LP CA paru

27
LAPORAN PENDAHULUAN CA. PARU A. Definisi Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000). B. Etiologi 1. Merokok. Merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor. 2. Iradiasi. 1

Transcript of LP CA paru

Page 1: LP CA paru

LAPORAN PENDAHULUANCA. PARU

A. Definisi

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam

paru (Underwood, Patologi, 2000).

B. Etiologi

1. Merokok.

Merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara

perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma

bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari

pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah

meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu

sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau

rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.

2. Iradiasi.

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan

penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)

berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga

merupakan agen etiologi operatif.

3. Kanker paru akibat kerja.

Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur

nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru hematite)

dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami

1

Page 2: LP CA paru

peningkatan insiden.

4. Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada

mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari

industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

5. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :

a. Proton oncogen.

b. Tumor suppressor gene.

c. Gene encoding enzyme.

6. Diet.

Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A

menyebabkan prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993

dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki

peringkat 4 kanker terbanyak.

C. Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1977) :

1. Karsinoma Bronkogenik.

a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).

Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk

metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului

timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.

Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar

2

Page 3: LP CA paru

langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).

Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel

– sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil

dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum

dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ

distal.

c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).

Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus.

Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat

dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik.

Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara

klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.

d. Karsinoma sel besar.

Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan

sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk

timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan

cepat ke tempat – tempat yang jauh.

e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.

f. Lain – lain.

1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).

2). Tumor kelenjar bronchial.

3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.

3

Page 4: LP CA paru

4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma

5). Sarkoma

6). Tak terklasifikasi.

7). Mesotelioma.

8). Melanoma.

D. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia

hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya

pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi

ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian

distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan

dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat

seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

E. Manifestasi klinis

1. Gejala awal.

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.

4

Page 5: LP CA paru

2. Gejala umum.

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai

batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk

sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami

ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

F. Pemeriksaan diagnostik.

1. Radiologi.

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.

Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada

bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi.

Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).

Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA

Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

5

Page 6: LP CA paru

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.

Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya

karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,

sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara

torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam–macam prosedur

non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

G. Analisa Kebutuhan Klien

1) Kerusakan pertukaran gas

Pengaturan posisi semi fowler

6

Page 7: LP CA paru

Berikan oksigen

Pemberian obat sesuai indikasi

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif

Bantu klien untuk nafas efektif dan batuk dengan posisi duduk.

Berikan oksigen bila perlu.

Berikan obat analgesik sesuai indikasi.

3) Nyeri akut

Dorong klien untuk menyatakan rasa nyerinya.

Ubah posisi klien

Ajarkan tehnik relaksasi

H. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas b. d gangguan suplai oksigen (hipoventilasi).

2. Bersihan jalan nafas b.d kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah/

viskositas sekret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.

3. Nyeri akut b.d trauma jaringan, gangguan saraf internal.

4. Ketakutan b.d krisis situasi, ancaman kematian.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan dan prognosis b.d kurang

informasi, kesalahan interpretasi persepsi dan kurang mengingat.

7

Page 8: LP CA paru

I. Rencana Tindakan dan Intervensi Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas b. d gangguan suplai oksigen (hipoventilasi).

No Intervensi Rasional

1. Mandiri

Catat frekuensi, kedalaman dan

kemudahan pernafasa. Observasi

penggunaan otot bantu, nafas bibir,

perubahan kulit/membran mukosa mis/:

pucat, sianosis.

Pernafasan meningkat sebagai akibat

nyeri atau sebagai mekanisme

kompensasi awal terhadap hilangnya

jaringan paru. Namun peningkatan kerja

nafas dan sianosis dapat menunjukkan

peningkatan konsumsi oksigen dan

kebutuhan energi dan penurunan

cadangan pernafasan.

2. Auskultasi paru untuk gerakan dada dan

bunyi nafas tak normal

Konsolidasi dan kurangnya gerakan

udara pada sisi yang diopersi normal

pada psien pneumonektomi.

3. Selidiki kegelisahan dan perubahan

mental/ tingkat kesadaran.

Dapat menunjukkan peningkatan

hipoksia atau komplikasi seperti

penyimpangan mediastial pada pasien

pneu onektomi bila disertai dengan

takipnea, takikardi dan deviasi trakeal.

4. Pertahankan kepatenan jalan nafas

pasien dengan memberikan posisi,

penghisapan dan pengunaan alat.

Obstruksi jalan nafas mempengaruhi

ventilasi, mengganggu pertukaran gas.

5. Ubah posisi dengan sering, letakkan Memaksimalkan ekspansi paru dan

8

Page 9: LP CA paru

pasien dengan pasisi duduk juga posisi

telentang sampai posisi miring.

drainase sekret.

6 Hindari pemberian posisi pasien dengan

pneumonektomi pada sisi yang

dioperasi dengan tetap

mempertahankann paru yang sakit.

Posisi ini menurunkkan ekspansi paru

dan menurunkan perfusi pada paru yang

baik dan dapat memperkuat

pengembangan tegangan pneumotorak

sekunder terhadap penyimpangan

mediastinal dan akumulasi cairan pada

paru yang tersisa.

7. Bantu klien nafas dalam dan nafas bibir

dengan cepat.

Meningkatkan ventilasi maksimal dan

oksigenasi dan menurunkan/ mencegah

atelektasis.

8. Pertahankan kepatenan sistem drainase

dada untuk lubektomi, pasien reseksi

segmen.

Mengalirkan cairan dari rongga pleura

untuk meningkatkan ekspansi segmen

paru yang masih ada.

9. Catat perubahan pada jumlah / tipe

drainase selang dada.

Drainase berdarah harus menurun dalam

jmlahdan berubah sampai komposisi

serosa sesuai dengan kemajuan

penyembuhan.

10. Observasi adanya / derajat gelembung

pada klep waterseal.

kebocoran yang memanjang atau baru

memerlukan evaluasi untuk

mengidentifikasi masalah pada pasien

9

Page 10: LP CA paru

juga sistem drainase.

11. Kaji respon pasien terhadap aktivitas,

dorong periode istirahat batasi aktivitas

sesuai toleransi.

Peningkatan konsumsi kebutuhan

oksigen dan stress pembedahan dapat

mengakibatkan peningkatan dispnea dan

perubahan tanda vital karena aktivitas.

12. Kolaborasi

Berikan oksigen tambahan, melalui

nasal kanul, masker parsial atau masker

dengan humidifikasi tinggi sesuai

indikasi.

Memaksimalkan sediaan oksigen,

khususnya bila ventilasi menurun

depresi anastesi atau nyeri.

13. Bantu klien pengunaan spirometri

insentif atau tiupan botol.

Mencegah / menurunkan atelektasis dan

meningkatkan ekspansi jalan nafas kecil.

14. Awasi / buat gambaran GDA, nadi

oksimetri. Catat kadar HB.

Penurunan PaO2 atau peningkatan

PaCO2 dan menunjukkan kebutuhan

untuk dukungan ventilasi.

2. Bersihan jalan nafas b.d kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah/

viskositas sekret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.

No Intervensi Rasional

1. Mandiri

Auskultasi dada untuk karakter bunyi

nafas dan adanya sekret.

Pernafasan bising, ronki dan menhi

menunjukkan tertahannya sekret dan

atau obstruksi jalan nafas.

10

Page 11: LP CA paru

2. Bantu klien dengan instruksi untuk

nafas dalam efektif dan batuk dengan

posisi batuk tinggi dan menekan dearah

insisi.

Posisi duduk memungkinkan ekspansi

paru maksimal dan penekanan

menguatkan upaya batuk untuk

memobilisasi dan membuang sekret.

3. Observasi jumlah dan karakter sputum

aspirasi sekret. Selidiki perubahan

sesuai indikasi.

Peningkatan jumlah sekret tak

berwarna / berair awalnya normal dan

harus menurun sesuai kemajuan

penyembuhan.

4. Penghisapan bila batuk lemah atau

rongki tidak bersih dengan upaya batuk.

Hindari pebgisapan endotrakeal/

nasotrakeal yang dalam pada klien

pneumonektomi bila mungkin.

Penghisapan rutin meningkatkan resiko

hipoksemia dan kerusakan mukosa.

Penghisapan trakeal dalam secara umum

kontraindikasi pada klien

pneumonektomi untuk menurunkan

resiko ruptur jahitan bronkial.

5. Dorong masukan cairan per oral

sedikitnya 2500 ml/ hari.

Hidrasi adekuat untuk mempertahankan

sekret hilang/ peningkatan pengeluaran.

6. Kolaborasi:

Berikan /bantu dengan IPBB, spirometri

insentif, meniup botol, drainase postural

sesuai indikasi.

Memperbaiki ekspansi paru/ ventilasi

dan memudahkan pembuangan sekret.

7. Gunakan oksigen humidifikasi/

nebuliser ultrasonik. Berikan cairan

Memberikan hidrasi maksimal

membantu penghilangan/ pengenceran

11

Page 12: LP CA paru

tambahan melalui IV sesuai indikasi. sekret untuk meningkatkan pengeluaran.

3. Nyeri akut b.d trauma jaringan, gangguan saraf internal.

No Intervensi Rasional

1. Tanyakan pasien tentang nyeri.

Tentukan karakteristik nyeri. Buat

rentang intensitas pada skala 0 – 10.

Membantu dalam evaluasi gejala nyeri

karena kanker. Penggunaan skala

rentang membantu pasien dalam

mengkaji tingkat nyeri dan memberikan

alat untuk evaluasi keefktifan analgesic,

meningkatkan control nyeri.

2. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal

nyeri pasien

Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/

non verbal dapat memberikan petunjuk

derajat nyeri, kebutuhan/ keefketifan

intervensi

3. Catat kemungkinan penyebab nyeri

patofisologi dan psikologi.

Insisi posterolateral lebih tidak nyaman

untuk pasien dari pada insisi

anterolateral. Selain itu takut, distress,

ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa

kanker dapat mengganggu kemampuan

mengatasinya.

4. Dorong menyatakan perasaan tentang

nyeri

Takut/ masalah dapat meningkatkan

tegangan otot dan menurunkan ambang

12

Page 13: LP CA paru

persepsi nyeri.

5. Berikan tindakan kenyamanan Meningkatkan relaksasi dan pengalihan

perhatian. Menghilangkan

ketidaknyamanan dan meningktakan

efek terapeutik analgesik.

6 Bantu aktivitas perawatan diri,

pernafasan /latihan tangan dan

ambulasi.

Mencegah kelemahan dan menghemat

energi, meningktkan kemapuan koping.

7. Kolaborasi:

Berikan analgesik rutin sesuai indikasi,

khususnya 45-60 menit sebelum

tindakan nafas dalam/ latihan batuk.

Mempertahankan kadar obat lebih

konstan menghindari puncak periode

nyeri, alat dalam penyembuhan otot dan

memperbaiki fungsi pernafasan dan

ketidaknyamanan koping emosi.

4.Ketakutan b.d krisis situasi, ancaman kematian

No Intervensi Rasional

1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/

orang terdekat tentang diagnosa

Pasien dan orang terdekat mendengar

dan mengasimilasi informasi baru yang

meliputi perubahan ada gambaran diri

dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini

melibatkan susunan tekanan perawatan

individu dan memberikan informasi

13

Page 14: LP CA paru

yang perlu untuk memilih intervensi

yang tepat.

2. Akui rasa takut/ masalah pasien dan

dorong mengekspresikan perasaan

Dukungan memampukan pasien mulai

membuka atau menerima kenyataan

kanker dan pengobatannya.

3. Terima penyangkalan pasien tetapi

jangan dikuatkan

Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas

mempengaruhi kemajuan penyembuhan,

menghadapi isu pasien perlu dijelaskan

dan membuka cara penyelesaiannya.

4. Berikan kesempatan untuk bertanya dan

jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa

pasien dan pemberi perawatan

mempunyai pemahaman yang sama.

Membuat kepercayaan dan menurunkan

kesalahan persepsi/ salah interpretasi

terhadap informasi

5. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam

perencanaan perawatan. Berikan waktu

untuk menyiapkan peristiwa/

pengobatan.

Dapat membantu memperbaiki beberapa

perasaan kontrol/ kemandirian pada

pasien yang merasa tek berdaya dalam

menerima pengobatan dan diagnosa

6. Berikan kenyamanan fiik pasien Ini sulit untuk menerima dengan isu

emosi bila pengalaman ekstrem/

14

Page 15: LP CA paru

ketidaknyamanan fisik menetap.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan dan prognosis b.d kurang informasi,

kesalahan interpretasi persepsi dan kurang mengingat.

No Intervensi Rasional

1. Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi

sasat ini dan hasil yang diharapkan

Memberikan informasi khusus individu,

membuat pengetahuan untuk belajar

lanjut tentang manajemen di rumah.

Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai

intervensi bedah dan informasi penting

untuk memampukan pasien/ orang

terdekat untuk membuat keputusan

berdasarkan informasi.

2. Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang

prosedur pembedahan dengan

memberikan diagram yang tepat.

Masukkan informasi ini dalam diskusi

tentang harapan jangka pendek/ panjang

dari penyembuhan.

Lamanya rehabilitasi dan prognosis

tergantung pada tipe pembedahan,

kondisi preoperasi, dan lamanya/ derajat

komplikasi.

3. Diskusikan perlunya perencanaan untuk

mengevaluasi perawatan saat pulang

Pengkajian evaluasi status pernafasan

dan kesehatan umum penting sekali

15

Page 16: LP CA paru

untuk meyakinkan penyembuhan

optimal. Juga memberikan kesempatan

untuk merujuk masalah/ pertanyaan

pada waktu yang sedikit stres.

4. Identifikasi tanda/gejala yang

memerlukan evaluasi medis mis

perubahan penampilan insisi, terjadinya

kesulitan pernafasan, demam.

Deteksi dini dan intervensi tepat waktu

dapat mencegah/ meminimalkan

komplikasi.

5. Bantu klien menentukan toleransi

aktivitas dan menyusun tujuan.

Kelemahan dan kelelahan harus kecil

sesuai dengan penyembuhan dan

perbaikan fungsi paru selama periode

penyembuhan.

6. Anjurkan menghentikan aktivitas yang

menyebabkan kelemahan atau

meningkatkan nafas pendek.

Terlalu lelah meningkatkan kegagalan

pernafasan.

7. Tekankan untuk menghindari merokok,

polusi udara dan kontak dengan orang

yang menderita infeksi saluran nafas

atas.

Melindungi dari iritasi dan menurunkan

resiko infeksi.

8. Kaji kebutuhan nutrisi/ cairan. Memenuhi kebutuhan energi seluler dan

mempertahankan volume sirkulasi baik

16

Page 17: LP CA paru

untuk perfusi jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Jakarta: FKUI

Anonim. (2007). Kanker paru. Diperoleh pada tanggal 10 Mei 2008 dari http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/kanker-paru.html

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8 vol 1 Jakarta : EGC

Doenges, M.E, Moorhouse, M.F., & Geissler, A.C. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian

17

Page 18: LP CA paru

perawatan pasien. Jakarta: EGC.

18