Menurut keluarga, tahun 2002 pasien di PHK, setahun kemudian tunangannya menikah dengan sahabatnya, dan ibunya meninggal karena sakit jantung. Sejak saat itu pasien sering menyendiri, mudah tersinggung. Kalau marah, pasien sering melampiaskannya dengan melukai dirinya sendiri, seperti membenturkan kepala. Tahun 2005, pasien juga pernah dirawat di RSJ. LAPORAN PENDAHULUAN 1

Transcript of LP Kasus 2-Halusinasi

Page 1: LP Kasus 2-Halusinasi

KASUS TUTORIAL PROFESI JIWA

Kasus II

Pasien A, laki-laki, berumur 30 tahun, status belum menikah, dirawat di ruang akut Rumah Sakit

Jiwa. Saat dikaji perawat, pasien diisolasi di ruang khusus. Pasien tampak tidak rapi, rambut

acak-acakan, kuku hitam. Pasien juga tampak jalan mondar- mandir, gelisah, bicara ngawur,

tertawa sendiri, kontak mata kurang. Klien mengatakan “ Suster saya mendengar suara – suara

yang menyuruh bunuh diri”, “Pasien sering mengatakan “Saya tidak berguna , tidak berarti lagi,

pacar saya meninggalkan saya karena saya miskin”. Lebih lanjut lagi pasien mengatakan bahwa

sahabatnya mengguna-guna pacarnya dan merebut semua kekayaan dirinya. Menurut perawat

ruangan, dua hari yang lalu pasien dibawa keluarga ke RSJ karena sudah 2 minggu sebelum

masuk rumah sakit, pasien tidak mau keluar dari kamar dan tidak mau melakukan aktifitas

seperti biasanya, dan sering bicara sendiri. Menurut keluarga, tahun 2002 pasien di PHK,

setahun kemudian tunangannya menikah dengan sahabatnya, dan ibunya meninggal karena sakit

jantung. Sejak saat itu pasien sering menyendiri, mudah tersinggung. Kalau marah, pasien sering

melampiaskannya dengan melukai dirinya sendiri, seperti membenturkan kepala. Tahun 2005,

pasien juga pernah dirawat di RSJ.

LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA : Halusinasi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH :

1. Pengertian : Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan

(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal

tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001). Halusinasi adalah persepsi

sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).

2. Macam-macam Halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa macam halusinasi dengan karakteristik tertentu,

diantaranya:

1

Page 2: LP Kasus 2-Halusinasi

a. Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara

– suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa

yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk

pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan

kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang

menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.

Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba: karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa

stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati

atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis

dan menjijikkan.

3. Tanda dan Gejala : Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan

halusinasi adalah sebagai berikut:

Bicara sendiri

Senyum sendiri

Ketawa sendiri.

Respon verbal yang lambat

Menarik diri dari orang lain.

Berusaha untuk menghindari orang lain.

Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.

Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.

Sulit berhubungan dengan orang lain.

Mudah tersinggung, jengkel dan marah

Curiga dan bermusuhan

Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.

Ketakutan

2

Page 3: LP Kasus 2-Halusinasi

Tidak dapat mengurus diri.

Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

4. Rentang Respon

Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )

5. Faktor Predisposisi :

Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah

frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa

disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

c. Faktor Biokimia

3

Page 4: LP Kasus 2-Halusinasi

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang

berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang

dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan

teraktivasinya neurotransmitter otak.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada

penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam

mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor

keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

6. Faktor Presipitasi

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses

informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang

diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

7. Sumber Koping

Dukungan sosial dan dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang

mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi

koping yang efektif.

4

Page 5: LP Kasus 2-Halusinasi

8. Mekanisme koping

1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari. 

2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. 

3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

(Stuart, 2007).

C. POHON MASALAH

Effect Resiko Bunuh Diri Defisit Perawatan Diri

Core Problem

Isolasi sosial

Kehilangan, HDR Kronis

Causa

D. MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi bunuh diri

2. Resiko perilaku kekerasan

3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi

4. Defisit perawatan diri

5. Harga diri rendah kronik

5

Halusinasi

Page 6: LP Kasus 2-Halusinasi

E. DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji

1. Resiko Bunuh Diri Subjektif :

Klien mengatakan “Suster saya mendengar suara – suara

yang menyuruh bunuh diri”,

Objektif :

2. Resiko Perilaku

Kekerasan

Subjektif :

Objektif :

Kalau marah, pasien sering melampiaskannya dengan

melukai dirinya sendiri, seperti membenturkan kepala.

3. Perubahan persespsi

sensori: halusinasi

Subjektif :

Klien mengatakan “Suster saya mendengar suara – suara

yang menyuruh bunuh diri”,

Objektif:

Pasien juga tampak jalan mondar-mandir, gelisah,

bicara ngawur, tertawa sendiri, kontak mata kurang

pasien tidak mau keluar dari kamar dan tidak mau

melakukan aktifitas seperti biasanya, dan sering bicara

sendiri

4. Defisit perawatan diri Subjektif:

Objektif:

pasien diisolasi di ruang khusus. Pasien tampak tidak

rapi, rambut acak-acakan, kuku hitam.

pasien tidak mau melakukan aktifitas seperti biasanya

5. Harga diri rendah Subjektif:

6

Page 7: LP Kasus 2-Halusinasi

kronik

Pasien sering mengatakan “Saya tidak berguna , tidak

berarti lagi, pacar saya meninggalkan saya karena saya

miskin”

Objektif:

pasien sering menyendiri, mudah tersinggung

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan persespsi sensori: halusinasi

G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1.) Perubahan persespsi sensori: halusinasi

a. Tujuan

Klien mampu : mengenali halusinasi yang dialaminya, mengontrol halusinasinya, dan mengikuti

program pengobatan secara optimal.

b. Kriteria evaluasi

SP. 1 P :

Klien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan dan mampu

memperagakan cara mengontrol halusinasinya.

SP. 2 P :

Klien dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan

cara bercakap-cakap dengan orang lain.

SP. 3 P :

Klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu membuat jadwal

kegiatan sehari-hari serta mampu memperagakannya.

SP. 4 P :

7

Page 8: LP Kasus 2-Halusinasi

Klien mampu menyebutkan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan mampu

menyebutkan manfaat dari program pengobatan.

c. Intervensi

SP. 1 P

a. Bantu klien mengenal halusinasinya : Isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi

pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi.

b. Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, tahapan tindakannya

meliputi : Jelaskan cara menghardik halusinasi; Peragakan cara menghardik; Minta

klien memperagakan ulang; Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku klien;

Masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari.

SP. 2 P

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP. 1 P);

2. Latih berbicara atau bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul;

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.

SP. 3 Pasien

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP. 1 P dan SP. 2 P);

2. Latih melakukan kegiatan terjadwal agar halusinasi tidak muncul, tahapannya :

Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi; Diskusikan

akitvitas yang biasa dilakukan klien; Latih klien melakukan aktivitas; Susun jadwal

aktivitas yang telah dilatih dari bangun pagi sampai tidur malam; Pantau pelaksanaan

jadwal kegiatan, berikan pujian terhadap perilaku klien yang positif.

3. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.

SP. 4 Pasien

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP. 1 P, SP. 2 P, dan SP. 3 P);

2. Tanyakan program pengobatan;

3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada penderita gangguan jiwa;

4. Jelasakn akibat bila tidak digunakan sesuai program

8

Page 9: LP Kasus 2-Halusinasi

5. Jelaskan akibat bila putus obat;

6. Jelaskan cara mendapatkan obat;

7. Jelaskan pengobatan (5B);

8. Latih klien minum obat;

9. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.

2.) Harga Diri Rendah Kronis

Klien

a. Tujuan

Klien mampu : mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,

menilai kemampuan yang dapat digunakan klien, menetapkan atau memilih kegiatan

yang sesuai dengan kemampuan klien, dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.

b. Kriteria evaluasi

(1)   SP. 1 P

Klien dapat :

(a)    Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki;

(b)   Menilai kemampuan yang dapat digunakan ;

(c)    Memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan;

(d)   Melakukan kegiatan yang dipilih;

(e)    Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.

(2)   SP. 2 P

Klien dapat menyebutkan kegiatan yang lalu, melakukan kegiatan kedua yang sudah

dipilih dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.

(3)   SP. 3 P

Klien dapat menyebutkan kegiatan yang lalu, melakukan kegiatan ketiga yang sudah

dipilih dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.

c. Intervensi

SP. 1 P

1. Identifikasi kemampuan dan aspek posiif klien yang masih dimiliki klien :

9

Page 10: LP Kasus 2-Halusinasi

a. Diskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif

seperti kegiatan klien dirumah, adanya keluarga dan  lingkungan terdekat klien;

b.  Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu dengan klien

penilaian yang negatif.

2. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan klien saat ini :

a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan saat ini;

b.  Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri

yang diungkapkan klien;

c. Perhatikan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

3. Pilih kemampuan yang akan dilatih;

a. Diskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih

sebagai kegiatan yang akan klien lakukan sehari hari;

b. Bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat klien lakukan secara mandiri :

aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, aktivitas apa saja yang

perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien, dan beri contoh

cara melaksanakan aktivitas yang dapat dilakukan klien;

c. Susun bersama klien aktivitas atau kegiatan sehari-hari klien.

4. Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih;

a. Diskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih

klien) yang akan dilatihkan;

b. Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan

dilakukan klien;

c. Berikan dukungan dan pujian yang nyaa sesuai kemajuan yang diperlihatkan

klien.

5. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien;

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan;

b. Beri pujian atas aktifitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari;

c. Tingkakan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan setiap klien;

d. Susun daftar aktifitas yang sudah dilakukan bersama klien;

e. Berikan kesempatan klien mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan

kegiatan;

10

Page 11: LP Kasus 2-Halusinasi

f. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan klien.

SP. 2 P

(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1);

(2)   Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan;

(3)   Latih kemampuan yang dipilih;

(4)   Masukan dalam jadwal kegiaan klien.

SP. 3 P

(1)   Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 dan SP.2);

(2)   Bantu klien memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan;

(3)   Latih kemampuan yang dipilih;

(4)   Masukan dalam jadwal kegiatan klien.

11