LP CA Ovarium

31
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN “Ca Ovarium” LAPORAN INDIVIDU Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Surgical di Ruang OK RS. Panti Nirmala Oleh : ANITA IKA LESTARI NIM 115070207111011

Transcript of LP CA Ovarium

Page 1: LP CA Ovarium

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

“Ca Ovarium”

LAPORAN INDIVIDU

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Surgical

di Ruang OK RS. Panti Nirmala

Oleh :

ANITA IKA LESTARI

NIM 115070207111011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: LP CA Ovarium

1. DEFINISI

Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel

germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis

organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan

sebagai kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010)

Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat

berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-

sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam(Smeltzer & Bare, 2002).

Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan

10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak(benigna), tidak

jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of

low–maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).

Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya

sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang

sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G,

et al. Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)

2. ETIOLOGI

Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul

kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis

tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.

Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di

luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan

hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang

menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel

epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan

sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel - sel

tumor.

2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker

ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung

reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi

pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. Dalam penelitian

epidemiologi juga ditemukan tingginya kadar androgen dalam darah penderita kanker

ovarium.

3. Hipotesis gonadotropin

Page 3: LP CA Ovarium

Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data epidemiologi.

Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa

percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar

hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan

meningkat. Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin

bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut. 

FAKTOR RESIKO

a. Nuliparitas

Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka waktu lama dan

wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat mendapat karsinoma ovarium. Namun,

pada wanita yang mendapatkan terapi untuk infertilitas dengan kelahiran hidup tidak

meningkatkan resiko terhadap karsinoma ovarium. Pada umumnya, resiko berkurang

pada setiap kelahiran hidup dan mendatar pada wanita dengan paritas lima kali.

Kehamilan pula mempunyai efek proteksi terhadap sel ovarium premaligna.

b. Menarke awal dan menopause lambat

Menarke awal dan menopause lambat juga dikaitkan dengan peningkatan resiko

terhadap karsinoma ovarium. Sebaliknya, menyusui memiliki efek protektif yaitu

dengan memperpanjang waktu amenore. Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi

selama lima tahun atau lebih mengurangi resiko terhadap karsinoma ovarium sebesar

50 persen, yang mana durasi perlindungan berlansung hingga 25 tahun setelah

penggunaan terakhir.

c. Ras

Wanita kulit putih memiliki insiden tertinggi pada kasus karsinoma ovarium antara

semua kelompok ras dan etnik. Dibandingkan dengan perempuan kulit hitam dan

Hispanik, resiko ini meningkat sebesar 30 hingga 40 persen. Meskipun alasan yang

tepat tidak diketahui, perbedaan ras dalam paritas dan tingkat operasi ginekologi dapat

menjelaskan beberapa perbedaan.

d. Ligasi Tuba dan histerektomi

Ligasi tuba dan histerektomi telah dikaitkan dengan 67% dan 30% pengurangan

berkembangnya karsinoma ovarium. Ini karena tindakan ini menggangu suplai darah

ovarium dan/atau menurunkan migrasi karsinogen dari saluran genitalia bawah sampai

ke ovarium. Sebarang bentuk prosedur ginekologi yang menghalangi iritasi dari

mencapai ovarium melewati saluran genitalia menimbulkan efek perlindungan yang

sama. Oleh karena itu, wanita yang secara teratur menggunakan bedak perineum

memiliki resiko tinggi walaupun masih diragukan.

e. Riwayat keluarga

Page 4: LP CA Ovarium

Riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium dalam tingkat pertama, yaitu seorang ibu,

anak, atau saudara, mempunyai tiga kali lipat resiko seumur hidup menderita karsinoma

ovarium. Resiko lebih meningkat dengan dua atau lebih kerabat tingkat pertama yang

menderita. Idetifikasi pasien beresiko tinggi dengan anggota keluarga menderita kanker

ovarium, payudara, atau kolon saat ini adalah strategi pencegahan terbaik. Kurang dari

10% kasus merupakan karsinoma ovarium herediter. HBOC (hereditary breast ovarian

cancer) merupakan kelainan herediter yang paling banyak ditemukan dan merupakan

85-90% karsinoma ovarium herediter. Sebagian besar tumor berhubungan dengan

mutasi lokus BRCA 1. Gen lain yang berperan dalam kerentanan tehadap kanker

ovarium dan payudara adalah BRCA2. Wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan riwayat

keluarga dengan kanker mempunyai resiko sebesar 90% untuk mendapat kanker

payudara dan 65% untuk mendapat karsinoma ovarium.

f. Geografis

Wanita yang tinggal di Amerika Utara, Eropa Utara, atau negara perindustrian Barat

misalnya, Israel, memiliki resiko lebih tinggi menderita karsinoma ovarium. Secara

global, kejadian sangat bervariasi, namun negara-negara berkembang dan Jepang

memiliki tingkat terendah. Kebiasaan makanan di setiap daerah mungkin

mempengaruhi, misalnya, konsumsi makanan rendah lemak namun tinggi serat,karoten

dan vitamin tampak protektif terhadap karsinoma ovarium.

g. Umur

Pertambahan usia berhubungan lansung dengan peningkatan resiko terhadap

karsinoma ovarium, khususnya diatas 50 tahun. Penelitian menunjukkan pasien berusia

65 tahun ke atas didiagnosa pada stadium lanjut. Prognosis dan kelansungan hidup

juga lebih jelek dibanding pasien berusia kurang 65 tahun.

h. Paritas

Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali. Primipara adalah

wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia

luar. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)

beberapa kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak

atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.

Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko terjadinya

kanker ovarium yang lebih rendah daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7.

Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker

ovarium berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nullipara.

i. Pil kontrasepsi

Page 5: LP CA Ovarium

Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya

kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil

kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6.

j. Talk

Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum dilaporkan

meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9. Akan tetapi,

penelitian prospektif yang mencakup kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung

teori di atas.

k. Terapi Hormon Pengganti pada masa menopause

Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause dengan estrogen saja

selama 10 tahun akan meningkatkan risiko relatif 2,2. Pemakaian terapi pengganti

hormon dengan estrogen yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata

masih menunjukkan meningkatnya risiko relatif menjadi 1,5.

l. Obat-obat yang meningkatkan kesuburan

Obat-obat yang meningkatkan fertilitas akan menginduksi terjadinya ovulasi atau

multipel ovulasi.

3. TANDA DAN GEJALA

Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya

sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1. Stadium Awal

a. Gangguan haid

b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)

c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)

e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)

f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan

rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)

2. Stadium Lanjut

a. Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)

c. Perut membuncit

d. Kembung dan mual

e. Gangguan nafsu makan

f. Gangguan BAB dan BAK

g. Sesak nafas

h. Dyspepsia

Page 6: LP CA Ovarium

Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita

kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. (Busmar, 2006:474).

a. Nyeri perut (50,8%)

b. Perut buncit (49,5%)

c. Gangguan fungsi saluran cerna (21,6%)

d. Berat badan turun secara nyata (17,5%)

e. Perdarahan pervaginam yang tidak normal (17,1%)

f. Gangguan saluran kencing (16,4%)

g. Rasa tertekan pada rongga panggul (5,0%)

h. Nyeri punggung (4,9%)

i. Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut (2,8%)

(Yatim, 2008:32).

4. KLASIFIKASI

Klasifikasi histologi (Rasjidi, 2007:86).

a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).

Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis

tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut

epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab

kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis

tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor

yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)

Berikut adalah beberapa kanker epithelial :

1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)

2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)

3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)

4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)

5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)

b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).

Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor

germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal

adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal  (Ari, 2008).

Germ cell terdiri atas :

a) Disgermioma

Page 7: LP CA Ovarium

b) Mixed germ cell tumor

c) Teratoma imatur

d) Koriokarsinoma

e) Endodermal sinus tumor

f) Embrional karsinoma

c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe

lainnya adalah sertoli-leydig.

Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon

estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008).

JENIS KANKER OVARIUM

1. Tumor epitelial

Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis

tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari

epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang

paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium.

Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai

kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP

tumor : Low Malignat Potential). Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan

mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih. (Andesa, Hesa, 2010)

2. Tumor germinal

Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi pada remaja dan wanita usia

muda dengan median umur 16-20 tahun. Karena tumor ini memiliki pertumbuhan yang

cepat, kebanyakan penderita menunjukan massa pada perut dan rasa nyeri. Kurang

lebih 10% penderita menunjukan gejala akut abdomen akibat perdarahan intrakapsuler,

torsi dan atau ruptur. Keadaan ini umumnya ditemukan pada penderita dengan yolk sac

tumor atau mixed germ cell tumors dan sering kali dikelirukan dengan appendisitis akut

atau kedaruratan abdomen lainnya dan diagnosis ditegakkan pada saat operasi.

(Wijaya, adi, 2010)

a) Disgerminoma

Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal ovarium yang tersering dan

meliputi 50% kasus. Pada disgerminoma biasanya didapatkan kadar AFP normal,

dan kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar hCG. Secara makroskopik

biasanya bilateral pada 10-15% kasus, dan secara mikroskopis dapat disertai

penyebaran ke ovarium kontralateral pada 10% kasus. Disgerminoma lebih sering

menyebar secara limfogen dibandingkan dengan tumor ganas sel germinal lainnya.

Page 8: LP CA Ovarium

Penderita disgerminoma biasanya menunjukan gejala amenore primer, virilisasi,

atau perkembangan organ genitalia yang abnormal dan pada beberapa kasus

dapat ditemukan adanya kromosan Y. (Wijaya, adi, 2010)

Dikatakan lebih dari 50% dari tumor ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, gejala

dapat berupa adanya massa pada daerah abdomen atau pelvis dengan

pembesaran perut dan nyeri. Gejala timbul secara cepat 1 bulan sampai dengan 2

tahun dan setengah dari penderita kurang dari 4 bulan. Bila bersamaan dengan

kehamilan, tumor ditemukan secara tidak sengaja dan dapat menganggu jalannya

persalinan. Gangguan haid jarang didapatkan pada wanita muda. Kurang lebih 10%

asimtomatik, anak dapat menunjukan pubertas prekok, virilisasi. Hampir 2-5% dari

wanita yang tidak hamil menunjukan tes kehamilan positif dan hCG yang dihasilkan

dapat diisolasi dari sel sinsitiotrofoblast didalam tumor. (Wijaya, adi, 2010)

Durante operasi 75% ditemukan pada stadium I, 86% merupakan stadium IA dan

14% staidum IB. Pada umumnya tumor unilateral (80-90%). Secara makroskopis

disgerminoma merupakan tumor dengan konsistensi padat, berlobus-lobus,

permukaan rata/ halus. Pada pembelaan tumor berwarna merah jambu dengan

fokus-fokus perdarahan dan nekrosis. Adanya bercak perdarahan yang luas

meningkatkan kemungkinan suatu fokus tumor sinus endodermal atau

koriokarsinoma. Hal yang sama adanya fokus kistik kemungkinan adanya

komponen teratoma walaupun sangat jarang. Adanya fokus kalsifikasi di perifer

menunjukan adanya gonadoblastoma. (Wijaya, adi, 2010)

Secara mikroskopis disgerminoma menyerupai seminoma testis. Tumor terdiri dari

sel vesikuler besar dengan sitoplasma jernih mirip dengan sel primordial. Sel

berbentuk bulat atau poligonal, dengan satu atau lebih nukleoli besar. Pada

pewarnaan sitoplasma yang jernih atau sedikit granuler yang mengandung glikogen

memberikan reaksi positif dengan pewarnaan asam periodik schiff dan alkali

fosfatase. Stroma biasanya diinfiltrasi dengan sel-sel limposit dan sering berisi

granula seperti sarkoid. Walaupun jarang dapat ditemukan sel raksasa

(Cytotrophoblastic giant cell). Adanya hCG dapat di identifikasi dengan reaksi

imunoperoksidase. (Wijaya, adi, 2010)

b) Yolk sac tumor

Tumor sinus endodermal merupakan tumor ganas kedua setelah disgerminoma

pada wanita usia muda. Kurang lebih 1% dari seluruh keganasan ovarium. Tumor

terdapat pada wanita usia 14 bulan - 45 tahun, tetapi beberapa kasus dilaporkan

pada usia > 45 tahun. Usia median 19 tahun. (Wijaya, adi, 2010)

Gejala klinis sering terjadi secara akut serta progresif dan separuh dari penderita

mengeluh gejala 1 minggu atau kurang. Tiga perempat penderita mengeluh nyeri

Page 9: LP CA Ovarium

perut dan hampir semuanya mengeluh adanya pembesaran perut atau adanya

tumor pada daerah pelvis. Adanya ruptur, putaran dan perdarahan dari tumor

menimbulkan gejala mirip appendisitis. (Wijaya, adi, 2010)

Pada umumnya penderita tidak terjadi gangguan hormonal, gangguan haid dan

tidak terjadi peningkatan hCG serum, tetapi AFP meningkat. Kadang-kadang

dilaporkan adanya gangguan hormonal hal ini kemungkinan karena pengambilan

darah sediaan yang kurang adekuat sehingga elemen koriokarsinoma atau

karsinoma embrional yang tidak terdeteksi. (Wijaya, adi, 2010)

Pada saat laparotomi 71% dalam stadium I, 6% stadium II, 23% stadium III dan

sebagian kecil pada stadium IV. Dikatakan 25% tumor pecah sebelum atau selama

operasi. (Wijaya, adi, 2010)

Secara makroskopis tumor dengan konsistensi lunak dengan bagian padat,

permukaan rata, berlobus-lobus dengan kista besar atau kecil. Pada pembelahan

tumor seperti sarang tawon. 14% dari tumor ini disertai dengan teratoma pada

ovarium yang sama dan 5% pada ovarium kontralateral. Adanya nekrosis dan

perdarahan kadang didapatkan. (Wijaya, adi, 2010)

Secara mikroskopis tumor merupakan rongga yang dilapisi oleh sel kuboid, jaringan

stroma retikuler yang longgar, mengandung globul yang positif dengan perwarnaan

PAS. Badan Schiller Duval merupakan struktur yang patognomonis untuk tumor ini,

walaupun jarang tetapi dapat ditemukan. Pada tumor ini sering ditemukan droplet

hyaline yang positif dengan pewarnaan PAS. Dengan teknik imunokemikal droplet

hyaline merupakan AFP dan alfa anti tripsin dan protein jenis lainnya. Tumor sinus

endodermal sering bersamaan dengan keganasan lain, biasanya dengan

disgerminoma. (Wijaya, adi, 2010)

c) Teratoma

Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu

membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Bentuk teratoma yang

benigna merupakan tumor relatif banyak ditemukan pada wanita golongan yng lebih

tua, sedangkan teratoma maligna adalah jarang, dan hal ini justru berlawanan

dengan teratoma testis yang umumnya ganas (maligna). (sarwono, 2007)

Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Teratoma

maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur yang

matang (matur) dan yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas biasanya

ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini

tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. (sarwono, 2007)

Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering

setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Freksuensi 25% dari tumor sel

Page 10: LP CA Ovarium

germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan usia median 19 tahun.

(Wijaya, adi, 2010)

Gejala yang timbul tidak spesifik timbul dalam jangka waktu pendek tetapi sering

terjadi akut. Kurang lebih 80% penderita terdapat massa dalam abdomen atau

pelvis yang dapat diraba, sering terdapat nyeri. Sebagian kecil penderita

menunjukkan haid yang tidak teratur. AFP dan hCG tidak meningkat. (Wijaya, adi,

2010)

Gambaran makroskopis berupa tumor yang besar unilateral dengan diameter 18

cm, permukaan rata dan licin. Pada pembelahan tumor berwarna abu-abu agak

kemerahan dengan bagian perdarahan dan nekrosis. Adanya rambut dapat

ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan tetapi tulang, tulang rawan dan

kalsifikasi sering ditemukan. Walaupun komponen utama adalah tumor padat tetapi

adanya bagian yang kistik selalu ditemukan. (Wijaya, adi, 2010)

Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang dimodifikasi oleh

Robboy dan Scully:

1) Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor

2) Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia. Mitosis dapat

ditemukan, tetapi epitel neural tidak ditemukan atau terbatas pada 1 lapangan

pandang per slaid

3) Derajat 2 : Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per slaid

4) Derajat 3 : Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per slaid dan sering

menyerupai koriokarsinoma.

d) Karsinoma embrional

Karsinoma embrional murni jarang ditemukan diantara tumor sel germinal ovarium,

tidak lebih dari 5%. Tumor ini analog dengan karsinoma embrional testis.

Ditemukan pada usia 4-28 tahun dengan usia median 14 tahun. (Wijaya, adi, 2010)

Gejala klinis pada kebanyakan penderita sering dikeluhkan adanya massa pelvis

yang disertai rasa nyeri, sering menyerupai keadaan appendisitis, kehamilan

ektopik terganggu, terutama bila hasil tes kehamilan positif. Selain ini dapat

ditemukan adanya amenore atau perdarahan pervaginam abnormal, serta

kemungkinan juga disertai adanya hirsutisme dan virilisasi. (Wijaya, adi, 2010)

Pada penampakan makroskopik, didapatkan tumor kistik, bulat, berkapsul dan

lunak, dapat ditemukan bagian hemoragis dan nekrosis, dengan ukuran rata-

ratanya 17 cm, warna kuning keabuan. (Wijaya, adi, 2010)

Secara mikroskopik, karsinoma embrional terdiri atas sel-sel primitif yang

pleomorfik, berukuran sitoplasma bervakuola dan inti yang vesikuler disertai

dengan 1 atau 2 nukleolus. Semua tumor berisi kelompok sel-sel sinsitiotropoblas

Page 11: LP CA Ovarium

dan sel mononuklear dengan cytoplasmic hyaline droplets, yang berisi hCG, AFP

dan keratin. Kesamaan tumor ini dengan sinus embrional adalah bahwa keduanya

mengahsilkan AFP, dan kesamaan tumor ini dengan koriokarsinoma adalah bahwa

kedua tumor ini memiliki sinsitiotrofoblas dan menghasilkan hCG. (Wijaya, adi,

2010)

e) Koriokarsinoma

Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai koriokarsinoma murni (tunggal)

atau lebih sering sebagai bagian dari suatu tumor sel germinal campuran.

Penentuan ini penting artinya , karena bila murni lebih mungkin tumor ini berasal

dari hasil konsepsi dari pada nosgestasional. Koriokarsinoma ini kemungkinan

merupakan suatu metastasis dari uterus atau tuba. Hal ini penting artinya, karena

koriokarsinoma nongestasional kurang sensitif terhadap kemoterapi dibandingkan

dengan koriokarsinoma gestasional. (Wijaya, adi, 2010)

Gejala klinis pada kelainan ini, sering dengan keluhan pembesaran perut dan nyeri,

serta dapat disertai dengan pubertas prekok. Tumor ini sering terjadi pada

penderita berkisar 7 bulan sampai 35 tahun, dengan usia rata-rata 13 tahun.

(Wijaya, adi, 2010)

Pada penampakan makroskopik, tumor khas berukuran besar , unilateral,

konsistensi padat dengan warna putih keabuan, hemoragis, dan mungkin pula

ditemukan bagian yang mengalami nekrosis. Karakteristik lain tergantung dari

proporsi elemen tumor sel germinal yang ada. (Wijaya, adi, 2010)

Secara makroskopis koriokarsinoma sering terdiri atas 2 jenis sel, sitotrofobla dan

sinsitiotrofoblas serta mungkin pula ditemukan sel intermediet. Sitotrofoblas

berbentuk sel poligonal dengan ukuran sedang, bulat, atau oval dengan sitoplasma

jernih dan batas tegas, dan beberapa diantaranya dengan inti yang hiperkromatik.

Sinsitiotrofoblas berbentuk sel basofilik bervakuola dengan tepi irreguler, dengan

inti hiperkromatik dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, membentuk pola

fleksiformis bifasik. Semua tipe sel trofoblas ini adalah citokeratin positif.3 Selain itu

koriokarsinoma juga menghasilkan PLAP (placental-like alkaline phosphatase),

EMA (epithelial membrane antigen), dan CEA (chorioembrionc antigen), yang dapat

digunakan sebagai petanda tumor. Adapun beta-hCG yang diproduksi oleh

sinsitiotrofoblas dan hPL yang dihasilkan oleh sel-sel intermediet dapat diketahui

dengan pemeriksaan histokimiawi atau gambaran ultrasutruktur (Wijaya, adi, 2010).

f) Poliembrioma

Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen embrional bodies yang berasal dari

sel embrio normal. Neoplasma jenis ini sering mengenai testis. Kebanyakan tumor

Page 12: LP CA Ovarium

ini berkaitan dengan tumor sel germinal lainnya terutama teratoma. Poliembrioma

merupakan neoplasma sel germinal dengan tingkat keganasan yang tinggi. Tumor

ini radioresisten dan respon terhadap kemoterapi belum jelas. (Wijaya, adi, 2010)

g) Mixed germ cell tumor

Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dari 2 atau lebih tipe neoplasma sel

germinal yang berbeda. Tumor ganas mixed germ cell tumor ovarium lebih sedikit

dibandingkan dengan didalam testis, dan jumlahnya tak lebih dari 8% dari seluruh

keganasan ovarium. (Wijaya, adi, 2010)

Umur penderita berkisar antara 5-33 tahun, dan lebih dari sepertiganya terjadi

sebelum usia pubertas. Kebanyakan pasien mengeluhkan adanya massa diperut

dan lebih dari separuhnya disertai nyeri perut bagian bawah. Beberapa diantaranya

memperlihatkan pseudopubertas prekoks dan dapat memperlihatkan hasil tes

kehamilan yang positif. Tumor ganas mixed germ cell biasanya berukuran besar,

unilateral tetapi penampakannya tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan.

(Wijaya, adi, 2010)

Secara mikroskopik dapat dilihat komponen neoplasma sel germinal yang

bervariasi baik itu disgerminoma, yolk sac tumor, embryonal carcinoma,

koriokarsinoma, dan teratoma imatur. Elemen germ cell tumor terbanyak adalah

disgerminoma (80%), diikuti yolk sac tumor (70%), teratoma (53%), koriokarsinoma

(20%), dan embryonal carcinoma (13%). Adapun kombinasi yang tersering adalah

campuran antara disgerminoma dan yolk sac tumor. Sinsitiotrofoblas dapat

ditemukan pada jenis tumor ini. (Wijaya, adi, 2010)

Diagnosis dan prognosis dari tumor ganas mixed germ cell tergantung dari

kecukupan contoh massa untuk dapat melihat fokus tipe tumor sel germinal yang

berbeda. Dikatakan bahwa ukuran tumor lebih kecil memiliki prognosis yang lebih

baik, begitu pula bila komponen massa tumor jenis yolk sac tumor, koriokarsinoma

atau teratoma imatur grade 3 tak lebih dari sepertiga massa tumor. Namun begitu

dengan kemoterapi modern yang adekuat akan memperbaiki prognosis neoplasma

ini. (Wijaya, adi, 2010)

3. Tumor stromal

Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi

hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang

didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat

keganasan yang rendah. (Andesa, Hesa, 2010

Stadium Kanker Ovarium

Stadium kanker ovarium primer

Kategori

Page 13: LP CA Ovarium

(FIGO,1987)Stadium 1 Pertumbuhan terbatas pada ovarium

Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh

Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak

Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan kapsul pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium 2 Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul.

IIa Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnyaIic Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada

permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium 3 Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis, dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.

IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal.

IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif

IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.

Stadium 4 Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga metastasis ke parenkim liver

Penyebaran kanker oavarium (Busmar, 2006:484). Kanker ovarium dapat menyebar dengan

cara sebagai berikut :

a.     Penyebaran transcoelomic

Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul. Selanjutnya sel-sel tumor

yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang permukaan peritoneum kavum

abdomen (trancoelomic) mengikuti aliran cairan peritoneum. Aliran cairan peritoneum

karena pengaruh gerakan pernapasan akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica,

terutama yang kanan, ke mesentrium dan ke hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu,

metastasis sering ditemukan di kavum douglasi, fossa paracolica, hemidiagfagma

kanan, kapsul hepar, peritoneum usus, dan mesentrium, dan omentum.

b.    Penyebaran limfatik

Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening yang berasal

dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di

Page 14: LP CA Ovarium

ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar

getah bening di sepanjang aorta dan kelenjar getah bening interkavoartik. Melalui

pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum latum dan

parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai kelenjar getah bening di dinding

panggul. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti ligamentum rotundum, sel-sel

kanker dapat mencapai kelenjar getah bening di daerah inguinalis. Metastasis ke

kelenjar getah bening ini sangat bergantung pada stadium penyakit. Dilaporkan pada

78% penderita kanker ovarium stadium III ditemukan metastasis pada kelenjar getah

bening pelvis.

c.    Penyebaran hematogen

Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali terjadi. Bila terjadi,

penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan hepar 2-3 % kasus.

d.    Transdiagfragma

Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat menembus diagfragma

sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi sel-sel tumor ganas di

rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel tumor ganas pada cairan

efusi pleura merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan penderita kanker ovarium

di stadium IV.

5. PATOFISIOLOGI

Terlampir

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)

Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit

yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam

medik.

a. Ultrasonografi

Merupakan cara pemeriksaan non invasif yang relatif murah. Pemakaian USG dapat

membedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian-bagian

padat (ekogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor

kistik tanpa ekointernal (anekogenik) kemungkinan keganasan menurun. Pemakaian

USG Color Doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium

ganas. Modalitas ini didasarkan kepada analisis gelombang suara Doppler (RI, PI, dan

Velocity) dari pembuluh-pembuluh darah tumor yang menunjukkan peningkatan arus

darah diastolik dan perbedaan kecepatan arus darah sistolik dan diastolik. Ultrasound

(atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram ginekologik)

Page 15: LP CA Ovarium

merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis

atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang

ditembakkan gelombang suara.

b. Computed Tomography Scan (CT-scan)

Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan

CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar

getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. CT-scan kurang disenangi

karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi alergi terhadap zat kontras, (3) kurang tegas

dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan (4) biaya mahal.

c. X-ray

X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang

lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa tulang akan

memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara

memberikan warna hitam.

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik,

menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau

pelvis.

e. Endoskop

Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan

alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak,

sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

Tes darah khusus

1)    CA-125

CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom (sel mesotelial pleura,

pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium dan

endoserviks). Permukaan epitel ovarium dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali

kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang

mengalami pertumbuhan kapiler. Kadar normal paling tinggi yang disepakati untuk CA

125 adalah 35 U/ml. Pemeriksaan kadar CA 125 ini mempunyai spesifisitas dan positive

predictive value yang rendah. Hal ini karena pada kanker lain seperti kanker pankreas,

kanker mammae, kanker kandung kemih, kanker liver, dan kanker paru, kadar CA 125

juga meningkat. Di samping itu, pada keadaan bukan kanker seperti mioma uteri,

endometriosis, kista jinak ovarium, abses tuboovarian, sindroma hiperstimulasi ovarium,

kehamilan ektopik, kehamilan, dan menstruasi, kadar CA 125 juga meningkat. Pada

83% penderita kanker ovarium epitelial, kadar CA 125 adalah ≥35 U/ml. kadar CA 125

Page 16: LP CA Ovarium

yang meningkat ditemukan pada 50% kanker ovarium stadium I dan pada 90%

penderita kanker ovarium epitelial stadium lanjut.

2)    CA 72-4 atau TAG 72

Cancer Antigen 72 atau Tumor Associated Glycoprotein adalah suatu glycoprotein

surface antigen yang ditemukan pada kanker kolon, kanker gaster, dan kanker ovarium.

Terutama meningkat pada tumor jenis musinosum.

3)    M-SCF

Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang menstimulasi koloni

makrofrag) adalah sitokin yang dihasilkan oleh epitel ovarium normal dan neoplastik.

Kadarnya meningkat pada 68% penderita kanker ovarium.

4)    OVX1

Adalah antibody monoklonal. Kombinasi pemeriksaan OVX1 dengan M-SCF dan CA

125 akan meningkatkan sensivitas pada penderita kanker ovarium jika disbanding

pemeriksaan CA 125 saja.

5)    LPA

Lysophostidic acid (LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif. Peningkatan LPA ditemukan

pada 9 dari 10 penderita kanker ovarium stadium I dan pada semua penderita kanker

ovarium stadium IV.

6)    Proteasin

Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125 meningkatkan sensivitas menjadi 92% dan

spesifitas menjadi 94% dalam deteksi kanker ovarium jenis mukinosum. (Busmar,

2006:490)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

WBC : White Blood Cell untuk menghitung jumlah total sel darah putih / leukosit

dalam darah. (N : 4,00-10,00 (10 ˆ 3/uL))

RBC : Red Blood Cell untuk menghitung jumlah sel darah merah dalam darah. (N :

4,00-6,00 (10 ˆ 3/uL))

HGB : Hemoglobin, jumlah protein dalam sel darah merah yang bertugas untuk

mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. (N : ♀12-14 ♂14-16

(g/dL))

HCT : Hematokrit, mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume

darah. (N : 37,0-48,0 (%))

MCV : Mean Corpuscular Volume, untuk mengukur besar rata-rata sel darah

merah. (N : 80,0- 97,0 (fL))

MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin (N : 26,5- 35,0 (pg))

MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration / konsentrasi hemoglobin

Page 17: LP CA Ovarium

eritrosit rata-rata. Masing-masing mengukur jumlah dan kepekaan

hemoglobin. (N : 31,5- 35,0 (10 ˆ 3/uL))

PLT : Platelet atau trombosit berfungsi untuk membantu menghentikan

perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng, jika trombosit

kurang maka mudah terjadi perdarahan. (N : 150- 400 (fL))

7. TINDAKAN UMUM YANG DILAKUKAN

Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh insiden dan

seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk

menginvasi korpus uteri.

2. Biopsi

Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk

mendukung pembedahan.

3. Second look Laparotomi

Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan

laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.

4. Kemoterapi

Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor ganas

ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens alkylating seperti itu

(cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5

fluorouracit / antibiotikal (admisin).

5. Penanganan lanjut

a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali

b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan

c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan

d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali

Operasi

Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung dari kondisi kesehatan pasien dan

sejauh mana kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Di bawah ini ada contoh-contoh

operasi yang kerap dilakukan untuk menghentikan penyebaran kanker ovarium, yaitu :

a. Unilateral oophorectomy

b. Bilateral oophorectomy

c. Bilateral salpingectomy

d. Unilateral dan bilateral salpingo-oophorectomy

Page 18: LP CA Ovarium

e. Radical hysterectomy

f. Cytoreduction

Penatalaksanaan operatif kanker ovarium stadium 1

Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang terdiri atas

histerektomi totalis prabdominalis, salpingooforektomi bilateralis, apendektomi, dan

surgical staging.

Surgical staging adalah suatu tindakan bedah laparotomi eksplorasi yang dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana perluasan suatu kanker ovarium dengan melakukan

evaluasi daerah-daerah yang potensial akan dikenai perluasaan atau penyebaran

kanker ovarium. Temuan pada surgical staging akan menentukan stadium penyakit

dan pengobatan adjuvant yang perlu diberikan.

1. Sitologi

Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan

tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan

peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum abdomen

dan cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi. Penelitian

pada kasus-kasus kanker ovarium stadium IA ditemukan hasil sitologi positif pada

36% kasus, sedangkan pada kasus-kasus stadium lanjut, sitologi positif ditemukan

pada 45% kasus.

2. Apendektomi

Tindakan apendektomi yang rutin masih controversial. Metastasis ke apendiks

jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada kanker ovarium

epithelial jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus. Oleh karena

itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker ovarium

epithelial jenis musinosum.

3. Limfadenektomi

Limfadenektomi merupakan suatu tindakan dalam surgical staging. Ada dua jenis

tindakan limfadenektomi, yaitu:

1. Limfadenektomi selektif (sampling lymphadenectomy/selective lymphadenectomy)

yaitu tindakan yang hanya mengangkat kelenjar getah bening yang membesar saja.

2. Limfadenektomi sistematis (systematic lymphadenectomy) yaitu mengangkat

semua kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta.

Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV)

Pendekatan terapi pada stadium lanjut ini mirip dengan penatalaksanaan kasus

stadium I dengan sedikit modifikasi bergantung pada penyebaran metastasis dan

keadaan umum penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan

Page 19: LP CA Ovarium

metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi “debulking” atau operasi

sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak kuratif sehingga diperlukan terapi adjuvant untuk

mencapai kesembuhan.

1. Operasi sitoreduksi

Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :

a. Sitoreduksi konvensional

Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang biasa dilakukan, yaitu

operasi yang bertujuan membuang massa tumor sebanyak mungkin

dengan menggunakan alat-alat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan

jarum jahit.

b. Sitoreduksi teknik baru

Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan sitoreduksi konvensional yang

memakai pisau, gunting, dan jarum jahit. Dengan teknik baru tersebut

dapat dilakukan sitoreduksi dari massa tumor yang berukuran beberapa

milimeter sampai hilang sama sekali.

Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Argon beam coagulator, di mana alat electrosurgical ini mengalirkan arus listrik ke

jaringan dengan menggunakan berkas gas argon. Keuntungan penggunaan

alat ini adalah distribusi energi yang dihasilkan merata terhadap jaringan dan

lebih sedikit mengakibatkan trauma panas dan nekrosis jaringan.

b. Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA), di mana alat ini menggabungkan tiga

mekanisme kerja dalam satu hand-set, yaitu: alat fragmentasi jaringan

(vibrating tip), alat irrigator untuk daerah yang difragmentasidan alat aspirator

jaringan yang difragmentasi. CUSA bekerja sebagai akustik fibrator dengan

frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.

c. Teknik laser

2. Kemoterapi

Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi,

kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh absent

dalam prinsip terapi gabungan terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien

yang sudah berhasil menjalani operasi sitoreduksi.

3. Radioterapi

Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2

(FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.

Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatnya agak lanjut, tetapi

Page 20: LP CA Ovarium

akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum atau

sesudahnya sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enhancer.

Di banyak senter, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam

penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkat III dan

IV) dilakukan debulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk

membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka

terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :

1. Asites

Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-struktur yang

berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui

cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.

2. Efusi Pleura

Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju

pleura

Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :

1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause

2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul

maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis

3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula

dan edema ekstremitas bawah

DAFTAR PUSTAKA

Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional

Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.

Page 21: LP CA Ovarium

Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat

Kesuburan yang Rendah. http://www.berbagisehat.com  diakses tanggal 26 Mei 2009.

Ari. 2008. Karsinoma Ovarium. http://www.detak.org   diakses tanggal 13 Januari 2009.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi. Penerbit Buku

Kedokteran ECG. Jakarta

Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan Evidence

Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta.

Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier Churchill

Livingstone. United States of America

Andesa, Hesa, 2010. Askeb Ca.Ovarium, http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/12/askep-

ca-ovarium.html

Ferdian, Ardy, 2009, Teratoma Sacrococcygeus, http://ilmubedah.info/teratoma-

sacrococcygeus-20110211.html

Ginekologi, Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD, Elstar offset,

Bandung

Hesrik, 2010, Ca ovarium, http://hendrikscience.blogspot.com/

Hidayat, 2009. Askeb Ca Ovarium, http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/09/askep-ca-

ovarium/

Hira, Annea, 2011. Pengertian kanker ovarium, http://www.anneahira.com/pengertian-

kanker-ovarium.htm

Medicalctore, 2010, Kanker indung Telur.

http://medicastore.com/penyakit/1048/Kanker_Indung_Telur.html

Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kandungan, Tridasa Printer, Jakarta

Syafir, 2011. Gejala Kanker ovarium, http://www.syafir.com/2011/03/01/gejala-kanker-

ovarium

Wijaya, adi, 2010, Ca ovarium , http://digilib.unsri.ac.id/download/Ca%20Ovarium%20Germ

%20Sel.pdf

Wulandari, 2009, Kanker Ovarium, http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123618-

S09106fk-Gambaran%20faktor-Literatur.pdf