Lp Fraktur

24
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR A. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002). Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 2000). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges, 2000). Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. B. Jenis Fraktur 1. Berdasarkan sifat fraktur a. Fraktur tertutup Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar b. Fraktur terbuka Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar 2. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur

description

keperawatan

Transcript of Lp Fraktur

Page 1: Lp Fraktur

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

A. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang

dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik (Price, 2000).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,

pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi

(Doenges, 2000).

Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya

disebabkan oleh ruda paksa.

B. Jenis Fraktur

1. Berdasarkan sifat fraktur

a. Fraktur tertutup

Apabila fagmen tulang yang patah tidak tampak dari luar

b. Fraktur terbuka

Apabila fragmen tulang yang patah tampak dari luar

2. Berdasarkan komplit / tidak komplit fraktur

a. Fraktur komplit

Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran bergeser dari posisi normal)

b. Fraktur inkomplit

Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang

Misal : - Hair line fraktur

- Green stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah

sedang sisi yang lain membengkok

Page 2: Lp Fraktur

3. Berdasarkan bentuk garis patah & hubungan dengan mekanisme tauma

a. Fraktur transversal

Arah melintang dan merupakan akibat trauma angulasi / langsung

b. Fraktur oblik

Arah garis patah membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan

akibat dari trauma langsung

c. Fraktur spiral

Arah garis patah spiral dan akibat dari trauma rotasi

d. Fraktur kompresi

Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

4. Istilah lain

a. Fraktur komunitif

Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

b. Fraktur depresi

Fraktur dengan bentuk fragmen terdorong ke dalam (sering terjadi pada

tulang tengkorak dan tulang wajah).

c. Fraktur patologik

Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, tumor,

metastasis tulang).

d. Fraktur avulsi

Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya.

(Smelter & Bare, 2002).

C. Etiologi

1. Menurut Price (2000)

a. Kekerasan langsung

Terkena pada bagian langsung trauma

b. Kekerasan tidak langsung

Terkena bukan pada bagian yang terkena trauma

c. Kekerasan akibat tarikan otot

2. Menurut Barbara C Long (2002)

Page 3: Lp Fraktur

a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)

b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)

c. Patah karena letih

D. Manifestasi Klinik

Nyeri

Deformitas (kelainan bentuk)

Krepitasi (suara berderik)

Bengkak

Peningkatan temperatur lokal

Pergerakan abnormal

Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)

Kehilangan fungsi

(Smelter & Bare, 2002).

E. Prinsip Penatalaksanaan Dengan Konservatif & Operatif

1. Cara Konservatif

Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan

terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya

infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan

adalah dengan gips dan traksi.

a. Gips

Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk

tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :

Immobilisasi dan penyangga fraktur

Istirahatkan dan stabilisasi

Koreksi deformitas

Mengurangi aktifitas

Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips

adalah :

Page 4: Lp Fraktur

Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan

Gips patah tidak bisa digunakan

Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan

klien

Jangan merusak / menekan gips

Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

b. Traksi (mengangkat / menarik)

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali

pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa

sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.

Metode pemasangan traksi antara lain :

Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada

keadaan emergency

Traksi mekanik, ada 2 macam :

Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal

otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

Traksi skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan

balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka

operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan

metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

Mengurangi nyeri akibat spasme otot

Memperbaiki & mencegah deformitas

Immobilisasi

Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)

Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :

Page 5: Lp Fraktur

Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik

Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan

pemberat agar reduksi dapat dipertahankan

Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus

Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol

Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

2. Cara operatif / pembedahan

Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya

mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna

dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang

mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat

yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang

yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan

agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-

fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen,

sekrup, pelat, dan paku.

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :

Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah

Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada

didekatnya

Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai

Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain

Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-

kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan

fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan

dijalankan

F. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

a. Identitas Klien

Page 6: Lp Fraktur

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut

sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian

tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme

terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s

yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk

menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt

beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga

diabetes menghambat proses penyembuhan tulang

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik

f. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya

kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan

kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti

penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme

Page 7: Lp Fraktur

kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu

keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C

dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan

penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi

dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan

terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi

masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga

obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

3. Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola

eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,

konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.

Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya,

warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada

kesulitan atau tidak.

4. Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,

sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur

klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur,

suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta

penggunaan obat tidur.

5. Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk

kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu

banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah

bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada

beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur

Page 8: Lp Fraktur

dibanding pekerjaan yang lain.

6. Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan

akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).

8. Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian

distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul

gangguan.begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami

gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.

9. Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan

hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan

keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu

juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak,

lama perkawinannya.

10. Pola Penanggulangan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,

yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.

Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.

11. Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan

beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini

bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.

2) Pemeriksaan Fisik

a. Gambaran Umum

1. Keadaan umum: kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,

Page 9: Lp Fraktur

komposmentis tergantung pada keadaan klien. Tanda-tanda vital

tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.

2. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

- Sistem Integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,

bengkak, oedema, nyeri tekan.

- Kepala

Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada

penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

- Leher

Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,

reflek menelan ada.

- Muka

Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan

fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

- Mata

Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena

tidak terjadi perdarahan)

- Telinga

Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada

lesi atau nyeri tekan.

- Hidung

Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

- Mulut dan Faring

Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,

mukosa mulut tidak pucat.

- Thoraks

Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

- Paru

a) Inspeksi

Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya

Page 10: Lp Fraktur

tergantung pada riwayat penyakit klien yang

berhubungan dengan paru.

b) Palpasi

Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

c) Perkusi

Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan

lainnya.

d) Auskultasi

Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara

tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

- Jantung

Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.

Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

Perkusi

Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

- Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar

tidak teraba.

Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang

cairan.

Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

- Inguinal-Genetalia-Anus

Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan

BAB.

- Keadaan Lokal

Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal

terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan

Diagnostik

- Pemeriksaan Laboratorium

1. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap

Page 11: Lp Fraktur

penyembuhan tulang.

2. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk

tulang.

3. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase

(LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase

yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

- Pemeriksaan lain-lain

1. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas:

didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

2. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila

terjadi infeksi.

3. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang

diakibatkan fraktur.

4. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau

sobek karena trauma yang berlebihan.

5. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya

infeksi pada tulang.

6. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

PATHWAY

Kondisi patologis, osteoporosis, neoplasma

Trauma FacialLangsung/tidak langsung

Page 12: Lp Fraktur

G. Diagnosa Keperawatan

Defisit volume cairan b.d. perdarahan

Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf

Absorbsi calcium

Rentan fraktur Multiple Fraktur

Deprasi saraf nyeri Tindakan Bedah

perdarahan

Defisit volume cairan

Gangguan rasa nyaman : nyeri

Pre op Intra Op Post Op

Defisit pengetahuan

Cemas

Perdarahan

Defisit volume cairan

Efek anestesi

Mual, muntah

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Luka insisi

Imflamasi bakteri

Resti infeksi

Page 13: Lp Fraktur

Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri

Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. mual, muntah

Resti infeksi b.d. imflamasi bakteri ke daerah luka

H. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam klien mampu

mengontrol nyeri, dengan kriteria hasil :

Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

Mengikuti program pengobatan yang diberikan

Menunjukan penggunaan tehnik relaksasi

Intervansi :

a. Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan

respon terhadap obat.

Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan

evaluasi keevektivan intervensi.

b. Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan

visualisasi.

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan

dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.

c. Kolaborasi pemberian obat analgesik

Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.

2. Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah

Tujuan:

Page 14: Lp Fraktur

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nutrisi pasien

terpenuhi dengan KH:

Makanan masuk

BB pasien naik

Mual, muntah hilang

Intervensi:

a. Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering

Rasional: memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien

b. Sajikan menu yang menarik

Rasional: Menghindari kebosanan pasien, untuh menambah ketertarikan

dalam mencoba makan yang disajikan

c. Pantau pemasukan makanan

Rasional: Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien

d. Kolaborasi pemberian suplemen penambah nafsu makan

Rasional: kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi pasien selama

dirawat di rumah sakit

3. Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien memiliki

rentang respon adaptif, dengan kriteria hasil :

Tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat ditangani.

Mengakui dan mendiskusikan rasa takut.

Menunjukkan rentang perasaan yang tepat.

Intervensi :

a. Dorong ekspresi ketakutan/marah

Rasional : Mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi.

b. Akui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah

Rasional : Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu klien melalui

penilaian awal juga selama pemulihan

c. Berikan informasi akurat tentang perkembangan kesehatan.

Page 15: Lp Fraktur

Rasional : Memberikan informasi yang jujur tentang apa yang diharapkan

membantu klien/orang terdekat menerima situasi lebih evektif.

d. Dorong penggunaan menejemen stres, contoh : napas dalam, bimbingan

imajinasi, visualisasi.

Rasional : membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan

relaksasi, dan meningkatkan penigkatan kemampuan koping.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Lp Fraktur

Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :

Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made

Kanosa, Edisi III. EGC Jakarta.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2000). Patofisiologi: Konsep klinis proses-

proses penyakit. Yakarta: EGC.

Suddarth dan Burnner. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3. EGC :

Jakarta.