LP AFR + HD.doc

13
AKUT RENAL FEILUR DEFINISI Akut renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini disertai oliguria (pengeluaran kemih < 400 ml/ hari). KLASIFIKASI ARF diklasifikasikan menjadi 3 kategori umum yaitu : 1. ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan perfusi ginjal misal kekurangan volume, perpindahan volume, ekpansi volume dan dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Etiologinya : a. Penurunan volume vaskuler - Kehilangan darah/ plasma : perdarahan, luka bakar. - Kehilangan cairan ekstravaskuler : muntah diare b. Kenaikan kapasitas vaskuler - Sepsis - Blokade ganglion - Reaksi anafilaksis c. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung - Renjatan kardiogenik - Payah jantung kongestif - Tamponade jantung - Disritmia 1

description

laporan pendahuluan afr dan hemodialisa

Transcript of LP AFR + HD.doc

Page 1: LP AFR + HD.doc

AKUT RENAL FEILUR

DEFINISI

Akut renal feilur dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat kerusakan

metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata

dan cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984). Biasanya penyakit ini disertai

oliguria (pengeluaran kemih < 400 ml/ hari).

KLASIFIKASI

ARF diklasifikasikan menjadi 3 kategori umum yaitu :

1. ARF pre renal adalah gangguan ginjal yang ada hubungannya dengan

perfusi ginjal misal kekurangan volume, perpindahan volume, ekpansi volume dan

dimanifestasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG).

Etiologinya :

a. Penurunan volume vaskuler

- Kehilangan darah/ plasma : perdarahan, luka bakar.

- Kehilangan cairan ekstravaskuler : muntah diare

b. Kenaikan kapasitas vaskuler

- Sepsis

- Blokade ganglion

- Reaksi anafilaksis

c. Penurunan curah jantung/ kegagalan pompa jantung

- Renjatan kardiogenik

- Payah jantung kongestif

- Tamponade jantung

- Disritmia

- Emboli paru

- Infark jantung

2. ARF renal

ARF renal sebagai akibat penyakit ginjal primer : yaitu berkurangnya aliran

darah ginjal keseluruh bagian atau sebagian ginjal hal ini dikarenakan keadaan pra

renal yang tidak teratasi sedangkan penyebab lain karena stenosis arteri renalis

sehingga mengurangi aliran darah keseluruh ginjal, iskemik lokal dapat terjadi bila

terjadi penyakit vaskuler oklusif, glomerulonefritis akut, nefrosklerosis maligna,

penyakit kolagen, angitis hipersensitif.

1

Page 2: LP AFR + HD.doc

3. ARF post renal

ARF post renal adalah suatu keadaan dimana sebagai akibat dari obstruksi pada

sepanjang saluran perkemihan dari tubulus sampai meatus uretral.

Etiologi :

a. Obstruksi saluran kencing : batu, pembekuan darah, tumor, kista dll.

b. Ekstravasasi

PATOFISIOLOGI

1. Pre renal azotemia

Penurunan fungsi ginjal akan mengaktifkan baroreseptor yang kemudian akan

mengaktivasi sistem neurohumoral dan ginjal, agar tubuh dapat tetap mempertahankan

tekanan darah, perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerular. Sistem renin- angiotensin-

aldosteron, vasopresin, aktivasi sistem saraf simpatik akan mengakibatkan

vasokonstriksi sistemik, retensi garam dan air sehingga tekanan darah dan volume

intravaskuler dapat dipertahankan. Hanya saja bila sistem mekanisme adaptif ini tidak

berhasil maka laju filtrasi glumerular menurun dan terjadilah azotemia pra renal.

Karena terjadi penurunan sirkulasi ginjal mengakibatkan peningkatan tonusitas

medular yang selanjutnya memperbesar reabsorbsi dari cairan tubular distal. Oleh

karenanya perubahan urine tipikal pada keadaan perfusi rendah. Volume urine menurun

sampai kurang dari 400 ml/ hari, berat jenis urin meningkat dan konsentrasi natrium urin

rendah ( biasanya < 5 mEq/ L).

2. Intra renal / renal

Bila perfusi ginjal yang lemah menetap selama periode yang cukup lama, ginjal

dapat rusak sehingga pengembalian perfusi ginjal tidak lagi memberikan efek pada

filtrasi glomerulus. Pada situasi ini terjadi gagal ginjal intrinsik (kategori intra renal seperti

NTA, nefropati vasomotor dan nefrosis nefron bawah).

3. Post renal

Berbagai kondisi yang dapat menghambat aliran urin dari ginjal keluar dapat

mengakibatkan azotemia post renal. Obstruksi ini dapat terjadi pada setiap tempat

dalam saluran perkemihan. Bila urine tidak dapat melewati obatruksi, mengakibatkan

kongesti yang akan menyebabkan tekanan retrograd melalui sistem kolagentes dan

nefron. Keadaan ini memperlambat laju aliran cairan tubular dan menurunkan LFG.

2

Page 3: LP AFR + HD.doc

Sebagai akibatnya reabsorbsi natrium, air dan urea meningkat menyebabkan penurunan

natrium urine dan meningkatkan osmolalitas dan BUN urine.

GEJALA KLINIS

Pada ARF pra renal sering ditandai dengan :

- Vital sign rendah

- Turgor kulit menurun

- Tekanan vena sentral

- Hipotensi ortostatik

Pada ARF intra renal :

a. Fase oliguria berlangsung 7- 21 hari atau kurang dari 4 minggu. Apabila lebih

dari 4 minggu perlu dilakukan biopsi ginjal.

Kesadaran: disorientasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai

koma.

Gastro intestinal: anoreksia, mual, muntah, mulut terasa kering, stomatitis,

perdarahan gastrointestinal.

Pernafasan: kusmaul, dyspnea, cheyne stokes bau nafas kha ureum/

pneumonia uremik.

Kulit/mukosa: perdarahan, anemia, dermatitis uremik dijumpai adanya

udem karena overhidrasi.

Pemeriksaan laboratorium

- Kenaikan sisa metabolisme protein : uruem kreatinin, NPN, asam

urat.

- Gangguan keseimbangan asam basa asidosis metabolik

- Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatriumia

atau hiponatrium, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.

b. Fase poliuria

Fase ini terjadi diuresis dimana volume urin lebih dari 1 liter/ 24 jam dan

kadang dapat mencapai 4- 5 liter/ 24 jam. Poliuria terjadi karena efek diuretik

ureum, disamping adanya gangguan faal tubuli dalam mereabsorbsi garam dan

air.

Pada fase ini kadar ureum dan kreatini masih meningkat pada 3- 5 hari

pertama. Setelah itu akan menurun dan diiringi perbaikan klinisnya, karena

3

Page 4: LP AFR + HD.doc

permulaan fase poliuria, LFG masih terlalu rendah. Pada fase ini banyak

kehilangan cairan dan elektrolit sehingga perlu diperhatikan kemungkinan

terjadinya dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit.

c. Fase penyembuhan

Penyembuhan secara sempurna faal ginjal akan berlangsung sampai 6- 21

bulan. Faal ginjal yang paling akhir adalah normal pada faal konsentrasi.

Pada post renal

Pada post renal sering diketahui tanda- tanda seperti :

- Poliuria disertai anuria

- Syndrom diabetes insipidus (pittesin- resisten diabetes insipidus )

- Kolik, batu

- Hidronefrosis bilateral

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Laboratorium

ARF pra renal

- Darah : ureum kreatinin, elektrolit serta osmolaritas.

- Urine : ureum, kreatini, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis urine.

ARF renal : urine dan darah, uji diuretik.

ARF post renal

- Darah : ureum, kreatinin dan elektrolit.

- Urine : ureum, kreatini, elektrolit dan berat jenis urine.

b. USG

c. CT Scan abdomen

PENATALAKSANAAN

1. ARF pra renal

Mempertahankan diuresis diberikan manitolo dan furosemid.

2. ARF renal

Mengobati penyebab NTA, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,

mencegah infeksi, pengelolaan konservatif.

3. ARF post renal

4

Page 5: LP AFR + HD.doc

Tindakan pembedahan untuk dapat menghilangkan obstruksinya, perlu diperhatikan

pula adanya kemungkinan terjadinya sindroma pasca obstruksi berupa poliuria

hebat yang memerlukan koreksi cairan elektrolit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Pasien dengan ARF azotemia pre renal :

Perubahan perfusi jaringan b.d hipovolumia sekunder terhadap ARF

B. Pasien dengan ARF intra renal/ renal :

Perubahan perfusi jaringan b.d iskemik ginjal sekunder terhadap

glomerulonefritis akut.

Resiko tinggi terhadap infeksi b.d ARF

Kelebihan volume cairan b.d ARF, filtrasi buruk dan masukan intravena

C. Pasien dengan ARF post renal :

Perubahan eliminasi urine b.d obstruksi sekunder terhadap kanker, prostat,

obstruksi uretra.

Resiko tinggi terhadap perubahan rasa nyaman b.d inefektif eliminasi urine,

kandung kemih penuh.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d kerusakan sekunder sel

tubulus.

5

Page 6: LP AFR + HD.doc

INTERVENSI KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan ARF azotemia pre renal

DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Perubahan

perfusi

jaringan b.d

hipovolumi

a sekunder

terhadap

ARF

Pasien akan

stabil secara

hemodinamik

setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24

jam dengan

kritria hasil :

Tidak terjadi

gangguan

perfusi jaringan

Pantau TTV, tekanan

desak kapiler

pulmonari, tekanan

vena sentral, curah

jantung, indeks jantung

setiap 1 jam sampai

stabil kemudian tiap 2

jam.

Pantau hasil

laboratorium (Na, K,

Hb, Ht, Px koagulasi).

Monitor membran

mukosa yang kering

Validasi catatan cairan

yang masuk dan keluar

Pantau cairan yang

masuk dan reaksi

transfusi bila kelebihan

Pantau adanya

perubahan fungsi

mental

Untuk mengetahui vital

sign dan

hemodinamika agar

tetap stabil

Untuk mengetahui

abnormalitas elektrolit

Untuk mengetahui

adanya dehidrasi

Untuk mengetahui

keseimbangan cairan

elektrolit

Menghindari terjadinya

oedem

Untuk mengetahui

apakah pasien

mengalami disorientasi

tempat

6

Page 7: LP AFR + HD.doc

Asuhan keperawatan ARF intra renal/ renal

DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Perubahan

perfusi

jaringan b.d

iskemik

ginjal

sekunder

terhadap

glomerulone

fritis akut.

2. Resiko

tinggi

terhadap

infeksi b.d

ARF

3. Kelebihan

volume

cairan b.d

ARF, filtrasi

buruk dan

masukan

intravena

Pasien mampu

mempertahankan

keseimbangan cairan

dan elektrolit.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam

tidak tampak tanda-

tanda infeksi dengan

KH :

Tidak terlihat tanda

infeksi

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 4 x 24 jam

volume cairan dapat

dipertahankan dengan

KH :

Output dan input

cairan dalam keadaan

seimbang.

Atur hidrasi dan

hindari terjadinya

dehidrasi

Amati tanda dan

gejala retensi cairan

Pantau nilai- nilai hasil

pemeriksaan

laboratorium Na, K, Cl,

keseimbangan asam

basa

Amati tanda- tanda

infeksi

Jaga keseterilan

dalam melakukan

prosedur tindakan

invasif

Cuci tangan sebelum

dan sesudah

melakukan tindakan

keperawatan

Hitung jumlah cairan

yang masuk dan

keluar tiap 1 jam.

Catat warna dan

jumlah urine yang

keluar setiap 1 jam.

Menghindari terjadinya

kekurangan cairan dan

elektrolit

Mengurangi dan

menghindari faktor

Faktor pencentus

Terjadinya infeksi

nosokomial

Untuk memantau bila

terjadi kelebihan volume

cairan tubuh

Asuhan keperawatan ARF potrenal

7

Page 8: LP AFR + HD.doc

DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Perubahan

eliminasi urine

b.d obstruksi

sekunder

terhadap

kanker, prostat,

obstruksi

uretra.

2. Gangguan

keseimbangan

cairan dan

elektrolit b.d

kerusakan

sekunder sel

tubulus.

3. Resiko tinggi

terhadap

perubahan rasa

nyaman b.d

inefektif

eliminasi urine,

kandung kemih

penuh.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3 x 24 jam

pasien dapat

mempertahankan

eliminasi BAK

Pasien akan

mempertahankan

keseimbangan

cairan dan elektrolit

Pasien akan

mempertahan kan

rasa nyaman

selama eliminasi

urine

Pertahankan

pemasangan urine

kateter

Amati pola buang air

kecil

Inspeksi urine terhadap

dermaturi dan batu

Pertahankan validasi

data haluaran urin

yang keluar

Berikan asupan cairan

elektrolit sesuai

dengan program dokter

Pantau respon- respon

yang menguntungkan

dan merugikan

terhadap segmen

pengobatan

Berikan obat

penghilang rasa nyeri

sesuai dengan

program dokter

Jaga privasi klien saat

melakukan tindakan

keperawatan

Lebih mudah dalam

menghitung jumlah

urine yang keluar

Untuk

mempertahankan

cairan dan elektrolit

tubuh

Memberikan rasa

nyaman sehingga

pasien bisa

mengalihkan

perhatian terhadap

nyeri

DAFTAR REFERENSI

8

Page 9: LP AFR + HD.doc

APrice, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. 1992. Pathophysiology Fourth Edition. Mosby

Year Book. Michigan

Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I

Made Kariasa. Jakarta. EGC.

Ignatavicius, Dona D and Bayna, Marylen V. 1991. Medical Surgical Nursing A nursing

proces Aproach Edisi I. WB Saunders Company. Philadhelpia.

Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai

Penerbit FKUI.

9