LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
“Ca Ovarium”
LAPORAN INDIVIDU
Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Surgical
di Ruang OK RS. Panti Nirmala
Oleh :
ANITA IKA LESTARI
NIM 115070207111011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1. DEFINISI
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel
germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis
organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan
sebagai kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010)
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-
sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam(Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak(benigna), tidak
jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of
low–maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya
sejak awal. Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang
sudah lanjut. Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G,
et al. Role of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)
2. ETIOLOGI
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul
kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis
tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.
Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di
luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel - sel
tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. Dalam penelitian
epidemiologi juga ditemukan tingginya kadar androgen dalam darah penderita kanker
ovarium.
3. Hipotesis gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data epidemiologi.
Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa
percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar
hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan
meningkat. Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin
bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
FAKTOR RESIKO
a. Nuliparitas
Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka waktu lama dan
wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat mendapat karsinoma ovarium. Namun,
pada wanita yang mendapatkan terapi untuk infertilitas dengan kelahiran hidup tidak
meningkatkan resiko terhadap karsinoma ovarium. Pada umumnya, resiko berkurang
pada setiap kelahiran hidup dan mendatar pada wanita dengan paritas lima kali.
Kehamilan pula mempunyai efek proteksi terhadap sel ovarium premaligna.
b. Menarke awal dan menopause lambat
Menarke awal dan menopause lambat juga dikaitkan dengan peningkatan resiko
terhadap karsinoma ovarium. Sebaliknya, menyusui memiliki efek protektif yaitu
dengan memperpanjang waktu amenore. Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
selama lima tahun atau lebih mengurangi resiko terhadap karsinoma ovarium sebesar
50 persen, yang mana durasi perlindungan berlansung hingga 25 tahun setelah
penggunaan terakhir.
c. Ras
Wanita kulit putih memiliki insiden tertinggi pada kasus karsinoma ovarium antara
semua kelompok ras dan etnik. Dibandingkan dengan perempuan kulit hitam dan
Hispanik, resiko ini meningkat sebesar 30 hingga 40 persen. Meskipun alasan yang
tepat tidak diketahui, perbedaan ras dalam paritas dan tingkat operasi ginekologi dapat
menjelaskan beberapa perbedaan.
d. Ligasi Tuba dan histerektomi
Ligasi tuba dan histerektomi telah dikaitkan dengan 67% dan 30% pengurangan
berkembangnya karsinoma ovarium. Ini karena tindakan ini menggangu suplai darah
ovarium dan/atau menurunkan migrasi karsinogen dari saluran genitalia bawah sampai
ke ovarium. Sebarang bentuk prosedur ginekologi yang menghalangi iritasi dari
mencapai ovarium melewati saluran genitalia menimbulkan efek perlindungan yang
sama. Oleh karena itu, wanita yang secara teratur menggunakan bedak perineum
memiliki resiko tinggi walaupun masih diragukan.
e. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium dalam tingkat pertama, yaitu seorang ibu,
anak, atau saudara, mempunyai tiga kali lipat resiko seumur hidup menderita karsinoma
ovarium. Resiko lebih meningkat dengan dua atau lebih kerabat tingkat pertama yang
menderita. Idetifikasi pasien beresiko tinggi dengan anggota keluarga menderita kanker
ovarium, payudara, atau kolon saat ini adalah strategi pencegahan terbaik. Kurang dari
10% kasus merupakan karsinoma ovarium herediter. HBOC (hereditary breast ovarian
cancer) merupakan kelainan herediter yang paling banyak ditemukan dan merupakan
85-90% karsinoma ovarium herediter. Sebagian besar tumor berhubungan dengan
mutasi lokus BRCA 1. Gen lain yang berperan dalam kerentanan tehadap kanker
ovarium dan payudara adalah BRCA2. Wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan riwayat
keluarga dengan kanker mempunyai resiko sebesar 90% untuk mendapat kanker
payudara dan 65% untuk mendapat karsinoma ovarium.
f. Geografis
Wanita yang tinggal di Amerika Utara, Eropa Utara, atau negara perindustrian Barat
misalnya, Israel, memiliki resiko lebih tinggi menderita karsinoma ovarium. Secara
global, kejadian sangat bervariasi, namun negara-negara berkembang dan Jepang
memiliki tingkat terendah. Kebiasaan makanan di setiap daerah mungkin
mempengaruhi, misalnya, konsumsi makanan rendah lemak namun tinggi serat,karoten
dan vitamin tampak protektif terhadap karsinoma ovarium.
g. Umur
Pertambahan usia berhubungan lansung dengan peningkatan resiko terhadap
karsinoma ovarium, khususnya diatas 50 tahun. Penelitian menunjukkan pasien berusia
65 tahun ke atas didiagnosa pada stadium lanjut. Prognosis dan kelansungan hidup
juga lebih jelek dibanding pasien berusia kurang 65 tahun.
h. Paritas
Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama sekali. Primipara adalah
wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia
luar. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup)
beberapa kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko terjadinya
kanker ovarium yang lebih rendah daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7.
Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker
ovarium berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nullipara.
i. Pil kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya
kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil
kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6.
j. Talk
Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum dilaporkan
meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9. Akan tetapi,
penelitian prospektif yang mencakup kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung
teori di atas.
k. Terapi Hormon Pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause dengan estrogen saja
selama 10 tahun akan meningkatkan risiko relatif 2,2. Pemakaian terapi pengganti
hormon dengan estrogen yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata
masih menunjukkan meningkatnya risiko relatif menjadi 1,5.
l. Obat-obat yang meningkatkan kesuburan
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas akan menginduksi terjadinya ovulasi atau
multipel ovulasi.
3. TANDA DAN GEJALA
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan
rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita
kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. (Busmar, 2006:474).
a. Nyeri perut (50,8%)
b. Perut buncit (49,5%)
c. Gangguan fungsi saluran cerna (21,6%)
d. Berat badan turun secara nyata (17,5%)
e. Perdarahan pervaginam yang tidak normal (17,1%)
f. Gangguan saluran kencing (16,4%)
g. Rasa tertekan pada rongga panggul (5,0%)
h. Nyeri punggung (4,9%)
i. Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut (2,8%)
(Yatim, 2008:32).
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi histologi (Rasjidi, 2007:86).
a. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis
tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut
epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab
kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis
tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor
yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1) Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2) Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)
3) Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4) Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5) Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor
germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal
adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal (Ari, 2008).
Germ cell terdiri atas :
a) Disgermioma
b) Mixed germ cell tumor
c) Teratoma imatur
d) Koriokarsinoma
e) Endodermal sinus tumor
f) Embrional karsinoma
c. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe
lainnya adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon
estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008).
JENIS KANKER OVARIUM
1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis
tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari
epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang
paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium.
Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai
kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP
tumor : Low Malignat Potential). Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan
mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih. (Andesa, Hesa, 2010)
2. Tumor germinal
Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi pada remaja dan wanita usia
muda dengan median umur 16-20 tahun. Karena tumor ini memiliki pertumbuhan yang
cepat, kebanyakan penderita menunjukan massa pada perut dan rasa nyeri. Kurang
lebih 10% penderita menunjukan gejala akut abdomen akibat perdarahan intrakapsuler,
torsi dan atau ruptur. Keadaan ini umumnya ditemukan pada penderita dengan yolk sac
tumor atau mixed germ cell tumors dan sering kali dikelirukan dengan appendisitis akut
atau kedaruratan abdomen lainnya dan diagnosis ditegakkan pada saat operasi.
(Wijaya, adi, 2010)
a) Disgerminoma
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal ovarium yang tersering dan
meliputi 50% kasus. Pada disgerminoma biasanya didapatkan kadar AFP normal,
dan kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar hCG. Secara makroskopik
biasanya bilateral pada 10-15% kasus, dan secara mikroskopis dapat disertai
penyebaran ke ovarium kontralateral pada 10% kasus. Disgerminoma lebih sering
menyebar secara limfogen dibandingkan dengan tumor ganas sel germinal lainnya.
Penderita disgerminoma biasanya menunjukan gejala amenore primer, virilisasi,
atau perkembangan organ genitalia yang abnormal dan pada beberapa kasus
dapat ditemukan adanya kromosan Y. (Wijaya, adi, 2010)
Dikatakan lebih dari 50% dari tumor ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, gejala
dapat berupa adanya massa pada daerah abdomen atau pelvis dengan
pembesaran perut dan nyeri. Gejala timbul secara cepat 1 bulan sampai dengan 2
tahun dan setengah dari penderita kurang dari 4 bulan. Bila bersamaan dengan
kehamilan, tumor ditemukan secara tidak sengaja dan dapat menganggu jalannya
persalinan. Gangguan haid jarang didapatkan pada wanita muda. Kurang lebih 10%
asimtomatik, anak dapat menunjukan pubertas prekok, virilisasi. Hampir 2-5% dari
wanita yang tidak hamil menunjukan tes kehamilan positif dan hCG yang dihasilkan
dapat diisolasi dari sel sinsitiotrofoblast didalam tumor. (Wijaya, adi, 2010)
Durante operasi 75% ditemukan pada stadium I, 86% merupakan stadium IA dan
14% staidum IB. Pada umumnya tumor unilateral (80-90%). Secara makroskopis
disgerminoma merupakan tumor dengan konsistensi padat, berlobus-lobus,
permukaan rata/ halus. Pada pembelaan tumor berwarna merah jambu dengan
fokus-fokus perdarahan dan nekrosis. Adanya bercak perdarahan yang luas
meningkatkan kemungkinan suatu fokus tumor sinus endodermal atau
koriokarsinoma. Hal yang sama adanya fokus kistik kemungkinan adanya
komponen teratoma walaupun sangat jarang. Adanya fokus kalsifikasi di perifer
menunjukan adanya gonadoblastoma. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopis disgerminoma menyerupai seminoma testis. Tumor terdiri dari
sel vesikuler besar dengan sitoplasma jernih mirip dengan sel primordial. Sel
berbentuk bulat atau poligonal, dengan satu atau lebih nukleoli besar. Pada
pewarnaan sitoplasma yang jernih atau sedikit granuler yang mengandung glikogen
memberikan reaksi positif dengan pewarnaan asam periodik schiff dan alkali
fosfatase. Stroma biasanya diinfiltrasi dengan sel-sel limposit dan sering berisi
granula seperti sarkoid. Walaupun jarang dapat ditemukan sel raksasa
(Cytotrophoblastic giant cell). Adanya hCG dapat di identifikasi dengan reaksi
imunoperoksidase. (Wijaya, adi, 2010)
b) Yolk sac tumor
Tumor sinus endodermal merupakan tumor ganas kedua setelah disgerminoma
pada wanita usia muda. Kurang lebih 1% dari seluruh keganasan ovarium. Tumor
terdapat pada wanita usia 14 bulan - 45 tahun, tetapi beberapa kasus dilaporkan
pada usia > 45 tahun. Usia median 19 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis sering terjadi secara akut serta progresif dan separuh dari penderita
mengeluh gejala 1 minggu atau kurang. Tiga perempat penderita mengeluh nyeri
perut dan hampir semuanya mengeluh adanya pembesaran perut atau adanya
tumor pada daerah pelvis. Adanya ruptur, putaran dan perdarahan dari tumor
menimbulkan gejala mirip appendisitis. (Wijaya, adi, 2010)
Pada umumnya penderita tidak terjadi gangguan hormonal, gangguan haid dan
tidak terjadi peningkatan hCG serum, tetapi AFP meningkat. Kadang-kadang
dilaporkan adanya gangguan hormonal hal ini kemungkinan karena pengambilan
darah sediaan yang kurang adekuat sehingga elemen koriokarsinoma atau
karsinoma embrional yang tidak terdeteksi. (Wijaya, adi, 2010)
Pada saat laparotomi 71% dalam stadium I, 6% stadium II, 23% stadium III dan
sebagian kecil pada stadium IV. Dikatakan 25% tumor pecah sebelum atau selama
operasi. (Wijaya, adi, 2010)
Secara makroskopis tumor dengan konsistensi lunak dengan bagian padat,
permukaan rata, berlobus-lobus dengan kista besar atau kecil. Pada pembelahan
tumor seperti sarang tawon. 14% dari tumor ini disertai dengan teratoma pada
ovarium yang sama dan 5% pada ovarium kontralateral. Adanya nekrosis dan
perdarahan kadang didapatkan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopis tumor merupakan rongga yang dilapisi oleh sel kuboid, jaringan
stroma retikuler yang longgar, mengandung globul yang positif dengan perwarnaan
PAS. Badan Schiller Duval merupakan struktur yang patognomonis untuk tumor ini,
walaupun jarang tetapi dapat ditemukan. Pada tumor ini sering ditemukan droplet
hyaline yang positif dengan pewarnaan PAS. Dengan teknik imunokemikal droplet
hyaline merupakan AFP dan alfa anti tripsin dan protein jenis lainnya. Tumor sinus
endodermal sering bersamaan dengan keganasan lain, biasanya dengan
disgerminoma. (Wijaya, adi, 2010)
c) Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu
membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Bentuk teratoma yang
benigna merupakan tumor relatif banyak ditemukan pada wanita golongan yng lebih
tua, sedangkan teratoma maligna adalah jarang, dan hal ini justru berlawanan
dengan teratoma testis yang umumnya ganas (maligna). (sarwono, 2007)
Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Teratoma
maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur yang
matang (matur) dan yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas biasanya
ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini
tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. (sarwono, 2007)
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering
setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Freksuensi 25% dari tumor sel
germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan usia median 19 tahun.
(Wijaya, adi, 2010)
Gejala yang timbul tidak spesifik timbul dalam jangka waktu pendek tetapi sering
terjadi akut. Kurang lebih 80% penderita terdapat massa dalam abdomen atau
pelvis yang dapat diraba, sering terdapat nyeri. Sebagian kecil penderita
menunjukkan haid yang tidak teratur. AFP dan hCG tidak meningkat. (Wijaya, adi,
2010)
Gambaran makroskopis berupa tumor yang besar unilateral dengan diameter 18
cm, permukaan rata dan licin. Pada pembelahan tumor berwarna abu-abu agak
kemerahan dengan bagian perdarahan dan nekrosis. Adanya rambut dapat
ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan tetapi tulang, tulang rawan dan
kalsifikasi sering ditemukan. Walaupun komponen utama adalah tumor padat tetapi
adanya bagian yang kistik selalu ditemukan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang dimodifikasi oleh
Robboy dan Scully:
1) Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor
2) Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia. Mitosis dapat
ditemukan, tetapi epitel neural tidak ditemukan atau terbatas pada 1 lapangan
pandang per slaid
3) Derajat 2 : Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per slaid
4) Derajat 3 : Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per slaid dan sering
menyerupai koriokarsinoma.
d) Karsinoma embrional
Karsinoma embrional murni jarang ditemukan diantara tumor sel germinal ovarium,
tidak lebih dari 5%. Tumor ini analog dengan karsinoma embrional testis.
Ditemukan pada usia 4-28 tahun dengan usia median 14 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis pada kebanyakan penderita sering dikeluhkan adanya massa pelvis
yang disertai rasa nyeri, sering menyerupai keadaan appendisitis, kehamilan
ektopik terganggu, terutama bila hasil tes kehamilan positif. Selain ini dapat
ditemukan adanya amenore atau perdarahan pervaginam abnormal, serta
kemungkinan juga disertai adanya hirsutisme dan virilisasi. (Wijaya, adi, 2010)
Pada penampakan makroskopik, didapatkan tumor kistik, bulat, berkapsul dan
lunak, dapat ditemukan bagian hemoragis dan nekrosis, dengan ukuran rata-
ratanya 17 cm, warna kuning keabuan. (Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopik, karsinoma embrional terdiri atas sel-sel primitif yang
pleomorfik, berukuran sitoplasma bervakuola dan inti yang vesikuler disertai
dengan 1 atau 2 nukleolus. Semua tumor berisi kelompok sel-sel sinsitiotropoblas
dan sel mononuklear dengan cytoplasmic hyaline droplets, yang berisi hCG, AFP
dan keratin. Kesamaan tumor ini dengan sinus embrional adalah bahwa keduanya
mengahsilkan AFP, dan kesamaan tumor ini dengan koriokarsinoma adalah bahwa
kedua tumor ini memiliki sinsitiotrofoblas dan menghasilkan hCG. (Wijaya, adi,
2010)
e) Koriokarsinoma
Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai koriokarsinoma murni (tunggal)
atau lebih sering sebagai bagian dari suatu tumor sel germinal campuran.
Penentuan ini penting artinya , karena bila murni lebih mungkin tumor ini berasal
dari hasil konsepsi dari pada nosgestasional. Koriokarsinoma ini kemungkinan
merupakan suatu metastasis dari uterus atau tuba. Hal ini penting artinya, karena
koriokarsinoma nongestasional kurang sensitif terhadap kemoterapi dibandingkan
dengan koriokarsinoma gestasional. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis pada kelainan ini, sering dengan keluhan pembesaran perut dan nyeri,
serta dapat disertai dengan pubertas prekok. Tumor ini sering terjadi pada
penderita berkisar 7 bulan sampai 35 tahun, dengan usia rata-rata 13 tahun.
(Wijaya, adi, 2010)
Pada penampakan makroskopik, tumor khas berukuran besar , unilateral,
konsistensi padat dengan warna putih keabuan, hemoragis, dan mungkin pula
ditemukan bagian yang mengalami nekrosis. Karakteristik lain tergantung dari
proporsi elemen tumor sel germinal yang ada. (Wijaya, adi, 2010)
Secara makroskopis koriokarsinoma sering terdiri atas 2 jenis sel, sitotrofobla dan
sinsitiotrofoblas serta mungkin pula ditemukan sel intermediet. Sitotrofoblas
berbentuk sel poligonal dengan ukuran sedang, bulat, atau oval dengan sitoplasma
jernih dan batas tegas, dan beberapa diantaranya dengan inti yang hiperkromatik.
Sinsitiotrofoblas berbentuk sel basofilik bervakuola dengan tepi irreguler, dengan
inti hiperkromatik dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, membentuk pola
fleksiformis bifasik. Semua tipe sel trofoblas ini adalah citokeratin positif.3 Selain itu
koriokarsinoma juga menghasilkan PLAP (placental-like alkaline phosphatase),
EMA (epithelial membrane antigen), dan CEA (chorioembrionc antigen), yang dapat
digunakan sebagai petanda tumor. Adapun beta-hCG yang diproduksi oleh
sinsitiotrofoblas dan hPL yang dihasilkan oleh sel-sel intermediet dapat diketahui
dengan pemeriksaan histokimiawi atau gambaran ultrasutruktur (Wijaya, adi, 2010).
f) Poliembrioma
Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen embrional bodies yang berasal dari
sel embrio normal. Neoplasma jenis ini sering mengenai testis. Kebanyakan tumor
ini berkaitan dengan tumor sel germinal lainnya terutama teratoma. Poliembrioma
merupakan neoplasma sel germinal dengan tingkat keganasan yang tinggi. Tumor
ini radioresisten dan respon terhadap kemoterapi belum jelas. (Wijaya, adi, 2010)
g) Mixed germ cell tumor
Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dari 2 atau lebih tipe neoplasma sel
germinal yang berbeda. Tumor ganas mixed germ cell tumor ovarium lebih sedikit
dibandingkan dengan didalam testis, dan jumlahnya tak lebih dari 8% dari seluruh
keganasan ovarium. (Wijaya, adi, 2010)
Umur penderita berkisar antara 5-33 tahun, dan lebih dari sepertiganya terjadi
sebelum usia pubertas. Kebanyakan pasien mengeluhkan adanya massa diperut
dan lebih dari separuhnya disertai nyeri perut bagian bawah. Beberapa diantaranya
memperlihatkan pseudopubertas prekoks dan dapat memperlihatkan hasil tes
kehamilan yang positif. Tumor ganas mixed germ cell biasanya berukuran besar,
unilateral tetapi penampakannya tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan.
(Wijaya, adi, 2010)
Secara mikroskopik dapat dilihat komponen neoplasma sel germinal yang
bervariasi baik itu disgerminoma, yolk sac tumor, embryonal carcinoma,
koriokarsinoma, dan teratoma imatur. Elemen germ cell tumor terbanyak adalah
disgerminoma (80%), diikuti yolk sac tumor (70%), teratoma (53%), koriokarsinoma
(20%), dan embryonal carcinoma (13%). Adapun kombinasi yang tersering adalah
campuran antara disgerminoma dan yolk sac tumor. Sinsitiotrofoblas dapat
ditemukan pada jenis tumor ini. (Wijaya, adi, 2010)
Diagnosis dan prognosis dari tumor ganas mixed germ cell tergantung dari
kecukupan contoh massa untuk dapat melihat fokus tipe tumor sel germinal yang
berbeda. Dikatakan bahwa ukuran tumor lebih kecil memiliki prognosis yang lebih
baik, begitu pula bila komponen massa tumor jenis yolk sac tumor, koriokarsinoma
atau teratoma imatur grade 3 tak lebih dari sepertiga massa tumor. Namun begitu
dengan kemoterapi modern yang adekuat akan memperbaiki prognosis neoplasma
ini. (Wijaya, adi, 2010)
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi
hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang
didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat
keganasan yang rendah. (Andesa, Hesa, 2010
Stadium Kanker Ovarium
Stadium kanker ovarium primer
Kategori
(FIGO,1987)Stadium 1 Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh
Ib Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak
Ic Tumor dengan stadium Ia atau Ib tetapi ada tumor di permukaan luar satu atau kedua ovarium, atau dengan kapsul pecah, atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium 2 Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke panggul.
IIa Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba.IIb Perluasan ke jaringan pelvis lainnyaIic Tumor stadium IIa atau IIb tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau dengan asites yang mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium 3 Tumor mengenai satu atau kedua ovarium, dengan bukti mikroskopik metastasis kavum peritoneal di luar pelvis, dan/atau metastasis ke kelenjar limfe regional.
IIIa Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal.
IIIb Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif
IIIc Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan/atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium 4 Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dimasukkan dalam stadium IV. Begitu juga metastasis ke parenkim liver
Penyebaran kanker oavarium (Busmar, 2006:484). Kanker ovarium dapat menyebar dengan
cara sebagai berikut :
a. Penyebaran transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul. Selanjutnya sel-sel tumor
yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang permukaan peritoneum kavum
abdomen (trancoelomic) mengikuti aliran cairan peritoneum. Aliran cairan peritoneum
karena pengaruh gerakan pernapasan akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica,
terutama yang kanan, ke mesentrium dan ke hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu,
metastasis sering ditemukan di kavum douglasi, fossa paracolica, hemidiagfagma
kanan, kapsul hepar, peritoneum usus, dan mesentrium, dan omentum.
b. Penyebaran limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening yang berasal
dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di
ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar
getah bening di sepanjang aorta dan kelenjar getah bening interkavoartik. Melalui
pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum latum dan
parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai kelenjar getah bening di dinding
panggul. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti ligamentum rotundum, sel-sel
kanker dapat mencapai kelenjar getah bening di daerah inguinalis. Metastasis ke
kelenjar getah bening ini sangat bergantung pada stadium penyakit. Dilaporkan pada
78% penderita kanker ovarium stadium III ditemukan metastasis pada kelenjar getah
bening pelvis.
c. Penyebaran hematogen
Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali terjadi. Bila terjadi,
penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan hepar 2-3 % kasus.
d. Transdiagfragma
Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat menembus diagfragma
sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi sel-sel tumor ganas di
rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel tumor ganas pada cairan
efusi pleura merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan penderita kanker ovarium
di stadium IV.
5. PATOFISIOLOGI
Terlampir
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit
yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam
medik.
a. Ultrasonografi
Merupakan cara pemeriksaan non invasif yang relatif murah. Pemakaian USG dapat
membedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian-bagian
padat (ekogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor
kistik tanpa ekointernal (anekogenik) kemungkinan keganasan menurun. Pemakaian
USG Color Doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium
ganas. Modalitas ini didasarkan kepada analisis gelombang suara Doppler (RI, PI, dan
Velocity) dari pembuluh-pembuluh darah tumor yang menunjukkan peningkatan arus
darah diastolik dan perbedaan kecepatan arus darah sistolik dan diastolik. Ultrasound
(atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram ginekologik)
merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis
atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang
ditembakkan gelombang suara.
b. Computed Tomography Scan (CT-scan)
Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan
CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar
getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. CT-scan kurang disenangi
karena (1) risiko radiasi, (2) risiko reaksi alergi terhadap zat kontras, (3) kurang tegas
dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan (4) biaya mahal.
c. X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang
lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa tulang akan
memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara
memberikan warna hitam.
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik,
menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau
pelvis.
e. Endoskop
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan
alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak,
sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.
Tes darah khusus
1) CA-125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom (sel mesotelial pleura,
pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium dan
endoserviks). Permukaan epitel ovarium dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali
kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang
mengalami pertumbuhan kapiler. Kadar normal paling tinggi yang disepakati untuk CA
125 adalah 35 U/ml. Pemeriksaan kadar CA 125 ini mempunyai spesifisitas dan positive
predictive value yang rendah. Hal ini karena pada kanker lain seperti kanker pankreas,
kanker mammae, kanker kandung kemih, kanker liver, dan kanker paru, kadar CA 125
juga meningkat. Di samping itu, pada keadaan bukan kanker seperti mioma uteri,
endometriosis, kista jinak ovarium, abses tuboovarian, sindroma hiperstimulasi ovarium,
kehamilan ektopik, kehamilan, dan menstruasi, kadar CA 125 juga meningkat. Pada
83% penderita kanker ovarium epitelial, kadar CA 125 adalah ≥35 U/ml. kadar CA 125
yang meningkat ditemukan pada 50% kanker ovarium stadium I dan pada 90%
penderita kanker ovarium epitelial stadium lanjut.
2) CA 72-4 atau TAG 72
Cancer Antigen 72 atau Tumor Associated Glycoprotein adalah suatu glycoprotein
surface antigen yang ditemukan pada kanker kolon, kanker gaster, dan kanker ovarium.
Terutama meningkat pada tumor jenis musinosum.
3) M-SCF
Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang menstimulasi koloni
makrofrag) adalah sitokin yang dihasilkan oleh epitel ovarium normal dan neoplastik.
Kadarnya meningkat pada 68% penderita kanker ovarium.
4) OVX1
Adalah antibody monoklonal. Kombinasi pemeriksaan OVX1 dengan M-SCF dan CA
125 akan meningkatkan sensivitas pada penderita kanker ovarium jika disbanding
pemeriksaan CA 125 saja.
5) LPA
Lysophostidic acid (LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif. Peningkatan LPA ditemukan
pada 9 dari 10 penderita kanker ovarium stadium I dan pada semua penderita kanker
ovarium stadium IV.
6) Proteasin
Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125 meningkatkan sensivitas menjadi 92% dan
spesifitas menjadi 94% dalam deteksi kanker ovarium jenis mukinosum. (Busmar,
2006:490)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
WBC : White Blood Cell untuk menghitung jumlah total sel darah putih / leukosit
dalam darah. (N : 4,00-10,00 (10 ˆ 3/uL))
RBC : Red Blood Cell untuk menghitung jumlah sel darah merah dalam darah. (N :
4,00-6,00 (10 ˆ 3/uL))
HGB : Hemoglobin, jumlah protein dalam sel darah merah yang bertugas untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. (N : ♀12-14 ♂14-16
(g/dL))
HCT : Hematokrit, mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume
darah. (N : 37,0-48,0 (%))
MCV : Mean Corpuscular Volume, untuk mengukur besar rata-rata sel darah
merah. (N : 80,0- 97,0 (fL))
MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin (N : 26,5- 35,0 (pg))
MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration / konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata-rata. Masing-masing mengukur jumlah dan kepekaan
hemoglobin. (N : 31,5- 35,0 (10 ˆ 3/uL))
PLT : Platelet atau trombosit berfungsi untuk membantu menghentikan
perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng, jika trombosit
kurang maka mudah terjadi perdarahan. (N : 150- 400 (fL))
7. TINDAKAN UMUM YANG DILAKUKAN
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh insiden dan
seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk
menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk
mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan
laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor ganas
ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens alkylating seperti itu
(cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5
fluorouracit / antibiotikal (admisin).
5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali
Operasi
Tindakan operasi dilakukan sangat tergantung dari kondisi kesehatan pasien dan
sejauh mana kanker itu telah menyebar dalam tubuh. Di bawah ini ada contoh-contoh
operasi yang kerap dilakukan untuk menghentikan penyebaran kanker ovarium, yaitu :
a. Unilateral oophorectomy
b. Bilateral oophorectomy
c. Bilateral salpingectomy
d. Unilateral dan bilateral salpingo-oophorectomy
e. Radical hysterectomy
f. Cytoreduction
Penatalaksanaan operatif kanker ovarium stadium 1
Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang terdiri atas
histerektomi totalis prabdominalis, salpingooforektomi bilateralis, apendektomi, dan
surgical staging.
Surgical staging adalah suatu tindakan bedah laparotomi eksplorasi yang dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana perluasan suatu kanker ovarium dengan melakukan
evaluasi daerah-daerah yang potensial akan dikenai perluasaan atau penyebaran
kanker ovarium. Temuan pada surgical staging akan menentukan stadium penyakit
dan pengobatan adjuvant yang perlu diberikan.
1. Sitologi
Jika pada surgical staging ditemukan cairan peritoneum atau asites, cairan
tersebut harus diambil untuk pemeriksaan sitologi. Sebaliknya, jika cairan
peritoneum atau asites tidak ada, harus dilakukan pembilasan kavum abdomen
dan cairan bilasan tersebut diambil sebagian untuk pemeriksaan sitologi. Penelitian
pada kasus-kasus kanker ovarium stadium IA ditemukan hasil sitologi positif pada
36% kasus, sedangkan pada kasus-kasus stadium lanjut, sitologi positif ditemukan
pada 45% kasus.
2. Apendektomi
Tindakan apendektomi yang rutin masih controversial. Metastasis ke apendiks
jarang terjadi pada kasus kanker ovarium stadium awal (<4%). Pada kanker ovarium
epithelial jenis musinosum, ditemukan metastasis pada 8% kasus. Oleh karena
itu, apendektomi harus dilakukan secara rutin pada kasus kanker ovarium
epithelial jenis musinosum.
3. Limfadenektomi
Limfadenektomi merupakan suatu tindakan dalam surgical staging. Ada dua jenis
tindakan limfadenektomi, yaitu:
1. Limfadenektomi selektif (sampling lymphadenectomy/selective lymphadenectomy)
yaitu tindakan yang hanya mengangkat kelenjar getah bening yang membesar saja.
2. Limfadenektomi sistematis (systematic lymphadenectomy) yaitu mengangkat
semua kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta.
Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV)
Pendekatan terapi pada stadium lanjut ini mirip dengan penatalaksanaan kasus
stadium I dengan sedikit modifikasi bergantung pada penyebaran metastasis dan
keadaan umum penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan
metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi “debulking” atau operasi
sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak kuratif sehingga diperlukan terapi adjuvant untuk
mencapai kesembuhan.
1. Operasi sitoreduksi
Ada dua teknik operasi sitoreduksi, yaitu :
a. Sitoreduksi konvensional
Sitoreduksi konvensional ini adalah sitoreduksi yang biasa dilakukan, yaitu
operasi yang bertujuan membuang massa tumor sebanyak mungkin
dengan menggunakan alat-alat operasi yang lazim seperti pisau, gunting, dan
jarum jahit.
b. Sitoreduksi teknik baru
Sitoreduksi teknik baru sangat berbeda dengan sitoreduksi konvensional yang
memakai pisau, gunting, dan jarum jahit. Dengan teknik baru tersebut
dapat dilakukan sitoreduksi dari massa tumor yang berukuran beberapa
milimeter sampai hilang sama sekali.
Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Argon beam coagulator, di mana alat electrosurgical ini mengalirkan arus listrik ke
jaringan dengan menggunakan berkas gas argon. Keuntungan penggunaan
alat ini adalah distribusi energi yang dihasilkan merata terhadap jaringan dan
lebih sedikit mengakibatkan trauma panas dan nekrosis jaringan.
b. Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA), di mana alat ini menggabungkan tiga
mekanisme kerja dalam satu hand-set, yaitu: alat fragmentasi jaringan
(vibrating tip), alat irrigator untuk daerah yang difragmentasidan alat aspirator
jaringan yang difragmentasi. CUSA bekerja sebagai akustik fibrator dengan
frekuensi 23.000 HZ, yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
c. Teknik laser
2. Kemoterapi
Keganasan ovarium tidak dapat disembuhkan tuntas hanya dengan operasi,
kemoterapi anti kanker merupakan tindakan penting yang tidak boleh absent
dalam prinsip terapi gabungan terhadap kanker ovarium, lebih efektif untuk pasien
yang sudah berhasil menjalani operasi sitoreduksi.
3. Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2
(FIGO: tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.
Juga radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatnya agak lanjut, tetapi
akhir-akhir ini banyak diberikan bersama khemoterapi, baik sebelum atau
sesudahnya sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enhancer.
Di banyak senter, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam
penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkat III dan
IV) dilakukan debulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk
membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang peka
terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-struktur yang
berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui
cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju
pleura
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula
dan edema ekstremitas bawah
DAFTAR PUSTAKA
Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional
Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat
Kesuburan yang Rendah. http://www.berbagisehat.com diakses tanggal 26 Mei 2009.
Ari. 2008. Karsinoma Ovarium. http://www.detak.org diakses tanggal 13 Januari 2009.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi. Penerbit Buku
Kedokteran ECG. Jakarta
Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan Evidence
Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta.
Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier Churchill
Livingstone. United States of America
Andesa, Hesa, 2010. Askeb Ca.Ovarium, http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/12/askep-
ca-ovarium.html
Ferdian, Ardy, 2009, Teratoma Sacrococcygeus, http://ilmubedah.info/teratoma-
sacrococcygeus-20110211.html
Ginekologi, Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD, Elstar offset,
Bandung
Hesrik, 2010, Ca ovarium, http://hendrikscience.blogspot.com/
Hidayat, 2009. Askeb Ca Ovarium, http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/09/askep-ca-
ovarium/
Hira, Annea, 2011. Pengertian kanker ovarium, http://www.anneahira.com/pengertian-
kanker-ovarium.htm
Medicalctore, 2010, Kanker indung Telur.
http://medicastore.com/penyakit/1048/Kanker_Indung_Telur.html
Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kandungan, Tridasa Printer, Jakarta
Syafir, 2011. Gejala Kanker ovarium, http://www.syafir.com/2011/03/01/gejala-kanker-
ovarium
Wijaya, adi, 2010, Ca ovarium , http://digilib.unsri.ac.id/download/Ca%20Ovarium%20Germ
%20Sel.pdf
Wulandari, 2009, Kanker Ovarium, http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123618-
S09106fk-Gambaran%20faktor-Literatur.pdf