Refka disentri
-
Upload
tiara-juraid -
Category
Documents
-
view
37 -
download
2
Embed Size (px)
description
Transcript of Refka disentri

PENDAHULUAN
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit
ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).
(1)
Di Amerika Serikat, insiden disentri amoeba mencapai 1-5% sedangkan
disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan
angka kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada,
akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita
diare berat menderita disentri basiler. (2)
Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat
disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan
kuman penyebab disentri basiler ditemukan di negara berkembang dengan
kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba tersebar hampir ke
seluruh dunia terutama di negara yang sedang berkembang yang berada di daerah
tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, higiene individu, sanitasi
lingkungan dankondisi sosial ekonomi serta kultural yang menunjang. Penyakit
ini biasanyamenyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun.(2)
Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi didunia. Prevalensi yang
tinggi mencapai 50 persen di Asia, Afrika dan Amerika selatan. Sedangkan pada
shigella di Ameriksa Serikat menyerang 15.000 kasus. Dan di Negara-negara
berkembang Shigella flexeneri dan S. Dysentriae menyebabkan 600.000
kematian per tahun.
1

KASUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : An. F
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 30 April 2014
Anamnesis
Keluhan utama : tinja bercampur darah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tinja bercampur darah dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Setiap hari
frekuensinya kurang lebih 10 kali dalam satu hari, volume tinja banyak,
konsistensi cair, tinja berwarna kuning. Berbau tidak lebih busuk dari biasanya.
Awalnya tinja bercampur darah dan lendir, berwarna merah segar dengan
kandungan darah lebih banyak daripada lendir. Setiap kali buang air besar anak
merasakan sakit perut. Muntah sebanyak 3 kali berupa makanan bercampur lendir.
Tidak ada keluhan mual. Panas dirasakan bersamaan dengan munculnya tinja
berdarah. Tidak ada keluhan kejang. Tidak ada keluhan batuk, beringus, dan sesak
napas. Buang air kecil lancar, kurang lebih 6 kali dalam sehari, volume sedang,
warna kuning, tidak ada nyeri saat berkemih.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Anak tidak pernah mengalami disentri sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Terdapat kakak pasien yang menderita disentri beberapa hari yang lalu
Riwayat Sosial ekonomi :
Anak berasal dari keluarga ekonomi menengah.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :
Anak sangat aktif bermain dirumah bersama saudaranya.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Anak lahir melalui operasi sesar atas indikasi panggul sempit di rumah
sakit dengan berat lahir 3100 gram dan panjang badan 49 sentimeter.
2

Anamnesis Makanan :
Anak mendapat ASI eksklusif dari lahir hingga umur 1 tahun, kemudian
dilanjutkan dengan susu formula dan makanan pendamping dari umur 6 bulan.
Sekarang anak makan makanan keluarga. Anaj juga suka jajan dan mengkonsumsi
makanan yang pedas.
Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang
Tingkat kesadaran : Komposmentis
Tinggi badan : 105 cm
Berat badan : 13 kg
Status gizi : Gizi baik
Tanda Vital
Tekanan darah : -/- mmHg
Nadi : 124 x/menit
Pernapasan : 34 x/menit
Suhu badan : 38 oC
1. Kulit Sianosis : tidak ada
Turgor : cepat kembali < 2 detik
Kelembaban : cukup
Lapisan lemak : cukup
Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (+/+)
3

Hidung : Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut : Bibir : bibir kering, tidak hiperemis
Gusi : tidak berdarah
Lidah : tidak kotor
tepi tidak kemerahan
2. Leher :
Pembesaran kelenjar leher : -/-
Faring : tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
3. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk : simetris
Dispnea : tidak ada
Retraksi : tidak ada
Palpasi : Vokal fremitus: simetris ki = ka
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler (+/+)
Suara Napas Tambahan : Rhonchi (-/-) Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising : -
4

4. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : datar
Auskultasi : bising usus (+) kesan meningkat
Perkusi : Bunyi : timpani
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
5. Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada, Rumple leede test (-)
6. Genitalia : tidak ada kelainan
7. Otot-otot : atrofi (-)
Skor dehidrasi
Keadaan Umum : 2
Mata : 2
Mulut : 2
Turgor : 1
Pernapasan : 2
Nadi : 2
Skor : 11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 01-05-2014
Hematologi Nilai rujukan 01-5-2014
RBC 4,5-6,5 x 1012/L 4.68 x 1012/lL
HB 12-14 gr/dL 11,7 L g/dl
WBC 4.500-13.000 /L 13,55 x 103/L
PLT 150.000-450.000 /L 506 x 103/L
HCT 36-47 % 36,75 %
5

RESUME :
Pasien anak perempuan berumur 4 tahun dengan berat badan 13 kilogram,
tinggi badan 105 sentimeter dan status gizi baik masuk dengan keluhan tinja
bercampur darah yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Setiap hari frekuensinya
kurang lebih 10 kali dalam satu hari, volume tinja banyak, konsistensi cair, tinja
berwarna kuning. Berbau tidak lebih busuk dari biasanya. Setiap kali buang air
besar anak merasakan sakit perut. Muntah sebanyak 3 kali berupa makanan
bercampur lendir. Demam dirasakan bersamaan dengan munculnya tinja berdarah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum composmentis, tampak
sakit sedang, gizi baik. Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 124 x/menit,
reguler, kuat angkat, respirasi 34 x/menit, suhu 38oC. Pada pemeriksaan fisik
didaptkan mata cekung, bibir kering, pada pemeriksaan abdomen didapatkan
perisaltik usus kesan meningkat. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
adanya peningkatan leukosit dan penurunan hemoglobin.
DIAGNOSA : Diare Disentri + dehidrasi ringan-sedang
ANJURAN PEMERIKSAAN :
Pemeriksaan Feses
TERAPI :
IVFD fetrolit 20 tetes per menit
Paracetamol syrup 120 mg/ 5 ml, 3 x 1 Cth
Oralit 100-200 mg setiap kali buang air besar
Zinc tablet 20 mg 1 x 1 tab
Kotrimoksazole syrup 120mg/5ml 2x2 Cth
6

Tanggal 1-5-2014
S : demam (-), muntah (-), buang air besar cair frekuensi 3 kali, volume
Sedang, warna kuning, lebih banyak ampas dibanding air, terdapat bercak
darah pada tinja, bau tidak lebih busuk dari biasanya.
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital:
Nadi : 100x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 36,8o C
Kepala : Normocephal, bibir kering (-)
Mata : anemic konjungtiva (-), mata cekung (+)
Paru : Simetris bilateral, Vokal Fremitus (KA=KI), vesicular
+/+.
Jantung : Iktus cordis tidak tampak, BJ I/II murni regular,
cardiomegali (-).
Abdomen : Tampak cembung, Peristaltik (+ kesan meningkat),
organomegali (-).
Ekstremitas : Ekstremitas atas Akral Hangat
Ekstremitas bawah Akral Hangat
Genetalia : tidak ada kelainan
A : diare disentri + dehidrasi ringan-sedang
P :
- IVFD fetrolit 20 tetes per menit
- Oralit 100-200 mg setiap kali buang air besar
- Zinc tablet 20 mg 1 x 1 tab
- Kotrimoksazole syrup 120mg/5ml 2x2 Cth
7

Tanggal 2-5-2014
S : demam (-), muntah (-), buang air besar cair frekuensi 1 kali, warna kuning
lebih banyak ampas dibanding air, terdapat bercak darah pada tinja, bau
tidak lebih busuk dari biasanya,
O : Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital:
Nadi : 98x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,4o C
Kepala : Normocephal, bibir kering (-)
Mata : anemic konjungtiva (-), mata cekung (-)
Paru : Simetris bilateral, Vokal Fremitus (KA=KI), vesicular
+/+.
Jantung : Iktus cordis tidak tampak, BJ I/II murni regular,
cardiomegali (-).
Abdomen : Tampak cembung, Peristaltik (+ kesan meningkat),
organomegali (-).
Ekstremitas : Ekstremitas atas Akral Hangat
Ekstremitas bawah Akral Hangat
Genetalia : tidak ada kelainan
A : diare disentri
P :
- IVFD fetrolit 16 tetes per menit
- Oralit 100-200 mg setiap kali buang air besar
- Zinc tablet 20 mg 1 x 1 tab
- Kotrimoksazole syrup 120mg/5ml 2x2 Cth
8

D I S K U S I
Diare berdarah merupakan suatu keadaan berbahaya dengan terdapatnya
darah dalam tinja yang cair. Darah tersebut dapat berasal dari sepanjang traktus
gastrointestinal. Diare yang berdarah adalah masalah umum pada anak-anak.
Sangat penting untuk membedakan diare berdarah dari penyebab lain pendarahan
usus. Infeksi bakteri dan infestasi parasit yang bertanggung jawabm untuk
sebagian besar kasus diare berdarah. Penyakit infeksi saluran pencernaan dapat
disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. (2)
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak
adalah :2
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolik ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
3. Gangguan motilitis usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan.
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit,
buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air
besar (tenesmus).(2)
9

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang
disebut sebagai sindroma disentri, yakni:
1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,
2) berak-berak, dan
3) tinja mengandung darah dan lendir.(4)
Patogensis dari disentri, yaitu :(2)
1. Disentri basiler
Disebabkan oleh Shigella,sp .Shigella adalah basil non motil, gram
negatif, famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu
S.dysentriae, S.flexneri,S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari
shigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal.
Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka
seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini
memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan
infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang
bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang
jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain
ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik,
sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu
faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel
mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang
mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan
terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus
menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi
perlekatan dengan peritoneum.(6)
2. Disentri Amuba
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus
besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa
10

usus dan menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan
perubahan ini sampaisaat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik
faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan (virulensi) amoeba,
maupun lingkungannya mempunyai peran. Amoeba yang ganas dapat
memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.Bentuk ulkus
amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapidi
lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya
terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi
radang yang minimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.
Ulkus dapat terjadi disemua bagian usus besar, tetapi berdasarkan
frekuensi dan urut-urutan tempatnyaadalah sekum, kolon asenden, rektum,
sigmoid, apendiks dan ileum terminalis.(2)
Gejala Klinis disentri basiler dapat dilihat melalui masa tunas berkisar
antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase
awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang mencapai
400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan
lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.(6)
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai
yang berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit
diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk
yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae. Gejalanya
timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air dengan
lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi,
renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul
rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka
menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat
(hemokonsentrasi).
Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera
atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi
perifer, anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan
11

tindakan pengobatan. Angka ini beratmbah pada keadaan malnutrisi dan keadaan
daruratmisalnya kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat
membaik secara perlahan-lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang
lama.Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya
lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir.
Sedangkan pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan.
Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara
menahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.(2)
Untuk membedakan antara infeksi antara disentri amoeba dan disentri
basiler dapat digunakan sebagai berikut :2
Gejala klinikDisentri Amoeba Disentri Basiler
EIEC Shigella Salmonella
Masa tunas 6-72 jam 24-48 jam 6-72 jam
Panas + + +
Mual muntah Jarang Sering -
Nyeri perutTenesmus dan
kramp
Tenesmus dan
kolik
Tenesmus dan
kramp
Nyeri kepala _ + +
Lamanya sakit Variasi >7 hari 3-7 hari
Sifat Tinja
Volume Sedikit Sedikit Sedikit
Frekuensi Sering >10x/hari Sering
Konsistensi Lembek Lembek Lembek
Darah + Kadang +
Bau Tidak berbau ±Bau seperti telur
busuk
Warna Merah-hijau Merah-hijau Kehijauan
Leukosit _ + +
Lain-lain Infeksi sistemik Kejang ± Sepsis ±
12

Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada disentri adalah
pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium
yang sangat penting. Untuk pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang
segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu
dan sebaiknya dilakukan sebelum pasien mendapat pengobatan. Pemeriksaan
mikrobiologis feses berarti mencari mikroba pada feses. Yang dimaksud mikroba
adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit. Selain spesimen feses yang diperoleh
secara langsung (stool specimen) dapat pula dipergunakan spesimen yang
diperoleh melalui usapan dubur/rektal (rectal swab). Usapan dubur sangat cocok
diterapkan pada bayi dan manusia lanjut usia. Usapan dubur lebih efektif daripada
feses untuk perburuan Shigella spp., Clostridium difficile, dan Neisseria
gonorhoea.
Pada kasus ini, kemungkinan jenis disentri yang dialami oleh pasien
adalah disentri basiler. Kondisi yang ada pada pasien sesuai dengan kriteria
disentri yang disebabkan oleh Shigella yaitu ada mual muntah, tenesmus, volume
sedang, terdapat darah, warna hijau kekuningan dan tidak berbau. Untuk
memastikan penyebab pasti disentri pada kasus ini harus dilakukan pemeriksaan
feses. Pemeriksaan penunjang yang disarankan pada kasus kali ini yaitu
pemeriksaan feses secara makroskopik/mikroskopik dan kultur feses. Namun pada
pasien ini tidak dilakukan.
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit kan sembuh
pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk menghindarkan kehabisan cairan,
jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral.
Pada pasien dengan diare berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah
berlebihan sehingga tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan
Rehidrasi Intravena. umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan
kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan
menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole,
dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal terhadap
antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang sedikit-sedikit untuk
melawan shigellosis ringan .
13

Pada kasus ini diberikan antibiotik kotrimoksazol (dosis trimetropin 6-10
mg/kgBB). Ketika dalam 2 hari tidak ada perubahan, dianjurkan untuk mengganti
antibiotik, lini kedua untuk pemberian antibiotik pada kasus disentri adalah asam
nalidiksat dengan dosis 55mg/kgBB/hari, jika pemberian lini kedua diberikan 5
hari dan tidak terjadi perubahan, maka diberikan metronidazol dengan dosis
50mg/kgBB dibagi 3 dosis dan diberikan selama 5 hari.6
Terdapat kebijakan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia
mengenai penetapan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang
diderita anak balita, baik dirawat dirumah maupun sedang dirawat dirumah sakit,
yaitu:2,4
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit,
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut,
3. ASI dan makanan tetap diteruskan,
4. Antibiotik selektif, dan
5. Nasihat kepada orang tua.
Pasien kali ini mengalami dehidrasi ringan sedang sehingga pada
penatalaksanaan dilakukan berdasarkan terapi B. 2
Rencana Terapi B, untuk Anak Diare dengan Dehidrasi Ringan-
Sedang2,4
1. Jumlah oralit atau cairan parenteral yang dibutuhkan 3 jam pertama : 75
ml/kgBB. Jadi dosis oralit yang diberikan unuk pasien kali ini Oralit 5 sachet
(200) dihabiskan dalam 3 jam pertama (75 ml x 13 kg)
2. Berikan tablet zink selama 10 hari
<6 bulan = 10 mg/hari (1/2 tablet)
>6 bulan = 20 mg/hari (1 tablet)
3. Setelah 3 jam :
Ulangi penilaian derajat dehidrasi
Pilih rencana terapi yang sesuai
4. Berikan oralit tiap BAB
< 2 tahun = 50-100 ml/BAB
> 2 tahun = 100-200 ml/BAB
14

Atau 10 ml/kgBB/BAB
Minumkan sedikit-sedikit tapi sering
Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis
dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan terhadap obat yang diberikan.
Pada umumnya prognosis disentri adalah baik terutama pada kasus tanpa
komplikasi. Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali bila
mendapatkan pengobatan dini. Tetapi pada bentuk yang sedang, biasanya angka
kematian rendah; bentuk dysentriae biasanya berat dan masa penyembuhan lama
meskipun dalam bentuk yang ringan. Bentuk flexneri mempunyai angka kematian
yang rendah.
Pencegahan dapat dilakukan melalui makanan, minuman dan keadaan
lingkungan hidup yang memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan
penyakit yang sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista
akan binasa bila air dipanaskan 1500C selama 5 menit. Penting sekali adanya
jamban keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai
juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai
saat ini belum ada vaksin khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis
bagi wisatawan yang akan mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.(2)
Untuk disentri basiler belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk
Shigella. Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi
lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun,
suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
15

DAFTAR PUSTAKA
1. Andayasari, L.,2011. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan Yang Disebabkan Oleh Amuba di Indonesia. Vol.21. no. 1.
Jakarta : Media Litbang Kesehatan
2. Departemen Kesehatan RI,2008. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
3. Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas
Diare. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
4. Hasan R. dkk.,2005. Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Juffrie, M. Dkk.,2012.Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi. jilid I.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
6. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS. 2009. Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. Makassar
16

REFLEKSI KASUS MEI 2014
“ DIARE DISENTRI”
Nama : Tiara Khairunnisa S.Ked
No. Stambuk : G 501 09 071
Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2014
17