LP CA SERVIKS.doc

download LP CA SERVIKS.doc

of 36

description

LP CA SERVIKS.doc

Transcript of LP CA SERVIKS.doc

Poli Kandungan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN CA CERVIXI. KONSEP TEORI CA CERVIXA. PENGERTIAN Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005).Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian squamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2002).Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama. Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (http://infokesehatan2009.html). Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita.B. EPIDEMOLOGIKanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut. Menurut data Departemen Kesehatan RI tahun 2007, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita Indonesia. saat ini ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. (sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/)Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker serviks yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah. (sumber : http://healthycaus.blogspot.com) C. ETIOLOGIPenyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.4. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks5. Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.6. Hygiene dan sirkumsisiDiduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviksD. PATOFISIOLOGI

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh : Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.

Periode laten dari NIS I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 20 tahun (rata-rata 5 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.E. TANDA DAN GEJALA

Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal 3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.6. Kelemahan pada ekstremitas bawah7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral. 8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

F. Klasifikasi klinisSTADIUMKRITERIA

0Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel

IProses terbatas pada serviks dan uterus

IaKarsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.

IbLesi invasif > 5 mm, dibagi atas lesi 4 cm dan > 4 cm.

IIProses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium, tetapi tidak sampai ke dinding panggul.

IiaPenyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor.

IibPenyebaran ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai ke dinding panggul.

IIIPenyebaran sampai 1/3 distal vagina atau parametrium sampai dinding panggul.

IIIaPenyebaran sampai 1/3 distal vagina, namun tidak sampai ke dinding panggul.

IIIbPenyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul, atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal atau hidronefrosis.

IVProses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah bermetastasis keluar panggul atau ke tempat yang jauh.

IvaTelah bermetastasis ke organ sekitar

IvbTelah bermetastasis jauh

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Sitologi/Pap Smear

Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.2. Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3. Koloskopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.

Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.

Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.4. Kolpomikroskopi

hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali5. Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

6. Konisasi

Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.H. TERAPI 1. Irradiasi

Dapat dipakai untuk semua stadium Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

2. Dosis

Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

3. Komplikasi irradiasi

Kerentanan kandungan kencing Diarrhea Perdarahan rectal Fistula vesico atau rectovaginalis

4. Operasi

Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal

5. Kombinasi Irradiasi dan pembedahanTidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.I. KOMPLIKASI1. Pendarahan

2. Infertil

3. Obstruksi ureter

4. Hidronefrosis

5. Gagal ginjal

6. Pembentukan fistula

7. Anemia

8. Infeksi sistemik

9. Trombositopenia

J. PENCEGAHAN

Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena belum menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara pemeriksaan sitologi vagina merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila ditemukan hasil yang mencurigakan.

Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan janin dapat dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa mencapai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York University Medical Centre , dr. Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat efektif. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari bisa saja diatasi.

Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama - sama sebagai salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker serviks, beberapa di antaranya : 1. Skrining awalSkrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.2. Pemeriksaan DNA HPVPenelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Paps smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditenukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.3. Skrining dengan Thinrep / liquid-base method Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan setiap 1 - 3 tahun.4. Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan hasil negaII. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIANa. Identitas pasienb. Riwayat keluargac. Status kesehatan Status kesehatan saat ini Status kesehatan masa lalu

Riwayat penyakit keluargad. Pola fungsi kesehatan Gordon1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina yang mengandung zat zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks. 2. Pola istirahat dan tidur.Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas dari kanker serviks ataupun karena gangguan pada saat kehamilan.gangguan pola tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh ibu.3. Pola eliminasiDapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot abdominal4. Pola nutrisi dan metabolikAsupan nutrisi pada Ibu hamil dengan kanker serviks harus lebih banyak jika dibandingkan dengan sebelum kehamilan. Dapat terjadi mual dan muntah pada awal kehamilan. Kaji jenis makanan yang biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu sesuai dengan umur kehamilan karena Ibu dengan kanker serviks juga biasanya mengalami penurunan nafsu makan. Kanker serviks pada Ibu yang sedang hamil juga dapat mengganggu dari perkembangan janin.5. Pola kognitif perseptualPada Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya tidak terjadi gangguan pada pada panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecap.6. Pola persepsi dan konsep diriPasien kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering berganti ganti pasangan seksual. 7. Pola aktivitas dan latihan.

Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).

Ibu hamil wajar jika mengalami perasaan sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari harus berbagi dengan janin yang dikandungnya. Namun pada ibu hamil yang disertai dengan kanker serviks ibu akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker serviks sehingga harus beristirahat total.8. Pola seksualitas dan reproduksiKaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari vagina.9. Pola manajemen koping stressKaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit. Ibu hamil dengan kanker serviks biasanya mengalami gangguan dalam manajemen koping stres yang diakibatkan dari cemas yang berlebihan terhadap risiko terjadinya kematian janin serta keselamatan dirinya sendiri.10. Pola peran - hubunganBagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks harus mendapatkan dukungan dari suami serta orang orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi kondisi kesehatan Ibu serta janin yang dikandungnya. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker serviks.11. Pola keyakinan dan nilaiKaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang diyakini.a. Analisis data1. Data subyektif :

a. Pasien mengatakan merasa sakit ketika senggama dan terjadi perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormalb. Pasien mengatakan merasa lemah pada ekstremitas bawahc. Pasien mengatakan merasa nyeri pada panggul (pelvis) atau di perut bagian bawahd. Pasien mengatakan merasa nyeri ketika buang air kecil dan urine bercampur darahe. Pasien mengatakan nafsu makan berkurangf. Pasien mengatakan merasa tidak bertenaga dan lemasg. Pasien mengatakan kurang mengetahui mengenai kanker serviksh. Pasien mengatakan merasa cemas tentang kondisinya serta kondisi janin yang dikandungnyai. Pasien mengatakan merasa kurang perhatian dari keluarganya

2. Data obyektif

a. TTV tidak dalam batas normalDimana batas normal TTV meliputi :Nadi : 60-100 x / menitNafas : 16 - 24 x / menitTekanan Darah : 110-140 / 60-90 mmHgSuhu : 36,5 0C 37,5 0Cb. Membran mukosa keringc. Turgor kulit buruk akibat perdarahand. Pengisian kapiler lambat ( tidak kembali dalam < 2-3 detik setelah ditekan )e. Ekspresi wajah pasien pucatf. Pasien tampak lemasg. Warna kulit kebiruanh. Kulit pecah pecah, rambut rontok, kuku rapuhi. Nilai profil biofisik janin normal tidak sesuai dengan usia kehamilanj. DJJ tidak dalam batas normal 120 - 180 x / menitk. Gerakan janin kurang aktifl. Ekspresi wajah pasien meringism. Pasien tampak gelisahn. Pasien mengalami kejango. Tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)p. Terjadi hematuriaq. Terjadi inkontinensia uriner. Terjadi inkontinensia alvis. Berat badan pasien tidak stabil (tidak sesuai dengan BB pasien dalam kondisi kehamilan)t. Mual ataupun muntahu. Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina. B. DIAGNOSA KEPERAWATANDiagnosa keperawatan yang muncul :1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat pendarahan

2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan

3. Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks

4. Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik5. Risiko infeksi b/d penyakit kronis (metastase sel kanker)

6. Kerusakan eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan aktivitas metabolik terhadap kanker

8. Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker serviks

9. Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun

10. Inkontinensia alvi b/d peningkatan tekanan otot abdominal akibat nekrosis jaringan, kerusakan neuromuscular

11. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuscular akibat infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral

12. PK Gagal Ginjal

13. Gangguan pola tidur b/d depresi akibat penyakit kanker serviks

14. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnya

15. Ansietas b/d krisis situasional

16. Berduka antisipasi b/d penyakit kronis yang diderita (kanker serviks) dan ancaman kematian janin

17. Koping keluarga melemah b/d sakit yang berkepanjangan pada anggota keluarga terdekat

18. Defisit perawatan diri b/d kelemahan19. Risiko cedera pada ibu b/d penurunan jumlah trombosit20. PK Anemia

21. Mual b/d kemoterapi 22. Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status nutrisi dan kemoterapi23. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit dan kemoterapi.C. RENCANA TINDAKAN 1. Dx 1 :

Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat pendarahan Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan volume cairan adekuatKriteria Hasil :

TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)

Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit

Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)

Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC) Membran mukosa lembab Turgor kulit baik (elastis) Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah ditekan ) Ekspresi wajah pasien tidak pucatNOINTERVENSIRASIONALISASI

1Awasi masukan dan haluaran. Ukur volume darah yang keluar melalui pendarahanMemberikan pedoman untuk penggantian cairan yang perlu diberikan sehingga dapat mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen pada ibu dan janin.

2Catat kehilangan darah ibu dan kemungkinan adanya kontraksi uterusBila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif di dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta

3Hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan pada daerah yang mengalami pendarahanMengurangi potensial terjadinya peningkatan pendarahan dan trauma mekanis pada janin

4Pantau status sirkulasi dan volume darah ibuKejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta

5Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi

6Catat respon fisiologis individual pasien terhadap pendarahan, misalnya kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat / penurunan kesadaran Simtomatologi dapat berguna untuk mengukur berat / lamanya episode pendarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya pendarahan / tidak adekuatnya penggantian cairan

7Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa, dan perhatikan keluhan haus pada pasienMerupakan indikator dari status hidrasi / derajat kekurangan cairan

8Kolaborasi : Berikan cairan IV sesuai indikasi Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya pendarahan (akut / kronis). Cairan IV juga digunakan untuk mengencerkan obat antineoplastik pada penderita kanker.

9Kolaborasi :Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasiTransfusi darah diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dalm tubuh ibu dan mencegah manifestasi anemia yang sering terjadi pada penderita kanker.Transfusi trombosit penting untuk memaksimalkan mekanisme pembekuan darah sehingga pendarahan lanjutan dapat diminimalisir.

10Kolaborasi :Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya : Hb, Hct, sel darah merahPerlu dilakukan untuk menentukan kebutuhan resusitasi cairan dan mengawasi keefektifan terapi

2. Dx 2 :

Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2 ke jaringan Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan perfusi jaringan kembali adekuatKriteria Hasil : TTV pasien dalam batas normal, meliputi :Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)

Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit

Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC) Pasien tidak tampak lemas Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam 2-3 detik setelah ditekan) Denyut nadi teraba Tidak tampak kebiruan pada permukaan kulit Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)NOINTERVENSIRASIONALISASI

1Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna dasar kukuIdentifikasi ketidakadekuatan derajat perfusi jaringan dan membantu dalam menentukan intervensi

2Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darahPada ibu hamil yang menderita kanker serviks rentan mengalami perdarahan yang potensial merusak hasil kehamilan, dan kemungkinan menyebabkan hipovolemia hingga hipoksia pada uteroplasenta

3Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktif atau hiperaktif).Identifikasi berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon terhadap penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.

4Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiriMenurunkan tekanan vena cava inferior dan superior serta meningkatkan sirkulasi plasenta (janin) dan pertukaran oksigen.

5Kolaborasi :Awasi pemeriksaan laboratorium (Hct, Hb, SDM)Reduksi pada kadar Hb, Hct atau volume sirkulasi darah mengurangi persediaan oksigen untuk jaringan ibu yang akan berdampak pada janin yang dikandungnya

6Kolaborasi :Berikan transfusi sel darah merah lengkap sesuai indikasi. Awasi adanya komplikasi transfusiMeningkatkan jumlah mediator transport oksigen ke sel-sel tubuh

7Kolaborasi :Berikan terapi oksigen tambahan sesuai indikasi Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, sehingga kapasitas oksigen untuk janin meningkat

3. Dx 3 :

Risiko cedera pada janin berhubungan dengan penurunan perfusi plasentaTujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan risiko cedera terhadap janin dapat dicegah sehingga tidak menjadi aktualKriteria Hasil : Tidak terjadi cedera pada janin Nilai profil biofisik janin normal sesuai dengan usia kehamilan DJJ berada dalam batas normal 120 - 180 x / menit Gerakan janin aktif seperti biasanya Bayi lahir tanpa gangguanNOINTERVENSIRASIONALISASI

1Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janinFaktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi / oksigenasi ibu mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin melalui plasenta. Janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan metabolismenya, akan mengalihkan menjadi metabolisme anaerob yang menghasilkan asam laktat yang dapat menimbulkan kondisi asidosis

2Awasi dan pantau DJJ dan keaktifan gerakan janin Terjadinya hipoksia pada ibu dapat mengakibatkan kelainan SSP janin. Krisis berulang dapat meningkatkan prevalensi ibu dan janin pada peningkatan mortalitas dan laju morbiditas. Pengkajian yang cermat dan konsisten pada janin dapat mengidentifikasi perubahan status janin secara dini sehingga dapat segera menentukan intervensi yang tepat untuk dilakukan.

3Diskusikan efek negatif yang potensial terjadi akibat kelainan genetik

Retardasi pertumbuhan intrauterus/ pascanatal, malformasi dan retardasi mental dapat terjadi.

4Kolaborasi :

Lakukan screening, pemeriksaan ultrasonografi (USG) sesuai indikasi Identifikasi dan evaluasi pertumbuhan janin

4. Dx 4 :

Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviksTujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang atau terkontrol Kriteria hasil :

Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh / efek samping minimal TTV pasien dalam batas normal, meliputi :Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit

Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)Suhu normal (36,5oC - 37,5oC) Ekspresi wajah pasien tidak meringis Pasien tampak tenang (tidak gelisah) Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat sesuai indikasi untuk mengontrol nyeriNOINTERVENSIRASIONALISASI

1Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif [catat keluhan, lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan nyeri yang dilakukan]

Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.

2Pantau tanda - tanda vitalPeningkatan nyeri akan mempengaruhi perubahan pada tanda - tanda vital

3Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri seperti teknik relaksasi dan teknik distraksi, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca buku, dan sentuhan terapeutik.Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif untuk mengontrol rasa nyeri yang dialami, serta dapat meningkatkan koping pasien

4Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan pasienMemberikan rasa nyaman pada pasien, meningkatkan relaksasi, dan membantu pasien untuk memfokuskan kembali perhatiannya.

5Dorong pengungkapan perasaan pasien

Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi pasien akan intensitas rasa sakit.

6Evaluasi upaya penghilangan nyeri / kontrol pada pasienTujuan yang ingin dicapai melalui upaya kontrol adalah kontrol nyeri yang maksimum dengan pengaruh / efek samping yang minimum pada pasien.

7Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

8Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasiNyeri adalah komplikasi tersering dari kanker, meskipun respon individual terhadap nyeri berbeda-beda. Pemberian analgetik dapat mengurangi nyeri yang dialami pasien

9Kolaborasi untuk pengembangan rencana manajemen nyeri dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan yang terlibat Rencana manajemen nyeri yang terorganisasi dapat mengembangkan kesempatan pada pasien untuk mengontrol nyeri yang dialami. Terutama dengan nyeri kronis, pasien dan orang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen nyeri di rumah.

10Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur tambahan, misalnya pemblokan pada sarafMungkin diperlukan untuk mengontrol nyeri berat (kronis) yang tidak berespon pada tindakan lain

5. Dx 5 :

Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolikTujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan keseimbangan suhu tubuh pasien kembali normal Kriteria Hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal ( 36,5oC - 37,5oC) Denyut nadi dalam batas normal ( 60 - 100x / menit) Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16- 24x/ menit) Kulit tidak tampak memerah Pasien tidak mengalami kejangNOINTERVENSIRASIONALISASI

1Pantau derajat dan pola perubahan suhu pasienPeningkatan suhu hingga 38,9oC-41,1 oC menunjukkan adanya proses penyakit infeksius. Pola peningkatan suhu dapat membantu dalam identifikasi diagnosis dini

2Pantau suhu lingkungan, atur jumlah linen tempat tidur sesuai indikasiSuhu ruangan dan jumlah selimut harus diatur untuk mempertahankan suhu tubuh pasien agar mendekati suhu normal

3Berikan kompres hangatMembantu mengurangi peningkatan suhu tubuh pasien

4Kolaborasi :Berikan antipiretikDapat digunakan untuk mengurangi demam dengan bereaksi pada termoregulasi sentral tubuh di hipotalamus.

6. Dx 6 :

Risiko infeksi b/d proses penyakit kronis (metastase sel kanker)Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien tidak mengalami infeksiKriteria Hasil :

Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia) TTV pasien dalam batas normal, meliputi :Nadi normal ( 60 - 100 x / menit)Pernapasan normal ( 16 - 24 x / menit)Tekanan darah normal ( 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)Suhu normal ( 36,5oC - 37,5oC) Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam batas normal (4 - 9 103/L)NOINTERVENSIRASIONALISASI

1Kaji tanda / gejala infeksi secara kontinyu pada semua sistem tubuh (misalnya : pernafasan, pencernaan, genitourinaria) Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah perkembangan infeksi lebih lanjut

2Pantau perubahan suhu pasienPeningkatan suhu pada ibu hamil dengan kanker serviks dapat terjadi karena proses penyakitnya, infeksi, dan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai segera

3Kaji janin untuk melihat adanya tanda infeksi seperti takikardi dan penurunan keaktifan gerakan janinDeteksi dini terhadap reaksi infeksi yang bisa berdampak pada janin dan menghambat pertumbuhan janin.

4Pertahankan teknik perawatan aseptik. Hindari / batasi prosedur invasifMenurunkan risiko kontaminasi agen infeksius

5Utamakan personal hygiene Membantu mengurangi pajanan potensial sumber infeksi dan menimalisir paparan pertumbuhan sekunder patogen

6Kolaborasi :Awasi hasil laboratorium untuk melihat adanya diferensial atau peningkatan WBCDiferensial dan peningkatan WBC merupakan salah satu respon tubuh untuk mengatasi infeksi yang timbul oleh antigen

7Kolaborasi :Dapatkan kultur sesuai indikasi

Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang tepat

8Kolaborasi :Berikan antibiotik sesuai indikasiDigunakan untuk menghambat perkembangan agen infeksius

7. Dx 7 :

Kerusakan eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinariusTujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pola eliminasi urine pasien kembali normal (adekuat)Kriteria Hasil :

Tidak terjadi hematuria Tidak terjadi inkontinensia urine Tidak terjadi disuria Jumlah output urine dalam batas normal ( 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)NOINTERVENSIRASIONALISASI

1Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urine tiba-tibaPenurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan adanya obstruksi / disfungsi pada traktus urinarius

2Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan haluaran urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urineIdentifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria akibat metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut

3Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / tidaknya hematuriaPenyebaran kanker pada traktus urinarius (salah satunya di vesika urinaria) dapat menyebabkan jaringan di vesika urinaria mengalami nekrosis sehingga urine yang keluar berwarna merah karena bercampur dengan darah

4Observasi adanya bau yang tidak enak pada urine (bau abnormal)Identifikasi tanda - tanda infeksi pada jaringan traktus urinarius

5Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akuratMempertahankan hidrasi dan aliran urine baik

6Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, dan membran mukosaIndikator keseimbangan cairan dan menunjukkan tingkat hidrasi

7Kolaborasi :Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang sesuai indikasiPemeriksaan diagnostik dan penunjang misalnya pemeriksaan retrograd dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat infiltrasi kanker pada traktus urinarius sehingga dapat menjadi dasar untuk intervensi selanjutnya

8Kolaborasi :Pantau nilai BUN dan kreatininKadar BUN dan kreatinin yang abnormal dapat menjadi indikator kegagalan fungsi ginjal sebagai akibat komplikasi metastase sel-sel kanker pada traktus urinarius hingga ke organ ginjal.

8. Dx 8 :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan aktivitas metabolik terhadap kankerTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara optimal dan seimbang Kriteria Hasil : Berat badan pasien stabil (sesuai dengan BB pasien dalam kondisi normal) Pasien menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan Tidak terjadi mual ataupun muntah Pasien tidak tampak pucat / lemasNOINTERVENSIRASIONALISASI

1Pantau masukan makanan setiap hariMengidentifikasi defisiensi nutrisi

2Ukur tinggi, berat badan. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini. Timbang berat badan setiap hari Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein dan kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal

3Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan nutrien dengan masukan cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemenKebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat membantu untuk mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat untuk pertumbuhan ibu serta perkembangan janin

4Kontrol faktor lingkungan (misalnya : bau makanan yang terlalu kuat, kebisingan lingkungan, makanan yang terlalu pedas, terlalu manis, dan berlemak) Untuk menurunkan potensial terjadinya respon mual dan muntah

5Lakukan oral hygiene pada pasienKebersihan mulut yang terjaga dapat meningkatkan sensasi pengecapan dan nafsu makan

6Kolaborasi :Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, misalnya transferin serum dan albuminMembantu dalam mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan biokimia dan malnutrisi yang terjadi akibat pertumbuhan sel-sel kanker, dapat mempengaruhi dalam penentuan intervensi diet selanjutnya.

7Kolaborasi :Pemberian vitamin A, B6, C, D, E. Defisiensi vitamin A, C, D, E dapat menghambat proses absorbsi zat-zat nutrisi pada vili intestinum, menghambat proliferasi sel-sel epitel normal, dan menghambat pembentukan antioksidan tubuh. Defisiensi vitamin B6 dapat memperberat perasaan depresi yang dirasakan pasien

8Kolaborasi :Rujuk pada ahli gizi / tim pendukung nutrisiMemberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandungnya, serta menurunkan potensial komplikasi yang terjadi berkenaan dengan malnutrisi protein / kalori dan defisiensi mikronutrien

9. Dx 9 :

Disfungsi seksual b/d perubahan fungsi tubuh akibat proses penyakit kanker serviksTujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan kondisi fisiologis tubuhnyaKriteria Hasil :

Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya Pasien mau mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, perubahan fungsi seksual dan hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminyaNOINTERVENSIRASIONALISASI

1Dengarkan pernyataan pasien / orang terdekatMasalah seksualitas seringkali menjadi masalah yang tersembunyi, yang seringkali diungkapkan sebagai humor / melalui pernyataan yang tidak gamblang

2Informasikan pada pasien tentang efek dari proses penyakit kanker serviks yang dialaminya terhadap fungsi seksualitasnya (termasuk di dalamnya efek samping dari pengobatan kanker yang akan dijalani) Pedoman antisipasi dapat membantu pasien dan orang terdekat untuk memulai proses adaptasi pada keadaan yang baru

3Bantu pasien untuk menyadari / menerima tahap kehilangan tersebutMengakui proses kehilangan / perubahan pada fungsi seksual secara nyata dapat meningkatkan koping pasien

4Dorong pasien untuk berbagi pikiran dengan orang terdekatKomunikasi terbuka dapat membantu dalam identifikasi masalah dan meningkatkan diskusi untuk menemukan pemecahan masalah

10. Dx 10 :

Intoleransi aktivitas b/d produksi energi tubuh menurun Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas pasien dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapaiKriteria Hasil :

Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan perawat / orang terdekat Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas

NOINTERVENSIRASIONALISASI

1Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, misalnya perubahan tekanan darah dan frekuensi jantung serta pernafasanToleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, serta oksigenasi.

2Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/miring, dan penurunan aktivitas.

Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.

3Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup)Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman

4Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan kemampuan tidur / istirahat dengan tepatMenentukan derajat dari ketidakmampuan pasien

5Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan / dibutuhkanMengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu dalam pemilihan intervensi

6Identifikasi faktor stres / psikologis yang dapat memperberatMungkin mempunyai efek kumulatif terhadap kondisi fisik yang dapat terus berlangsung bila masalah tersebut belum diatasi

7Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasienMemberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan

8Dorong pasien untuk melakukan aktivitas ringan, bila mungkin. Tingkatkan tingkat partisipasi pasien sesuai toleransi pasienMeningkatkan rasa membaik dan mencegah terjadinya frustasi pada pasien

9Rencanakan periode istirahat adekuatMencegah kelelahan berlebihan dan menghemat energi untuk proses penyembuhan

10Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan derajat ketidakmampuan pasienMemungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan pasien

11Dorong masukan nutrisiMasukan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi ibu untuk beraktivitas dan pertumbuhan serta perkembangan janin

12Kolaborasi :Berikan suplemen 02 sesuai indikasiAdanya hipoksemia dapat menurunkan ketersediaan 02 untuk ambilan seluler ibu dan plasenta janin dan dapat memperberat terjadinya intoleransi pada aktivitas

DIAGNOSA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PSIKOLOGIS PASIEN :

Dx 14 :Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai proses penyakit kanker serviks, terapi, dan prognosisnyaTujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 30 menit, diharapkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkatKriteria Hasil :

Pasien mengangguk sebagai respon bahwa ia mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat Ekspresi wajah pasien tidak tampak bingung Pasien mampu menjelaskan pengertian dan penyebab penyakitnya Pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakitnya Pasien mampu menjelaskan tentang terapi penyakitnya serta manfaat terapi tersebut Pasien menyatakan persetujuan dan kemauannya untuk mengikuti prosedur pengobatan terhadap penyakitnya

NOINTERVENSIRASIONALISASI

1Kaji tingkat pengetahuan pasien Informasi mengenai tingkat pengetahuan pasien dapat membantu dalam menentukan metoda yang efektif untuk memberikan pendidikan kepada pasien.

2Berikan informasi mengenai kanker serviks : pengertian, penyebab, proses, serta penanganannya dengan jelas. Informasikan juga kemungkinan pengaruhnya terhadap kondisi janin

Pemberian informasi yang jelas membuat pasien dan keluarga cepat memahami sehingga pengetahuannya terhadap penyakit kanker serviks meningkat

3Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal

Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk menerima informasi / mengikuti program medik

4Berikan penguatan bila pasien mampu menyebutkan kembali apa yang sudah dijelaskan. Pasien akan lebih mudah mengingat jika diberi reinforcement oleh perawat mengenai pemahamannya.

5Anjurkan pasien untuk menanyakan kepada pasien di samping, untuk berbagi pengalamanEksplorasi pengalaman dengan pasien lain dapat membantu meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga.

D. IMPLEMENTASI

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien.E. EVALUASI

Evaluasi disesuaikan dengan tujuan dan outcomeDAFTAR PUSTAKAHamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGCBrunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima MedikaDoengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGCPrice, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGCCorwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Anonim.2012. (Online). Available : http://id.wikipedia.org/wiki/kanker_serviks (6 Oktober 2013)Anonim.2011.(online).Available : http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-dengan-gangguan-sistem-reproduksi.html (akses : 6 Oktober 2013)Suya.2011.(online).available : http://suyawantewin.blogspot.com/2011/01/ca-cervix.html (6 oktober 2013)Lembar Pengesahan

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ca Cervix Mengetahui,

Pembimbing Praktek

(Ni Luh Eka Wintari,S.ST)NIP. 19780925200512004

Denpasar, November 2013

Mahasiswa

(Luh Putu Wijayanti)

NIM. P07120011059

Mengetahui,

Pembimbing Akademik(Ns. IGA Oka Mayuni, S.Pd.,S.Kep)

NIP. 195512121979062001

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KW DENGAN CA. CERVIKS STADIUM IIDI RUANG CEMPAKA TIMUR RSUP SANGLAH DPS

TANGGAL 31 OKTOBER - 2 NOVEMBER 2013

OLEH

LUH PUTU WIJAYANTI

P07120011059

III.2 REG SHAPE \* MERGEFORMAT

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2013