LP HDR

17
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH l. Masalah Utama Harga Diri Rendah A. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta merasa tidak percaya pada diri sendiri. Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara : a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena 1

description

Harga Diri Rendah

Transcript of LP HDR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAHl. Masalah Utama

Harga Diri Rendah

A. Proses Terjadinya Masalah1. Pengertian

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta merasa tidak percaya pada diri sendiri.

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara :

a. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).

2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.

3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.b. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.

2. Penyebab

A. Faktor Predisposisi1. Faktor yang mempengaruhi harga diri.

Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman masa anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan anak memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir untuk dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan rasa memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak penting dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman. Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah, dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri.2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peranPeran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat, misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif, dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekpresif dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan sosial. Misalnya wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. 3. Faktor yang mempengaruhi identitas diriIntervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya merupkan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.B. Faktor Presipitasi

1. Trauma

Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.2. Ketegangan peran

Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran. a. Transisi perkembangan

Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.b. Transisi situasiTransisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.c. Transisi sehat sakit

Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman perilaku3. Tanda dan gejalaMenurut Carpenito, L.J (1998: 352) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:Data subjektif:a. Mengkritik diri sendiri atau orang lainb. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihanc. Perasaan tidak mampud. Rasa bersalahe. Sikap negatif pada diri sendirif. Sikap pesimis pada kehidupang. Keluhan sakit fisikh. Pandangan hidup yang terpolarisasii. Menolak kemampuan diri sendirij. Pengurangan diri/mengejek diri sendirik. Perasaan cemas dan takutl. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positifm. Mengungkapkan kegagalan pribadin. Ketidak mampuan menentukan tujuanData objektif:a. Produktivitas menurunb. Perilaku destruktif pada diri sendiric. Perilaku destruktif pada orang laind. Penyalahgunaan zate. Menarik diri dari hubungan sosialf. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalahg. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah4. Akibat

Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.5. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Core Problem

Gangguan citra tubuh

6. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikajia. Isolasi sosial : menarik diri

Data yang perlu dikaji :

1) Data Obyektif

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam.

2) Data Subyektif

Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas.

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data yang perlu dikaji :

Data Subyektif

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri

Data Obyektif

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

c. Gangguan citra tubuh

Data yang perlu dikaji :

Data subyektif Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, Mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan tubuhnya yang cacat

Data obyektif

Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, Suara pelan dan tidak jelas, Tampak menangis

7. Diagnosa Keperawatan

1. harga diri rendah

2. gangguan citra tubuh 8. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : harga diri rendah.Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan khusus:1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :

1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:

Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal

Perkenalkan diri dengan sopan

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

Jelaskan tujuan pertemuan

Jujur dan menepati janji

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Tindakan:

3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.

3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Tindakan:

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.

4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

Tindakan:

6.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

6.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan:

6.3. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien dengan harag diri rendah.

6.4. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.

6.5. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa II: gangguan citra tubuh.

Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

Tujuan khusus :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

1.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

1.4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikiTindakan :

2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis

2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan :

3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan :

4.2. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

4.4. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

1. Azis R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003

2. Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998

3. Keliat BA. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

4. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

5. Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

10