LP CA PARU_kelp_4

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya (Black, 2009). Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan

description

ca paru

Transcript of LP CA PARU_kelp_4

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kesehatan dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar progresinya (Black, 2009).Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung (mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanke usus besar (655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO 2005 dalam Lutfia, 2008).Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36% dari seluruh kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada laki-laki (Mangunnegoro, 1990). Mayo Lung mendapatkan kematian akibat kanker paru terhadap penderita kanker paru didapatkan angka 3,1 per 1000 orang tiap tahun (Alsagaf, 1995).Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru (PDPI, 2003).

1.2 RUMUSAN MASALAHKurangnya pengetahuan terhadap Penyakit CA Paru.

1.3 TUJUAN PENULISAN Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah kepada sesama mahasiswa khususnya dan masyarakat secara umum tentang CA Paru. Selain itu juga diharapkan adanya pengembangan untuk pengobatan penyakit berdasarkan informasi yang terdapat dalam makalah.

1.4 METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literatur. Dengan metode ini, penulis mencari dan mengumpulkan informasi penting yang sesuai dengan topik penulisan dari berbagai sumber seperti beberapa buku, artikel dan jurnal yang terkait.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu Bab I: Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II: Pembahasan,Bab III: Asuhan Keperawatan serta Bab IV: Penutup, yang terdiri atas Kesimpulan dan Saran.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Anatomi Sistem Pernapasan Bernapas adalah sebuah proses yang dilakukan oleh sebagian besar mahluk hidup di muka bumi ini. Dalam prosesnya, bernapas juga memerlukan suatu sistem yang kita kenal sebagai sistem pernapasan. Di dalam sistem pernapasan, kita memiliki apa yang disebut sebagai saluran pernapasan. Saluran pernapasan merupakan sebuah saluran yang berawal dari hidung ataupun mulut dan berakhir di paru-paru. Saluran pernapasan kita terdiri dari saluran hidung faring laring trakea bronkus bronkiolus alveolus. Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga faring. Walaupun mempunyai sistem pertahanan tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga rentan terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai infeksi saluran pernapasan. Sistem pernafasan meliputi : Rongga hidung terdiri dari benjolan seperti rak yaitu turbinat yang bekerja seperti kisi-kisi radiator untuk menghangatkan, melembabkan dan menyaring udara inspirasi mukosa rongga ini memiliki banyak pembuluh darah yang bervaria. Laring adalah suatu katuk yang rumit pada persimpangan antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakeaaring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena itu dapat menyebabkan batuk bila terserangTrakea dipertahankan terbuka oleh cincin-cincin kartilago berbentuk huruf c, trakea yang bercabang menjadi dua brnkus setiap cabang-cabangnya kemudian bercabang kembali kedalam paru, akhirnya berujung dalam kantog tipis. Alvioli jalan nafas yang lebih besar ini mempunyai lempeng-lempeng kartilago dindingnya untuk mencegah kempesnya selama perubahan tekanan dalam paru-paru. Cabang-cabang trakea dilapisi dengan silia yaitu epitalium yang menghabiskan lendir, debu-debu tertangkap mukosa kemudian di sapu kelaring oleh silia dan dibatukan keluar Bronkus bercabang lagi dan seterusnya menjadi makin kecil yang membentuk bronkiolus yang tidak memiliki penyokong kartilago, tetapi memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi untuk penyempitan jalan nafas Paru-paru adalah struktur elastis seperti spon, paru-paru berada dalam rongga torak yang terkandung dalm susunan tulang iga dan letaknya disebelah kiri dan kanan media stinum. Alveoli dibungkus oleh anyaman kapiler yang sangat halus yang mengandung darah. Udara dan darah berhubungan lewat dinding tipis hanyan dua sel yang tebal. Disini pertukaran gas terjadi melalui difusi ( Monika Ester. 1999 )

2.2 DefinisiKanker paru adalah abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru (underwood, patologi, 2000)Kanker paru adalah tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel efitel dan sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat efitelia serta berasal dari mukosa percabangan broncus (sylvia,1995:843)Kanker paru adalah tumor paru ganas primer yang berasal dari saluran nafas ( Taprani 1996:234 )Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price, patofisiologi, 1995)Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel epitel.

2.3 EtiologiMeskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :1. MerokokTak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.2. IradiasiInsiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.

3. Kanker paru akibat kerjaTerdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite) dan orang-orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.4. Polusi udaraMereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota ( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).5. GenetikTerdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :a. Proton oncogen.b. Tumor suppressor gene.c. Gene encoding enzyme.

Teori OnkogenesisTerjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.6. DietDilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

KLASIFIKASIKlasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (1977) :1. Karsinoma Bronkogenika. Karsinoma epidermoid (skuamosa).Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel- sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel- sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ organ distal.c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.d. Karsinoma sel besarMerupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat tempat yang jauh.e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid\f. Lain lain1) Tumor karsinoid (adenoma bronkus)2) Tumor kelenjar bronchial3) Tumor papilaris dari epitel permukaan4) Tumor campuran dan Karsinosarkoma5) Sarkoma6) Tak terklasifikasi7) Mesotelioma8) Melanoma (Price, Patofisiologi, 2004).

2.4 PatofisiologiKanker paru merupakan tumbuhnya sel epitel dalam sistem pernafasan bagian bawah yang berasal percabangan bronkus dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsino genetik diantaranya rokok yang mengandung neutal fraktion dan basik fraktion, polusi udara, faktor genetik, terpajan zat karsinogen, dan diit yang tidak baik. Bahan bahan tersebut masuk kesaluran pernafasan dan menyebar melalui alveolus, lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan sel yang abnormal kemudian terjadilah tumor paru sehingga disana terjadidiantaranya mtatase pada bagian-bagian paru seperti pada bagian traktus superior pada kerja silia menurun dan muskularis disaluran pernafasan disana terdapat penumpukan sekret maka terjadi sesak nafaf. Terjadinya metastase didaerah paru plura dinding paru, tulang, atau syaraf, dicolumna vetebralis torakal dan lumbal dapat terjadi infasi pad asyaraf nyeri kronik dan keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan ditraktus digestifus maka mengakibatkan mual. Pada lobus paru mak dilakukan tindakan medis yaitu pembedahan (lobustomi) pada bagian lumbal atau columna vetebralisyang akan mengakibatkan klien keterbatasan gerak. Metastase epiglotis mengakibatkan suara serak, tidak jelas dan hilang dan pada metastase sistem peredaran darah dapat mengenai kerja jantung pada arteri koronaria sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan kerja jantung Metastase pada pleura dinding paru, tulang dan saraf, dikolumna vetebralis toraka dan lumbal dapat terjadi infasi pada saraf, nyeri kronik dan keterbatasan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan tertelan sehingga mengakibatkan mual(Tabrani rab, 1996) 2.5 Manifestasi klinis Keluhan utama:1. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu2. Batuk darah3. Sesak napas4. Suara serak5. Nyeri dada yang persisten6. Sulit/sakit menelan7. Benjolan di pangkal leher8. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat. Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :1. Berat badan berkurang2. Nafsu makan hilang3. Demam hilang timbul4. Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.Gejala awalStridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkusGejala umuma. BatukKemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.b. HemoptisisSputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

2.6 Stadium Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru paru: 1999 American Joint Committee on Cancer.Stadium Kanker paruSistem stadium TNM Internasional untuk Kanker Paru yang sudah direvisi : 1997 American Joint Committee on Cancer

Gambaran TNMDefinisi

TOTidak terbukti adanya tumor premier

TXKanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi

TisKarsinoma in situ

T1Tumor berdiameter 3 cm dikelilingi paru atau pleura viselaris yang normal

T2Tumor berdiameter >3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura viselaris atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus ; harus berjarak >2 cm distal dari krania

T3Tumor berukuran berapapun dengan perluasan langsung pada dinding dada, diagram, pleura mediastinalis, atau korpus vertebra ; atau dalam jarak 2 cm dari karina, tetapi tidak mengenai karina

T4Tumor berukuran berapapun yang sudah menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esophagus, korpus vertebra atau karina ; atau adanya efusi pleura yang maligna

KETERLIBATAN KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (N)NOTidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional

N1Metastasis pada peribrokial dan/atau kelenjar-kelenjar hilus ipsilateral

N2Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina

N3Metastasis pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah bening hilus kontralateral ; kelenjar kelenjar-kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral

METASTASIS JAUH (M)MOTidak diketahui adanya metastasis jauh

M1Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (missal otak)

KELOMPOK STADIUMKarsinoma tersembunyiTx,N0,M0Sputum mengandung sel-sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis

Stadium 0Tis, N0, M0Karsinoma in situ

Stadium IAT1, N0, M0Tumor termasuk T1 tanpa adanya bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh

Stadium IBT2, N0, M0Tumor termasuk klasifikasi T2 dengan bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh

Stadium IIAT1, N1, M0tumor termasuk klasifikasi T1 dengan bukti hanya terdapat metastasis ke peribrokial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh.

Stadium IIBT2, NI, M0T3, N0, M0tumor termasuk klasifikasi T2 atau T3 dengan atau tanpa bukti metastasis ke peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh

Stadium IIIAT1-T3, N1, N2, M0tumor termasuk klasifikasi T1, T2, atau T3 dengan atau tanpa bukti adanya metastasis ke peribronkial

Stadium IIIBT beberapa pun, N3 T4,N beberapapun,M0Setiap klasifikasi tumor dengan metastasis hilus kontralateral atau kelenjar getah bening mediastinum atau ke skalenus atau kelenjar limfe supraklafikular ; atau setiap tumor yang diklasifikasikan sebagai T4 dengan atau tanpa metastasis ke kelenjar getah bening regional ; tidak ad metastasis ke tempat yang jauh

Stadium IVT beberapa pun, N setiap tumor dengan metastasis jauh beberapa pun, M1

2.7 Komplikasia. Hematorakb. Peneumutorakc. Empiemad. Endokarditise. Abses paruf. Atetektasis

2.8 Pemeriksaan diagnosticRadiologi1. Foto Thorax Posterior-Anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.2. Bronkhografi.Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.Laboratorium.1) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.2) Pemeriksaan fungsi paru dan GDADapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.3) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).Histopatologi1. Bronkoskopi.Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)2. Biopsi Trans Torakal (TTB)Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.3. TorakoskopiBiopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.4. MediastinosopiUntuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.5. Torakotomi.Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.Pencitraan1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura2. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum. 2.9 Penatalakasanaan Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :1. KuratifMemperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.2. PaliatifMengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminalMengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga4. SupotifMenunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. ( Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000 Pembedahan.Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.1. Toraktomi eksplorasi.Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.2. PneumonektomiKarsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.3. Lobektomi Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.4. Resesi segmentalMerupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.5. Resesi baji.Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es).6. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris) RadiasiRadioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati penderita kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga agar efek radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum. Kemoterafi.Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang laki-laki berusia 47 tahun dirawat di RS dengan keluhan sesak nafas yang memberat, nafas berbunyi dan tidak hilang dengan isirahat dan perubahan posisi. Pasien mengeluh batuk dan penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir. Pasien pernah dirawat dengan tumor paru kanan. Hasil pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, pengembangan dada tidak simetris (dada kanan tertinggal), vocal fremitus kanan menurun dak kiri normal, dullness pada paru kanan dan sonor pada paru kiri, suara vesikuler pada paru kiri dan menurun pada paru kanan. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada supraklavikula dan colii. Hasil Lab PaO2 77 mmHg, Hasil foto thorax AP terdapat perselubungan yang menutupi lapang paru kanan, sinus pleura kanan dan diafragma kanan. Hasil analisis cairan pleura : test rivalta positif, warna cairan merah, dan terdapat non small cell carcinoma. Pasien direncanakan pemeriksaan trans torakal biopsy derta Ct scan thorax. Saat ini pasien terpasang oksigen 2 liter permenit , WSD, infus 8 jam per kolf dan kodein 3 x 10 mg.PengkajianA. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CHF1. Pengkajian0. Data Dasar2. Aktivitas/ istirahatGejala: sesak nafas yang memberat, nafas berbunyi dan tidak hilang dengan isirahat dan perubahan posisi.Hasil pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit 3. SirkulasiGejala:sesak nafas yang memberat, nafas berbunyi dan tidak hilang dengan isirahat dan perubahan posisiTanda :vocal fremitus kanan menurun dak kiri normal, dullness pada paru kanan dan sonor pada paru kiri, suara vesikuler pada paru kiri dan menurun pada paru kanan4. Integritas ego Gejala:Stres berhubungan dengan penyakit/ kondisi finansial Tanda:perlu dikaji lagi berbagai manifestasi prilaku seperti ansietas, marah, ketakutan , cemas, mudah tersinggung.5. EliminasiGejala:Perlu dikaji kembali apakah ada gangguan eliminasi.6. Makanan/cairanPenurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir 7. HygieneGejala: perlu dikaji kembali adanya Keletihan/ kelemahan,Tanda: sesak tidak berkurang walaupun dengan istirahat8. Nyeri dan kenyamananGejala: Perlu dikaji adanya nyeri dada. Perilaku Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit, gelisah, prilaku melindungi diri.9. NeurosensoriGejala: kelemahan, perlu dikaji lagi adanya nyeri10. PernapasanGejala :sesak nafas yang memberat, nafas berbunyi dan tidak hilang dengan isirahat dan perubahan posisi. Pasien mengeluh batuk dan penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhirPerlu dikaji lagi: Batuk dengan / tanpa sputum, riwayat penyakit kronisTanda:sesak tidak hilang dengan isirahat dan perubahan posisiPerlu dikaji lagi : batuk kering/ nyaring/ nonproduktif, batuk terus menerus dengan atau tanpa pembentukan sputum.11. KeamananGejala: perlu dikaji adanya perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan otot atau tonus otot.12. Interaksi sosialGejala: perlu dikaji adanya penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan13. Pemeriksaan diagnostika) Echocardiography: Pembahasan : EF adalah salah satu parameter yang digunakan sebagai ekspresi kemampuan pompa jantung atau kekuatan pompa jantung ke seluruh tubuh setelah bilik itu mengalami pengisian darah maksimal. Dihitung setiap 1 kali jantung berdenyut, nilai normalnya > atau sama dengan 55%, jika kurang dari 55% menunjukkan adanya penurunan kekuatan jantung. b) Rontgen dada Pembahasan:CTR adalah Cardiac thorax ratio yang digunakan sebagai parameter klinis dalam mengidentifikasi kegagalan jantung (pembesaran). Pada orang dewasa, nilai CTR > 50% mengidentifikasi pembesaran jantung sedangkan pada bayi baru lahir CTR> 60% adalah normal. Perhitungan CTR adalah CTR = MD/ID (MD adalah nilai maksimum dari transverse diameter rongga jantung sedangkan ID adalah transverse dari rongga dada)c) ElektrolitPembahasan: Nilai elektrolit klien mengalami gangguan pada kalsium dimana fungsi kalsium adalah berperan penting pada proses penting seperti koagulasi darah, transmisi neuromuskular dan fungsi kardiovaskuler. d) EKG : Hipertropi atrial atau vakuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola mungkin terlihat. mungkin terdapat disritmia misalnya takikardia, Atrial fibrilasi. Kenaikan segmen ST/T periksa 6 minggu atau setelah infark miokard, menunjukkan adanya aneurisma ventrikuler.e) Scan jantung: Multigraded Acquistion (MUGA) yaitu tindakan menyuntikkan fraksi dan memperkirakan dinding.f) Kateterisasi jantung : Zat kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi. Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan versus sisi kiri dan stenosis katup atau insufisiensi. Kaji juga potensi arteri koroner.g) Enzim hepar: Meningkat dalam kongesti hepar.h) Oksimetri nadi : Mungkin berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal , terapi diuretik.i) AGD: Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).j) BUN, Kreatinin : Peningkatan BUN menandakan perfusi ginjal.k) Albumin/ transferin serum : Mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan prtein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.l) HSD: Mungkin menunjukkan anemia. Polisitemia atau perubahan kepekatan menandakan retensi air. SDP mungkin meningkat, mencerminkan MI akut,perikarditis, atau status imflamasi atau infeksi lainm) Kecepatan sedimentasi : (ESR) mungkin meingkat mennadakan imflamasi akut.n) Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kanan.ANALISA DATADATAMASALAH

DS : sesak nafas yang memberat, nafas berbunyi dan tidak hilang dengan isirahat dan perubahan posisi Pasien mengeluh batuk dan penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhirDO : TD 120/80 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit pengembangan dada tidak simetris (dada kanan tertinggal), vocal fremitus kanan menurun dak kiri normal, dullness pada paru kanan dan sonor pada paru kiri, suara vesikuler pada paru kiri dan menurun pada paru kanan PaO2 77 mmHg, Hasil foto thorax AP terdapat perselubungan yang menutupi lapang paru kanan, sinus pleura kanan dan diafragma kananKerusakan pertukaran gas

DS : Pasien mengeluh batuk dan penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhirDO : Pasien pernah dirawat dengan tumor paru kananKurang pengetahuan

DS : -DO : Terpasang WSD Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada supraklavikula dan colii Hasil analisis cairan pleura : test rivalta positif, warna cairan merah, dan terdapat non small cell carcinoma infus 8 jam per kolfRisiko infeksi

DS : penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhirDO : -Risiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan

Diagnosa keperawatan 1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi2. Risiko infeksi berhubungan dengan terpasang tindakan invasife3. Risiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan penyakit kronis4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

Intervensi Keperawatan

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasiTUJUAN :Mengatasi masalah gangguan pertukaran gas KRITERIA : Tidak ada peningkatan kerja napas Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan/ retraksi dan ekspansi dada asimetris Ronchi/ crackles berkurang s.d. hilang AGD dalam batas normal TTV dalam batas normalItervensi : Kaji status pernapasan secaraperiodik, catat adanya perubahan pada usaha tingkatan hipoksia Auskultasi bunyi paru secara periodic, catat kualitas bunyi napas, wheezing, ekspirasi memanjang dan observasi kesimetrisan gerakan dada Kaji adanya sianosis Auskultasi irama dan bunyi jantung Bantu klien untuk beristirahat dengan menjaga ketenangan lingkungan Posisikan klien dalam posisi nyaman (fowler atau semi fowler) Ajarkan dan motivasi klien untuk melakukan pernapasanmulut/ bibir (pursed lip) Monitor keseimbangan intake dan output cairan Monitor saturasi oksigen (bila Pulse Oximetri ada) Monitor kepatenan selang WSD Monitor keluaran WSD dan lakukan penggantian botol WSD dengan benar

TINDAKAN KOLABORASI : Awasi/ batasi pemberian cairan peroral maupun parenteral Monitor ventilator Observasi Fi O2 Pastikan kelembapan O2 adekuat Monitor kadar PO dan PCO Lakukan pemeriksaan AGD Monitor Rontgen paru secara berkala Berikan terapi medikamentosa sesuai program

2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus)Tujuan : Selama diberikan asuhan keperawatan tidak terjadi infeksiKriteria hasil : Tidak terjadi infeksi pada pasien. Tidak ada tanda-tanda infeksi( kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolaesa )Intervensi :0. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus.Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.0. Observasi tanda-tanda vitalRasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.0. Observasi daerah pemasangan infuse dan WSDRasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.0. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis.Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.3. Risiko kekurangan nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan penyakit kronisTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan berat badan yang seimbang. Intake nutrisi adekuatIntervensi : Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukaiRasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi Observasi dan catat masukan makanan pasienRasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makanRasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan Juga mencegah distensi gaster. Berikan dan Bantu oral hygiene.Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitTujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.Kriteria hasil : Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.Intervensi: Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga Tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanannya.Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan Lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilaikeberhasilan dari tindakan yang dilakukan

BAB IVPENUTUP

KESIMPULANKanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecenderungan metastasis dan prognosis. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis) merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler perkembang biakan sel.

SARANDalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker paru misalnya, mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M., and Hawks, J.H.( 2009).Medical Surgical Nursing Clinical Management For Positive Outcomes.Volume2.7th Ed.St.Louis :Missouri

Wilkinson J.M., dan Ahern N.R.(2014).Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA Internensi NIC Kriteria Hasil NOC.Edisi 9.Jakarta : EGC

Robbins, Kumar,(2007), Buku Ajar Patologi, edisi 7. EGC: Jakarta

Price and Wilson (2005). Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC

Sherwood Lauralee (2011). Fisiologi manusia dari sel ke sistem . Jakarta : EGC.

Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC.

Corwin, EJ. 2009.Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.