lp gangguan katup jantung
-
Upload
noen-attawa-izza -
Category
Documents
-
view
897 -
download
23
description
Transcript of lp gangguan katup jantung
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHF DENGAN
PENYAKIT KATUP JANTUNG
DI UNIT PENYAKIT JANTUNG (UPJ) RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
Disusun oleh :
IMAM ROSYADA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
Laporan Pendahuluan
Kelainan Katup Jantung
A. Pengertian
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung. Katup jantung yang mengalami kelainan membuat
darah yang seharusnya tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi jantung
ketika berada di bilik jantung membuat jantung memiliki tekanan yang cukup
kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak
bisa melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu (Price & Wilson.2006).
Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak dapat
beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagi
memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan darah. Kelainan katup jantung
biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan dan terjadi sejak masih
dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena
kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung juga
dapat menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal
atau terjadi kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan oeprasi pada
jantung.
Penyakit katup jantung menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran
darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat
mengalami dua jenis gangguan fungsional: (1) regurgitasi-daun katup tidak
dapat menutup rapat sehingga darah dapat mengalir balik (sinonim dengan
isufisiensi katup dan inkompetensi katup) ; dan (2) stenosis katup-lubang
katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah mengalami hambatan.
Isufisiensi stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai
”lesi campuran” atau terjadi sendiri yang disebut sebagai lesi murni (Arif
mansjoer.dkk. 2001)
2
B. Tipe-tipe gangguan katub.
1. Sindrom Prolaps Katup Mitral
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah – bilah katup
mitral yang tidak dapat menutup dengan sempurna dan mengakibatkan
regurgutasi katup, sehingga darah merembes dari ventrikel kiri ke
antrium kiri. Sindrom ini kadang tidak menimbulkan gejala atau dapat
juga atau dapat juga berkembang cepat dan menyebabkan kematian
mendadak. Pada tahun – tahun belakangan sindrom ini semakin banyak
dijumpai, mungkin karena metode diagnostic yang semakin maju
2. Stenosis Mitral
Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah –
bilah katup mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan
progresif aliran darah. Secara normal pembukaan katup mitral adalah
selebar tiga jari. Pada kasus stenosis berat menjadi penyempitan lumen
sampai seleba pensil. Ventrikel kiri tidak terpengaruh, namun antrium
kiri mengalami kesulitan dalam menggosongkan darah melalui lumen
yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya antrium akan melebar dan
mengalami hipertrofi karena tidak ada katup yang melindungi vena
pulmonal terhadap aliran balik dari antrium, maka sirkulasi pulmonal
mengalami kongesti. Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung
beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami peregangan
berlebihan yang berakhir gagal jantung.
3. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)
Insufisiensi mitral terjadi bilah- bilah katup mitral tidak dapat
saling menutup selama systole. Chordate tendineae memendek, sehingga
bilah katup tidak dapat menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah
regurgitasi aliran balik dari ventrikel kiri ke antrium kiri. Pemendekan
atau sobekan salah satu atau kedua bilah katup mitral mengakibtakan
penutupan lumen mitral tidak sempurna saat ventrikel kiri dengan kuat
mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut, ventrikel kiri akan
mendorong sebagaian darah kembali ke antrium kiri. Aliran balik darah
3
ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan antrium
kiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari ventrikel
akan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke antrium kiri
menjadi berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang pada
giliranya menambah beban ke ventrikel kanan. Maka meskipun
kebocoran mitral hanya kecil namun selalu berakibat terhadap kedua paru
dan ventrikel kanan.
4. Stenosis Katup Aorta
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel
kiri dan aorta. Pada orang dewasa stenosis bisa merupakan kelainan
bawaan atau dapat sebagai akibat dari endokarditisrematik atau
kalsifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak diketahui. Penyempitan
terjadi secara progresif selama beberapa tahun atau beberapa puluh
tahun.
Bilah – bilah katup aorta saling menempel dan menutup
sebagaian lumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi
hambatan sirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan
energi yang lebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen
yang sangat sempit. Mekanisme kompesansi jantung mulai gagal dan
munculah tanda – tanda klinis.
Obstruksi kalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekanan
ke ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalann dinding otot. Otot
jantung menebal (hipertrofi) sebagai respons terhadap besarnya obstruksi
; terjadilah gagal jantung bila obsruksinya terlalu berat.
5. Insufiensi Aorta (Regurgitasi)
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak
bentuk bilah katup aorta,sehingga masing – masing bilah tidak bisa
menutup lumen aorta dengan rapt selama diastole dan akibatnya
menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Defek katup
ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau penyakit
4
seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau
sobekan aorta asendens
Karena kebocoran katup aorta saat diastole , maka sebagaian
darah dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke
ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu
mengirim darah yang secara normal diterima dari atrium kiri ke ventrikel
melalui lumen ventrikel, maupun darah yang kembali dari aorta.
Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi
peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang
lebih normal untuk memompa darah, menyebabkan tekanan darah
sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompesansi
melalui refleks dilatasi pembul;uh darah arteri perifer melemas sehingga
tahanan perifer turun dan tekanan diastolic turun drastis(Price &
Wilson.2006).
C. Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir
selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan
penyakit katup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai
adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa
hidup rata-rata pada orang-orang yang hidup di negara industri dibandingkan
dengan yang hidup di negara berkembang. Meskipun terjadi penurunan
insidensi penyakit demam rematik, namun penyakit rematik masih merupakan
penyebab lazim deformitas katup yang membutuhkan koreksi bedah.
1. Stenosis Mitraler. Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi
terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada
masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di bagian
dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis
katup mitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak. Yang khas
adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian
bergabung menjadi satu.
5
2. Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat
dibagi atas reumatik dan non reumatik (degeneratif, endokarditis,
penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan
sebagainya). Di negara berkembang seperti Indonesia, penyebab
terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
3. Stenosis Aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit
utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan
parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta
seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru
muncul setelah usia 70-80 tahun.
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik
pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan
kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun
keduanya.
Pada orang yang lebih muda, penyebab yang paling sering adalah
kelainan bawaan. Pada masa bayi, katup aorta yang menyempit mungkin
tidak menyebabkan masalah, masalah baru muncul pada masa
pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara jantung
melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui
katup yang kecil. Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang
seharusnya tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-
lama, lubang/pembukaan katup tersebut, sering menjadi kaku dan
menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium.
4. Isufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainan
katub dan kanker aorta juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada
isufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katub,
dengan atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan skuele dari
demam reumatik.
6
D. Patofisiologi
Demam reuma – inflamasi akut dimediasi – imun yang menyerang
katup jantung akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik-α
grup A dan protein jantung. Penyakit dapat menyebabkan penyempitan
pembukaan katup (stenosis) atau tidak dapat menutup sempurna
(inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya.
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup
memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah
darah yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga
meningkatkan volume kerja jantung. Stenosis katup memaksa jantung
meningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi terhadap aliran
yang meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja miokardium .
Respon miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dan
tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium
dan hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan
meningkatakan kemampuan pemompa jantung.
1. Stenosis Mitral
Stenosis mitral terjadi karna adanya fibrosis dan fusikomisura
katub mitral pada waktu fase penyembuhan demam reumatik.
Terbentuknya sekat jaringan ikat tanpa pengapuran mengakibatkan
lubang katub mitral pada waktu diastolic lebih kecil dari normal.
Berkurangnya luas efektif lubang mitral menyebabkan
berkurangnya daya alir katub mitral. Hal ini akan meningkatkan tekanan
diruang atrium kiri, sehingga timbul perbedaan tekanan antara atrium kiri
dan ventrikel kiri waktu diastolik. Jika peningkatan tekanan ini tidak
berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, akan terjadi bendungan pada atrium kiri dan
selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan kapiler paru.
Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya sembab interstitial
kemudian mungkin terjadi sembab alveolar. Pecahnya vena bronkialis
akan menyebabkan hemoptysis.
7
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningakat,
kemudian terjadi pelebaran ventrikel kanan dan insufisiensi pada katub
tricuspid atau pulmonal. Akhirnya vena-vena sistemik akan mengalami
bendungan pula. Bendungan hati yang berlangsung lama akan
menyebabkan gangguan fungsi hati.
Kompensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung
adalah takikardi. Tetapi konpensasi ini tidak selamanya menambah curah
jantung karna pada tingkat tertentu akan mengurangi masa pengisian
diastolic. Regangan pada otot-otot atrium dapat menyebabkan gangguan
elektris sehingga terjadi fibrilasi atrium. Hal ini akan mengganggu
pengisian ventrikel dari atrium dan memudahkan pembentukan thrombus
di atrium kiri.
2. Isufisiensi Mitral
Insufisiensi mitral akibat reumatik terjadi karna katub tidak biasa
menutup sempurna waktu sistolik. Perubahan pada katub meliputi
klasifikasi, penebalan dan distorsi daun katub. Hal ini mengakibatkan
koaptasi yang tidak sempurna waktu sistolik. Selain pemendekan
kordatendinea mengakibatkan katub tertarik ke ventrikel terutama bagian
posterior, dapat juga terjadi dilatasi annulus atau rupture korda tendinea.
Selama fase sistolik, terjadi aliran regurgitasi ke atrium kiri,
mengakibatkan gelombang v yang tinggi di atrium kiri, sedangkan aliran
ke aorta berkurang pada saat diastolik,darah mengalir dari atrium kiri ke
ventrikel.darah tersebut selain yang berasal dari paru-paru melalui vena
pulmonalis,jika terdapat darah regurgidan dari ventrikel kiri waktu
sistolik sebelumnya.ventrikel kiri cepat distensi,apeks bergerak ke bawah
secara mendadak,menarik katup korda dan otot kapilaris,hal ini
menimbulkan vibrasi membentuk bunyi jantung ke tiga.pada insufisiensi
mitral kronik,regurgitasi sistolik ke atrium kiri dan vena-vena pulmonalis
dapat ditoleransi tanpa meningkatnya tekanan baji dan aorta pulmonal.
8
3. Stenosis Aorta
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm2. Stenosis aorta
menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara
ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan
tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi dengan
meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri).
Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard
menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat. Kontraksi
atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan
mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri
yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan
menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul akibat
kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri
dengan aorta mulai trlihat bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup
mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut berat. Kemampuan
adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi
baru muncul bertahun tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada
stenosis katup aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat
stenosis aorta) akan merangsang mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-
Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard mengalami
hipertrofi.Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan
tekanan intra-ventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta
tersebut dan mempertahankan wall stress yang normal berdasarkan
rumus Laplace: Stress (pressurexradius): 2xthickness. Namun bila
tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi
patologik disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan
kekakuan dinding ventrikel,penurunan cadangan diastolic,penigkatan
kebutuhan miokard dan iskemia miokard . Pada akhirnya performa
ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel
dan after load mismatch. Gradien trans-valvular menurun,tekanan arteri
9
pulmonalis dan atrium kiri meningkat menyebabkan sesak nafas. Gejala
yang mencolok adalah sinkope, iskemia sub-endokard yang
menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung
kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan
yang meningkat hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat
dari penurunan cadangan koroner, penurunan waktu perfusi miokard
akibat dari tahanan katup aorta.
4. Insufisiensi Aorta
Insufisien kronik mengakibatkan peningkatan secara bertahap
dari volume akhir diastolik ventrikel kiri.akibat beban volume ini,
jantung melakukan penyesuaian dengan mengadakan pelebaran dinding
ventrikel kiri.curah sekuncup ventrikel kiri juga meningkat. Konpensasi
yang terjadi berupa hipertrofi ventrikel kiri yang biasa menormalkan
tekanan dinding sistolik.pada tahap kronik,faktor miokard primer atau
klesi sekunder seperti penyakit coroner diastolik akhir serta penurunan
fraksi ejeksi.selanjutnya dapat meningkatkan tekanan atrium kiri dan
hipertensi vena pulmonal.
Perubahan hemodinamid keadaan akut dapat dibedakan dengan
keadaan kronik.kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat
insufisiensi sebelumnya.ventrikel kiri tidak punya cukup waktu untuk
beradaptasi terhadap insufisiensi aorta.peningkatan secara tiba-tiba dari
tekanan diastolik akhir ventriker kiri biasa timbul dengan sedikit dilatasi
ventrikel.
E. Tanda dan gejala
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan
tekanan darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal
jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru- paru (edema pulmoner).
Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah
dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu
10
melakukan aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam
keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring
dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna
semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang menderita
stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat
menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau
berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan
fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
1. Stenosis Mitral
Sangat cepat, lemah, dyspnea, capek bila ada kegiatan fisik,
nocturnal dyspnea, batuk kering, bronchitis, rales, edema paru-paru,
hemoptysis/batuk darah, kegagalan pada sebelah kanan jantung.
Auskultasi: teraba getaran apex S1 memberondong, peningkatan
bunyi. Murmur:lemah, nada rendah, rumbling/gemuruh, diastolic
pada apex.
2. Isufisiensi Mitral
Sangat capi, lemah, kehabisan tenaga, berat badan turun, napas
sesak bial terjadi kegiatan fisik, ortopneu, paroxysma noktural
dipsneu rales. Tingkat lanjut: edema paru-paru, kegagalan jantung
sebelah kanan. Auskultasi: terasa getaran pada raba apex, S1 tidak
ada, lemah, murmur. Murmur: bernada tinggi, menghembus,
berdesis, selam systoll(pada apex) S3 nada rendah.
3. Stenosis Aorta
Angina, syncope, capai, lemah, sesak napas saat ada kegiatan
ortopneu, paroxysm mal nokturial, edema paru-paru, rales. Tingkat
lanjut: kegagalan sebelah kanan jantung. Murmur: nada rendah,
kasar seperti kerutan, systoll(pada basis atau carctis) gemetar systoll
pada basis jantung.
4. Isufisiensi Aorta
11
Palpitasi, sinus tacikardi, sesak napas bila beraktifitas ortopnew,
paroxysmal noktural dyspnea, diaphoresis hebat, angina. Tingkat
lanjut: kegagalan jantung sebelah kiri dan kanan. Murmur: nada
tinggi, menghembus diastole (sela iga ke-3) murmur desakan systoll
pada basis (Price & Wilson.2006).
F. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada kelainan katup
1. Angina pectoris
2. Bedah jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Disritmia
5. Kondisi inflamasi jantung
6. Aspek-aspek psikososial perawatan akut
7. Penyakit jantung rematik
8. Penyakit jantung iskemik
9.
G. Penatalaksanaan
1. Stenosis Mitral
Terapi antibiotic diberikan untuk mencegah berulangnya infeksi.
Penatalaksanaan gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan
kardiotinikum dan diuretik. Intervensi bedah meliputi komisurotomi untuk
membuka atau “menyobek” komisura katub mitral yang lengket atau
mengganti katub miral dengan katub protesa. Pada beberapa kasus dimana
pembedahan merupakan kontraindikasi dan terapi medis tidak mampu
menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dapat dilakukan valvuloplasti
transluminal perkutan untuk mengurang beberapa gejala.
2. Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi
bedah meliputi penggantian katup mitral.
12
3. Stenosis Aorta
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah
penggantian katub aorta secara bedah. Terdapat risiko kematian mendadak
pada pasien yang diobati saja tanpa tindakan bedah. Keadaan yang tak
dikoreksi tersebut dapat menyebabkan gagal jantung permanen yang tidak
berespond terhadap terapi medis.
4. Insufisiensi Aorta
Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu
yang tepat untuk penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan
dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa
memperhatikan ada atau tidaknnya gejala lain. Bila pasien mengalami
gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis
sampai dilakukannya pembedahan.
H. Asuhan Keperawatan Dengan Kelainan Katup Jantung
1. PENGKAJIAN
a. Biodata :
Nama ( nama lengkap, nama panggilan ), Usia / tanggal lahir, Jenis
kelamin, Alamat ( lengkap dengan no.telp ), Suku / bangsa, Status
pernikahan, Agama / keyakinan, Pekerjaan / sumber penghasilan,
Diagnosa medic, No. medical record, Tanggal masuk, Tanggal
pengkajian, Therapy medic.
b. Penanggung jawab :
Nama, Usia, Jenis kelamin, Pekerjaan / sumber penghasilan,
Hubungan dengan klien (Brunner & Suddarth. 2001).
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam?, Bagaimana awal munculnya
?tiba-tiba? berangsur-angsur?, Keadaan penyakit, apakah sudah
membaik, parah atau tetap sama dengan sebelumnya, Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan, Kondisi saat dikaji ’ P Q R S T
13
b. Riwayat kesehatan lalu :
Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang pernah
dialami, Imunisasi Kecelakaan yang pernah dialami, Prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit Allergi ( makanan,obat-
obatan, zat/substansi,textil ), Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan
bebas).
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya menyerang,
Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi,
penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain, DM,
kanker dan gangguan emosional, Buat bagan dengan
genogram(Brunner & Suddarth. 2001).
3. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
a. Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Pusing, rasa berdenyut
Dispenea karena kerja,palpitasi.
Gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksimal noktural,
nokturia, keringat malam hari.)
b. Tanda :Takikardi,gangguan pada TD.
Pingsan karena kerja.
Takipnea, dispnea.
4. SIRKULASI
a. Gejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh:Demam reumatik,
Endokarditis bakterial. Subakut, infeksi streptokokal; hipertensi,
kondisi kongenital (contoh kerusakan. Atrial-septal,sindrom
marfun),trauma dada,hipertensi pulmonal. Riwayat murmur
jantung,palpitasi. Serak,hemoptisis. Batuk,dengan/tanpa produksi
sputum.
b. Tanda : Sistolik TD menurun (AS lambat). Tekanan nadi :
Penyempitan (SA); luas(IA) Nadi karotid:lambat dengan volume nadi
kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri terlihat (IA).
14
c. Nadi apikal : PMI kuat dan terletak di bawah dan kekiri(IM); secara
lateral kuat dan perpindahan tempat (IA).
d. Getaran : Getaran diastolik pada aspek (SM).Getaran systolik pada
dasar (SA) Getaran systolik senjang batas sternal kiri; getaran systolik
pada titik jagular dan sepanjang arteri karotis(IA).
e. Dorongan : dorongan apikal selama systolik(SA).
f. Bunyi jantung : S1 keras,pembukaan yang keras (SM).Penurunan atau
tak ada S1, bunyi robekan luas,adanya S3(IM berat). Bunyi ejeksi
sistolik (SA). Bunyi sistolik,ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).
g. Kecepatan : Takikardi(MVP);takikardi pada istirahat (SM).
h. Irama : tak teratur,fibrilasi atrial (SM dan IM).Disritmia dan
derajat pertama Blok AV (SA).
i. Murmur : Murmur diastolik pada area pulmonalik (IP). Bunyi
rendah, murmur diastolik gaduh (SM). Murmur sistolik terdengar baik
pada apek(MR). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan
penyebaran ke leher (SA). Murmur sistolik pada dasar kiri batas
sternal (SP) meningkat selama inspirasi (IT). Murmur diastolik
(tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA). Murmur
diastolik pada dasar kiri strenal meningkat dengan inspirasi ( ST).
j. DVJ : Mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan (IA, SA,
IM, IT, SM).
k. Warna / Sianosis: Kulit hangat, lembab dan kemerahan (IA). Kapiler
kemerahan dan pucat pada tiap nadi (IA).
5. EGO
Gejala : Tanda kecemasan, contoh gelisa, pucat, berkeringat, fokus
menyempit, gemetar.
6. MAKANAN / CAIRAN
a. Gejala : Disfagia (IM Kronis)
Perubahan berat badan.
Penggunaan diuretik.
b. Tanda : Edema umum / dependen
15
Hepatomegali dan asites ( SM, IM, IT)
Hangat, kemerahan dan kulit lembab (IA).
Pernafasan payah dan bising dengan terdengar krekels dan mengi.
7. NEUROSENSORI
Gejala : Episode pusing/ pingsan berkenaan dengan beban kerja.
8. NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Nyeri dada , angina (SA,IA)
Nyeri dada non angina / tidak khas (MVP).
9. PERNAFASAN
a. Gejala : Dispenia (Kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk
menetap atau nokturnal ( sputum mungkin/ tidak produktif).
b. Tanda : Takipnea
Bunyi napas adventisius ( krekels dan mengi)
Sputum banyak dan berbecak darah ( Edema pulmonal).
Gelisah/ ketakutan ( Pada adanya edema pulmonal)
10. KEAMANAN
a. Gejala : Proses infeksi/ sepsis, kemoterapi radiasi.
Adanya perawatan gigi (pembersihan, pengisian, dsb)
b. Tanda : Perlu perawatan gigi / mulut
11. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
a. Gejala : Penggunaan obat IV (Terlarang) baru/ kronis
b. Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 4,9 hari
c. Rencana pemulangan :Bantuan dengan kebutuhan perawatan diri;
tugas-tugas rumah tangga / pemeliharaan.
d. Perubahan dalam terapi obat.
e. Susunan perabot dirumah.
12. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya
b. Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri
sendiri.
c. Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS
16
d. Tanggapan klien tentang beban biaya RS.
e. Tanggapan klien tentang penyakitnya.
13. RIWAYAT SPIRITUAL
a. Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya.
b. Support system dalam keluarga.
c. Ritual yang biasa dijalankan.
14. KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN
a. Selera makan, Menu makan dalam 24 jam, Frekuensi makan dalam 24
jam, Makanan yang disukai dan makanan pantangan, Pembatasan pola
makanan, Cara makan ( bersama keluarga, alat makan yang digunakan
), Ritual sebelum makan.
b. Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam, Frekuensi minum,
Kebutuhan cairan dalam 24 jam.
15. ELIMINASI
BAB & BAK : Tempat pembuangan, Frekuensi, Kapan, Teratur,
Konsistensi, Kesulitan dan cara menanganinya, Obat-obat untuk
memperlancar BAB/BAK.
16. ISTIRAHAT TIDUR
Apakah cepat tertidur, Jam tidur (siang/malam), Bila tidak dapat tidur apa
yang dilakukan, Apakah tidur secara rutin.
17. OLAHRAGA
Program olahraga tertentu, Berapa lama melakukan dan jenisnya, Perasaan
setelah melakukan olahraga :
18. ROKOK / ALKOHOL DAN OBAT-OBATAN
Apakah merokok, berapa minum /hari/minggu , apakah banyak minum
ketika stress , Kecanduan kopi, alkohol, tea atau minuman ringan ? berapa
banyak /hari, Apakah mengkonsumsi obat dari dokter (marihuana, pil
tidur, obat bius).
19. PERSONAL HYGIENE
Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu), Cuci
rambut, Gunting kuku, Gosok gigi.
17
20. AKTIVITAS / MOBILITAS FISIK
Kegiatan sehari-hari, Pengaturan jadwal harian, Penggunaan alat bantu
untuk aktivitas, Kesulitan pergerakan tubuh.
21. REKREASI
Bagaimana perasaan anda saat bekerja, berapa banyak waktu luang,
apakah puas setelah rekreasi, apakah anda dan keluarga menghabiskan
waktu senggang, bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja.
22. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum klien :
Tanda-tanda dari distress, Penampilan dihubungkan dengan usia,
Ekspresi wajah, bicara, mood, Berpakaian dan kebersihan umum,
Tinggi badan, BB, gaya berjalan .
b. Tanda-tanda vital
Suhu, Nadi, Pernafasan, Tekanan darah.
c. Sistem pernafasan
Hidung : (kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya
sekret/polip,passase udara)
Leher : Pembesaran kelenjar, tumor
Dada : Bentuk dada (normal,barrel,pigeon chest)
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversi
Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi)
Keadaan proxsesus xipoideus.
Suara nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular).
Ada suara nafas tambahan.
Ada clubbing finger :
d. Sistem kardiovaskuler
Conjunctiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis), Arteri carotis,
Tekanan vena jugularis, Ukuran jantung, Ictus cordis / apex, Suara
jantung ( mitral, tricuspidalis, S1, S2, bising aorta ,murmur, gallop),
Capillary retilling time.
e. Sistem perncernaan
18
Sklera (ikterus/tidak), Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio
skizis), Mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah gigi,
kemampuan menelan, gerakan lidah), Gaster (kembung, gerakan
peristaltik ), Abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap
kuadran), Anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi).
f. Sistem saraf
Fungsi cerebral : Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian
dan perhitungan, bahasa), Kesadaran (eyes, motorik, verbal)
dengan GCS, Bicara (ekspresive dan resiptive )
Fungsi kranial (saraf kranial I s/d XII)
Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot).
Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan diskriminasi )
Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan)
Refleks (ekstremitas atas, bawah dan superficial) :
g. Sistem musculoskeletal :
Kepala ( bentuk kepala ), Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM ), Pelvis
(Thomas test, trendelenberg test, ortolani/barlow test, ROM), Lutut
(Mc Murray Test, Ballotement, ROM), Kaki (keutuhan ligamen,
ROM), Bahu, Tangan..
h. Sistem perkemihan :
Edema palpebra, Moon face, Edema anasarka, Keadaan kandung
kemih, Nocturia, dysuria, kencing batu, Penyakit hubungan sexual.
I. Sistem immune :
Allergi ( cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia ), ImmunisasI, Penyakit
yang berhubungan dengan perubahan cuaca, Riwayat transfusi dan
reaksinya.
23. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.Laboratorium (tulis nilai normalnya) :
b. Ro foto :
c.CT Scan : MRI, USG, EEG, ECG, dll.
19
24. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotic
b. Kardiotinikum dan diuritik
c. Komisurotoomi
d. Valvuloplasti translumnal perkutan
e. Penggantian katup mitral
f. Penggantian katup aorta(Brunner & Suddarth. 2001)
25. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pertukaran gas b/d odema paru ditandai dengan sianosis dan
dispnea
b. Risiko tinggi menurunanya curah jantung berhubungan dengan
penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.
c. Nyeri dada b/d iskemia jaringan miokard
d. Ansietas b/d situasi kritis ditandai dengan ketakutan dan peningkatan
tegangan
e. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang katup jantung
ditandai dengan permintaan informasi pasien (T. Heater. 2011)
20
26. TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional1. Gangguan
pertukaran gasGas darah arteri normal dalam jangka waktu 1 x 24 jam
- Menunjukan perbaikan ventilasi/oksigenasi sebagai bukti adalah frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tak ada sianosis, dan penggunaaan otak aksesoris, bunyi nafas normal.
a. Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, area sianosis.
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya/ tak adanya, dan bunyi adventisius.
c. Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan kelemahan
d. Observasi tanda peningkatan demam, batuk,bunyi nafas ada adventisius.
e. Bantu dalam mengubah posisi, batuk dan nafas dalam.
a. Indikator keadekuatan fungsi pernapasan atau tingkat gangguan dan kebutuhan/keefektifan terapi.
b. Terjadinya atelectasis dan stasis secret dapat mengganggu pertukaran gas.
c. Menggambarkan terjadinya infeksi
d. Paru, yang meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
e. Meningkatkan ekspansidada optimal, memobilisasikan skresi, dan pengisian udara semua area \paru; menurunkan risiko stasis secret/pneumonia..
2. Risiko tinggi menurunanya curah jantung berhubungan
Penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan
- Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea, berperan dalam
a. Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung.
a. Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan Ml yang lebih dari 24 jam pertama.
21
dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri.
tanda vital dalam batas yang dapat diterima, disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung dalam jangka waktu 3x24 jam.
aktivitas mengurangi beban kerja jantung,
- Tekanan darah dalam batas normal ( 120/80mmHg, nadi 80x/menit),
- Tidak terjadi aritmia dan irama jantung teratur,CRT kurang dari 3 detik.
b. Catat bunyi jantung.
c. Kaji perubahan pada sensorik, contoh: letargi, cemas, dan depresi.
d. Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang.
e. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanl/ masker
b. S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi, murmur dapat menunjukkan inkompetensi/ stenosis mitral.
c. Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung
d. Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang terkait dan meningkatkan tekanan darah dan frekuensi / kerja jantung.
e. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium dalam melawan efek hipoksia/iskemia.
22
sesuai dengan indikasi.f. Kolaborasi untuk pemberian
obat.
g. Pemberian IV , pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi. Hindari cairan garam.
.
.
f. Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas, dan menurunkan kongesti.
g. Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, pasien tidak menoleransi peningkatan volume cairan, pasien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokard
3. Nyeri dada b/d iskemia jaringan miokard
Pasien mengatakan bahwa nyeri dada telah hilang/terkontrol dalam jangka waktu 3x24 jam
- Nyeri hilang- Menyatakan metode
yang membuat nyeri hilang
a. Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode selanjutnya. Gunakan skala nyeri 0-10 untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal atau non verbal , respon otomatis terhadap nyeri(berkeringat,TD dan nadi berubah,peningkatan
a. Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat / adanya ketidaknyamanan pasien khususnya apabila pasien menolak adanya nyeri.
23
atau penurunan frekuensi pernafasan).
b. Evaluasi respon terhadap obat
c. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktifitas sesuai kebutuhan.
d. Anjurkan pasien berespon tepat terhadap angina (contoh berhenti aktifitas yang menyebabkan angina, istirahat dan minum obat anti angina yang tepat.
e. Berikan vasolidator, contoh nitrogliserin, nifedifin (Pro-cardia) sesuai indikasi.
b. Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan nitrat menunjukan MVP, berhubungan dengan nyeri dada tidak khas / non angina.
c. Aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
d. Penghentian aktifitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering menghentikan angina.
e. Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasolidator) menurunkan angina sehubungan dengan
24
iskemia miokardia.4. Ansietas b/d
situasi kritis ditandai dengan ketakutan dan peningkatan tegangan
Pasien merasa tenang dalam jangka waktu 1x24 jam
- Pasien menunjukkan relaksasi
- Menunjukkan perilaku untuk menangani stres
a. Identivikasi /evaluasi persepsi pengobatanyang ditunjukkan oleh situasi.
b. Pantau respond fisik. Contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.
c. Berikan tindakan kenyamanan contoh, mandi, gosokan punggung, perubahan posisi.
d. Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi.
e. Dorong ventilasi perasaan tenang penyakit efeknya, terhadap pola hidup dan status kesehatan akan dating.
a. Alat untuk mendefinisikan lingkup masalah dan pilihan intervensi.
b. Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respond verbal dan nonverbal.
c. Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
d. Memberikan rasa control pasien untuk menangani beberapa aspek pengobatan, (contoh, aktivitas perawatan, waktu pribadi), menurunka kelemahan, meningkatkan energy.
e. Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katub jantung kronis dan secara
25
f. Libatkan orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencan pengobatan.
g. Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif.
tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terpai pada sktivitas sehari-hari.
f. Keterlibatan akan membantu menfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa control.
g. Memberikan arti penghilangan respond ansitas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
5. Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang katup jantung ditandai dengan permintaan informasi pasien
Pasien mengerti tentang kelainan katub jantung dalam jangka waktu 1x24 jam
- Pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, program pengobatan dan potensial komplikasi.
- Mengidentifikasi perilku/perubahan pola hidup untuk mencegah komplikasi.
- Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti perawatan.
a. Jelaskan dasar patologi abnormalitas katub.
b. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping, dan
a. Pasien harus mempuyai dasar pemahaman tentang abnormalitas katubnya sendiri dan konsekuensi hemodinamik kerusakan sebagai dasar penjelasan rasional sebagai dasar penjelasan rasional aspek pengobatan.
b. Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi
26
pentingnya minum obat sesuai resep.
c. Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan, pusing berat, atau episode berdenyut.
d. Anjurkan dan biarkan pasien menunjukkan ketrampilan pemantauan sendiri nadi bila pasien pulang dengan digitalis.
obat dan menceah penghentian sendiri pada obat dan /atau interaksi obat yang merugikan.
c. Dapat mengidentifikasi kebutuhan evaluasi status elektrolit dan/atau gangguan program obat.
d. Adanya perubahan pada frek nadi dan irama mungkin indikasi toksisitas digitalis dan harus dilaporkan pada dokter untuk evaluasi.
27. DISCHARGE PLANING
a. Perawatan lanjutan: control sesuai waktu yang ditentukan
b. Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah
c. Manifestapi kekambuhan
d. Tindakan-tindakan untuk mencegah kekambuhan
27
Daftar Pustaka
Arif mansjoer.dkk. 2001. Kapita Selekta. Edisi ke-3. Jakarta: Media Aesculapitus
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ; Edisi 8;
Volume 2. Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price, Alih bahasa Brahm U dkk. 2005. Patofisiologi, konsep klinik
proses- proses penyakit ed. 6. Jakarta: EGC.
Dongoes Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather. Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014,
alih bahasa Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC
28