LP Halusinasi

25
Laporan Pendahuluan Halusinasi A. Definisi Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004). Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori : keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interpretasi stimulus yang datang ( Carpenito, 2000). Jadi dapat disimpulkan halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa dari obyek yang nyata. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan suatu obyek yang sebenarnya tidak terjadi. B. Jenis-jenis Halusinasi Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu dapat menjadi : 1. Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk(sinar, kilapan atau pola cahaya) atau yang berbentuk(orang, binatang, barang yang dikenal) baik itu yang berwarna atau tidak 2. Halusinasi pendengaran (autif, akustik): suara manusia, hewan, binatang mesin, barang, kejadian alamiah atau musik 3. Halusinasi Penciuman (olfaktorius): mencium sesuatu bau 4. Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu

description

Kesehatan

Transcript of LP Halusinasi

Page 1: LP Halusinasi

Laporan PendahuluanHalusinasi

A. DefinisiHalusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004). Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori : keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interpretasi stimulus yang datang ( Carpenito, 2000). Jadi dapat disimpulkan halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa dari obyek yang nyata. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan suatu obyek yang sebenarnya tidak terjadi.

B. Jenis-jenis Halusinasi Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu dapat menjadi :

1. Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk(sinar, kilapan atau pola cahaya) atau yang berbentuk(orang, binatang, barang yang dikenal) baik itu yang berwarna atau tidak

2. Halusinasi pendengaran (autif, akustik): suara manusia, hewan, binatang mesin, barang, kejadian alamiah atau musik

3. Halusinasi Penciuman (olfaktorius): mencium sesuatu bau4. Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu5. Halusinasi peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau

seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya6. Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan,

atau anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb)

7. Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya8. Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal,

tetap sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah9. Halusinasi hipnopompik : seperti pada halusinasi Hipanogogik, tetapi terjadi

tepat sebelum terbangun samasekali dari tidurnya. Di samping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal

10. Halusinasi histerik : Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional

C. Etiologi

Page 2: LP Halusinasi

Faktor predisposisi ( Stuart and Sundeen,1995 )鎟 Faktor perkembangan

Pada tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal, bila dalam pencapaian tugas perkembangan tersebut mengalami gangguan akan menyebabkan seseorang berperilku menarik diri.

鎟 Faktor biologikAbnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologist yang maladaptif yang baru di mulai di pahami,ini termasuk hal hal sebagai berikut : Penilaian pencitraan otak sudah mulai menuunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia:lesi pada area frontal temporal dan limbic paling berhubunggan dengan perilaku psikotik,beberapa kimia otak dikaitkan dengan gejalaskizofrenia antara lain:dopain,neurotransmitter dan lain lain.

鎟 Faktor sosiokultural.Teori social budaya atau lingkungan meyakini bahwa orang yang berasal dari sosial ekonomi rendah aatu kondisi orang tua tunggal dan tidak mempunyai kesempatan mendapatkan penghargaan dari orang lain yang dapt mempengaruhi gangguan orientasi realita sehingga memberikan reaksi yang salah dan tidak mampu berespon terhadap stimulus dari luar.isolasi sosial merupakan factor dalam gangguan berhubungan.akibat dari dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tdiak produktif seperti lansia,orang cacat dan berpenyakit kronis.

鎟 Faktor keluarga.鎟 Sistem keluarga yang terganggu dan Norma keluarga yang tidak mendukung

hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga dengan pihak lain diluar keluarga dapat mengembangkan perilaku menarik diri. Faktor genetik dapat mendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial sehingga menimbulkan perilaku menarik diri sampai dengan halusinasi.

Faktor presipitasi (Stuart and Sundeen,1995).

1. Stressor sosiokulturalMenurunnya stabilitasi unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam keluarga dalam kehidupannya misalnya karena dirawat di rumah sakit, perceraian.

2. Stresor psikologik.

Page 3: LP Halusinasi

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.

3. BiologisStressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif. Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi.

D. Tanda dan GejalaTanda dan gejala halusinasi terbagi dalam 4 kategiri sesuai tahapan halusinasi yaitu:

1. Tahap IPada tahap ini halusinasi masih dapat dikontrol dan menyenangkan.

鎟 Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan.鎟 Berfokus pada perasan negatif.鎟 Tersenyum atau tertawa sendiri.鎟 Menggerakan bibir tanpa suara.鎟 Gerakan mata cepat.鎟 Respon verbal lambat.鎟 Diam dan berkonsentrasi.

2. Tahap IIKonsisi klien mulai tidak stabil, menyalahkan, tingkat kecemasan berat, dan antipati.

鎟 Pengalaman sensori menakutkan dan merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut.

鎟 Menarik diri dari orang lain.鎟 Peningkatan tanda-tanda vital.鎟 Kurang fokus terhadap lingkungan.鎟 Mulai berkonsentasi pada halusinasi.鎟 Control realita berkurang.

3. Tahap IIIPada tahap ini klientak lagi mampu mengontrol halusinasinya.

鎟 Menyerah terhadap halusinasi dan mulai membiasakan diri.鎟 Sulit berhubungan dengan orang lain.鎟 Kesepian.鎟 Panik.鎟 Berkeringat, tremor.鎟 Aktivitas sehari-hari terganggu.

4. Tahap IVHalusinasi telah mempengaruhi proses berpikir dan presepsi.

Page 4: LP Halusinasi

鎟 Halusinasi berubah mengancam, berbahaya, dan memerintah.鎟 Terjadi halusinasi dalam beberapa jam/hari.鎟 Panik.鎟 Isolasi sosial.鎟 Tampak tegang terus-menerus.鎟 Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, lingkungan dan diri

sendiri.鎟 Tindakan agresif atau katasonik.鎟 Tidak mampu beraktivitas normal dan merespon lingkungan.

E. PatofisiologiRespon neurologi manusia terbagi dalam rentang adaptif sampai maladatif. Respon ini erat kaitannya dengan kondisi psikologis dan memberikan gambaran akan kemampuan sesorang dalam beradaptasi dan berkoping terhadap lingkungan. Respon adaptif dilambangkan dengan gerak sumbu positif merupakan respon neurologi yang dapat diterima oleh norma sosial budaya yang berlaku. Respon maladatif dilambangkan dengan gerak sumbu negatif merupakan respon menyimpang ang mengganggu atau tidak dapat diterima secara norma sosial budaya yang berlaku. Diantara kedua respon tersebut yaitu respon normal yang meski sedikit menyimpang dan tidak sesuai masih dapat diterima. Halusinasi meruapakan salah satu jenis respon maladatif yang berpotensi mencederai diri, membahayakan orang lain dan lingkungan. Hallusinasi merupakan bentuk dari gangguangan jiwa yang paling sering dijumpai terutama pada skizofrenia. Bentuk halusinasi paling sering adalah auditori dan visual yang memepengaruhi tingkah laku dan presepsi klien. Klien dapat terlihat mematung, berbicara pada benda mati, ketakutan tanpa sebab dan hal lainnya sesuai halusinasi yang terlihat.Klien halusinasi berproses dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1. Fase IKlien mengalami perasaan cemas, stress, kesepian dan perasaan negatif lainnya tetapi masih dapat mempertahankan kesadaran dan dapat membedakan ilusi dan realita. Intensitas presepsi kemudian meningkat untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang menyenangkan sebagai bentuk koping. Cara ini menolong untuk sementara.

2. Fase IIPemikiran eksternal menjadi lebih menonjol. Halusinasi berupa suara, gambaran, atau bisikan tidak jelas mulai timbul. Hal ini menimbulkan rasa takut pada klien. Klien kemudian berusaha membuat jarak dengna

Page 5: LP Halusinasi

halusinasinya dengan proyeksi pengalaman sehingga seolah-olah halusinasi datang dari orang atau tempat lain. Perasaan klien tampak mulai labil dan tidak efektigf untuk mengontrol kesadaran.

3. Fase IIIHalusinasi yang menguat. Klien mulai menerima halusinasi yang dia rasakan dan terbiasa. Halusinasi mengontrol pemikiran klien ditandai dengan gangguan orientasi realita dan perubahan tingkah laku. Halusinasi dapat berupa hal yang menyenangkan tetapi hanya bersiat sementara.

4. Fase IVTerjadi perubahan pola pikir, presespsi dan tingkah laku lebih jauh. Halusinasi dapat berubah menjadi menyeramkan, mengancam dan memerintah. Klien tidak dapat menjalankan fungsinya dan aktivitas sehari-hari terganggu. Halusinasi dapat menjadi kronik bila tidak dilakukan intervensi segera.

F. Penatalaksanaan Farmakologi

Berikut ini adalah daftar obat-obatan yang dapat digunakan pada klien halusinasi, yaitu;

No. Nama Obat Indikasi Mekanisme Kerja Efek samping Kontra Indikasi

1. Clorpromazine (CZP)

Meningkatkan kemampuan menilai realita dan fungsi mental.

Blokade dopamin pada reseptor post sinaps neuron terutama sistem pyramidal.

Sedasi, gangguan otonimik, gangguan ekstra pyramidal, endokrin, dan metabolisme darah.

Klien dengan penyakit hati, darah, epilepsi, kelainan jantung, febris dan sistem syaraf pusat.

2. Haloperidol (HLP)

Meningkatkan kemampuan menilai realita dan fungsi kehidupan sehari-hari.

Anti psikosis yang memblokade dopamin pada reseptor post sinaps neuron terutama sistem limbik dan ekstramiramidal.

Sedasi, inhibisi psikomotor, dan gangguan syaraf otonom.

Klien dengan penyakit hati, darah, epilepsi, kelainan jantung, febris dan sistem syaraf pusat.

3. Trihexyphenidyl (THP)

Semua jenis parkinson termasuk sindrom parkinson akibat obat.

Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, takikardi, retensi urine

Hipersensitivitas terhadap trihexyperidyl, glaukoma, psikosis berat, psikoneurosis, hipertropi prostat

Page 6: LP Halusinasi

dan obstruksi saluran cerna.

Non FarmakologiPenatalaksanaan jenis ini umumnya dengan merubah mekanisme koping menjadi adaptif. Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi sesorang dalam beradaptasi. Sumber koping berguna untuk mengatasi stress dan ansietas. Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan untuk mempertahankan diri. Terapi yang umum digunakanterapi aktivitas kelompok orientasi realita. Tujuannya sebagai upaya mengorientasikan keadaan nyata kepada klien melalui stimulasi semua pancaindra dengan respon yang adekuat. Klien dengan gangguan jiwa sikotik mengalami penurunan daya nilai dan realitas sehingga konsistensi stimulus realitas sangat diperlukan.TAK orientasi realitas untuk klien halusinasi tersusun menjadi beberapa tahapan, yaitu;

鎟 Klien diperkenalkan dengan halusinasi yang dideritanya.鎟 Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik.鎟 Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan

orang lain.鎟 Mengontrol halusinasi dengan aktivitas terjadwal.鎟 Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

G. Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

1. Data yang Perlu Dikajia. Identitas klien

Nama, usia, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor CM, diagnosa medis.

b. Alasan masuk RSUmumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

c. Faktor prediposisi1) Faktor perkembangan terlambat

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stres dan kecemasan. Contoh :

Page 7: LP Halusinasi

- Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.- Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.- Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

2) Faktor komunikasi dalam keluarga- Komunikasi peran ganda- Tidak ada komunikasi- Tidak ada kehangatan- Komunikasi dengan emosi berlebihan- Komunikasi tertutup- Orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan

konflik dalam keluarga3) Faktor sosial budaya

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.

4) Faktor psikologisMudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif. Hal ini dapat terjadi karena hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realita.

5) Faktor biologisAdanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

6) Faktor biokimiaMempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

7) Faktor genetikTelah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.

d. Faktor presipitasiFaktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan

memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

Page 8: LP Halusinasi

2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).

3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,lingkungan dan perilaku.

1) KesehatanNutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

2) LingkunganLingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasabhidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

3) SikapMerasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.

4) PerilakuRespon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri. Rawlins dan Heacock (1993), mencoba memecahkan masalah halusinasi dengan berlandaskan akan hakekat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi :1. Dimensi fisik

Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsangan eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

2. Dimensi emosionalPerasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutannya.

3. Dimensi intelektualIndividu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi

ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun menimbulkan suatu hal yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

Page 9: LP Halusinasi

4. Dimensi sosialIndividu dengan halusinasi akan menunjukkan adanya kecenderungan untuk

menyendiri. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan di dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut.

5. Dimensi spiritualIndividu dengan halusinasi tidak dapat menjalankan fungsinya untuk

beribadah dengan baik.Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis

halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :- Isi halusinasi : Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.- Waktu dan frekuensi : Kapan pengalaman halusianasi muncul, berapa kali

sehari.- Situasi pencetus halusinasi : Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami

sebelum halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pertanyaan klien.

- Respon klien : Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.

e. Pemeriksaan fisikYang dikajiadalahtanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasandantekanandarah), beratbadan, tinggibadansertakeluhanfisik yang dirasakanklien.

1) Status mentala) Penampilan : tidak rapi, tidak serasib) Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belitc) Aktivitas motorik : meningkat/menurund) Afek : sesuai/maladaprife) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai

dengan nformasif) Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan

dapat mempengaruhi proses pikirg) Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistish) Tingkat kesadarani) Kemampuan konsentrasi dan berhitung

2) Mekanisme kopinga) Regresi : malas beraktifitas sehari-harib) Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan

tanggungjawab kepada oranglain.c) Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan stimulus internal

Page 10: LP Halusinasi

3) Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.

2. Masalah Keperawatan yang Mungkin MunculAda beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:a. Resiko Perilakukekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.b. Gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.c. Isolasisosial: menarikdiri berhubungan dengan harga diri rendah.d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan isolasi sosial.e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi.

Page 11: LP Halusinasi

3. Intervensikeperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

Resikoperilakukekerasan

TUM: Selamaperawatandiruangan, pasientidakmemperlihatkanperilakukekerasan, dengan criteria hasil (TUK):- Dapat membina hubungan saling percaya- Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan

gejala, bentuk dan akibat PK yang sering dilakukan

- Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK dengan cara :a. Fisikb. Social dan verbalc. Spirituald. Minum obat teratur

- Dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan cara mencegah PK yang sesuai

- Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif dan sesuai

- Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK

- Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian

- Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK

- Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan

TindakanPsikoterapi1. Pasien

a. BHSPb. Ajarakan SP I:- Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk

dan akibat PK yang dilakukan pasien serta akibat PK

- Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam & memeukul bantal)

- Masukkan dalam jadwal harianc. Ajarkan SP II:- Diskusikan jadwal harian- Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial- Latih pasien cara menolak dan meminta yang

asertif- Masukkan dalam jadwal kegiatan hariand. Ajarkan SP III:- Diskusikan jadwal harian- Latih cara spiritual untuk mencegah PK- Masukkan dalam jadawal kegiatan hariane. Ajarkan SP IV- Diskusikan jadwal harian- Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian

jika tidak minum obat secara teratur- Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

Page 12: LP Halusinasi

- Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan

- Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai

- Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan harian

- Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakit

2. Keluarga- Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien PK- Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang

dialami pasien serta proses terjadinya- Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK- Latih keluarga melakukan cara merawat pasien

PK secara langsung- Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum

obatTindakanpsikofarmako- Berikan obat-obatan sesuai program pasien- Memantau kefektifan dan efek samping obat yang

diminum- Mengukur vital sign secara periodic

Tindakan manipulasi lingkungan- Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien- Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan

dan ketegangan mulai meningkat- Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan

melakukan pengikatan/restrain atau masukkan

Page 13: LP Halusinasi

ruang isolasi bila perlu- Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi,

stimulasi persepsi dan realita

Gangguanpersepsisensori: halusinasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu mengontrol halusinasi dengan kriteria hasil:

- Klien dapat membina hubungan saling percaya

- Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi, waktu, danfrekuensihalusinasi, responterhadaphalusinasi, dantindakanygsudahdilakukan

- Klien dapat menyebutkandanmempraktekancaramengntrolhalusinasiyaitudenganmenghardik, bercakap-cakapdengan orang lain, terlibat/ melakukankegiatan, danminumobat

- Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya

- Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal

- Mengungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol

Tindakan Psikoterapeutik1. Klien

a. Bina hubungan saling percaya- Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap- Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya- Tanyakan keluhan yang dirasakan klien- Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi

tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien tentang halusinasinya meliputi :

b. SP I- Identifikasi jenis halusinasi Klien- Identifikasi isi halusinasi Klien- Identifikasi waktu halusinasi Klien- Identifikasi frekuensi halusinasi Klien- Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi- Identifikasi respons Klien terhadap halusinasi- Ajarkan Klien menghardik halusinasi- Anjurkan Klien memasukkan cara menghardik

halusinasi dalam jadwal kegiatan harian SP II- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien- Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan cara

bercakap-cakap dengan orang lain- Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian SP III

Page 14: LP Halusinasi

- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien- Latih Klien mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan Klien di rumah)

- Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV- Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien- Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan

obat secara teratur- Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian- Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan

benar.- Menganjurkan Klien mendemonstrasikan cara

control yang sudahdiajarkan- Menganjurkan Klien memilih salah satu cara control

halusinasi yang sesuai2. Keluargaa. Diskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam

merawat Klienb. Jelaskan pengertian tanda dan gejala, dan jenis

halusinasi yang dialami Klien serta proses terjadinyac. Jelaskan dan latih cara-cara merawat Klien halusinasid. Latih keluarga melakukan cara merawat Klien

halusinasi secara langsunge. Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum

obat

T TindakanPsikofarmako

Page 15: LP Halusinasi

- Berikan obat-obatan sesuai program Klien- Memantau kefektifan dan efek samping obat yang

diminum- Mengukur vital sign secara periodic

Tindakan Manipulasi Lingkungan- Libatkan Klien dalam kegiatan di ruangan- Libatkan Klien dalam TAK halusinasi

Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Klien dapat berinteraksi dengan orang lain baik secara individu maupun secara berkelompok dengan kriteria hasil :- Klien dapat membina hubungan saling percaya.- Dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.- Dapat menyebutkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain.- Dapat menyebutkan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain.- Dapat berkenalan dan bercakap-cakap dengan

orang lain secara bertahap.- Terlibat dalam aktivitas sehari-hari

Tindakan Psikoterapeutik1. Klien

a. SP1 -Bina hubungan saling percaya- Identifikasi penyebab isolasi sosial

b.SP 2 - Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi

dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

-Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan satu orang- Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan

berkenalan dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah

C. SP 3-Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien-Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara

berkenalan dengan dua orang-Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang

tetang topik tertentu-Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan

berbincang-bincang dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah

Page 16: LP Halusinasi

d. SP 4-Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien-Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu,

manfaat dan efek samping obat)-Anjurkan Klien memasukan kegiatan

bersosialisasi dalam jadwal kegiatan harian dirumah-Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain

2. Keluraga-Diskusikan masalah yang dirasakan kelura dalam

merawat Klien-Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang

dialami Klien dan proses terjadinya-Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien

Tindakan Psikofarmakologi- Beri obat-obatan sesuai program- Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang

diminum- Ukur vital sign secara periodik

Tindakan Manipulasi Lingkungan- Libatkan dalam makan bersama- Perlihatkan sikap menerima dengan cara

melakukan kontak singkat tapi sering- Berikan reinforcement positif setiap Klien berhasil

melakukan suatu tindakan- Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang

sesuai kebutuhannyaDefisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

hari, klien dapat mandiri melakukan perawatan diri TindakanPsikoterapeutik- Pasien

Page 17: LP Halusinasi

dengan kriteria:- Dapat menjelaskan pentingnya kebersihan dan

kerapian.- Menyebutkan ciri-ciri badan yang bersih dan

rapi.- Dapat menyebutkan manfaat badan bersih dan

rapi.- Dapat menyebutkan kerugian badan yang tidak

bersih dan tidak rapi.- Dapat mempraktikan cara melakukan perawatan

diri dengan benar.- Badan bersih dan rapi.- Badan tidak bau.- Dapat melakukan aktifitas perawatan diri secara

mandiri.-

o Menjelaskan pentingnya kebersihan dan kerapian diri

o Mendiskusikan ciri-ciri badan bersih dan rapio Menjelaskan manfaat badan bersih dan rapi serta

kerugian jika badan tidak bersih dan tidak rapio Mengajarkan cara menjaga kebersihan dan kerapian

dirio Memberikan kesempatan pada pasien untuk

mendemonstrasikan cara menjaga kebersihan dan kerapian diri

o Menganjurkan pasien memasukan cara menjaga kebersihan dan kerapian kedalam jadwal kegiatan harian.

- Keluargao Mendiskusikan kesulitan yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien dengan masalah deficit perawatan diri

o Menjelaskan ciri-ciri pasien yang mengalami masalah deficit perawatan diri dan jenis deficit perawatan diri yang sering dialami oleh pasiendan proses terjadinya

o Menjelaskan cara merawat pasien deficit perawatan diri.

o Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan deficit perawatan diri

o Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas perawatan diri bagi pasien dirumah termasuk minum obat (discharge planning).

Tindakan Psikofarmako

Page 18: LP Halusinasi

- Memberikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien

- Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.

- Mengukur vital sign secara periodic (tekanan darah, nadi dan pernafasan)

Tindakan Manipulasi Lingkungan- Mendukung pasien untuk melakukan perawatan

diri sesuai kemampuan dengan menyediakan alat-alat untuk perawatan diri

- Memberikan pengakuan atau penghargaan yang positif untuk kemampuannya melakukan perawatan diri

- Jadwalkan pasien melakukan defekasi dan berkemih, jika pasien mengotori dirinya.