Refka disentri

25
PENDAHULUAN Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba). (1) Di Amerika Serikat, insiden disentri amoeba mencapai 1-5% sedangkan disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan angka kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler. (2) Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba tersebar hampir ke seluruh dunia terutama di negara 1

description

refleksi kasus anak

Transcript of Refka disentri

Page 1: Refka disentri

PENDAHULUAN

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali

menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit

ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).

(1)

Di Amerika Serikat, insiden disentri amoeba mencapai 1-5% sedangkan

disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan

angka kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada,

akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita

diare berat menderita disentri basiler. (2)

Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat

disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan

kuman penyebab disentri basiler ditemukan di negara berkembang dengan

kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba tersebar hampir ke

seluruh dunia terutama di negara yang sedang berkembang yang berada di daerah

tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, higiene individu, sanitasi

lingkungan dankondisi sosial ekonomi serta kultural yang menunjang. Penyakit

ini biasanyamenyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun.(2)

Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi didunia. Prevalensi yang

tinggi mencapai 50 persen di Asia, Afrika dan Amerika selatan. Sedangkan pada

shigella di Ameriksa Serikat menyerang 15.000 kasus. Dan di Negara-negara

berkembang Shigella flexeneri dan S. Dysentriae menyebabkan 600.000

kematian per tahun.

1

Page 2: Refka disentri

KASUS PASIEN

Identitas Pasien

Nama : An. F

Umur : 4 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal masuk : 30 April 2014

Anamnesis

Keluhan utama : tinja bercampur darah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Tinja bercampur darah dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Setiap hari

frekuensinya kurang lebih 10 kali dalam satu hari, volume tinja banyak,

konsistensi cair, tinja berwarna kuning. Berbau tidak lebih busuk dari biasanya.

Awalnya tinja bercampur darah dan lendir, berwarna merah segar dengan

kandungan darah lebih banyak daripada lendir. Setiap kali buang air besar anak

merasakan sakit perut. Muntah sebanyak 3 kali berupa makanan bercampur lendir.

Tidak ada keluhan mual. Panas dirasakan bersamaan dengan munculnya tinja

berdarah. Tidak ada keluhan kejang. Tidak ada keluhan batuk, beringus, dan sesak

napas. Buang air kecil lancar, kurang lebih 6 kali dalam sehari, volume sedang,

warna kuning, tidak ada nyeri saat berkemih.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Anak tidak pernah mengalami disentri sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Terdapat kakak pasien yang menderita disentri beberapa hari yang lalu

Riwayat Sosial ekonomi :

Anak berasal dari keluarga ekonomi menengah.

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :

Anak sangat aktif bermain dirumah bersama saudaranya.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Anak lahir melalui operasi sesar atas indikasi panggul sempit di rumah

sakit dengan berat lahir 3100 gram dan panjang badan 49 sentimeter.

2

Page 3: Refka disentri

Anamnesis Makanan :

Anak mendapat ASI eksklusif dari lahir hingga umur 1 tahun, kemudian

dilanjutkan dengan susu formula dan makanan pendamping dari umur 6 bulan.

Sekarang anak makan makanan keluarga. Anaj juga suka jajan dan mengkonsumsi

makanan yang pedas.

Riwayat Imunisasi :

Imunisasi dasar lengkap.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit sedang

Tingkat kesadaran : Komposmentis

Tinggi badan : 105 cm

Berat badan : 13 kg

Status gizi : Gizi baik

Tanda Vital

Tekanan darah : -/- mmHg

Nadi : 124 x/menit

Pernapasan : 34 x/menit

Suhu badan : 38 oC

1. Kulit Sianosis : tidak ada

Turgor : cepat kembali < 2 detik

Kelembaban : cukup

Lapisan lemak : cukup

Kepala: Bentuk : Normocephal

Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,

alopesia (-)

Mata : Palpebra : edema (-/-)

Konjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Reflek cahaya : (+/+)

Exophthalmus : (-/-)

Cekung : (+/+)

3

Page 4: Refka disentri

Hidung : Pernapasan cuping hidung : tidak ada

Epistaksis : tidak ada

Sekret : tidak ada

Mulut : Bibir : bibir kering, tidak hiperemis

Gusi : tidak berdarah

Lidah : tidak kotor

tepi tidak kemerahan

2. Leher :

Pembesaran kelenjar leher : -/-

Faring : tidak hiperemis

Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis

3. Toraks :

a. Dinding dada/paru :

Inspeksi : Bentuk : simetris

Dispnea : tidak ada

Retraksi : tidak ada

Palpasi : Vokal fremitus: simetris ki = ka

Perkusi : Sonor kiri = kanan

Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler (+/+)

Suara Napas Tambahan : Rhonchi (-/-) Wheezing (-/-)

b. Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula

sinistra

Perkusi : Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternal dextra

Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra

Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra

Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular

Bising : -

4

Page 5: Refka disentri

4. Abdomen :

Inspeksi : Bentuk : datar

Auskultasi : bising usus (+) kesan meningkat

Perkusi : Bunyi : timpani

Asites : (-)

Palpasi : Nyeri tekan : (-)

Hati : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

5. Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada, Rumple leede test (-)

6. Genitalia : tidak ada kelainan

7. Otot-otot : atrofi (-)

Skor dehidrasi

Keadaan Umum : 2

Mata : 2

Mulut : 2

Turgor : 1

Pernapasan : 2

Nadi : 2

Skor : 11

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 01-05-2014

Hematologi Nilai rujukan 01-5-2014

RBC 4,5-6,5 x 1012/L 4.68 x 1012/lL

HB 12-14 gr/dL 11,7 L g/dl

WBC 4.500-13.000 /L 13,55 x 103/L

PLT 150.000-450.000 /L 506 x 103/L

HCT 36-47 % 36,75 %

5

Page 6: Refka disentri

RESUME :

Pasien anak perempuan berumur 4 tahun dengan berat badan 13 kilogram,

tinggi badan 105 sentimeter dan status gizi baik masuk dengan keluhan tinja

bercampur darah yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Setiap hari frekuensinya

kurang lebih 10 kali dalam satu hari, volume tinja banyak, konsistensi cair, tinja

berwarna kuning. Berbau tidak lebih busuk dari biasanya. Setiap kali buang air

besar anak merasakan sakit perut. Muntah sebanyak 3 kali berupa makanan

bercampur lendir. Demam dirasakan bersamaan dengan munculnya tinja berdarah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum composmentis, tampak

sakit sedang, gizi baik. Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 124 x/menit,

reguler, kuat angkat, respirasi 34 x/menit, suhu 38oC. Pada pemeriksaan fisik

didaptkan mata cekung, bibir kering, pada pemeriksaan abdomen didapatkan

perisaltik usus kesan meningkat. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

adanya peningkatan leukosit dan penurunan hemoglobin.

DIAGNOSA : Diare Disentri + dehidrasi ringan-sedang

ANJURAN PEMERIKSAAN :

Pemeriksaan Feses

TERAPI :

IVFD fetrolit 20 tetes per menit

Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml, 3 x 1 Cth

Oralit 100-200 mg setiap kali buang air besar

Zinc tablet 20 mg 1 x 1 tab

Kotrimoksazole syrup 120mg/5ml 2x2 Cth

6

Page 7: Refka disentri

Tanggal 1-5-2014

S : demam (-), muntah (-), buang air besar cair frekuensi 3 kali, volume

Sedang, warna kuning, lebih banyak ampas dibanding air, terdapat bercak

darah pada tinja, bau tidak lebih busuk dari biasanya.

O : Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital:

Nadi : 100x/menit

Pernapasan : 28x/menit

Suhu : 36,8o C

Kepala : Normocephal, bibir kering (-)

Mata : anemic konjungtiva (-), mata cekung (+)

Paru : Simetris bilateral, Vokal Fremitus (KA=KI), vesicular

+/+.

Jantung : Iktus cordis tidak tampak, BJ I/II murni regular,

cardiomegali (-).

Abdomen : Tampak cembung, Peristaltik (+ kesan meningkat),

organomegali (-).

Ekstremitas : Ekstremitas atas Akral Hangat

Ekstremitas bawah Akral Hangat

Genetalia : tidak ada kelainan

A : diare disentri + dehidrasi ringan-sedang

P :

- IVFD fetrolit 20 tetes per menit

- Oralit 100-200 mg setiap kali buang air besar

- Zinc tablet 20 mg 1 x 1 tab

- Kotrimoksazole syrup 120mg/5ml 2x2 Cth

7

Page 8: Refka disentri

Tanggal 2-5-2014

S : demam (-), muntah (-), buang air besar cair frekuensi 1 kali, warna kuning

lebih banyak ampas dibanding air, terdapat bercak darah pada tinja, bau

tidak lebih busuk dari biasanya,

O : Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital:

Nadi : 98x/menit

Pernapasan : 24x/menit

Suhu : 36,4o C

Kepala : Normocephal, bibir kering (-)

Mata : anemic konjungtiva (-), mata cekung (-)

Paru : Simetris bilateral, Vokal Fremitus (KA=KI), vesicular

+/+.

Jantung : Iktus cordis tidak tampak, BJ I/II murni regular,

cardiomegali (-).

Abdomen : Tampak cembung, Peristaltik (+ kesan meningkat),

organomegali (-).

Ekstremitas : Ekstremitas atas Akral Hangat

Ekstremitas bawah Akral Hangat

Genetalia : tidak ada kelainan

A : diare disentri

P :

- IVFD fetrolit 16 tetes per menit

- Oralit 100-200 mg setiap kali buang air besar

- Zinc tablet 20 mg 1 x 1 tab

- Kotrimoksazole syrup 120mg/5ml 2x2 Cth

8

Page 9: Refka disentri

D I S K U S I

Diare berdarah merupakan suatu keadaan berbahaya dengan terdapatnya

darah dalam tinja yang cair. Darah tersebut dapat berasal dari sepanjang traktus

gastrointestinal. Diare yang berdarah adalah masalah umum pada anak-anak.

Sangat penting untuk membedakan diare berdarah dari penyebab lain pendarahan

usus. Infeksi bakteri dan infestasi parasit yang bertanggung jawabm untuk

sebagian besar kasus diare berdarah. Penyakit infeksi saluran pencernaan dapat

disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. (2)

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak

adalah :2

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam

rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

3. Gangguan motilitis usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus

menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan.

Disentri berasal dari  bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron

(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan

gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit,

buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air

besar (tenesmus).(2)

9

Page 10: Refka disentri

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang

menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang

disebut sebagai sindroma disentri, yakni:

1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,

2) berak-berak, dan

3) tinja mengandung darah dan lendir.(4)

Patogensis dari disentri, yaitu :(2)

1. Disentri basiler

Disebabkan oleh Shigella,sp .Shigella adalah basil non motil, gram

negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu

S.dysentriae, S.flexneri,S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari

shigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal.

Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka

seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini

memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan

infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang

bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang

jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis

S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain

ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik,

sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu

faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel

mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang

mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan

terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus

menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi

perlekatan dengan peritoneum.(6)

2. Disentri Amuba

Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus

besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa

10

Page 11: Refka disentri

usus dan menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan

perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik

faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba,

maupun lingkungannya mempunyai peran. Amoeba yang ganas dapat

memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat

mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus

amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi

lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya

terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi

radang yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.

Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan

frekuensi dan urut-urutan tempatnyaadalah sekum, kolon asenden, rektum,

sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.(2)

  Gejala Klinis disentri basiler dapat dilihat melalui masa tunas berkisar

antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase

awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang mencapai

400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan

lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.(6)

Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai

yang berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit

diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk

yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae. Gejalanya

timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air dengan

lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,

renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul

rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka

menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat

(hemokonsentrasi).

Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera

atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi

perifer, anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan

11

Page 12: Refka disentri

tindakan pengobatan. Angka ini beratmbah pada keadaan malnutrisi dan keadaan

daruratmisalnya kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat

membaik secara perlahan-lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang

lama.Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya

lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir.

Sedangkan pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan.

Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara

menahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.(2)

  Untuk membedakan antara infeksi antara disentri amoeba dan disentri

basiler dapat digunakan sebagai berikut :2

Gejala klinikDisentri Amoeba Disentri Basiler

EIEC Shigella Salmonella

Masa tunas 6-72 jam 24-48 jam 6-72 jam

Panas + + +

Mual muntah Jarang Sering -

Nyeri perutTenesmus dan

kramp

Tenesmus dan

kolik

Tenesmus dan

kramp

Nyeri kepala _ + +

Lamanya sakit Variasi >7 hari 3-7 hari

Sifat Tinja

Volume Sedikit Sedikit Sedikit

Frekuensi Sering >10x/hari Sering

Konsistensi Lembek Lembek Lembek

Darah + Kadang +

Bau Tidak berbau ±Bau seperti telur

busuk

Warna Merah-hijau Merah-hijau Kehijauan

Leukosit _ + +

Lain-lain Infeksi sistemik Kejang ± Sepsis ±

12

Page 13: Refka disentri

Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada disentri adalah

pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium

yang sangat penting. Untuk  pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang

segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu

dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan. Pemeriksaan

mikrobiologis feses berarti mencari mikroba pada feses. Yang dimaksud mikroba

adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit. Selain spesimen feses yang diperoleh

secara langsung (stool specimen) dapat pula dipergunakan spesimen yang

diperoleh melalui usapan dubur/rektal (rectal swab). Usapan dubur sangat cocok

diterapkan pada bayi dan manusia lanjut usia. Usapan dubur lebih efektif daripada

feses untuk perburuan Shigella spp., Clostridium difficile, dan Neisseria

gonorhoea.

Pada kasus ini, kemungkinan jenis disentri yang dialami oleh pasien

adalah disentri basiler. Kondisi yang ada pada pasien sesuai dengan kriteria

disentri yang disebabkan oleh Shigella yaitu ada mual muntah, tenesmus, volume

sedang, terdapat darah, warna hijau kekuningan dan tidak berbau. Untuk

memastikan penyebab pasti disentri pada kasus ini harus dilakukan pemeriksaan

feses. Pemeriksaan penunjang yang disarankan pada kasus kali ini yaitu

pemeriksaan feses secara makroskopik/mikroskopik dan kultur feses. Namun pada

pasien ini tidak dilakukan.

Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit kan sembuh

pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan,

jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral.

Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah

berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan

Rehidrasi Intravena. umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan

kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan

menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole,

dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap

antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk

melawan shigellosis ringan .

13

Page 14: Refka disentri

Pada kasus ini diberikan antibiotik kotrimoksazol (dosis trimetropin 6-10

mg/kgBB). Ketika dalam 2 hari tidak ada perubahan, dianjurkan untuk mengganti

antibiotik, lini kedua untuk pemberian antibiotik pada kasus disentri adalah asam

nalidiksat dengan dosis 55mg/kgBB/hari, jika pemberian lini kedua diberikan 5

hari dan tidak terjadi perubahan, maka diberikan metronidazol dengan dosis

50mg/kgBB dibagi 3 dosis dan diberikan selama 5 hari.6

Terdapat kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia

mengenai penetapan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang

diderita anak balita, baik dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit,

yaitu:2,4

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit,

2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut,

3. ASI dan makanan tetap diteruskan,

4. Antibiotik selektif, dan

5. Nasihat kepada orang tua.

Pasien kali ini mengalami dehidrasi ringan sedang sehingga pada

penatalaksanaan dilakukan berdasarkan terapi B. 2

Rencana Terapi B, untuk Anak Diare dengan Dehidrasi Ringan-

Sedang2,4

1. Jumlah oralit atau cairan parenteral yang dibutuhkan 3 jam pertama : 75

ml/kgBB. Jadi dosis oralit yang diberikan unuk pasien kali ini Oralit 5 sachet

(200) dihabiskan dalam 3 jam pertama (75 ml x 13 kg)

2. Berikan tablet zink selama 10 hari

<6 bulan = 10 mg/hari (1/2 tablet)

>6 bulan = 20 mg/hari (1 tablet)

3. Setelah 3 jam :

Ulangi penilaian derajat dehidrasi

Pilih rencana terapi yang sesuai

4. Berikan oralit tiap BAB

< 2 tahun = 50-100 ml/BAB

> 2 tahun = 100-200 ml/BAB

14

Page 15: Refka disentri

Atau 10 ml/kgBB/BAB

Minumkan sedikit-sedikit tapi sering

Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis

dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan terhadap obat yang diberikan.

Pada umumnya prognosis disentri adalah baik terutama pada kasus tanpa

komplikasi. Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila

mendapatkan pengobatan dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka

kematian rendah; bentuk dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama

meskipun dalam bentuk yang ringan. Bentuk flexneri mempunyai angka kematian

yang rendah.

Pencegahan dapat dilakukan melalui makanan, minuman dan keadaan

lingkungan hidup yang memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan

penyakit yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista

akan binasa bila air dipanaskan 1500C selama 5 menit. Penting sekali adanya

jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai

juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai

saat ini belum ada vaksin khusus untuk  pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis

bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.(2)

Untuk disentri basiler belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk

Shigella. Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi

lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun,

suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.

 

15

Page 16: Refka disentri

DAFTAR PUSTAKA

1. Andayasari, L.,2011. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran

Pencernaan Yang Disebabkan Oleh Amuba di Indonesia. Vol.21. no. 1.

Jakarta : Media Litbang Kesehatan

2. Departemen Kesehatan RI,2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI

3. Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas

Diare. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

4. Hasan R. dkk.,2005. Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

5. Juffrie, M. Dkk.,2012.Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi. jilid I.

Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

6. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS. 2009. Standar Pelayanan Medis

Kesehatan Anak. Makassar

16

Page 17: Refka disentri

REFLEKSI KASUS MEI 2014

“ DIARE DISENTRI”

Nama : Tiara Khairunnisa S.Ked

No. Stambuk : G 501 09 071

Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2014

17