LP Fraktur

download LP Fraktur

of 30

description

melengkapi

Transcript of LP Fraktur

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR0. DefinisiFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Kapita Selekta Kedokteran, 2010).Fraktur dapat dibagi menjadi :0. Fraktur tertutup (closed) adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Atau bila jaringan kulit yang berada diatasnya/ sekitar patah tulang masih utuh.0. Fraktur berbuka (open / compound) adalah hilangnya atau terputusnya jaringan tulang dimana fragmen-fragmen tulang pernah / sedang berhubungan dengan dunia luar.

0. Klasifikasi menurut Gastilo dan Anderson dari derajat patah tulang1. Derajat 10. Luka < 1 cm.0. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk.0. Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan.0. Kontaminasi mininal.1. Derajat 20. Laserasi > 1 cm.0. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / arulsi.0. Fraktur kominutif sedang.0. Kontaminasi sedang.0. 1. Derajat 3Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luar meliputi struktur kulit, otot dan neuro vaskuler serta keutamaan derajat tinggi secara otomatis, Gustilo membagi lagi menjadi 3 bagian :1. Derajat III AJaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas / flap / avulsi / fraktur segmental / sangat kuminatif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.1. Derajat III BKehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi.1. Derajat III CLuka pada pembuluh arteri / saraf perifer yang harus dan perbaiki tanpa melihat keruskaan jaringan lunak.

0. Anatomi FisiologiTulang paha / femur terdiri dari ujung atas, corpus dan ujung bawah, ujung atas terdiri dari 0. Kaput adalah masa yang membuat dan mengarah ke dalam dan ke atas tulang tersebut halus dan dilapisi dengan kartilago kembali fovea, lubang kecil tempat melekatnya ligamen pendek yang menghubungkan kaput ke area yang besar pada asetabulum os coxal.0. Trochanten mayor sebelah lateral dan trochanter minor sebelah medial, merupakan melekatnya otot-otot.Carpus adalah tulang panjang agak mendatar ke arah medial, sebagian besar permukaannya halus dan tempat melekatnya otot-otot. Pada bagian posterior linea aspera adalah tulang yang berbentuk hubungan ganda, membentang ke bawah dari trochanter atas dan melebar keluar bawah untuk menutup area yang halus. Ujung bawah terdiri dari kondik medial dan lateral yang besar dan suatu area tulang diantaranya kondile mempunyai permukaan artikulur untuk fibia dibawah dan patela di depan.Fraktur collum dan kaput merupakan fraktur femur yang umum, fraktur tersebut lebih mudah terjadi pada orang tua sebagai akibat karena jatuh. Fraktur tidak dapat segera sembuh karena pada fraktur tersebut memotong banyak suplay darah ke kaput femoris. Untuk membantu menyembuhkan dan memudahkan pergerakan pasien secepat mungkin. Fraktur ini biasanya ditangani dengan memasang pembaja melalui trochanter mayor ke dalam kaput femuris. Dengan demikian pasien mampu untuk turun dari tempat tidur dan mulai untuk berjalan (John Gibson, 2009).

0. PatofisiologiKecelakaan, trauma, osteoporosisF. tertutupBengkak tekanan meningkatDenyut nadi menurun para lysis nyeri hebatMenekan jaringan sekitar pembuluh darahIskemia Kontraktur Jaringan tulang nekrosisNecrosis merangsang terjadinya peradanganTrauma pada WristPembuluh darah, syaraf jaringan lunak rusakDarah mengalir kedaerah frakturPertumbuhan bacteriResiko infeksiLemak keluar ke pembuluh darahEmboli 1. Nadi menurun1. Stenosis1. Sesak Fraktur terbukaKontak dengan lingkungan luarGx neuro vaskulerResiko infeksiKerusakan integritas kulitNyeriImobilisasi (traksi)Kerusakan integritas kulitKerusakan mobilitas fisik

0. Penatalaksanaan0. Patah tulang terbukaPrinsip 0. Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang membahayakan jiwa airway, breathing, circulation.0. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan dengan perban tekan, menghentikan perdarahan besar dengan klem.0. Pemberian antibiotika.0. Debridement dan irigasi sempurna.0. Stabilisasi.0. Penutub luka.0. Rehabilitasi.

6. Life SavingSemua penderita patah tulang terbuka harus di ingat sebagai penderita dengan kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius. Hal ini perlu ditekankan mengingat bahwa untuk terjadinya patah tulang diperlukan suatu gaya yang cukup kuat yang sering kali tidak hanya berakibat total, tetapi berakibat multi organ. Untuk life saving prinsip dasar yaitu : airway, breath and circulation.6. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat daruratDengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang tebuka luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminsi (golden periode) dan setelah waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patuah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang terbuka, tercapai walaupun ditinjau dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer menempati urutan prioritas ke 6. Sasaran akhir di maksud adalah mencegah sepsis, penyembuhan tulang, pulihnya fungsi.6. Pemberian antibiotikaMikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi tergantung dimana patah tulang ini terjadi. Pemberian antibiotika yang tepat sukar untuk ditentukan hany saja sebagai pemikiran dasar. Sebaliklnya antibiotika dengan spektrum luas untuk kuman gram positif maupun negatif.

6. Debridemen dan irigasiDebridemen untuk membuang semua jaringan mati pada darah patah terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati.Irigasi untuk mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan.Di Intion is solution for polution untuk mengetahui kualitas dari otot hendaknya selalu di ingat 4 C : Contractibility, color, consistency, capacity to bleed.Kedua tindakan ini harus dilakukan sesempurna mungkin sebelum penanganan definitif.6. Stabilisasi.Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi fragmen tulang, cara stabilisasi tulang tergantung pada derajat patah tulang terbukanya dan fasilitas yang ada.Pada derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam secara primer. Untuk derajat 3 dianjurkan pemasangan fiksasi luar. Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah awal dari rahabilitasi penderita.6. Penutup lukaPenutup luka primer dapat dipertimbangkan pada patah tulang derajat 1 dan 2 tidak dianjurkan penutupan luka primer. Hanya saja kalau memungkinkan tulang yang nampak diusahakan ditutup dengan jaringan lunak (otot) untuk memperkuat hidupnya.6. Rehabilitasi DiniPerlu dilaksanakan sebab dengan demikian maka keadaan umum penderita akan jadi sangat baik dan fungsi anggota gerak di harapkan kembali secara normal.

0. Patah tulang tertutup1. Pertolongan darurat (Emergency)Pemasangan bidal (splint)0. Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.0. Mengurangi rasa nyeri.0. Menekan kemungkinan terjadinya emboli dan syok.0. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto.1. Pengobatan definitif0. Reposisi secara tertutup0. Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada patah tulang tertentu.0. Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian distal.0. Imobilisasi1. Gips (Plaster of paris castis)1. Traksi secara kontinue : traksi kulit, traksi tulang.0. Reposisi secara terbukaMelakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen dan kawat.1. RehabilitasiTujuan umum1. Mempertahankan ruang gerak sendi.1. Mempertahankan kekuatan otot.1. Mempercepat proses penyembuhan fraktur.1. Mempercepat pengambilan fungsi penderitaLatihan terdiri dari3. Mempertahankan ruang gerak sendi.3. Latihan otot.3. Latihan berjalan

2. Pemeriksaan Penunjang0. Pemeriksaan radiologi untuk memastikan daerah fraktur dengan.0. 2 arah (antero-posterior dan lateral).0. 2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dari 10 hari setelah trauma).0. 2 sendi : sendi proksimal dan distal dari fraktur harus terlihat pada film.0. 2 ekstremitas : sebagai pembanding, bila garis fraktur meragukan terutama pada anak-anak.0. Pemeriksaan laboratorium

ASUHAN KEPERAWATANProses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul Effendy, 2009)Adapun tahapan dalam proses keperawatan antara lain :1. PengkajianPengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi / data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendy, 2009).1. Pengumpulan Data meliputi :1. Identitas Klien Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku, pendidikan, no register, diagnosa medis. 2. Keluhan UtamaBiasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas / mobilisasi pada daerah fraktur tersebut. 3. Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Sekarang.Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma / kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan. Riwayat Penyakit Dahulu.Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami pembedahan perbaikan dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga.Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.4. Pola-pola Fungsi Kesehatan. Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat.Pada fraktur akan mengalami perubahan dan gangguan pada personal hiegene, misalnya kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti pakaian, BAK dan BAB serta berolahraga sehingga dapat menimbulkan masalah perawatan diri. Pola eliminasiKebiasaan miksi dan defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi, dikarenakan imubilisasi, fases warna kuning dan konsistensi defekasi padat . Pada miksi klien tidak mengalami gangguan, warna urin jernih, buang air kecil 3 4 x/hari. Pola nutrisi dan metabolismePada umumnya tidak akan mengalami gangguan penurunan nafsu makan, meskipun menu berubah misalnya makan di rumah gizi tetap sama sedangkan di rumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diet klein. Pola aktivitas dan latihanAktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan dari fraktur femur sehingga kebutuhan perlu dibantu baik oleh perawat atau keluarga, misalnya kebutuhan sehari-hari, mandi, BAB, BAK dilakukan diatas tempat tidur.

Pola penanggulangan stresMasalah fraktur femur dapat menjadi stres tersendiri bagi klien. Dalam hal ini pola penanggulangan stress sangat tergantung pada sistem mekanisme klien itu sendiri misalnya pergi kerumah sakit untuk dilakukan perawatan / pemasangan traksi. Pola sensori dan kognitifNyeri yang disebabkan oleh fraktur femur adanya kerusakan jaringan lunak serta tulang yang parah dan hilangnnya darah serta cairan seluler ke dalam jaringan. Hal ini yang menyebabkan gangguan sensori sedangkan pada pola kognitif atau cara berfikir klien tidak mengalami gangguan jiwa. Pola hubungan peranPola hubungan dan peran akan mengalami gangguan, jika klien sebagai kepala rumah tangga / menjadi tulang punggung keluarga. Pola persepsi diriPada fraktur femur akan mengalami gangguan konsep diri karena terjadi perubahan cara berjalan akibat kecelakaan yang menyebabkan patah tulang dan klien takut cacat seumur hidup / tidak dapat kembali bekerja. Pola reproduksi dan seksualBila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika klien belum berkeluarga klein tidak akan mengalami gangguan. Pola tidur dan istirahatKebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur. Pola tata nilai dan kepercayaanPada fraktur terutama fraktur femur akan mengalami perubahan / gangguan dalam menjalankan sholat dengan cara duduk dan dilakukan diatas tempat tidur.5. Pemeriksaan Fisika. Keadaan UmumMeliputi keadaan sakit pasien, tingakat kesadaran dan tanda-tanda vitalb. Pemeriksaan Sistem Integumen.Tidak ada perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti warna kulit, adanya jaringan parut / lesi, tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat serta kulit kotor.c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher.Tidak ada perubahan yang menonjol pada kepala dan leher seperti warna rambut, mudah rontok, kebersihan kepala, alupeaus, keadaaan mata, pemeriksaan takanan bola mata (TIO), pemeriksaan visus, adanya massa pada telinga, kebersihan telinga, adanya serumen, kebersihan hidung, adanya mulut dan gigi, mulut bau adanya pembengkakan pada leher, pembesaran kelenjar linfe atau tiroid.d. Pemeriksaan Sistem Respirasi.Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya sesak nafas, sura tambahan, pernafasan cuping hidung.e. Pemeriksaan Kordiovaskuler.Klien fraktur mengalami denyut nadi meningakat terjadi respon nyeri dan kecemasan, ada tidaknya hipertensi, tachikardi perfusi jaringan dan perdarahan akiobat trauma.f. Pemeriksaan Sistem Gastro Intestinal.Tidak ada perubahan yang menonjol seperti nafsu makan tetap, peristaltik usus, mual, muntah, kembung.g. Pemeriksaan Sistem Ganitourinaria.Tidak ada perubahan yang menonjol seperti produksi urin, warna urin, apakah ada hematovia / tidak, adakah disuria, kebersihan genital.h. Pemeriksaan Sistem Muskuslukeletal.Terdapat fraktur, yeri gerak, kekakuan sendi, bagaimana tinus ototnya ada tidaknya atropi dan keterbatasan gerak, adanya karepitus.i. Pemeriksaan Sistem Endokrin.Tidak ada perubahan yang menojol seperti ada tidaknya pembesaran thyroid / struma serta pembesaran kelenjar limfe.j. Pemeriksaan Sistem Persyarafan.Ada tidaknya hemiplegi, pavaplegi dan bagaimana reflek patellanya.

1. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:Gejala-gejala fraktur tergantung pada lokasi, berat dan jumlah kerusakan pada struktur lain. Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:1) Aktivitas/istirahat:Gejala: Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri.2) Sirkulasi:Tanda: Peningkatan tekanan darah mungkin terjadi akibat respon terhadap nyeri/ansietas, sebaliknya dapat terjadi penurunan tekanan darah bila terjadi perdarahan. Takikardia Penurunan/tak ada denyut nadi pada bagian distal area cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur. Hematoma area fraktur.

3) Neurosensori:Gejala: Hilang gerakan/sensasi Kesemutan (parestesia)Tanda: Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, kelemahan/kehilangan fungsi. Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera akibat langsung dari fraktur atau akibat sekunder pembengkakan jaringan dan nyeri. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain.4) Nyeri/Kenyamanan:Gejala: Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area fraktur, berkurang pada imobilisasi. Spasme/kram otot setelah imobilisasi.5) Keamanan:Tanda: Laserasi kulit, perdarahan Pembengkakan lokal (dapat meningkat bertahap atau tiba-tiba)6) Penyuluhan/Pembelajaran: Imobilisasi Bantuan aktivitas perawatan diri Prosedur terapi medis dan keperawatan

2. Pengkajian Diagnostik:Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:1. X-ray:- menentukan lokasi/luasnya fraktur2. Scan tulang:- memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak3. Arteriogram- dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.4. Hitung Darah Lengkap- hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.5. Kretinin- trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal6. Profil koagulasi- perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau cedera hati.3. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan:a. Risiko cedera b/d gangguan integritas tulang

INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1. Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi.

2. Bila terpasang gips/bebat, sokong fraktur dengan bantal atau gulungan selimut untuk mempertahankan posisi yang netral.

3. Evaluasi pembebat terhadap resolusi edema.

4. Bila terpasang traksi, pertahankan posisi traksi (Buck, Dunlop, Pearson, Russel)

5. Yakinkan semua klem, katrol dan tali berfungsi baik.

6. Pertahankan integritas fiksasi eksternal.

7. Kolaborasi pelaksanaan kontrol foto.

Meningkatkan stabilitas, meminimalkan gangguan akibat perubahan posisi.

Mencegah gerakan yang tak perlu akibat perubahan posisi.

Penilaian kembali pembebat perlu dilakukan seiring dengan berkurangnya edema

Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan mengatasi tegangan otot untuk mempercepat reunifikasi fragmen tulang

Menghindari iterupsi penyambungan fraktur.

Keketatan kurang atau berlebihan dari traksi eksternal (Hoffman) mengubah tegangan traksi dan mengakibatkan kesalahan posisi.

Menilai proses penyembuhan tulang.

b. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi

2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.

3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.

4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)

5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)

6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.

7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)

Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.

Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.

Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.

Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.

Menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.

Menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer.

Menilai erkembangan masalah klien.

c. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal cedera.

2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat.

3. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya sindroma kompartemen.

4. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan.

5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.

Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi.

Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian keketatan bebat/spalk.

Meningkatkan drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.

Mungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk menurunkan trombus vena.

Mengevaluasi perkembangan masalah klien dan perlunya intervensi sesuai keadaan klien.

d. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1. Instruksikan/bantu latihan napas dalam dan latihan batuk efektif.

2. Lakukan dan ajarkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan klien.

3. Kolaborasi pemberian obat antikoagulan (warvarin, heparin) dan kortikosteroid sesuai indikasi.

4. Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, kalsium, LED, lemak dan trombosit

5. Evaluasi frekuensi pernapasan dan upaya bernapas, perhatikan adanya stridor, penggunaan otot aksesori pernapasan, retraksi sela iga dan sianosis sentral.

Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.

Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan kongesti paru.

Mencegah terjadinya pembekuan darah pada keadaan tromboemboli. Kortikosteroid telah menunjukkan keberhasilan untuk mencegah/mengatasi emboli lemak.

Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 menunjukkan gangguan pertukaran gas; anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan kadar lipase, lemak darah dan penurunan trombosit sering berhubungan dengan emboli lemak.

Adanya takipnea, dispnea dan perubahan mental merupakan tanda dini insufisiensi pernapasan, mungkin menunjukkan terjadinya emboli paru tahap awal.

e. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.

2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.

3. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.

4. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.

5. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.

6. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.

7. Berikan diet TKTP.

8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

9. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.

Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.

Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.

Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.

Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia)

Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.

Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem-pertahankan fungsi fisiologis tubuh.

Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.

Menilai perkembangan masalah klien.

f. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).

2. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips.

3. Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal

4. Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi pen/traksi.

Menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas.

Meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi.

Mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat kontaminasi fekal.

Menilai perkembangan masalah klien.

g. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1. Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protokol

2. Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen.

3. Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi.

4. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang)

Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka.Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat penyembuhan luka.

Meminimalkan kontaminasi.

Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi tetanus.

Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.

Mengevaluasi perkembangan masalah klien.

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.INTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

Kaji kesiapan klien mengikuti program pembelajaran.

Diskusikan metode mobilitas dan ambulasi sesuai program terapi fisik.

Ajarkan tanda/gejala klinis yang memerluka evaluasi medik (nyeri berat, demam, perubahan sensasi kulit distal cedera)

Persiapkan klien untuk mengikuti terapi pembedahan bila diperlukan.

Efektivitas proses pemeblajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien untuk mengikuti program pembelajaran.

Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam perencanaan dan pelaksanaan program terapi fisik.

Meningkatkan kewaspadaan klien untuk mengenali tanda/gejala dini yang memerulukan intervensi lebih lanjut.

Upaya pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi maslaha sesuai kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, dkk, 2010, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

1. Susan Martin Tucker, dkk, 2009, Standart Keperawatan Pasien, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

1. Nasrul Effendi, 2009, Pengatar Proses Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

1. Marilynn E. Doenges dkk, 2011, Nursing Care Plans, Quidelinnes For Planning Patient Care (Second Etition).