Lp CA Recti
-
Upload
arif-fia-sg -
Category
Documents
-
view
7 -
download
2
Transcript of Lp CA Recti
A. PENGERTIANCarsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan
ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti, seperti: polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis kolitis. Insiden keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada hubungannya dengan faktor lingkungan terutama kebiasaan makan (diit). Masyarakat yang diitnya rendah selulosa tinggi protein hewani dan lemak mempunyai insiden yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya masyarakat yang diitnya banyak mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak ( suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik ). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan
defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
D. PATOFISIOLOGI
E. GAMBAR
F. PENATALAKSANAAN
1) Pembedahan kolostomi2) Radiasi
Radiasi pasca bedah diberikan jika:a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propriab. ada metastasis ke kelenjar limfe regionalc. masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3) Pemberian obat Sitostatikaa. Inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombositdarah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Tujuan/Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan laboratorium:
Tinja
CEA (Carcino-embryonic anti-
gen)
2. Pemeriksaan radiologis
Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja
(makroskopis/mikroskopis).
Kurang bermakna untuk diagnosis awal
karena hasilnya yang tidak spesifik serta
dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
bermanfaat dalam mengevaluasi dampak
terapi dan kemungkinan residif atau
metastase.
Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda
(double contrast) untuk melihat gambaran lesi
3. Endoskopi dan biopsi
4. Ultrasonografi
secara radiologis.
Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat
kelainan struktur dari rektum sampai Recti.
Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis
tumor secara patologi-anatomis.
Diperlukan untuk mengtahui adanya
metastasis ke hati.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Data fokus pengkajian1. Identitas Klien2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak\ Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri) Klien mengeluh mual, muntah Klien mengeluh tidak puas setelah BAB Klien mengeluh BAB kecil Klien mengeluh berat badannya turun
c) Riwayat Kesehatan KeluargaRiwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
3. Pemeriksaan Fisik Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri), kemerahan, ekimosis, hipotesis
RespirasiSarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
GastroAnoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri bawah
Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil seperti feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ; oliguria
Aktifitas/istirahatKelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan ansietas
b. Analisa Data Pre Operasi
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS:
DO:
klien mengeluh pada daerah rektal
klien tampak meringis menahan sakit.
klien tampak lemah
Ca. Recti
Mendesak jaringan disekitarnya
mengeluarkan zat neurotransmiter
Medulla spinalis
Medulla oblongata
Korteks serebri
Nyeri
Nyeri
2 DS :
DO :
Klien mengatakan takut untuk operasi karena resiko kematian
klien tampak cemas
klien gelisah
wajah klien tampak murung
Ca. Recti
Takut mati, takut perubahan pada kehidupan sosial
Gangguan konsep diri
Berduka / antisipasi
Berduka
3 DS :
DO :
Klien mengatakan badannya terasa lemah
klien tampak lemah
klien tampak pucat
Ca. Recti
Metastasis
hipermetabolik dan asupan nutrisi tetap
nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan
nutrisi tubuh kurang dari kebutuhan
POST OPERASI
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :
DO :
klien mengatakan nyeri pada daerah pembedahan
klien tampak lemah
klien tampak meringis menahan nyeri
nyeri skala 8
Pembedahan
terputusnya kontinuitas
jaringan
mengeluarkan zat neurotransmiter
Medulla spinalis
Medulla oblongata
Korteks serebri
Nyeri
Nyeri
2 DS :
DO :
-
terdapat luka irgasi pembedahan
Pembedahan
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Resiko infeksi
Resiko infeksi
3 DS :
DO :
Klien mengatakan kotor didaerah badannya
Tampak badan klien kotor dan kurang terawat
Ca. Recti
pembedahan
Imobilisasi/Bedrest (istirahat
total)
ADL terganggu
Defisit perawatan diri
Defisit perawatan
diri
c. Diagnosa Keperawatana) Pre Operasi
1. Nyeri sehubungan dengan adanya kanker pada daerah rektal.2. Berduka sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena
resiko kematian.3. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan hipermetabolik akibat
kanker.b) Post Operasi
1. Nyeri pada post operasi sehubungan dengan pembedahan.2. Resiko infeksi sehubungan dengan adanya luka akibat pembedahan.3. Defisit perawatan diri sehubungan dengan keterbatasan aktivitas fisik.
d. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1. Nyeri sehubungan
dengan adanya kanker pada daerah rektal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan oleh klien hilang atau tidak dirasakan lagi.
Kaji tingkat nyeri.
Berikan tehnik distraksi dan relaksasi.
Berikan lingkungan yang nyaman pada klien.
Berikan analgetik sesuai prosedur/instruksi dokter.
Untuk mengetahui seberapa dalam nyeri yang dirasakan.
Agar membantu mengurangi rasa sakit.
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatia.
Nyeri adalah komplikasi serng pada kanker,dengan memberi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Berduka sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan rasa takut karena resiko kematian.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat informasi yang diperukan dan dapat mengembalikan kepercayaan diri seperti semula.
Kaji klien/orang terdekat terhadap duka yang dialami. Jelaskan sesuai kebutuhan.
Perkirakan syok awal dan ketidak yakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang menimbulkan
Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka.
Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang dapat terjadi.
trauma. Diskusikan
informasi yang diperlukan klien.
Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan,marah dan penolakan
Untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien.
Pasien merasa terdukung mengekspresikan perasaan dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal dan dapat dialami oleh orang lain dalam situasi sulit.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan hipermetabolik akibat kanker.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan BB stabil dan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat dan pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan.
Pantau masukan makanan tiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat dan dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit dibagi-bagi selama sehari.
Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan. Dorong pasien
Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi kekuatan.
Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa) dan suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan maskan kalori da protein adekuat.
Membuat waktu makan lebih
untuk berbagi makanan dengan keluarga/teman.
Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
menyenangkan, yang dapat meningkatkan masukan.
Sering sebagai sumber distres emosi khususna untuk orang terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak orang terdekat dapat merasa ditolak/frustasi.
4. Nyeri pada post operasi sehubungan dengan pembedahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan oleh klien hilang atau tidak dirasakan lagi.
Kaji tingkat nyeri.
Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Ajarkan tenik distraksi dan relaksasi.
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik
Bermanfaat dalam evaluasi.
Nyeri menentukan efektivitas terapi.
Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping pasien.
Membantu memfokuskan perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri.
5. Resiko infeksi sehubungan dengan adanya luka akibat pembedahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak akan mengalami infeksi akibat
Observasi tanda-tanda infeksi.
Gunakan tehnik septik dalam
Pengontrolan tanda-tanda infeksi sejak dini.
Mencegah masuknya
mikroorganismelalui luka pembedahan.
setiap tindakan keperawatan terhadap luka pembedahan.
Tekankan higiene personal.
mikroorganisme melalui luka pembedahan.
Membantu potensial sumber infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder.
6. Defisit perawatan diri sehubungan dengan keterbatasan aktivitas fisik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan defisit keperawatan diri pasien
dapat teratasi. Dengan kriteria hasil : kuku dan kulit pasien tidak kotor.
Ajakan pada keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar klien seperti mandi dan makan.
Bantu perawatan diri/personal hygiene klien seperti perawatan kuku,rambut dan kulit.
Salah satu pemenuhan rasa nyaman.
Salah satu pemenuhan rasa nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A Perry, Anne Griffin. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marlynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.