Low Back Pain
-
Upload
mulia-oloan-nauly-harahap -
Category
Documents
-
view
217 -
download
2
description
Transcript of Low Back Pain
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn. P / Laki-laki / 52 tahun
b. Pekerjaan : Pensiunan
c. Alamat : RT 29 Telanaipura
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 3 Anak laki-laki, pasien anak kedua
c. Status ekonomi keluarga : Berobat menggunakan BPJS
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di rumah berukuran 10x20 m memiliki 4 kamar tidur yang
dilengkapi dengan jendela dan ventilasi, dan memiliki atap seng. Rumah
pasien memiliki ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, 1
dapur dan 2 kamar mandi mengggunakan wc jongkok. Untuk mandi dan
memasak menggunakan air PDAM.
III. Aspek Psikologis di Keluarga :
Pasien tinggal dengan 1 orang istri, 3 orang anak, 1 menantu, dan 1 cucu.
Pasien memiliki sifat penyayang dan dekat dengan anggota keluarga.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Keluhan yang sama sebelumnya/dalam keluarga disangkal
- Riwayat nyeri punggung bawah sebelumnya (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riawayat Tuberkulosis (-)
V. Keluhan Utama :
Nyeri punggung bawah sejak 2 hari yang lalu.
1
VI. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang keluhan nyeri pada punggung bawah sejak 2 hari sebelum
ke Puskesmas. Keluhan dirasakan terus menerus. Nyeri menjalar sampai
ke ujung kaki. Keluhan bertambah berat jika pasien melakukan perubahan
posisi, duduk lama, atau tiba-tiba berubah posisi. Keluhan berkurang jika
pasien berbaring. kesemutan pada kaki kanan (+). Mual (+), muntah 1 kali
isi makanan (+), demam (-), batuk (-), penurunan berat badan 1 bulan
terakhir (-). Keringat dingin (+), penuruan berat badan 1 bulan terakhir (-),
BAK dan BAB tidak ada keluhan, riwayat keluar keluar batu saat kencing
disangkal. Pasien mengaku skala nyeri sangat hebat (VAS 7-8). Pasien
belum pernah berobat dengan keluhan yang serupa. Pasien memiliki
kebiasaan mengangkat beban berat sejak muda.
.
VII. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan Darah : 140/90
4. Suhu : 36,5°C
5. Nadi : 76x/menit
6. Pernafasan : 18 x/menit, irama reguler
Pemeriksaan Organ
1. Kepala : normocephal
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
3. Hidung : tak ada keluhan
4. Telinga : tak ada keluhan
5. Mulut : tidak ada keluhan
6. Leher : pembesaran KGB (-)
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang
tertinggal.
2
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Normal,
Wheezing (-), rhonki (-)
Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki (-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Nyeri tekan (–), Ictus cordis teraba di ICS V linea
midclavicularis
Perkusi Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Sedikit cembung, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Turgor kulit baik, defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
8. Ekstremitas Atas
Edema (-), akral hangat
9. Ekstremitas bawah
Edema (-), akral hangat
10. Pemeriksaan Khusus :
Lassegue Test (+)
3
Patrick test (+) Kontrapatrick (+)
VIII. Pemeriksaan Penunjang:
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
IX. Diagnosis :
Low Back Pain Ec. Suspeck HNP
X. Diagnosis Banding
- Referred Pain ec. Ureterolitiasis
- Osteoartiritis
XI. Pemeriksaan Anjuran
- Rontgen Lumbosacral AP/Lateral
- Urine Rutin
- Profil lipid
XII. Manajemen
a. Promotif :
Memberi penjelasan pada pasien mengenai kemungkinan diagnosis
penyakit yang diderita.
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab keluhan yang
dirasakan
Menghindari faktor-faktor yang memperberat: tidak mengangkat
beban berat, menghindari naik turun tangga.
Menjelaskan aturan minum obat.
b. Preventif:
Mengangkat beban dengan posisi yang benar
Menghindari posisi membungkuk
c. Kuratif :
Non Farmakologis
Fisioterapi
4
Medikamentosa
5
Resep dari puskesmas
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang IV sipin
Dokter : Mulia Oloan Harahap
SIP : 123/456
Tanggal : 27 -11-2015
R/ Na. Diclofenac tab 25 mg no. X
S3dd tab 1 p.c
R/ Bcompleks tab no. X
S3dd tab 1
R/ Ranitidin tab 40 mg no VI
S2dd tab 1 a.c
Pro : tn. P
Umur : 52 tahun
Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa
Sepengetahuan Dokter
Resep ilmiah
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang IV sipin
Dokter : Mulia Oloan Harahap
SIP : 123/456
Tanggal : 27-11-2015
R/ Na. Diclofenac no. XIV
S3dd tab 1 p.c
R/ Bcompleks tab no X
S3dd tab 1
R/ Ranitidin tab 40 mg no VI
S2ddtab 1 a.c
Pro : tn. P
Umur : 52 tahun
Resep Tidak Boleh Ditukar Tanpa
Sepengetahuan Dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
LBP (low back pain) adalah nyeri daerah punggung bawah antara suduh
bawah kosta samapi ke lumbosakral. Nyeri juga dapat menjalar ke daerah lain
seperti punggung bagian atas dan sampai ujung jari. LBP merupakan salah satu
gangguan neuromuskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik.
2.2. EPIDEMIOLOGI
LBP ( nyeri punggung bawah) menempati urutan kedua tersering setelah
nyeri kepala. Data dari bagian neurologi menjukkan bahwa pasien diatas 40 tahun
banyak yang mengeluhkan nyeri punggung bawah. Di Amerika Serikat lebih dari
80% penduduk mengeluh nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah
cendrung terjadi pada pasien dengan obesitas, hal ini dikarenakan tulang belakang
fungsi dari tulang belakang sebagai penopang tubuh. Nyeri punggung bawah juga
berkaitan erat dengan mengangkat beban berat.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab nyeri punggung bawah antara lain :
1. Kelainan kongenital
2. Proses degeneratif
3. Reaksi inflamasi
4. Hernia nucleus pulposus
5. Referred pain
6. Trauma
7. Tumor
8. Psikoneurotik
6
2.4 PATOGENESIS
Patogenesis pada nyeri punggung bawah berbeda-beda tergantung
penyebab dari nyeri punggung bawah itu sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada LBP berbeda-beda tergantung etiologi yang
mendasarinya :
1. LBP akibat sikap yang salah
• Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku
dan tidak enak namun lokasi tidak jelas.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di
daerah lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih
sempurna, walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan
perasaan tidak enak
• Lordosis yang menonjol
7
• Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada
tendon
• Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang
relevan.
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
• Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau
terasa tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak
dan berat.
• Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan,
batuk atau bersin.
• Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai
yang sakit difleksikan.
• Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang
menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak
secara penuh.
• Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.
3. LBP pada Spondilosis
• Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi
diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
• Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang
terkena
• Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
• Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra
yang menekan medula spinalis
• Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat
stenosis kanal lumbal.
4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis
• Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan,
keringa malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak
menonjol.
8
• Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan
menghilang bila istirahat.
• Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada
20% kasus
• Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra
dan kifosis)
• Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti
paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus,
hiperrefleksia dan refleks Babinsky bilateral. Dapat ditemukan
deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra.
• Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang
muncul terutama gangguan motorik.
5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika
• Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun.
• Tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan di sendi
sakrolumbal dan seluruh tulang belakang lumbal.
• Laju endap darah meninggi.
• Terjadi osifikasi ligamenta interspinosa.
2.6 DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesa tentang sifat nyeri, saat timbulnya, lokalisasi serta radiasinya
sangat diperlukan dalam menetapkan diagnosa. Perlu ditanyakan tentang peristiwa
sebelumnya yang mungkin menjadi pencetus keluhan, seperti adanya trauma,
sikap tubuh yang salah, misalnya waktu mengangkat beban, kegiatan fisik atau
olahraga yang tidak biasa, dan penyakit yang dapat berhubungan dengan keluhan
nyeri pinggang tersebut. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa
menyebabkan bertambahnya nyeri. Kondisi psikologis juga perlu ditanyakan,
karena salah satu penyebab LBP adalah kondisi psikis.
9
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis
lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk
ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral
yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya
HNP pada sisi yang sama.
Nyeri pinggang bawah pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda
menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis,
namun ini tidak patognomonik.
Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan
ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis
yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di
tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis
dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
10
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis nyeri pinggang bawah dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi
level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks
L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari
pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).
Pemeriksaan khusus
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah
muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat. Positif bila pasien
merasa nyeri pada sudut kurang dari 60°.
a. Braggard Test
Modifikasi yang lebih sensitive dari tes laseggue. Caranya sama seperti
Lassegue dengan ditambah dorsofleksi kaki.
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi
sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan
ekstensi.
11
c. Test Kontra-Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi
meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kontra-Patrick positif menunjukkan kepada
sumber nyeri di sakroiliaka
Pemeriksaan penunjang
1.X-Ray
X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis
pertama untuk mengevaluasi nyeri pinggang bawah. Foto X-ray dilakukan pada
posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan kanalis spinalis.
Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk
diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis,
tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
12
3. Computed Tomografi Scan (CT-scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada
CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi.
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang
dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nervus, dan
jaringan lainnya pada punggung.
13
4. Electro Miography (EMG)/Nerve Conduction Study (NCS)
EMG/NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk
pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki.
EMG/NCS dapat memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik)
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal)
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf
2.8 PENATALAKSANAAN
Penanganan konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan
melakukan restorasi fungsional. Dalam penanganan umum penderita diberikan
informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan, tirah baring dan
mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk mengurangi nyeri yaitu
dengan analgetika. Cara pemberian analgetik mengacu seperti pada petunjuk tiga
jenjang terapi analgetik WHO.
14
Terapi andjuvant yang dapat diberikan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik,
dan antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.
Fisioterapi
a. Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dingin–kantong panas. Dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-
15
10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating
pad (kantong hangat).
b. Elektro Stimulus, contohnya :
- Acupunture
- Ultra Sound
- Radiofrequency Lesioning
- Spinal Endoscopy
- Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
- Electro Thermal Disc Decompression
- Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
c. Traction
Tarikan pada badan (punggung) untuk kontraksi otot.
d. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merelaksasi otot belakang dan
melancarkan
perdarahan.
Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada kelainan tulang
belakang/punggung pasien sesuai dengan indikasinya. Biasanya prosedurnya
menyangkut pada laminectomy pada bagian yang diinginkan untuk diangkat dari
vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari nyeri pinggang
bawah pasien. Jika diskus menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan
melakukan laminectomy, mengidentifikasi diskus yang ruptur, dan mengambil
16
atau memindahkan bagian yang baik dari diskus yang bergenerasi, khususnya
kepingan atau potongan yang menindih saraf.
17
BAB III
ANALISA KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan rumah dan lingkungan sekitar
Pasien datang keluhan nyeri pada punggung bawah sejak 2 hari sebelum
ke Puskesmas. Keluhan dirasakan terus menerus. Nyeri menjalar sampai ke ujung
kaki. Keluhan bertambah berat jika pasien melakukan perubahan posisi, duduk
lama, atau tiba-tiba berubah posisi. Keluhan berkurang jika pasien berbaring.
kesemutan pada kaki kanan(+). Mual (+), muntah 1 kali isi makanan (+), demam
(-), batuk (-), penurunan berat badan 1 bulan terakhir (-). Keringat dingin (+),
penuruan berat badan 1 bulan terakhir (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan,
riwayat keluar keluar batu saat kencing disangkal. Os mengaku skala nyeri sangat
hebat (VAS 7-8). Pasien belum pernah berobat dengan keluhan yang serupa.
Pasien tinggal di rumah berukuran 6x15 m memiliki 2 kamar tidur yang
dilengkapi dengan jendela dan ventilasi, memiliki ruang tamu yang menyatu
dengan ruang keluarga, 1 dapur, kamar mandi mengggunakan wc jongkok. Untuk
mandi dan memasak menggunakan air sumur. Kondisi rumah lembab dan kurang
pencahayaan karena ventilasi kurang disebabkan rumah berdempetan dengan
rumah yang lain.
Tidak terdapat hubungan antara penyakit yang diderita oleh pasien dengan
kondisi rumah maupun lingkungan sekitarnya.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Pasien tidak mempunyai hubungan yang baik dalam keluarga, sehingga
tidak terdapat hubungan keluarga pasien dengan keluhan yang dirasakan.
c. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
Kemungkinan penyebab pada pasien ini adalah kebiasaan terjadinya
penjepitan syaraf pada tulang belakang. Hal ini bisa terjadi dikarenakan kebiasaan
pasien mengangkat beban berat dari dulu. Selain itu berat badan pasien berlebih
18
sehingga mempermudah terjadinya nyeri punggung bawah. Hal ini dikarenakan
salah satu fungsi dari tulang belakang adalah menopang tubuh, sehingga apabila
berat badan berlebih maka beban pada tulang belakang semakin berat sehingga
mempermudah terjadinya nyeri punggung bawah. Nyeri punggung dipengaruhi
oleh factor usia. Pasien laki-laki berumur 52 tahun memiliki resiko yang cukup
tinggi untuk menderita nyeri punggung bawah, hal ini dikarenakan pada proses
menua terjadi pengapuran pada tulang sehingga mempermudah terjadinya
penjepitan syaraf pada tulang belakang.
d. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutuskan rantai penularan
dengan factor resiko atau etiologi pada pasien ini
Pasien didiagnosis dengan low back pain ec. Suspeck HNP dicurigai dikarenakan
kebiasaan pasien yang sering mengangkat beban berat. Untuk itu pasien diberikan
penyuluhan, diantaranya :
1. tidak mengangkat beban berat
2. Hindari naik turun tangga
3. Hindari posisi bungkuk
4. Hindari posisi duduk yang salah
5. Turunkan berat badan
6. Obat diminum hanya bila sakit
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, A C & Hall, J E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa
Indonesia: Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC. 1997
2. Priguna, Sidharta. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Prakter. Jakarta:
Dian Rakyat.1984
3. Markam S. Penuntun Neurologi, Jakarta: EGC.1982
4. Meliala L. Nyeri Neuropatik. Yogyakarta :Medigma Press Yogyakarta.
2008.
5. Ginsberg. Neurologi. Jakarta: Erlangga.2007
6. Patel AT, Oglee AA. Diagnosis and Management of Acute Low Back
Pain.
7. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam:
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta. 2003
20
Lampiran
21