lp fraktur

25
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR METATARSAL 1. Definisi - Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan dietntukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Meskipun tulang patah jaringan sekitarnya akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. - Fraktur adalah kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan biasanya disertai cidera jaringan 2. Etiologi Menurut Branner &Suddart Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak bahkan kontraksi otot ekstrem. Etiologi patah tulang menurut Barbara C. Long adalah 1) Fraktur akibat peristiwa trauma Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain :

description

keperawatan surgikal

Transcript of lp fraktur

Page 1: lp fraktur

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR METATARSAL

1. Definisi

- Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan dietntukan sesuai jenis dan luasnya.

Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.

Meskipun tulang patah jaringan sekitarnya akan terpengaruh mengakibatkan edema

jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan

saraf dan kerusakan pembuluh darah.

- Fraktur adalah kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi

yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan biasanya disertai cidera jaringan

2. Etiologi

Menurut Branner &Suddart

Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak

bahkan kontraksi otot ekstrem.

Etiologi patah tulang menurut Barbara C. Long adalah

1) Fraktur akibat peristiwa trauma

Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang

terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika

kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh

dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.

Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain :

a. Trauma langsung

Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya : benturan

atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.

b. Trauma tidak langsung

Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur pada

pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.

c. Trauma ringan

Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur juga

disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena tarikan

spontan otot yang kuat.

Page 2: lp fraktur

2) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan

Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu

mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimpanya.

3) Fraktur Patologis

Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang

akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis.

3. Klasifikasi

Fraktur di bagi menjadi:

a. Fraktur tertutup ( closed/ simple ), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar dan tidak menyebabkan robeknya kulit.

b. Fraktur terbuka ( open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar karena adanya perlukaan. Fraktur dengan luka pada kulit atau membrane

mukosa sampai kepatahan tulang.

Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu :

Derajat I :

- luka < 1 cm

- kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda lunak remuk

- fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan

- kontaminasi minimal

Derajat II :

- laserasi > 1 cm

- kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi

- fraktur kominutif sedang

- kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan

neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat ini terbagi atas :

a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi

luas/flap/avulsi; atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh

trauma berenergi tinggi tanpa melihat besanya ukuran luka

b. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulangyang terpapar atau kontamnasi

masif

Page 3: lp fraktur

c. Luka pada pembulu arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat

kerusakan jaringan lunak.

c. Fraktur komplikata : disini persendian, syaraf, pembuluh darah atau organ viscera juga

ikut terkena. Fraktur seperti ini dapat berbentuk “fraktur tertutup” atau “fraktur terbuka”.

Contoh seperti :

- Fraktur pelvis tertutup = ruptura vesica urinaria

- Fraktur costa = luka pada paru-paru

- Fraktur corpus humeri = paralisis nervus radialis

d. Fraktur patologis : karena adanya penyakit lokal pada tulang, maka kekerasan yang

ringan saja pada bagian tersebut sudah dapat menyebabkan fraktur. Contoh :

tumor/sarcoma, osteoporosis dll.

Bedasarkan garis fraktur dibedakan menjadi:

a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran (bergeser dari posisi normal).

b. Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian garis tengah tulang.

Bedasarkan jumlah garis fraktur, dibedakan menjadi :

a. Simple fraktur, bila hanya ada satu garis patah.

b. Communitive fraktur, bila fraktur lebih dari satu dan tidak saling berhubungan, misalnya

fraktur 1/3 distal dan 1/3 proksimal.

Berbagai jenis fraktur khusus:

- Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok

- Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

- Oblik: fraktur membentuk sedut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil disbanding

transversal)

- Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang

- Kominutif: fraktur dengan tulang pecah beberapa fragmen

- Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah)

- Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

- Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, metastasis

tulang, tumor)

Page 4: lp fraktur

- Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada perlekatannya

- Epifiseal: fraktur melalui epifisis

- Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

4. Manifetasi Klinis

- Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.

Spasme tulang yang menyertai fraktur untuk meminimalkan gerakan antara fragmen

tulang.

- Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak

secara alamiah (gerakan luar biasa), bukan tetap rigid seperti normalnya.Pergeseran

frakmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlahat maupun

teraba). Ekstremitas yang bisa diketaui dengan membandingkan dengan ekstremitas

normal.

- Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot

yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur. Frakmen sering saling melengkapi

satu sama lain sampai 2,5 – 5 cm (1 – 2).

- Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derki tulang yang dinamakan

krepitasi/krepitus yang teraba akibat gesekan antara frakmen satu dengan yang lain.

- Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari

setelah cidera.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru

tidak ada pada fraktur linier atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak

satu sama lain)

5. Fraktur metatarsal

Fraktur metatarsal penyebab yang paling sering trauma langsung seperti crush injury atau

twisting dan juga akibat gaya langsung yang bersifat kronis sehingga menyebabkan stress

fracture

a) Manifestasi

Trauma langsung, karena kejatuhan barang yang cukup berat, atau karena trauma tak

langsung, hal ini terjadi sewaktu kaki menginjak tanah dengan kuat secara tiba-tiba badan

melakukan gerakan memutar.

b) Pemeriksaan fisik

Page 5: lp fraktur

Penderita mengeluh sakit didaerah pedis. Tampak pembengkakan dan ekhymosis. Pada

palpasi didapatkan nyeri tekan krepitasi dan nyeri sumbu.

c) Radiologi

Proyeksi anteroposterior, proyeksi oblique, proyeksi lateral.

d) Penanggulangan

Bila fragmen fraktur tak mengalami dislokasi dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips

sirkuler, dipertahankan sampai 4-6 minggu.

e) Klasifikasi fraktur metatarsal

OTA mengklasifikasikan fraktur metatarsal secara detail mengenai bentuk frakturnya tetapi

tidak berdasarkan stabilitasa ataupun penatalaksanaannya. Fraktur metatarsal berdasarkan

klasifikasi ini adalah 81. Identifikasi huruf untuk menunjukkan metatarsal yang terkena, yaitu:

- T: metatarsal 1

- N: metatarsal 2

- M: metatarsal 3

- R: metatarsal 4

- L: metatarsal 5

Lalu dilanjutkan dengan kompleksitas dari fraktur

- A: diafiseal fraktur simpel dan bentuk baji

- B: parsial artikular dan diafesial bentuk baji

- C: fraktur intraartikular yang kompleks

Diikuti dengan area yang terkena:

- 1: metafisis proksimal

- 2: diafesial

- 3: metafisis distal

Kemudian diikuti dengan nomor yang sesuai dengan bentuk fraktur dan tergantung pada

grup dari nomor yang pertama

Page 6: lp fraktur
Page 7: lp fraktur

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

   2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak

terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah

tindakan.

Bertujuan:Untuk melihat beratnya cedera/ lokas dan Untuk melihat perkembangan

tulang.

Pergeseran fragmen Tulang ada 4  :

1.   Alignman  : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut

2.   Panjang   : dapat terjadi pemendekan (shortening)

3.   Aposisi    : hubungan ujung fragmen satu dengan lainnya

4.   Rotasi     : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal

b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap

c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

e. CT Scan :

1) Prosedur yang digunakan untuk melihat gambaran otak dari berbagai sudut kecil dari

tulang tengkorak.

2) Mendeteksi struktur fraktur yang kompleks

f. MRI ( Magnetik Resonance Imaging )

Mengidentifikasi masalah pada otot, tendon & legamen.

Untuk melihat / mengetahui gambaran otak melalui informasi hidrogen proton dengan

menggunakan ruang magnetik yang besar sehingga gambaran pembuluh darah, saraf

dan otak lebih jelas.

7. Penatalaksanaan

Prinsip 4R  (chairudin Rasjad) :

1.      Recognition  :  diagnosis dan penilaian fraktur

2.      Reduction

3.      Retention :  Immobilisasi

4.      Rehabilitation :  mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Page 8: lp fraktur

Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun

sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya

dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil.

Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau

dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF.

Tujuan Pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi

Tertutup  :  fiksasi eksterna,  Traksi  (kulit, sekeletal)

Terbuka  :  Indikasi :

1.      Reposisi tertutup gagal

2.      Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan

3.      Mobilisasi dini

4.      Fraktur multiple

5.      Fraktur Patologis 

2. IMOBILISASI / FIKSASI

Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.

Jenis Fiksasi :

Ekternal / OREF

-         Gips ( plester cast)

-         Traksi 

Indikasi :

Pemendekan (shortening)

Fraktur unstabel : oblique, spiral

Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan  sekitar

1. Traksi Gravitasi :  U- Slab pada fraktur hunerus

2.  Skin traksi

Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke posisi

semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas.

3.  Sekeletal traksi  : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.

Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut),  pada tibia

atau kalkaneus ( fraktur kruris)

Komplikasi Traksi :

Page 9: lp fraktur

1.            Gangguan sirkulasi darah  à beban > 12 kg

2.            Trauma saraf peroneus (kruris)  à droop foot

3.            Sindroma kompartemen

4.            Infeksi à tmpat masuknya pin

Indikasi OREF  :

1.            Fraktur terbuka derajat III

2.            Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

3.            fraktur dengan gangguan neurovaskuler

4.            Fraktur Kominutif

5.            Fraktur Pelvis

6.            Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF

7.            Non Union

8.            Trauma multiple

Internal / ORIF  :  K-wire, plating, screw, k-nail

3.  UNION

Prinsip terjadinya UNION  :

a.            Dewasa  :  Kortikal  3 bulan, Kanselus 6 minggu

b.            Anak-anak  :  separuh dari orang dewasa

4.  REHABILITASI

Penyembuhan fraktur ada  5 Stadium :

1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah

2. Organisasi Hematom  / Inflamasi

Dalam beberapa jam post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa hari

terbentuk kapiler  kemudian terjadi jaringan granulasi

3. Pembentukan kallus

Fibroblast pada jaringan granulasi  menjadi kolagenoblast kondroblast kemudian

dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone)

4. Konsolidasi  : woven bone berubah menjadi lamellar bone

5. Remodelling  : Kalus berlebihan menjadi tulang normal

 

Page 10: lp fraktur

Proses Penyembuhan Tulang

Fase inflamasi

berakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi reaksi inflamasi.

Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi dari

sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk

osteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase

reparatif. Secara radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik

disingkirkan.

Page 11: lp fraktur

Fase reparatif

Umumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan differensiasi dari sel

mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang

akan menjadi tempat matrik kalus. Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari

jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian

yang mengakibatkan mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan

meningkatkan stabilitas fraktur. Secara radiologis garis fraktur mulai tak tampak.

 Fase remodelling

Membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang

meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jaringan

immaturmenjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas

daerah fraktur (McCormack,2000)

8. Komplikasi

Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri  atau akibat penanganan

fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik . 

1.   Komplikasi umum

Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan

fungsi pernafasan.

Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca

trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme,

berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak,

trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren

2.      Komplikasi Lokal

a.             Komplikasi   dini

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma, sedangka

n apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

Pada Tulang

-   Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

-   Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union

Page 12: lp fraktur

Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur

terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago

sendi dan berakhir dengan degenerasi

Pada Jaringan lunak

-    Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema.

Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan

elastik

-    Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena itu

perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol

Pada Otot

Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal

ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi

dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan

menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993).

Pada  pembuluh darah

Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada

robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti

spontan.

Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau

manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada

pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah

tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti

pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu

dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon, 1993).

Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas

maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena

ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat

sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.

Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan

kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara

periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann.  Gejala

klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness(denyut

nadi hilang) dan Paralisis 

Page 13: lp fraktur

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan

akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley &

Solomon,1993).

 

b.     Komplikasi   lanjut

Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion.Pada pemeriksaan t

erlihat 

deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.

-  Delayed union

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada

pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur,

Terapi  konservatif selama 6 bulan  bila  gagal dilakukan  Osteotomi

Lebih 20 minggu  dilakukan cancellus grafting  (12-16 minggu)

-  Non union

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

            Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan

fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai

potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.

            Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi

palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta

rongga sinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan

imobilisasi lama.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,

hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak

memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit

tulang (fraktur patologis) 

-  Mal  union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.  Tindakan

refraktur atau osteotomi koreksi .

-  Osteomielitis  

Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non

Page 14: lp fraktur

union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya

atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot

-  Kekakuan sendi  

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama,

sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan

antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan

melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara

pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley &

Solomon,1993).

9. Masalah keperawatan

- Nyeri akut

- Gangguan integritas kulit

- Gangguan mobilitas fisik

- Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

- Resiko infeksi

- Risti ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

10. Diagnosa

a. Nyeri akut bd spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan

lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b. Gangguan integritas kulit bd fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,

sekrup)

c. Gangguan mobilitas fisik bd kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi

restriktif (imobilisasi)

d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan bd

kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,

kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada

e. Risiko infeksi bd ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma

jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

f. Risti ketidakefektifan perfusi jaringan perifer bd penurunan aliran darah (cedera

vaskuler, edema, pembentukan trombus)

Page 15: lp fraktur

11. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ kriteria Intervensi

1.II. Nyeri akut bd spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

Tujuan:

Nyeri berkurang,

dan dapat diatasi.

Kriteria :

Klien tidak mengeluh nyeri.

Pembengkakan hilang atau berkurang.

Otot relaksasi.

Kaji keadaan nyeri yang meliputi : lokasi, intensitas, lamanya, skala nyeri 1 - 10.

Batasi pergerakan pada daerah fraktur, klien harus bed rest.

Tinggikan dan sokong ekstremitas yang mengalami fraktur.

Observasi perubahan tanda vital.

Berikan alternatif perubahan posisi secara periodik.

Ajarkan pasien tehnik relaksasi nafas dalam dan tehnik distraksi untuk mengurangi rasa sakit pada skala nyeri 5.

Berikan penjelasan terhadap klien setiap prosedur yang akan dilakukan.

Kerja sama dengan Tim Medis : Pemberian obat analgetika.

2.III. Gangguan integritas kulit bd fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

Tujuan :

Menjaga integritas

kulit tetap baik

Kriteria hasil:

Tidak ada tanda kerusakan integritas kulit klien

Klien mengatakan ketidaknyamanan akibat kerusakan integritas kulit berkurang

Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit).

Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips.

Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal

Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi pen/traksi, proses penyembuhan luka.

Page 16: lp fraktur

Penyembuhan luka terjadi dengan baik

3.IV. Gangguan mobilitas fisik bd kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

Data penunjang :

Klien terpasang gips / traksi.

Tujuan :

Aktifitas sehari-hari

tetap terpenuhi.

Kriteria :

Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari, sesuai dengan pembatasan gerak oleh gips seperti makan, minum, b.a.b, b.a.k dan mandi.

Jelaskan aktifitas-aktifitas apa yang dapat dikerjakan sendiri oleh klien dan apa yang perlu dibantu oleh perawat.

Bantu untuk pemenuhan ke-butuhan sehari-hari yang tidak dapat dilakukan klien.

Ajarkan dan anjurkan untuk la-tihan aktif pada kaki yang cedera dan yang normal, je-laskan bahwa latihan dapat mencegah terjadinya kom-plikasi, meningkatkan ke-sembuhan.

Ajarkan tehnik relaksasi.

4. Kurang pengetahuan

tentang kondisi,

prognosis dan

kebutuhan pengobatan

bd kurang terpajan atau

salah interpretasi

terhadap informasi,

keterbatasan kognitif,

kurang

akurat/lengkapnya

informasi yang ada.

Data penunjang :

Klien menyatakan belum memahami tentang aktifitas yang boleh/tidak boleh dilakukan.

Klien kurang kooperatif dalam program mobilisasi.

Tujuan :

Pengetahuan klien

tentang mobilisasi

dan perawatan di

Rumah meningkat.

Kriteria hasil:

Klien menyatakan telah memahami tentang mo-bilisasi dan cara pera-watan dirumah.

Klien dapat mengulangi kembali secara seder-hana tentang hal-hal yang telah dijelaskan.

Klien dapat mendemon-strasikan kembali latihan

Berikan penjelasan tentang latihan yang harus dilakukan.

Demonstrasikan cara latihan mobilisasi aktif.

Anjurkan klien untuk me-lakukan mobilisasi aktif dengan menggerakkan persendian pada bagian bawah dari daerah yang fraktur.

Diskusikan dengan klien ten-tang gejala & tanda abnormal yang timbul selama perawatan dan dianjurkan klien melapor kepada perawat, gejala yang diobservasi : rasa sakit, perasaan dingin, adanya bau tidak enak dari daerah luka dan perubahan sensasi.

Diskusikan tentang pentingnya klien kontrol secara teratur ke Poliklinik sesuai perjanjian.

Jelaskan rehabilitasi yang boleh dilakaukan di rumah sesuai kemampuan klien.

Page 17: lp fraktur

mobilisasi yang telah diajarkan.

Klien kooperatif dalam program mobilisasi.

5.V. Risiko infeksi bd ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

Data penunjang :

Adanya luka pada daerah fraktur.

Tujuan:

Tidak menunjukkan

tanda infeksi pada

luka

Kriteria :

Penyembuhan luka baik

Tidak ada tanda infeksi (inflamasi, pus, pembengkakan).

Bagian yang fraktur/luka dapat berfungsi seperti semula.

Observasi adanya tanda-tanda infeksi pada lokasi luka (kemerahan, pus, bengkak dan rasa sakit)

Observasi adanya peningkatan HR, anemia, delirium dan penurunan kesadaran berlanjut.

Observasi penampilan kulit ; pucat, kemerahan, adanya vesikel yang berisi cairan berwarna merah dan adanya gejala-gejala awal gas gangren.

Monitor output urine. Observasi keadaan luka,

ganti balutan secara teratur dengan tehnik septik aseptik dan buang bekas ganti balutan dalam plastik yang diikat.

Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protokol

Kerja sama dengan Tim kesehatan : Pemberian cairan

parentral. Observasi tindakan

invasif Pemberian antibiotika.

Page 18: lp fraktur

6. Risti ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer

VI. bd penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)

Tujuan :

Perfusi perifer

dapat

dipertahankan.

Kriteria :

HR. 60 - 100 x per menit.

Kulit hangat sensori normal.

Sistolik 100 - 140 mmHg.

RR. 16 - 24 x per menit.

Urine out put 30 - 50 cc per jam.

Pengisian kapiler >2 detik.

Observasi ada/tidak kualitas nadi perifer dan bandingkan dengan pulses normal.

Kaji adanya gangguan pe-rubahan motorik/sensorik.

Pertahankan posisi daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali bila ada kontra indikasi untuk meningkatkan aliran vena dan menghilangkan udema.

Observasi adanya tanda iskemia daerah tungkai seperti, pe-nurunan suhu, dingin dan pe-ningkatan rasa sakit.

Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal cedera.

Observasi tanda vital, catat dan laporkan bila ada gejala sia-nosis, dingin pada kulit dan gejala perubahan status mental.

Kerja sama dengan Tim kesehatan :

a. Pemeriksaan laboratorium ;

Hb, Ht

b. Pemberian cairan parentral,

tranfusi darah bila perlu.

c. Pemberian obat.

d. Persiapan operasi bila perlu.

12. Evaluasi

- Pasien mengatakan Nyeri akut berkurang dan hilang

- Gangguan integritas kulit pasien berkurang

- Gangguan mobilitas fisik pasien dilaksanakan mandiri

- Pengetahuan pasien bertambah tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

- Resiko infeksi tidak ada

- Risti ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi

Page 19: lp fraktur

DAFTAR PUSTAKA

1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.

EGC

2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi

8. Vol 3. Jakarta. EGC

4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2

. Edisi 4. Jakarta. EGC