LP Kasus 2-Halusinasi
-
Upload
nonny-tentia-m -
Category
Documents
-
view
50 -
download
1
Transcript of LP Kasus 2-Halusinasi
KASUS TUTORIAL PROFESI JIWA
Kasus II
Pasien A, laki-laki, berumur 30 tahun, status belum menikah, dirawat di ruang akut Rumah Sakit
Jiwa. Saat dikaji perawat, pasien diisolasi di ruang khusus. Pasien tampak tidak rapi, rambut
acak-acakan, kuku hitam. Pasien juga tampak jalan mondar- mandir, gelisah, bicara ngawur,
tertawa sendiri, kontak mata kurang. Klien mengatakan “ Suster saya mendengar suara – suara
yang menyuruh bunuh diri”, “Pasien sering mengatakan “Saya tidak berguna , tidak berarti lagi,
pacar saya meninggalkan saya karena saya miskin”. Lebih lanjut lagi pasien mengatakan bahwa
sahabatnya mengguna-guna pacarnya dan merebut semua kekayaan dirinya. Menurut perawat
ruangan, dua hari yang lalu pasien dibawa keluarga ke RSJ karena sudah 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, pasien tidak mau keluar dari kamar dan tidak mau melakukan aktifitas
seperti biasanya, dan sering bicara sendiri. Menurut keluarga, tahun 2002 pasien di PHK,
setahun kemudian tunangannya menikah dengan sahabatnya, dan ibunya meninggal karena sakit
jantung. Sejak saat itu pasien sering menyendiri, mudah tersinggung. Kalau marah, pasien sering
melampiaskannya dengan melukai dirinya sendiri, seperti membenturkan kepala. Tahun 2005,
pasien juga pernah dirawat di RSJ.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA : Halusinasi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH :
1. Pengertian : Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001). Halusinasi adalah persepsi
sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).
2. Macam-macam Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa macam halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya:
1
a. Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara
– suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba: karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan.
3. Tanda dan Gejala : Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan
halusinasi adalah sebagai berikut:
Bicara sendiri
Senyum sendiri
Ketawa sendiri.
Respon verbal yang lambat
Menarik diri dari orang lain.
Berusaha untuk menghindari orang lain.
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
Sulit berhubungan dengan orang lain.
Mudah tersinggung, jengkel dan marah
Curiga dan bermusuhan
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
Ketakutan
2
Tidak dapat mengurus diri.
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
4. Rentang Respon
Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )
5. Faktor Predisposisi :
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
3
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
6. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
7. Sumber Koping
Dukungan sosial dan dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi
koping yang efektif.
4
8. Mekanisme koping
1. Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
(Stuart, 2007).
C. POHON MASALAH
Effect Resiko Bunuh Diri Defisit Perawatan Diri
Core Problem
Isolasi sosial
Kehilangan, HDR Kronis
Causa
D. MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi bunuh diri
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
4. Defisit perawatan diri
5. Harga diri rendah kronik
5
Halusinasi
E. DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji
1. Resiko Bunuh Diri Subjektif :
Klien mengatakan “Suster saya mendengar suara – suara
yang menyuruh bunuh diri”,
Objektif :
2. Resiko Perilaku
Kekerasan
Subjektif :
Objektif :
Kalau marah, pasien sering melampiaskannya dengan
melukai dirinya sendiri, seperti membenturkan kepala.
3. Perubahan persespsi
sensori: halusinasi
Subjektif :
Klien mengatakan “Suster saya mendengar suara – suara
yang menyuruh bunuh diri”,
Objektif:
Pasien juga tampak jalan mondar-mandir, gelisah,
bicara ngawur, tertawa sendiri, kontak mata kurang
pasien tidak mau keluar dari kamar dan tidak mau
melakukan aktifitas seperti biasanya, dan sering bicara
sendiri
4. Defisit perawatan diri Subjektif:
Objektif:
pasien diisolasi di ruang khusus. Pasien tampak tidak
rapi, rambut acak-acakan, kuku hitam.
pasien tidak mau melakukan aktifitas seperti biasanya
5. Harga diri rendah Subjektif:
6
kronik
Pasien sering mengatakan “Saya tidak berguna , tidak
berarti lagi, pacar saya meninggalkan saya karena saya
miskin”
Objektif:
pasien sering menyendiri, mudah tersinggung
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan persespsi sensori: halusinasi
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.) Perubahan persespsi sensori: halusinasi
a. Tujuan
Klien mampu : mengenali halusinasi yang dialaminya, mengontrol halusinasinya, dan mengikuti
program pengobatan secara optimal.
b. Kriteria evaluasi
SP. 1 P :
Klien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan dan mampu
memperagakan cara mengontrol halusinasinya.
SP. 2 P :
Klien dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu memperagakan
cara bercakap-cakap dengan orang lain.
SP. 3 P :
Klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu membuat jadwal
kegiatan sehari-hari serta mampu memperagakannya.
SP. 4 P :
7
Klien mampu menyebutkan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan mampu
menyebutkan manfaat dari program pengobatan.
c. Intervensi
SP. 1 P
a. Bantu klien mengenal halusinasinya : Isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi
pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi.
b. Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, tahapan tindakannya
meliputi : Jelaskan cara menghardik halusinasi; Peragakan cara menghardik; Minta
klien memperagakan ulang; Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku klien;
Masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari.
SP. 2 P
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP. 1 P);
2. Latih berbicara atau bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul;
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.
SP. 3 Pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP. 1 P dan SP. 2 P);
2. Latih melakukan kegiatan terjadwal agar halusinasi tidak muncul, tahapannya :
Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi; Diskusikan
akitvitas yang biasa dilakukan klien; Latih klien melakukan aktivitas; Susun jadwal
aktivitas yang telah dilatih dari bangun pagi sampai tidur malam; Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan pujian terhadap perilaku klien yang positif.
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien.
SP. 4 Pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP. 1 P, SP. 2 P, dan SP. 3 P);
2. Tanyakan program pengobatan;
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada penderita gangguan jiwa;
4. Jelasakn akibat bila tidak digunakan sesuai program
8
5. Jelaskan akibat bila putus obat;
6. Jelaskan cara mendapatkan obat;
7. Jelaskan pengobatan (5B);
8. Latih klien minum obat;
9. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.
2.) Harga Diri Rendah Kronis
Klien
a. Tujuan
Klien mampu : mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
menilai kemampuan yang dapat digunakan klien, menetapkan atau memilih kegiatan
yang sesuai dengan kemampuan klien, dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.
b. Kriteria evaluasi
(1) SP. 1 P
Klien dapat :
(a) Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki;
(b) Menilai kemampuan yang dapat digunakan ;
(c) Memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan;
(d) Melakukan kegiatan yang dipilih;
(e) Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.
(2) SP. 2 P
Klien dapat menyebutkan kegiatan yang lalu, melakukan kegiatan kedua yang sudah
dipilih dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.
(3) SP. 3 P
Klien dapat menyebutkan kegiatan yang lalu, melakukan kegiatan ketiga yang sudah
dipilih dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.
c. Intervensi
SP. 1 P
1. Identifikasi kemampuan dan aspek posiif klien yang masih dimiliki klien :
9
a. Diskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif
seperti kegiatan klien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat klien;
b. Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu dengan klien
penilaian yang negatif.
2. Nilai kemampuan yang dapat dilakukan klien saat ini :
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan saat ini;
b. Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan klien;
c. Perhatikan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3. Pilih kemampuan yang akan dilatih;
a. Diskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan klien lakukan sehari hari;
b. Bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat klien lakukan secara mandiri :
aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien, dan beri contoh
cara melaksanakan aktivitas yang dapat dilakukan klien;
c. Susun bersama klien aktivitas atau kegiatan sehari-hari klien.
4. Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih;
a. Diskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih
klien) yang akan dilatihkan;
b. Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan klien;
c. Berikan dukungan dan pujian yang nyaa sesuai kemajuan yang diperlihatkan
klien.
5. Masukkan kedalam jadwal kegiatan klien;
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan;
b. Beri pujian atas aktifitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari;
c. Tingkakan kegiatan sesuai dengan toleransi dan perubahan setiap klien;
d. Susun daftar aktifitas yang sudah dilakukan bersama klien;
e. Berikan kesempatan klien mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan;
10
f. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan klien.
SP. 2 P
(1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1);
(2) Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan;
(3) Latih kemampuan yang dipilih;
(4) Masukan dalam jadwal kegiaan klien.
SP. 3 P
(1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP.1 dan SP.2);
(2) Bantu klien memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan;
(3) Latih kemampuan yang dipilih;
(4) Masukan dalam jadwal kegiatan klien.
11