Lp Epilepsi

14
LAPORAN KASUS DENGAN EPILEPSI DI RUANG MERAK II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU FIRDAUS EKO SAPUTRA 0711464785 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

lp epilepsi

Transcript of Lp Epilepsi

Page 1: Lp Epilepsi

LAPORAN KASUS

DENGAN EPILEPSI DI RUANG MERAK II

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU

FIRDAUS EKO SAPUTRA

0711464785

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU2008

Page 2: Lp Epilepsi

A. Pengertian

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang

akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel

(Tarwoto, 2007)

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala

yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas

muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan

berbagai etiologi (Arif, 2000)

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan

ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik

neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan

laboratorik (anonim, 2008)

B. Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besara belum diketahui (Idiopatik)

Sering terjadi pada:

1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf

3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol

4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,

hiponatremia)

5. Tumor Otak

6. kelainan pembuluh darah

(Tarwoto, 2007)

C. Patofisiologi

Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus

merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-

juta neron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah

aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.

Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan

norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA

(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik

sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik

Page 3: Lp Epilepsi

saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik

akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan

demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami

muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang

yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota

gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan

hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang

substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan

impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat

manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

Patofisiologi

Rangsangan Pada Resceptor

Hantaran Impuls ke Otak

Fokus Epileptogen

Aktivitas Listrik Otak Tak Terkontrol menyebar Melalui Sinaps & Dendrit

Respon Kejang Lokal & Umum

serta Penurunan Kesadaran

D. Manifestasi klinik

1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan

kesadaran atau gangguan penginderaan

2. Kelainan gambaran EEG

3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen

4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum

kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men

Page 4: Lp Epilepsi

cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit

kepala dan sebagainya)

E. Klasifikasi kejang

1. Kejang Parsial

a. Parsial Sederhana

Gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran Misal: hanya satu

jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak Dengan gejala sensorik

khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa

yang tidak umum/tdk nyaman

b. Parsial Kompleks

Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran

Dengan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya:

individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi

individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut

lewat

2. Kejang Umum (grandmal)

Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi

Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang

yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik) Disertai dengan

penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari:

a. Kejang Tonik-Klonik

b. Kejang Tonik

c. Kejang Klonik

d. Kejang Atonik

e. Kejang Myoklonik

f. Spasme kelumpuhan

g. Tidak ada kejang

3. Kejang Tidak Diklasifikasikan/ digolongkan karena datanya tidak

lengkap.

Page 5: Lp Epilepsi

F. Pemeriksaan diagnostik

1. CT Scan à untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal

abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral

2. Elektroensefalogram (EEG) à untuk mengklasifikasi

tipe kejang, waktu serangan

3. magnetik resonance imaging (MRI)

4. kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar

alkohol darah.

G. Penatalaksanaan

1. Dilakukan secara manual, juga diarahkan untuk

mencegah terjadinya kejang

Page 6: Lp Epilepsi

2. Farmakoterapi à anti kovulsion untuk

mengontrol kejang

3. Pembedahan à untuk pasien epilepsi akibat

tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler

4. jenis obat yang sering digunakan

a. Phenobarbital (luminal). P

– Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.

b. Primidone (mysolin)

– Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan

phenyletylmalonamid.

c. Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).

– Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah

DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus

temporalis.

– Tak berhasiat terhadap petit mal.

– Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva

dan gangguan darah.

d. Carbamazine (tegretol).

– Mempunyai khasiat psikotropik yang mungkin disebabkan

pengontrolan bangkitan epilepsi itu sendiri atau mungkin juga

carbamazine memang mempunyai efek psikotropik.

– Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang

sering disertai gangguan tingkahlaku.

– Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri,

ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.

e. Diazepam.

– Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status

konvulsi.).

– Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya

lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.

f. Nitrazepam (inogadon).

– Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.

g. Ethosuximide (zarontine).

– Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal

Page 7: Lp Epilepsi

h. Na-valproat (dopakene)

– obat pilihan kedua pada petit mal

– Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.

– obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.

– Efek samping mual, muntah, anorexia

i. Acetazolamide (diamox).

– Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan

epilepsi.

– Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak

menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan

hiperpolarisasi.

j. ACTH

– Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.

H. Pengkajian

1. riwayat kesehatan

a. riwayat keluarga dengan kejang

b. riwayat kejang demam

c. tumor intrakranial

d. trauma kepal terbuka, stroke

2. riwayat kejang

a. berapa sering terjadi kejang

b. gambaran kejang seperti apa

c. apakah sebelum kejang ada

tanda-tanda awal

d. apa yang dilakuakn pasien

setelah kejang

3. riwayat penggunaan obat

a. nama obat yang dipakai

b. dosis obat

c. berapa kali penggunaan obat

d. kapan putus obat

Page 8: Lp Epilepsi

4. pemeriksaan fisik

a. tingkat kesadaran

b. abnormal posisi mata

c. perubahan pupil

d. garakan motorik

e. tingkah laku setelah kejang

f. apnea

g. cyanosis

h. saliva banyak

5. psikososial

a. usia

b. jenis kelamin

c. pekerjaan

d. peran dalam keluarga

e. strategi koping yang digunakan

f. gaya hidup dan dukungan yang

ada

6. pengetahuan pasien dan keluarga

a. kondisi penyakit dan

pengobatan

b. kondisi kronik

c. kemampuan membaca dan

belajar

7. pemeriksaan diagnostik

a. laboratorium

b. radiologi

I. Diagnosa keperawatan

1. resiko injury b/d aktivitas kejang

2. resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola nafas

b/d kerusakan persepsi

3. cemas b/d terjadinya kejang

4. kurang pengetahuan mengenai kondisi dan

aturan pengobatan

Page 9: Lp Epilepsi

J. intervensi keperawatan

1. Dx: resiko tinggi tidak efektif jalan nafas, pola

nafas b/d kerusakan persepsi

Intervensi:

Mandiri

a. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu

atau alat yang lain jika fase aura terjadi dan untuk menghindari rahang

mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal.

b. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala

selama serangan kejang.

c. Tanggalkan pakaian pada daerah leher/abdomen.

d. Masukkan spatel lidah atau gulugan benda lunak sesuai dengan indiksi.

e. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.

Kolaborasi

a. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.

b. Siapkan untuk melakukan intubasi, jika ada indikasi

2. Dx: Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

Mandiri

a. Jelaskan kembali mengenai patofisiologi/ prognosis penyakit dan perlunya

pengobata/penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai indikasi.

b. Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai

petunjuk, dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter.

Termasuk petunjuk untuk pengurasi dosis.

c. Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan

waktu makan, jika memungkinkan.

d. Diskusikan mengenai efek samping secara khusus, seperi mengantuk,

hiperaktif, gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan penglihatan,

mual/muntah, ruam pada kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu dan

anemia aplastik.

e. Anjurkan pasien untuk menggunakan semacam gelang identifikasi/semacam

petunjuk yang memberitahukan bahwa pasien adalah penderita epilepsi.

Page 10: Lp Epilepsi

f. Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan

pemeriksaan laboratorium yang teratur sesuai dengan indikasi, seperti darah

lengkap harus diperiksa minimal dua kali dalam satu tahun dan munculnya

sakit tenggorok atau demam.

g. Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal

h. Diskusikan manfaat dari kesehatan umum yang baik, seperti diet yang

adekuat, istirahat yang cukup, latihan yang cukup dan hindari bahaya, alkohol,

kefein dan obaat yang dapat menstimulasi kejang.

i. Tinjau kembali pentingnya kebersihan mulut dan perawatan gigi teratur.

j. Identifikasi perlunya penerimaan terhadap keterbatasan yang dimiliki,

diskusikan tindakan keamanan yang diperhatikan saat mengemudi,

menggunakan alat mekanik, panjat tebing, berenang, hobi dan sejenisnya.