Isi Lp Epilepsi

32
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN EPILEPSI 1

description

epilepsi

Transcript of Isi Lp Epilepsi

Page 1: Isi Lp Epilepsi

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT PADA PASIEN EPILEPSI

1

Page 2: Isi Lp Epilepsi

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak

yang dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari

pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang

ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas

motorik, atau gangguan fenomena sensori.

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala

yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas

muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan

berbagai etiologi (Arif, 2000).

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala

yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepasnya

muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan

berbagai etiologi. Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya tiba-tiba dan

menghilang secara tiba-tiba pula.

2. Epidemiologi

Dalam masyarakat terdapat banyak anggapan tentang epilepsi, ada yang

menyatakan karena kutukan tuhan, atau karena tangan yang berdosa, penyakit

karena gangguan roh jahat, kemasukan setan atau kesurupan. Kurangnya

pengertian masyarakat mengenai epilepsi menimbulkan damapak psikososial yang

lebih buruk bagi penderita daripada akibat fisik penyakit itu sendiri.

Hubungan penderita dengan masyarakat sering kali terganggu. Hal ini perlu

diatasi mengingat angka kejadian penyakit ini berkisar antari 5-8 per 1000

2

Page 3: Isi Lp Epilepsi

penduduk. 1,2 lebih dari separuh penderita epilepsi mempunyai dasar gangguan

pada masa bayi atau anak, seperti trauma lahir, asfksia, kejang. Pengenalan dan

penanggualangan yang tepat gangguan-gangguan ini memegang peranan penting

terhadap morbiditas epilepsi dikemudian hari.

3. Etiologi

Penyebab pasti dari epilepsy masih belum diketahui (idiopatik) dan masih

menjadi banyak spekulasi. Predisposisi yang mungkin menyebabkan epilepsy

meliputi :

1) Pascatrauma kelahiran

2) Riwayat bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsan yang digunakan

sepanjang kehamilan.

3) Asfiksia neonatorum

4) Riwayat ibu – ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan

latar belakang sukar melahirkan, penggunaan obat – obatan, diabetes atau

hipertensi)

5) Pascacedera kepala

6) Adanya riwayat penyakit infeksi pada masa kanank – kanak (campak,

penyakit gondong, epilepsy bakteri)

7) Adanay riwayat keracunan (karbon monoksida dan menunjukkan keracunan)

8) Riwayat gangguan sirkulasi serebral

9) Riwayat demam tinggi

10) Riwayat gangguan metabolism dan nutrisi/gizi

11) Riwayat intoksidasi obat – obatan atau alcohol

12) Riwayat adanya tumor otak, abses dan kelaina bentuk bawaan

3

Page 4: Isi Lp Epilepsi

13) Riwayat keturunan epilepsy

(Sudoyo, Aru W. 2006)

4. Gejala klinis

1) Pusing

2) Pandangan berkunang-kunang

3) Alat pendengaran kurang sempurna

4) Keluar keringat berlebihan

5) Mulut keluar busa

6) Sulit bernafas dan muka merah atau kebiru-biruan

7) Semua urat-urat mengejang

8) Lengan dan tungkai menjulur kaku

9) Tangan menggenggam dengan eratnya, acapkali lidah luka tergigit karena

rahang terkatup rapat (Sudoyo, Aru W. 2006)

5. Klasifikasi

Berdasarkan hasil EEG dan gejala yang ditemukan, epilepsi dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu : (Kariasa,Md, FIK UI, 1997)

1).    Kejang umum :

Kejang yang menunjukkan sinkronisasi keterlibatan semua bagian otak

pada kedua hemisfer. Otak teraktivasi secara bersama tanpa awitan fokal, sinkron,

tanpa didahului oleh prodormal dan aura. Yangdigolongkan dalam jenis ini adalah

petit mall, grand mall, mioklonik dan atonik.

a. Petit mall : muncul setelah usia 4 tahun, pasien kehilangan kesadaran sesaat

seperti bengong tanpa disertai gerakan involunter yang aneh. Bila hal ini

berlangsung terus dapat berakibat buruk pada alur belajar terutama anak-anak

4

Page 5: Isi Lp Epilepsi

yang sedang belajar. Anak akan menjadi malu sehingga anak akan mengalami

gangguan dalam prestasi belajar.

b.    Grand mall / kejang tonik-klonik : yakni adanya serangan kejang ekstensi

tonik-klonik bilateral ekstremitas. Kadang disertai dengan adanya inkontinensia

urine atau feces, menggigit lidah, mulut berbusa dan kehilangan kesadaran

yang mendadak yang diikuti gejala-gejala post iktal seperti nyeri otot, lemah

dan letih, bingung serta tidur dalam waktu lama.

2).    Kejang parsial

Kejang yang didahului dengan adanya  awitan fokal yang melibatkan satu

bagian tertentu dari otak.

a.     Kejang parsial sederhana : sering disebut epilepsi Jakson, dimana pada

kelompok ini akan terjadi kejang secara involunter yang bersifat unilateral

tanpa diikuti oleh adanya perburukan.

b.      Kejang parsial kompleks : sering disebut dengan kejang lobus temporal,

psikomotor atau otomatisme yang fokalnya sering berpusat pada lobus

temporalis. Sering pada kejang parsial sering diikuti oleh gangguan kesadaran

semacam gangguan proses pikir. Gejala dapat berupa halusinasi, mual dan

berkeringat sebagai prodormal. Pasien yang sedang mengalami serangan ini

sering menunjukkan perilaku bersifat agitatif dan kombatif.

6. Patofisiologi

Adanya predisposisi yang memungkinkan gangguan pada system listrik dari

sel – sel saraf pusat pada suatu bagian otak akan menjadikan sel – sel tersebut

5

Page 6: Isi Lp Epilepsi

memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan, secara berulang dan tidak

terkontrol (disritmia).

Aktivitas serangan epilepsy dapat terjadi setelah suatu gangguan pada otak

dan sebagian ditentukan oleh derajat dan lokasi dari lesi. Lesi pada mensesefalon,

thalamus dan korteks serebri kemungkinan besar bersifat epileptogenik sedangkan

lesi pada serebellum dan batang otak biasanya tidak menimbulkan serangan

epilepsy (Brunner, 2003).

Pada tingkat membrane sel, neuron epileptic ditandai oleh fenomena

biokimia tertentu. Ketidakseimbangan ion yang mengubah lingkungan kimia dari

neuron. Pada waktu serangan, keseimbangan elektrolit pada tingkat neuronal

mengalami perubahan. Ketidakseimabangan ini akan menyebabkan membrane

neuron mengalami depolarisasi.

Situasi ini akan menyebabkan kondisi yang tidak terkontrol., pelepasan

abnormal terjadi dengan cepat, dan seseorang dikatakan menuju kea rah epilepsy.

Gerakan – gerakan fisik yang tak teratur disebut kejang.

Akibat adanya disritmia muatan listrik pada bagian otak tertentu ini

memberikan manifestasi pada serangan awal kejang sederhana sampai konvulsif

memanjang dengan penurunan kesadaran. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan

kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan, hilangnya tonus otot, serta gerakan dan

gangguan prilaku, alam perasaan, sensasi dan persepsi. Sehingga epilepsy bukan

penyakit tetapi suatu gejala.

Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik (disritmia) pada sel

saraf pada salah satu bagian otak yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan

6

Page 7: Isi Lp Epilepsi

listrik abnormal, berulang dan tidak terkontrol. Karakteristik kejang epileptic

adalah suatu manifestasi muatan neuron berlebihan ini.

7

Page 8: Isi Lp Epilepsi

7. Fase Kejang

8

Page 9: Isi Lp Epilepsi

1) Fase Prodromal

Beberapa jam/hari sebelum serangan kejang. Berupa perubahan alam rasa

(mood), tingkah laku

2) Fase Aura

Merupakan fase awal munculnya serangan. Berupa gangguan perasaan,

pendengaran, penglihatan, halusinasi, reaksi emosi afektif yang tidak menentu.

3) Fase Iktal

Merupakan fase serangan kejang, disertai gangguan muskuloskletal.

Tanda lain : hipertensi, nadi meningkat, cyanosis, tekanan vu meningkat,

tonus spinkter ani meningkat, tubuh rigid-tegang-kaku, dilatasi pupil, stridor,

hipersalivasi, lidah resiko tergigit, kesadaran menurun.

4) Fase Post Iktal

Merupakan fase setelah serangan. Ditandai dengan : confuse lama, lemah,

sakit kepala, nyeri otot, tidur lama, amnesia retrograd, mual, isolasi diri.

8. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostic bertujuan dalam menentukan tipe kejang, frekuensi

dan beratnya serta factor – factor pencetus. Riwayat perkembangan yang

mencakup kejadian kehamilan dan kelahiran, untuk mencari kejadian cedera

sebelum kejang. Sebuah penelitian dibuat untuk penyakit atau cedera kepala yang

dapat mempengaruhi oatak. Selain itu dilakukan pengkajian fisik dan neurologis,

hematologi serta pemeriksaan serologi.

1) CT Scan digunakan untuk mendeteksi adanya lesi pada otak, fokal abnormal,

serebrovaskular abnormal dan perubahan degenerative serebral.

9

Page 10: Isi Lp Epilepsi

2) Elektroensefalogram (EEG) melengkapi bukti diagnostic dalam proporsi

substansial dari klien epilepsi dan membantu dalam mengklasifikasikan tipe

kejang. Keadaan abnormal pada EEG selalu terus – menerus terlihat diantara

kejang atau jika letupan muncul mungkin akibat dari hiperventilasi atau

selama tidur.

9. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis epilepsi dilakukan secara individual untuk

memenuhi kebutuhan khusus masing – masing klien dan tidak hanya untuk

mengatasi terapi juga mencegah kejang. Penatalaksanaan berbeda dari satu klien

dengan klien lainnya karena beberapa bentuk epilepsi yang muncul akibat

kerusakan otak dan bergantung pada perubahan kimia otak.

Farmakoterapi

Beberapa obat antikonvulsan diberikan untuk mengontrol kejang, walaupun

mekanisme kerja zat kimia dari obat – obatan tersebut tetap masih tidak diketahui.

Tujuan dari pengobatan adalah mengontrol kejang dengan efek samping yang

minimal.

Terapi medikasi lebih untuk mengontrol daripada untuk mengobati kejang.

Obat diberikan sesuai tipe kejang yang akan diobati, keefektifan, serta keamanan

medikasi. Biasanya pengobatan dimulai dengan medikasi tunggal. Dosis awal dan

kecepatan diman dosis ditingkatkan bergantung pada ada atau tidaknya efek

samping yang terjadi. Kadar medikasi dipantau karena kecepatan absorbs obat

bervariasi untuk setiap orang.

Pengubahan obat – obat lain mungkin diperlukan jika control kejang tidak

tercapai atau bila peningkatan dosis memungkinkan terjadi toksisitas. Pemberian

10

Page 11: Isi Lp Epilepsi

obat membutuhkan pengaturan karena disesuaikan dengan penyakit yang terjadi,

perubahan berat badan, atau peningkatan stress. Pengobatan antikonvulsan yang

dihentikan secara tiba – tiba dapat menyebabkan kejang lebih sering terjadi atau

dapat menimbulkan status epileptikus.

Efek samping dari medikasi ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

gangguan idiosinkratik atau alergi, yang muncul dalam bentuk reaksi kulit primer;

toksisitas akut, yang terjadi pada saat obat – obatan dimulai; atau toksisitas kronis,

yang terjadi pada akhir pemberian terapi obat.

Manifestasi toksisitas obat bervariasi dan system organ tertentu dapat

terkena. Pengkajian fisisk periodic dan tes LAB dilakukan untuk klien yang

mendapat pengobatan yang diketahui mengalami efek hematopoetik,

genitourinarius, atau efek pada hepar.

Melalui hygiene oral setelah setiap makan, perawatan gigi teratur, dan

memijat gusi secara teratur penting untuk klien yang menggunakan fenitonin

(dilantin) untuk mencegah atau mengontrol hyperplasia pada gusi.

10. Prognosis

Pasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas serangan paling sedikit

2 tahun, dan bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat dihentikan,

pasien tidak mengalami sawan lagi, dikatakan telah mengalami remisi.

Deperkirakan 30% pasien tidak akan mengalami remisi meskipun minum obat

yang tertatur. Sesudah remisi, kemungkinan munculnya serangan ulang paling

sering didapat pada sawan tonik-klonik dan sawan parsial kompleks. Demikian

pula usia muda lebih mudah mengalami relaps sesudah remisi.

11

Page 12: Isi Lp Epilepsi

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan epilepsy meliputi anamnesis riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostic dan pengkajian psikososial

(pada anak perlu dikaji dampak family center, tumbuh kembang dan

dampak hospitalisasi).

1) Pengkajian kondisi/kesan umum

Kondisi umum Klien nampak  sakit berat

2) Pengkajian kesadaran

Setelah melakukan pengkajian kesan umum, kaji status mental pasien

dengan berbicara padanya. Kenalkan diri, dan tanya nama pasien.

Perhatikan respon pasien. Bila terjadi penurunan kesadaran, lakukan

pengkajian selanjutnya.

Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :

a.       Alert (A)                  :     Klien tidak berespon terhadap lingkungan

sekelilingnya.

b.      Respon velbal (V)    :     klien tidak berespon terhadap pertanyaan

perawat.

c.       Respon nyeri (P)      :     klien tidak berespon terhadap respon nyeri.

d.      Tidak berespon (U) :     klien tidak berespon terhadap stimulus verbal

dan nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya

3) Pengkajian Primer

Pengkajian primer adalah pengkajian cepat (30 detik) untuk

mengidentifikasi dengan segera masalah aktual dari kondisi life treatening

12

Page 13: Isi Lp Epilepsi

(mengancam kehidupan). Pengkajian berpedoman pada inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi jika hal memugkinkan.

Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :

a. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal

b. Breathing dan ventilasi

c. Circulation dengan kontrol perdarahan

d. Disability

1.   Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal.

Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan

servikal :

-    Ada/tidaknya sumbatan jalan nafas

-    Distres pernafasan

-    Adanya kemungkinan fraktur cervical

Pada fase iktal, biasanya ditemukan klien mengatupkan giginya sehingga

menghalangi jalan napas, klien menggigit lidah, mulut berbusa, dan pada

fase posiktal, biasanya ditemukan perlukaan pada lidah dan gusi akibat

gigitan tersebut

2.      Breathing

Pada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan sekresi

mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis. Pada fase post iktal, klien

mengalami apneu

3.      Circulation

Pada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan sianosis, klien biasanya

dalam keadaan tidak sadar.

13

Page 14: Isi Lp Epilepsi

4.      Disability

Klien bisa sadar atau tidak tergantung pada jenis serangan atau

karakteristik dari epilepsi yang diderita. Biasanya pasien merasa bingung,

dan tidak teringat kejadian saat kejang

5.      Exposure

Pakaian klien di buka untuk melakukan pemeriksaan thoraks, apakah ada

cedera tambahan akibat kejang

4) Pengkajian sekunder

a.   Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal

pengkajian dan diagnosa medis.

b.   Keluhan utama:

Klien masuk dengan kejang, dan disertai penurunan kesadaran

c.   Riwayat penyakit:

Klien yang berhubungan dengan faktor resiko bio-psiko-spiritual.

Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa. Frekuansi serangan, ada

faktor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur, dan emosi yang labil.

Apakah pernah menderita sakit berat yang disertai hilangnya kesadaran,

kejang, cedera otak operasi otak. Apakah klien terbiasa menggunakan

obat-obat penenang atau obat terlarang, atau mengkonsumsi alcohol.

Klien mengalami gangguan interaksi dengan orang lain / keluarga

karena malu ,merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai

harapan dan selalu waspada/berhati-hati dalam hubungan dengan orang

lain.

14

Page 15: Isi Lp Epilepsi

-     Riwayat kesehatan

-     Riwayat keluarga dengan kejang

-     Riwayat kejang demam

-     Tumor intrakranial

-     Trauma kepala terbuka, stroke

d.      Riwayat kejang :

-      Bagaimana frekwensi kejang.

-      Gambaran kejang seperti apa

-      pakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal.

-      Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan

-      Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.

-      Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.

e.       Pemeriksaan fisik

-     Kepala dan leher

Sakit kepala, leher terasa kaku

-     Thoraks

Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napas

-     Ekstermitas

Keletihan,, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas,

perubahan tonus otot, gerakan involunter/kontraksi otot

-     Eliminasi

Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada post

iktal terjadi inkontinensia (urine/fekal) akibat otot relaksasi

-     Sistem pencernaan

15

Page 16: Isi Lp Epilepsi

Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan

dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak

2. Diagnosa keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,

peningkatan sekresi mucus

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

3. Resiko cedera b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama

kejang atau kerusakan perlindungan diri.

4. Gngguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma

berkenaan dengan kondisi, persepsi tidak terkontrol

5. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit

berhubungan dengan kurangnya informasi

6. Nyeri akut yang berhubungan dengan nyeri kepala sekunder respon

pascakejang (postikal).

7. Ansietas b.d kemungkinan yang terjadi

8. Isolasi social b.d gangguan kondisi kesehatan

9. Kerusakan memori b.d gangguan neurologis

3. Intervensi

No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil intervensi

1 Pola napas tidak Setelah diberikan asuhan 1. Anjurkan klien untuk

16

Page 17: Isi Lp Epilepsi

efektif berhubungan

dengan kerusakan

neuromuskuler,

peningkatan sekresi

mucus

keperawatan diharapkan

pola napas teratasi dengan

kriteri hasil

- Menunjukkan jalan

napas yang paten

- Mendemonstrasikan

batuk yang efektif

- RR normal

mengosongkan mulut dari

benda/zat tertentu/gigi

palsu atau alat lainnya

jika fase aura terjadi dan

untuk menghindari

rahang mengatup jika

kejang terjadi tanpa

ditandai gejala awal

2. Letakkan klien pada

posisi miring, permukaan

datar, miringkan kepala

selama serangan kejang

3. Tanggalkan pakaian

pada daerah leher, dada,

dan abdomen

4. Masukkan spatel lidah/

jalan napas buatan atau

gulungan benda lunak

sesuai indikasi

5. Lakukan penghisapan

sesuai indikasi

6. Berikan tambahan

oksigen/ ventilasi manual

sesuai kebutuhan pada

fase posiktal

7. Siapkan/bantu melakukan

intubasi jika ada indikasi

2 Ketidakefektifan

bersihan jalan napas

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

bersihan jalan napas

teratasi dengn kriteria hasil

:

- Menunjukkan jalan

napas yang paten

1. Kaji suara napas

2. Monitos status oksigen

pasien

3. Buka jalan napas

4. Posisikan pasien

5. Berikan O2 dengan

menggunakan nasal

6. Minta klien untuk

17

Page 18: Isi Lp Epilepsi

- Mendemonstrasikan

batuk yang efektif

napas dalam

7. Anjurkan pasien

untuk istirahat

8. Kolaborasi dalam

pemberian

bronkodilator

3 Resiko cedera b.d

perubahann

kesadaran ,kerusakan

kognitif,selama kejang

atau kerusakan

perlindungan diri.

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

resiko cedera teratasi

dengan kriteria hasil:

- Pasien bebas dari

cedera

- Mampu mengenali

status kesehatan

1. Kaji karakteristik kejang

2. Jauhkan pasien dari benda

benda tajam /

membahayakan bagi

pasien

3. Masukkan spatel

lidah/jalan napas buatan

atau gulungan benda lunak

sesuai indikasi

4. Pasang side rile ditempat

tidur

5. Batasi pengunjung

6. Kontrol lingkungan dari

kebisingan

7. Anjurkan keluarga untuk

menemani pasien

8. Kolaborasi dalam

pemberian obat anti kejang

4 Gngguan harga

diri/identitas pribadi

berhubungan dengan

stigma berkenaan

dengan kondisi,

persepsi tidak

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

harga diri pasien

meningkat

1 Kaji perasaan pasien

2 Kaji respon verbal

3 Tunjukkan rasa percaya

diri terhadap

kemampuan pasien

mangatasi situasi

18

Page 19: Isi Lp Epilepsi

terkontrol 4 Buat stetemen positif

terhadap psien

5 Dukung pasien untuk

menerima tantangan

baru

6 Kolaborasi dengan

tenaga medis lain untuk

masalah psikisnya

5 Kurang pengetahuan

keluarga tentang

proses perjalanan

penyakit berhubungan

dengan kurangnya

informasi

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

pengetahuan keluarga

dapat teratasi

1. Kaji tingkat pendidikan

keluarga klien.

2. Kaji tingkat pengetahuan

keluarga klien

3. Jelaskan pada keluarga

klien tentang penyakit

kejang demam melalui

penyuluhan.

4. Beri kesempatan pada

keluarga untuk

menanyakan hal yang

belum dimengerti.

5. Libatkan keluarga dalam

setiap tindakan pada

klien.

6 Nyeri akut yang

berhubungan dengan

nyeri kepala sekunder

respon pascakejang

(postikal).

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

nyeri teratasi dengan

kriteria hasil :

- Klien dapat tidur

dengan tenang.

1. Kaji status nyeri

2. Berikan lingkungan yang

aman dan tenang.

3. Lakukan manajemen

nyeri dengan metode

distraksi dan relaksasi

19

Page 20: Isi Lp Epilepsi

- Wajah klien tampak

rileks.

- Klien

memverbalisasikan

penurunan rasa sakit.

nafas dalam.

4. Lakukan latihan gerak

aktif atau pasif sesuai

kondisi dengan lembut

dan hati-hati.

5. Gunakan kominikasi

terapiutik untuk

mengetahui penglaman

nyeri masa lalu

6. Ajarkan pasien

menggunakan teknin non

farmakologi

7. Kolaborasi pemberian

analgesik.

7 Ansietas b.d

kemungkinan yang

terjadi

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

ansietas teratsi

1. Kaji tingkat kecemasan

2. Gunakan pendekatan

yang menenangkan

3. Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap pasien

4. Pahamim presepktif

pasien terhadap situasi

5. Dorong pasien untuk

mengunggkapkan

perasaan

6. Instruksikan pasien untuk

menggunakan teknik

relaksasi

7. Dorong keluarga untuk

menemani anak

8. Kolaborasi dalam

pembiaran terapi

8 Isolasi social b.d

gangguan kondisi

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

1. Gal kekuatan dan

kelemahan pasien

20

Page 21: Isi Lp Epilepsi

kesehatan Adanya social support

dengan kriteria hasil :

- Adanya partisipasi

- Tingkat persepsi

positif

-

2. Berikan uji pembatasan

interpersonal

3. Berikan umpan balik

tentang peningkatan

dalam perawatan dan

penampilan diri

4. Bantu pasien

mengembangkan diri

terhadap social

interpersonal

5. Dorong melakukan

aktifitas social

6. Ajarkan keluarga untuk

memberikan support

terhadapat pasien

9 Kerusakan memori

b.d gangguan

neurologis

Setelah diberikan asuhan

keperawatan diharapkan

kerusakan memory teratasi

dengan kriteria hasil :

- Mampu untuk

melakuan proses

mental yang kompleks

- Kesadaran membaik

1. Kaji tingkat kesadaran

2. Pantau kekuatan

cengkraman

3. Pantau tonjolan lidah

4. Pantau karakteristik

bicara

5. Berikan terapi sesuai

indikasi

6. Pantau gerakan

visualisasi

7. Anjurkan pasien untuk

tidak mengedan dan

batuk menghindari PTIK

8. Kolaborasi dengan ahli

saraf untuk menentukan

terapi

4. Implementasi

21

Page 22: Isi Lp Epilepsi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi

5. Evaluasi

Evaluasi disesuakan dengan kriteria hasil

22