longcase

6
PR Long Case Stase Telinga-Hidung-Tenggorok Nama: Khoirurrohmah Nuzula NIM : 20080310068 1. Nama-nama musculus di sekitar faring yang berpengaruh pada proses snooring-non-pathologic. Ketiga jenis muskulus ini bertanggung jawab dalam proses konstriksi di sekitar faring: - Musculus konstriktor superior - Muskulus konstriktor media - Muskulus konstriktor inferior Ketiga jenis muskulus ini berfungsi dalam proses elevasi di sekitar faring: - Muskulus stylopharyngeus - Muskulus salpingopharyngeus - Muskulus palatopharyngeus Lima jenis muskulus dibawah ini berfungsi dalam elevasi dan depresi dari soft palate (palatum molle) : - Muskulus tensor veli palatini - Muskulus levator veli palatini - Muskulus palatopharyngeus - Muskulus palatoglossus - Muskulus uvulae Secara garis besar dapat disimpulkan, apabila terdapat kelemahan tonus otot dari otot-otot yang telah disebutkan diatas akan secara jelas berpengaruh sebagai hambatan aliran udara di saluran napas bagian atas (upper airway). 2. Penjelasan mengenai muskulus uvulae dan fungsinya? Muskulus uvulae berpangkal pada posterior nasal spine pada palatum durum (hard palate) dengan insersinya adalah jaringan ikat pada uvula. Muskulus ini dipersyarafi oleh

description

longcase

Transcript of longcase

Page 1: longcase

PR Long Case Stase Telinga-Hidung-Tenggorok

Nama: Khoirurrohmah NuzulaNIM : 20080310068

1. Nama-nama musculus di sekitar faring yang berpengaruh pada proses snooring-non-pathologic. Ketiga jenis muskulus ini bertanggung jawab dalam proses konstriksi di sekitar faring:- Musculus konstriktor superior- Muskulus konstriktor media- Muskulus konstriktor inferior

Ketiga jenis muskulus ini berfungsi dalam proses elevasi di sekitar faring: - Muskulus stylopharyngeus - Muskulus salpingopharyngeus- Muskulus palatopharyngeus

Lima jenis muskulus dibawah ini berfungsi dalam elevasi dan depresi dari soft palate (palatum molle) : - Muskulus tensor veli palatini- Muskulus levator veli palatini- Muskulus palatopharyngeus- Muskulus palatoglossus- Muskulus uvulae

Secara garis besar dapat disimpulkan, apabila terdapat kelemahan tonus otot dari otot-otot yang telah disebutkan diatas akan secara jelas berpengaruh sebagai hambatan aliran udara di saluran napas bagian atas (upper airway).

2. Penjelasan mengenai muskulus uvulae dan fungsinya? Muskulus uvulae berpangkal pada posterior nasal spine pada palatum durum (hard palate) dengan insersinya adalah jaringan ikat pada uvula. Muskulus ini dipersyarafi oleh nervus vagus (X) melalui cabang pharyngeal dari plexus pharyngeal. Muskulus ini berfungsi dalam elevasi dan retraksi uvula, aksi tersebut akan menebalkan regio sentral dari soft palate (palayum molle) dan membantu musukulus levator veli palatini menutup isthmus pharyngeal yang membatasi nasopharynx dan oropharynx.

3. Mengapa air dingin dan makanan ringan sebaiknya dihindari oleh penderita tonsilitis kronik? Secara garis besar, substansi dingin tidak menyebabkan tonsilitis. Pada saat seseorang menderita tonsilitis kronik itu artinya terdapat kumpulan kronik dari sel-sel inflamasi

Page 2: longcase

di jaringan tonsil. Air dingin dan makanan ringan mungkin akan menyebabkan kontriksi dari pembuluh-pembuluh darah di sekitar tonsil. Pada saat secara tiba-tiba atau simultan kondisi di sekitar faring kembali ke suhu normal atau hangat, maka akan terjadi aliran yang besar menuju ke pembuluh darah tersebut yang sebelumnya mengalami konstriksi dimana akan menyebabkan lebih banyak lagi sel-sel inflamasi di daerah tersebut. Pada kondisi tersebut, sel-sel inflamasi seakan terjebak di dalam tonsil dan menyebabkan tonsil yang sudah membesar akan mengalami kondisi yang disebut “flare-up”.

4. Klasifikasi tonsilitis

I. Tonsilitis akut a) Tonsilitis viral : gejalanya lebih menyerupai common cold yang disertai

nyeri tenggorok. Penyebab paling sering adalah virus Epstein Barr, Hemofilus influenzae

b) Tonsilitis bakterial : radang akut tonsil dapat disebbakan kuman grup A Streptococcus β-hemolitikus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridan, dan Streptococcus pyogenes. Inflitrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya lekosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.

II. Tonsilitis kronik a) Tonsilitis rekuren / berulang : karena proses radang yang berulang yang

timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.

III. Tonsilitis membranosa a) Tonsilitis difteri : disebabkan oleh bakteri Coryne bacterium diphteriae,

yang termasuk dalam bakteri gram positif. Tidak semua orang yang

Tonsilitis

AKUT

viral

bakteri

KRONIS

tonsilitis berulang

MEMBRANOSA

tonsilitis septik

akibat kelainan darah

tonsilitis difteri

Angina Plaut Vincent

Page 3: longcase

terinfeksi bakteri ini akan sakit. Keadaan ini bergantung pada titer anti toksin dalam darah seseorang. Titer anti toksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup memberkan dasar imunitas.

b) Tonsilitis septik : yang disebabka n oleh Streptococcus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu sebelum dikonsumsi maka penyakit ini jarang ditemukan di Indonesia.

c) Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa) Penyebab penyakit ini adalah bakteri Spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan hiegene mulut yang buruk dan pada kondisi defisiensi vitamin C.

5. Otitis media pada tonsilitis seringkali terjadi yang diakibatkan oleh bakteri Streptococcus β-hemolitikus grup A yang membentuk biofilm infection yang melekat pada permuakaan mukosa dan membentuk complex communities pada jaringan tonsil. Sehingga tonsil yang membesar ini dianggap menjadi fokus infeksi pada tonsilitis kronis. Pada saat seseorang batuk, bersin memberikan kemungkinan terjadinya direct infection akibat menyebarnya bakteri di dalam tonsil masuk ke dalam saluran tuba eusthacius. Pengobatan dengan antibiotik yang tidak adekuat dapat menyebabkan ascending infection ataupun direct extension infeksi menuju saluran tuba eusthacius yang pada akhirnya akan menjadi penyebab terjadinya otitis media pada tonsilitis sebagai komplikasi. Seringkali tonsilitis kronis ini juga akan diikuti oleh pembesaran adenoid. Pada pembesaran adenoid, akan secara langsung menyebabkan obstruksi dari saluran tuba eusthacius yang juga dapat menyebabkan terjadinya otitis media.

6. Pada tonsilitis kronis seringkali ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening sub mandibular yang menyertai penyakit tersebut, namun tidak semua pasien dengan tonsilitis kronis akan memiliki manifestasi yang sama hal ini dikarenakan kondisi imunitas yang bervariasi tiap orang. Secara garis besar kelenjar getah bening emiliki tiga fungsi utama yakni sebagai aliran cairan interstitial, mencegah infeksi dan pengangkutan lipid. Sementara kapiler getah bening mengumpulkan cairan, kelenjar getah bening akan menyaring virus dan bakteri yang terbawa ke dalam aliran getah bening. Di dalam kelenjar getah bening, virus dan bakteri akan dihancurkan melalui fagositosis atupun oleh antibodi. Proses ini diharapkan akan berhubungan dengan semua infeksi yang berjalan melaluigetah bening tetapi sistem limfatik ini tidak semua akan dinggalkan infeksi disana. Beberapa sel limfosit akan meninggalkan nodus limfatikus dengan perjalanan getah bening dan memasuki darah dan kemudian akan bergabung dengan kelenjar getah bening yang labih jauh untuk menangani proses infeksi tersebut. Pada dasarnya tonsil merupakan kelompok sel limfatik yang merupakan pertahanan pertama kelenjar getah bening di sekitar saluran napas atas. Pada saat terjadi infeksi, tonsil akan menyaring dan menangkap virus ataupun bakteri tersebut. Pada saat tonsil sudah tidak mampu berfungsi secara maksimal, maka virus dan bakteri yang terjebak

Page 4: longcase

akan dialirka ke kelenjar getah bening yang terdekat untuk dihancurkan. Pada kondisi ini, kelenjar getah bening submandibular merupakan regio paling dekat sehingga seringkali ditemukan manifestasi pembesaran kelenjar getah bening sub mandibular pada tonsilitis namun kondisi tersebut bergantung pada imunitas seseorang. Saat tonsil sebagai barier pertama sudah mempu menangai infeksi ini, maka tidak akan dialirkan ke kelenjar getah bening yang lain.