LP DISENTRI BASILER ANAK
-
Upload
wiky-wijaksana -
Category
Documents
-
view
260 -
download
24
description
Transcript of LP DISENTRI BASILER ANAK
DISENTRI BASILER
I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan
sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus-menerus (diare)
yang bercampur lendir dan darah. (J. Kopecko, 2005)
Disentri basiler yaitu gangguan pada radang usus yang menimbulkan
gejala meluas, tinja, lendir bercampur darah. (R. Linggappa, 1997)
Disentri basiler adalah infeksi usus yang menyebabkan diare hebat.
Infeksi melalui tinja orang terinfeksi,juga bisa ditularkan melalui kontak
mulut ke dubur atau dari makanan,benda-benda atau alat lain.
(R.Butterton, 2005)
B. ETIOLOGI
Bakteri (Disentri basiler)
a. Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60%
kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang
berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
b. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
c. Salmonella
d. Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih
sering pada anak usia > 5 tahun
C. TANDA DAN GEJALA
a. Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada
disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer
tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah
permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
b. Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
c. Muntah-muntah.
d. Anoreksia.
e. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
f. Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan
sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
D. PATOFISIOLOGI
Penularan : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi
Mikro Organisme mengalami kolonisasi di ileum terminalis/kolon,
terutama kolon distal invasi ke sel epitel mukosa usus kemudian terjadi
multiplikas menyebabkan penyebaran intrasel dan intersel memproduksi
enterotoksin sehingga ↑ cAMP dan hipersekresi usus (diare cair, diare
sekresi). Memproduksi eksotoksin (Shiga toxin) dan sitotoksik terjadi
infiltrasi sel radang mengalami nekrosis sel epitel mukosa berkembang
menjadi ulkus-ulkus kecil menuju eritrosit dan plasma keluar ke lumen
usus sehingga tinja bercampur darah. Mengalami invasi ke lamina
propia dan bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)
E. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia.
3. Kejang
4. Protein loosing enteropathy
5. Sepsis dan DIC
6. Sindroma Hemolitik Uremik
7. Malnutrisi/malabsorpsi
8. Hipoglikemia
9. Prolapsus rektum
10. Reactive arthritis
11. Sindroma Guillain-Barre
12. Ameboma
13. Megakolon toksik
14. Perforasi lokal
15. Peritonitis
F. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan :
1. Pemeriksaan tinja
Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila
ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
Benzidin test
Test benzidin adalah suatu test penyaring untuk darah samar
( Yang tidak terlihat ).
Prinsip test ini adalah :
Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai
kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen
Benzidin.
Hasil:
Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru
gelap pada kertas saring.
Dari refrensi, test ini dapat digunakan utk mencari tau apakah ada
perdrhan di saluran pencernaan akibat mikroba, parasit cacing dll.
Prosedur pemeriksaan,
Penderita yang akan diperiksa, disarankan tdk mengkonsumsi
protein hewani sehari sebelum pemeriksaan, karena bisa berikan
false positif. Keesokan harinya, faeses penderita diperiksa dengan
test benzidin. Bila positif bisa diperkirakan terjadi proses
perdarahan yang tidak terlihat. Hal ini bisa karena amoeba, parasit
ascaris lumbricoides, cacing pita, taenea saginatta dan lainnya yang
melukai usus.
Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
2. Biakan tinja :
Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar
SS.
3. Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3),
terkadang dapat ditemukan leukopenia.
G. TERAPI YANG DIBERIKAN
a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang
harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan
stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan
keseimbangan elektrolit.
b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya.
Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah
malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) diberikan
untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak
yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan
penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam
pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang
memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya
risiko untuk memperpanjang masa sakit.
c. Antibiotika
Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan
mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang
tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi
dan kematian.
Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) :
Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol
50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari
Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat
pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo10.
Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam
nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas
turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB
berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik
harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan
trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja.
o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-
turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif
untuk disentri basiler.
Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal. pada anak
adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama
10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan
akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
d. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan
dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah
autoinfeksi.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala:
Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
Insomnia
Gelisah dan ansietas
2) Sirkulasi:
Tanda:
Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi
dan nyeri)
Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering.
3) Eliminasi:
Gejala:
Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda:
Bising usus menurun atau meningkat
Oliguria/anuria
4) Makanan dan cairan:
Gejala:
Haus
Anoreksia
Mual/muntah
Penurunan berat badan
Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu,
makanan berlemak
Tanda:
Penurunan lemak sub kutan/massa otot
Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
5) Hygiene:
Tanda:
Badan berbau
6) Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala:
Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan
defekasi
Tanda:
Nyeri tekan abdomen, distensi.
7) Keamanan:
Tanda:
Peningkatan suhu pada infeksi akut,
Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
Lesi kulit sekitar anus
8) Interaksi sosial
Gejala:
Penurunan aktivitas sosial
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan elektrolit berhubungan dengan output
berlebih.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap
infeksi usus.
C. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL1. Kekurangan
volume cairan elektrolit berhubungan dengan output berlebih.
Terpenuhinya kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh setelah dilakukan tindakan 2 x 24 jam dengan kriteria hasil:- Input dan output
cairan elektrolit berlebih.
- Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI.
Anjurkan orangtua untuk memberikan oralit sedikit-sedikit tapi sering.
Ajarkan orang tua cara membuat LGG (Larutan Gula Garam).
Kolaborasi dengan
Zat-zat yang terkandungan dalam ASI sangat baik untuk bayi.
Untuk mengurangi defekasi yang berlebih.
Memenuhi kebutuhan elektrolit tubuh.
Memenuhi
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
3. Gangguan rasa nyaman b.d Hipertermi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam tubuh setelah dialkukan tindakan selama 3x 24 jam dengan kriteria hasil:- orang mengerti
jenis makanan bagi anak diare.
- Nafsu makan meningkat.
- Pasien menghabiskan 1 porsi makan rumah sakit.
- Berat badan kembali normal.
Rasa nyaman kembali terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:- Suhu tubuh pasien
turun nomal. (36-370C)
- Pasien mengatakan dirinya sudah merasa nyaman
tim medis untuk memasang infus kristaloid (RL).
Monitor tetesan infus/jam.
Anjurkan banyak minum air putih.
Beri PenKes tentang pentingnya nutrisi bagi anak diare.
Anjurkan orangtua untuk tidak memberikan makanan tinggi serat.
Temani pasien/anak saat makan.
Beri reward apabila anak menghabiskan makanan.
Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian makanan rendah serat.
Monitor BB Anjurkan orangtua
untuk memberikan pakaian longgar/ tipis.
Anjurkan orangtua untuk tidak memberikan selimut tebal.
Ganti pakaian pasien jika basah.
Lakukan kompres hangat.
kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh.
Memantau input cairan yang masuk dalam tubuh.
Menggantikan cairan yang terbuang.
Memberikan pengetahuan pada orang tua,makanan yang harus dikomsumsi anak diare.
Usus tidak dapat menyerap makanan yang berserat
Memantau seberapa banyak makanan yang masuk.
Supaya anak berantusias untuk menghabiskan makanan.
Memenuhi asupan gizi dalam tubuh.
Memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh.
Memberikan respirasi pada kulit.
Sirkulasi udara Memberikn
kenyamanan Membuka pori2
untuk melancarkan sekresi keringat.
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian antipiretik (paracetamol).
Menurunkan panas.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2001
Dharma, Andi Pratama. Buku Saku Diare Edisi 1. Bandung : Bagian/SMF IKA FK-UP/RSHS; 2001
Behrman, et al. Nelson Textbook of Pediatrics 17th edition. UK : Saunders; 2004
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Jakarta : Bagian IKA FK-UI; 1998.
Gandahusada, Srisasi, et al. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : FK-UI; 2000.
Kumpulan catatan kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2004-2005.
Lengkong, John B. Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; 2004.
A, Dini, et al. Pengaruh Pemberian Preparat Seng Oral Terhadap Perjalanan Diare Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004
Nafianti, Selvi, et al. Efektivitas Pemberian Trimetoprim-Sulfametoksazol pada Anak dengan Diare Disentri Akut, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004
Cahyono, Haryudi Aji, et al. Manipulasi Perjalanan Diare Pada Anak dengan Bakteri Hidup, dalam Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak II Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam; 2004
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta. FK-UI; EGC. 2007.