Asma Longcase ikm

67
BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. Tarsono Alamat lengkap : Rt 03/04, Sawangan, kec. Kebasen kab. banyumas Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Sta tus L / P Umur Pend idik an Pekerja an Pasi en Klin ik Ket 1 . Tarsono KK L 49 th SD Pedagan g 2 . Purnawis em Ist ri P 44 th SD Pedagan g Pasi en asma bron khia l pers iste n seda ng 3 . Ivan Uji Saputro Ana k L 27 th SMA Pegawai pabrik 4 . Aniatul Alfatheh ah Ana k P 20 th SMK Pegawai pabrik Beka s flek 1

description

ikm

Transcript of Asma Longcase ikm

BAB I

20

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Tn. Tarsono

Alamat lengkap

: Rt 03/04, Sawangan, kec. Kebasen kab. banyumasBentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No

Nama

Status

L/P

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Pasien Klinik

Ket

1.

Tarsono

KK

L

49 th

SDPedagang2.

PurnawisemIstri

P

44 th

SDPedagang Pasien asma bronkhial persisten sedang

3.

Ivan Uji Saputro

Anak

L

27 th

SMAPegawai pabrik4.

Aniatul Alfathehah

Anak

P

20 th

SMKPegawai pabrik Bekas flek

Sumber : Data Primer, 17 Desember 2014Kesimpulan :

Kesimpulan dari demografi keluarga Bapak Tarsono yang berbentuk nuclear family. Ny. purnawisem berjenis kelamin perempuan, umur 44 tahun menderita penyakit asma bronkhial persisten sedang.

BAB II

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita Asma brokhial persisten sedang, berjenis kelamin perempuan yang berusia 44 tahun. Kasus serupa masih banyak ditemukan di masyarakat Indonesia.

B. ANAMNESIS

1. Identitas Penderita

Nama:Ny. purnawisemUmur:44 tahun

Jenis kelamin:PerempuanPekerjaan:PedagangPendidikan:SDAgama:Islam

Alamat : Rt 03/Rw 04, Sawangan. KebasenStatus Pernikahan:menikah Suku :Jawa

Tanggal periksa:17 Desember 20142. Keluhan Utama : Sesak nafas3. 3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Kebasen dengan keluhan sesak nafas. Pasien merasa sesak nafas diseluruh lapang dada. Sesak nafas dirasakan seperti orang orang yang dadanya terjepit dan terasa pada saat udara dingin, malam hari, dan saat beraktifitas seperti berjalan dan mendorong gerobak. Sebelum berobat, sesak nafas dirasakan hampir setiap hari, mengganggu aktifitas dan tidur. Serangan sesak nafas pada malam hari dirasakan lebih dari 1 kali dalam seminggu. Jika dinilai dengan tafsiran angka antara 1-10, sesak nafas pasien dirasa pada angka 7. pasien merasa baikan jika meminum obat asma yang diperoleh dari dokter. Selain sesak nafas pasien juga mengeluh batuk berdahak, nafsu makan turun. Baung air besar dan buang air kecil pasien normal. Pasien sedang menjalani pengobatan asma bronkhial persisten sedang. 4. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penderita TB

: tahun 2006 Riwayat mondok

: disangkal

Riwayat imunisasi

: lengkap

Riwayat asma

: mulai tahun 2002 Riwayat alergi obat/makanan: disangkal Riwayat mondok RS

: disangkal Riwayat operasi

: katarak tahun 20025. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: (+), kedua orang tua Riwayat sakit sesak nafas

: (+)

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat sakit gula

: disangkal Riwayat penyakit jantung

: disangkal6. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok

: disangkal Riwayat olah raga: jarang sekali

Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang-bincang dengan keluarga jarang, berekreasi jarang (sebulan belum tentu sekali, hanya kadang-kadang)7. Riwayat Psiko Sosio Ekonomi

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga, tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan penghasilan kurang lebih 1 juta per bulan, dan ditambah dengan penghasilan suami dari hasil jualan asongan. Hubungan Ny.p dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung, Ny. p peduli dengan kesehatan anggota keluarga. Dalam kehidupan sosial Ny. P kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan8. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, kerupuk, dan jarang dengan daging, kadang makan buah-buahan dan jarang minum susu. Kesan gizi cukup.9. Anamnesis Sistema. Kulit

: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)b. Kepala: sakit kepala (-), pusing (+), rambut kepala tidak rontok, berwarna putih, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)c. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (+), katarak (+)d. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)e. Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)f. Mulut

: sariawan (-), mulut kering (-)g. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)h. Pernafasan : sesak nafas (+), batuk berdahak (+), mengi (+), batuk darah (-)i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-)

k. Genitourinaria : BAK lancar, 4-6 kali/hari warna dan jumlah biasa

l. Neuropsikiatri : Neurologik: kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik

: emosi stabil, mudah marah (-)

m. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

n. Ekstremitas: Atas: bengkak (-), sakit (-)

Bawah: bengkak (-), sakit (-)C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak sadar, kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi

: 120/100x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu

: 36,5 oC

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB: 50 kg

TB: 155 cm

BMI = 19,60 BB/(TB dalam meter)2 = 50 /(155)2= 21,60 kesan normoweight

Status Gizi ( Gizi kesan cukup3. Kulit

Warna:Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

4. Kepala

Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

5. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (+/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

10. Leher

trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-) dulu saat 2 bulanan kelenjar limfe leher membesar, lesi pada kulit (-)

11. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

-Cor:I:ictus cordis tak tampak

P:ictus cordis tak kuat angkat

P:batas kiri atas:SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas:SIC II LSD

batas kanan bawah:SIC IV LSD

batas jantung kesan tidak melebar

A:BJ III intensitas normal, regular, bising (-)

-Pulmo:Statis (depan dan belakang)

I:pengembangan dada kanan = kiri

P:fremitus raba kanan = kiri

P:sonor/sonor

A:suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), wheezing (+/+)

Dinamis (depan dan belakang)

I:pergerakan dada kanan = kiri

P:fremitus raba kanan = kiri

P:sonor/sonor

A:suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), wheezing (+/+)

12. Abdomen

I:dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

P:supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P:timpani seluruh lapang perut

A:peristaltik (+) normal

13. Sistem Collumna Vertebralis

I:deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P:nyeri tekan (-)

14. Ektremitas:palmar eritema(-/-)

akral dinginoedem

- -- -

- -- -

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan provokasi Pemeriksaan spirometriFoto toraks

E. RESUME

Ny. P menderita sesak nafas yang disertai batuk berdahak. Lensa mata kiri pasien berwarna putih, indikasi katarak. Sebelumnya tahun 2002 pasien pernah menjalani operasi katarak. Pada pemeriksaan fisik pasien di dapatkan bunyi wheezzing pada auskultasi. F. DIAGNOSIS HOLISTIKNyonya P berasal dari keluarga menengah kebawah, sebagai ibu rumah tanggamenderita asma bronkhial persisten sedang dengan gangguan penglihatan kabur indikasi katarak. 1. Aspek Personal Pasien mengeluh sesak nafas.

Idea

: pasien berharap penyakitnya segera sembuh.

Concern : pasien menginginkan perhatian dari keluarganya untuk mendukung pengobatanya, mendukung dirinya dalam mengendalikan penyakitnya dan dukungan dari segi moral pasien.

Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh, mendapatkan obat yang efisien untuk terapi penyakit asma.

Anxiety : pasien takut akan kondisi kesehatanya yang belum stabil, dan pasien merasa perubahan pengobtan hanya sedikit, dan kadang-kadang memburuk. Kedaan ini sangat mengganggu aktifitasnya dalam mencari nafkah. 2. Aspek klinis Diagnosa differential : asma bronkhial, ISPA, katarak Gejala klinis yang muncul : batuk berdahak, nafsu makan turun. 3. Faktor internal kepribadian

Kepribadian pasien termasuk dalam kepribadian terbuka, mau menrima nasehat orang lain.

4. Aspek Faktor Eksternal

Pasien tinggal di lingkungan penduduk dengan kepadatan penduduk sedang, jauh dari jalan raya, dan jauh dari pabrik dan TPA. Rumah pasien terbuat dari tembok dengan lantai campuran, namun ventilasi dan pencahayaan rumah pasien kurang. Pasien mempunyai pendidikan terakhir SD. Pelayanan kesehatan di sekitar rumah pasien cukup mudah dijangkau, hal ini dikarenakan rumah pasien dekat dari sarana pelayanan kesehatan seperti dokter umum dan puskesmas. 5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2, pasien mengeluh sesak nafas jika berktivitas berat, namun pasien masih bisa beraktifitas di dalam dan diluar ruangan.F. PENATALAKSANAAN

Terapi farmakologis

:

1. Salbutamol 2 -4 mg @ 3-4x1 sehari

2. GG 10mg @3x1 sehari 3. CTM 12,5 mg @ 3x1 sehari

Terapi non farmakologis

:

1. Istirahat cukup 2. makan bergizi ( nasi, sayur, lauk pauk seperti tempe, tahu)3. Kurangi aktifitas fisik yang berat

4. Sering menghirup udara yang segar, seperti pantai.5. Menghidari udara kotor, berdebu dan berasap

6. Pembersihan rumah tinggal supaya pertukaran udara rumah lancar.7. Menyarankan periksa mata lebih lanjut, ke dokter mata

8. Menyarankan penggantian obat dengan nebuliser yang lebih efisien dalam pengobatan penyakit asma. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Suport psikologis biasanya perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan penyakit asma bronkhial yang tidak bisa disembuhkan secara total namun angka serangannya bisa diminimalisir dengan melakukan hidup sehat di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pasien seharusnya mengerti dan mampu menghindari alergen-alergen penyebab asma bronkhial. Selain itu juga penejelasan mengenai penyakit hipertensi, hal ini terkait dengan suami pasien yang menderita hipertensi, dukungan kepada suami untuk mengubah pola hidup terutama mengenai makanan (rendah garam, kurangi makanan berlemak, kurangi stres, hindari kopi dan perbanyak sayuran)2. Penentraman Hati

Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan pasien dan istri. Penyakit asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total, namun dapat dihindari angka kejadiannya dengan menghindari penyebab asma seperti udara dingin, daerah yang lembab, dan kecapaian. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh hati dalam pengobatan pasien. Menentramkan hati suami pasien supaya tidak terlalu stres dalam memikirkan kondisi kesehatan suaminya dan harus optimis bisa mengendalikan tensinya dengan perubahan pola hidup. 3. Penjelasan mengenai penyakit asma bronkhial dan hipertensiKeluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi dapat dihindari kejadian sesak nafas dengan menghindari kecapaian, hidup sehat, dan menghindari alergen-alergen asma. Selain itu keluarga ini juga harus mengerti tentang penyakit hipertensi, terutama masalah pencegahannya. 4. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.

5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, ventilasi udara kamar dan ruangan minimal 10%, pembukaan jendela tiap pagi hari, membersihkan rumah setiap hari, membersihkan ventiasi, menutup jendela dan ventilasi saat malam hari (udara dingin), penggunaan alat masak yang tidak menyebabkan kepulan asap, dan tidak putus asa menjalani terapi asma..

Home Family Menjaga kebersihan rumah dari debu, dan ruangan pengap, serta mengurangi sumber yang menghasilkan asap. Membuka jendela di saat pagi hari dan menutupnya pada saat udara diluar kurang bagus, menambah ventilasi udara untuk memperbaiki sirkulasi udara dan pencahayaan. Pemberian informasi mengenai penyakit hipertensi juga penting diberikan dalam keluarga ini, hal ini di karenakan istri pasien menderita hipertensi. Pola makan dan menu makan keluarga harus di jaga, disamping bergizi juga harus memperhatikan kesehatan, terutama yang menyebabkan penyakit hipertensi harus dikurangi (garam, lemak, dan minyak). Selain itu penejelasan mengenai penyakit asma dan hipertensi yang dapat menurun ke anak, untuk asma biasanya bisa menurun dalam bentuk penyakit asma atau dalam bentuk penyakit alergi lain (seperti alergi makanan tertentu, udara, dan obat), sedangkan hipertensi dapat menurun dalam bentuk penyakit hipertensi. Risk CommunityMenjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat pembuangan yang sudah disediakan, menghindari pembakaran sampah. G. FOLLOW-UP PASIEN

Tanggal 17 Desember 2014S: sesak nafas, batuk berdahak, kepala agak pusing

O: KU baik, compos mentis

Tanda vital

:T : 120/100 mmHgR: 20 x/menit

N : 80 x/menitS:36,5 0C

BB: 50kg

TB: 155 cm

A : Asma bronkhial persisten sedang

P: Terapi medikamentosa berupa salbutamol, GG, dan ctm, sedangkan non medika mentosa makan bergizi, istirahat cukup, kurangi aktifitas berat, minum obat teratur, menjaga kebersihan rumah, jauhkan diri dari debu, kapas, dan asap. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.

Tanggal 20 Desember 2014 S: sesak nafas mulai berkurang, hanya saat udara dingin dan aktifitas berat, batuk berdahak (-) , kepala agak pusing (-)O: KU baik, compos mentis

Tanda vital

:T : 120/100 mmHgR: 16 x/menit

N : 80 x/menitS:36,5 0C

BB: 50kg

TB: 155 cm

A : -P: Terapi medikamentosa berupa salbutamol, sedangkan non medika mentosa makan bergizi, istirahat cukup, kurangi aktifitas berat, minum obat teratur, menjaga kebersihan rumah, jauhkan diri dari debu, kapas, dan asap. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.Tanggal 24 Desember 2014S: sesak nafas hanya saat udara dingin dan aktifitas berat, batuk berdahak (-) , kepala agak pusing (-)

O: KU baik, compos mentis

Tanda vital

:T : 120/100 mmHgR: 16 x/menit

N : 80 x/menitS:36,5 0C

BB: 50kg

TB: 155 cm

A : -

P: Terapi medikamentosa berupa salbutamol, sedangkan non medika mentosa makan bergizi, istirahat cukup, kurangi aktifitas berat, minum obat teratur, menjaga kebersihan rumah, jauhkan diri dari debu, kapas, dan asap. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.Tanggal 27 Desember 2014S: sesak nafas hanya saat udara dingin dan aktifitas berat, batuk berdahak (+) , kepala agak pusing (-)

O: KU baik, compos mentis

Tanda vital

:T : 110/80 mmHgR: 16 x/menit

N : 80 x/menitS:36,5 0C

BB: 50kg

TB: 155 cm

A : -

P: Terapi medikamentosa berupa salbutamol, amoksisilin, GG sedangkan non medika mentosa makan bergizi, istirahat cukup, kurangi aktifitas berat, minum obat teratur, menjaga kebersihan rumah, jauhkan diri dari debu, kapas, dan asap. Selain itu juga dilakukan patient centered management, berupa dukungan psikologis, managemen stress, penentraman hati, penjelasan tentang penyakit yang diderita, basic konseling pada keluarga dan edukasi pasien.BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari (Tn. T), yang merupakan seorang kepala rumah tangga. Ibu P (penderita) adalah istri dari Tn T, berumur 49 tahun. Tn T mempunyai 2 orang anak yaitu sdr. I (27 tahun) dan nn. U (berumur 20 tahun). Keluarga Ny. P merupakan keluarga yang kurang mengerti tetang kesehatan. Saat Ny. P mengalami sesak nafas, keluarga Ny. P tidak tahu jika kepala keluarga mereka menderita suatu penyakit yang dapat mengacam jiwa pasien. Ny. P berobat sendiri tanpa di dampingi oleh anak dan Suaminya. Setelah ke dokter N didiagnosis asma bronkhial.2. Fungsi Psikologis

Ny. P tinggal serumah dengan suami dan kedua anaknya. Ny. P sangat menyanyangi keluarganya, jika ada anak dan suaminya yang sakit Ny. P langsung memeriksakan ke dokter. Ny.P juga sering berkumpul dengan keluarga disaat malam hari. Ny.P dalam lingkungan masyarakat kurang aktif dalam kegiatan sosial, hal ini dikarenakan Ny.P bekerja seharian di luar rumah dan pengetahuan Ny.P kurang. Kegiatan yang diikuti Ny. P hanya pengajian RT.

3. Fungsi Sosial

Ny. P jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Tiap hari Tn. T bekerja dari pukul 07.00 WIB sampai 16.00 WIB.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan Ny. P, yang tiap bulannya berpenghasilan kira-kira Rp.1.000.000,- dan penghasilan suami yang berasal dari hasil jualan asongan yang hasilnya tidak menentu, kira-kira perbulan Rp.400.000,00. Biaya pengobatan pasien di Puskesmas menggunakan BPJS. B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.ADAPTATION

Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah selalu menceritakan kepada istrinya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sebagai kepala keluarga.PARTNERSHIP

Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.

GROWTH

Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah tangganya.

AFFECTION

Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan kedua anaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.

RESOLVERasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga maupun dari saudara-saudara.

A.P.G.A.R Tn. T Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 5Ny. P merupakan seorang kepala keluarga, hasil penilaian APGAR didapatkan point 5. A.P.G.A.R Ny. P Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 5A.P.G.A.R Sdr. I Hampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 7 A.P.G.A.R Nn. U Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin =5A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (5+5+7+5)/4

= 5,5

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang

Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 22, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 5,5. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.

FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Ny.p dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

SUMBERPATOLOGIKET

SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif.+

CulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.

-

Religion

Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Sebelum sakit penderita rutin mengaji di sore hari di masjid dekat rumah.-

EconomicEkonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup-

EducationPendidikan anggota keluarga kurang memadai.Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.+

Medical

Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu ASKIN untuk berobat.

-

Keterangan :

Social (+) artinya keluarga Ny. P kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Education (+) artinya keluara Ny. P masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya mengenai penyakit paru.Kesimpulan :

Dalam keluarga Ny. P fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial,dan fungsi edukasi.

C. GENOGRAM

Alamat

: Sawangan RT 03/04 kec. Kebasen, Kab. Banyumas Prop.Jawa TengahBentuk Keluarga: Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. P

Keterangan :

= Asma

= meninggal

= hipertensi

= tinggal dalam 1 rumah

Sumber : Data Primer,17 Desember 2014Kesimpulan : Genogram keluarga Tn. T, Tn T menikah tahun 1985 dengan Ny. P. Ny.p berasala dari keluarga Tn. S dan Ny. D, Ny.P merupakan 3 bersaudara. Tn S dan ny. R telah meninggal dan mempunyai riwayat penyakit asma. Tn.T berasal dari keluarga Tn. Ts dan Ny. R, merupakan 5 bersaudara. Tn. T dan Ny. D mempunyai 2 orang anak yaitu sdr. I dan nn A.(pernah menderita flek).D. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Ny. P SHAPE \* MERGEFORMAT

Sumber : Data Primer, 17 Desember 2014Keterangan : hubungan baik

Kesimpulan :

Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny.P baik-baik saja dan sangat harmonis dan saling dukung mendukung.BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Ny. P adalah seorang penderita asma bronkhial, beliau mulai menderita asma tahun 2002. Kedua orang tua beliau merupakan penderita penyakit asma bronkhial. Ny. P pada tahun 2006 menderita penyakit Tb paru dan menjalani pengobatan TB paru selama 9 bulan. Pada tahun 2006 Ny.P juga menderita serangan asma dengan pengobatan asma beberapa bulan. Asma pasien muncul lagi mulai bulan November 2014. Pasien tinggal di pemukiman penduduk dengan rumah yang sederhana. Pencahayaan rumah dan aerasi udara kurang, hal ini dikarenakan kondisi tanah hanya cukup untuk membuat 1 rumah kesil. 2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki dua sumber penghasilan yaitu dari hasil penjualan Bapak Tarsono dan dari hasil dagang asongan Ny. PurnawisemRumah yang dihuni keluarga ini aerasi udara dan pencahayaanya kurang, hal ini terjadi karena terbatasnya dana. Hal ini menyebabkan udara di dalam rumah lembab menyebabkan menambahnya keadaan asma pasien. Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Faktor perilaku

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 3,5x10 m2 yang berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke utara. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur, kamar mandi dan ruang bersama. Rumah terbuat dari tembok dengan lantai semen dan bagian dapur lantainya tanah. Atap rumah pasien terbuat dari genteng. Ruang tamu memiliki cendela dengan ukuran 2,5 X 2 m. Kamar tidur rumah pasien memiliki jendela dengan ukuran 0,5x0,5m. Kamar mandi pasien menyatu dengan dapur. 2. Denah Rumah

Rumah pasien berukuran 3,5 X 9 meter yang terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Tiap ruangan memiliki ukuran yang berbeda-beda, ruang tamu berukuran 3,5x 2m, kamar tidur berukuran 3,5x2,5m. Rumah pasien menghadap kearah utara. Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air sumur pompa.

BAB V

DAFTAR MASALAH

A. Problem List MASTER PROBLEM LIST

Problem

Number

Approx.

Date of

OnsetDate

Problem

RecordedActive Problems

Inactive/Resolved

ProblemsDate

Resolved

1.200217-12-2014Asma

2.200617-12-2014TB paru

3. 200617-12-2014Asma

4.Operasi katarak

5. 17-12-2014Tingkat pendidikan keluarga yang rendah dan pengetahuan yang kurang

6.17-12-2014Rumah dan lingkungan yang dihuni tidak memenuhi standard kesehatan

7.21-12-14Keluarga kurang mengerti tentang asma

8. 21-12-14Suami menderita hipertensi

B. Masalah non medis :

1. Keluarga Ny.P dengan keluarga kurang pengetahuan tentang penyakit asma bronkhial.

2. Ny.P dan salah satu anaknya pernah menderita TB paru.

3. Kondisi lingkungan sekitar rumah Ny. P padat padat penduduk, ventilasi dan sirkulasi Ny.P kurang. 4. Kondisi ekonomi keluarga adalah cukup.

5. Fungsi fisiologis keluarga Ny.p adalah sedang.

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

D. MATRIKULASI MASALAHPrioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)No.Daftar MasalahITRJumlah

IxTxR

PSSBMnMoMa

1.Keluarga Ny.p kurang mengerti akan penyakit asma 453444415.360

2.Ayah dan Ibunya merupakan penderita asma

4

434 43511.520

3.Tingkat pengetahuan keluarga Ny.p tentang kesehatan kurang454443415.360

4.Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat/padat445334411.520

Keterangan :

I: Importancy (pentingnya masalah)

P: Prevalence (besarnya masalah)

S: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T: Technology (teknologi yang tersedia)

R: Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn: Man (tenaga yang tersedia)

Mo: Money (sarana yang tersedia)

Ma: Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

E. PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Ny.P adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Ny. P kurang mengerti akan penyakit asma 2. Tingkat pengetahuan keluarga Ny. P tentang kesehatan kurang3. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat/padat 4. Ayah dan Ibunya merupakan penderita asma

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah belum tahunya tentang pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit asma bronkhial. Pasien dan keluarga belum tahu bagaimana meminimalisir supaya penyakit asmanya tidak kambuh. Hal ini berkaitan dengan kondisi rumah pasien yang belum memenuhi standar kesehatan.

BAB VIRENCANA PEMBINAAN KELUARGA

Tanggal Kegiatan yang dilakukanAnggota keluarga yang terlibatHasil kegiatan Catatan untuk pembinaan selanjutnya

17 Desember1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien (perkenalan identitas)

2. Kontrak dengan pasien untuk pertemuan akan datang

PasienPasien menepati janji

21 Agustus 20091. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakit asma

2. Menyakan penyebab sesak nafas (saat serangan asma)3. Memberikan penjelasan tentang : Pengertian asma

Penyebab asma

Tanda dan gejala

Akibat asma

Cara pencegahan serangan asma4. Menganjurkan pasien untuk periksa ke Puskesmas atau dokter bila penyakit berlanjut

5. Memberikan informasi mengenai penyakit hipertensi (gejala awal, factor resiko hipertensi, cara penanggualangan penyakit hipertensi, pengobatan penyakit hipertensi, dan komplikasi penyakit hipertensi)

Pasien dan istri Pasien dan keluarga melakukan sesuai dengan yang di anjurkan

25-08-20091. Membuka ventilasi rumah yang seharusnya terbuka

2. Menyarankan kepada anggota keluarga untuk rajin membuka jendela setiap pagi hari.

3. Menyarankan untuk membersihkan kamar tidur dari debu dan kapas-kapas kasur yang beterbangan.

4.memberikan informasi mengenai diet yang benar untuk penderita hipertensi (spt mengurangi garam, makanan berlemak, gorangan, santan, dan daging kambing), dan penjelasan untuk mengurangi stres akibat suami sakit asma. 5. mengisi kuesioner asma dan hipertensi.Pasien dan istriPengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit asma dan hipertensi masih kurang

BAB VII

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit asma bronkhial adalah penyakit saluran nafas bagian bawah yang ditandai oleh hiperaktivitas cabang trakhea dan bronkhus terhadap aneka macam rangsangan, sehingga timbul penyempitan jalan nafas yang luas dan reversible, dan membaik secara spontan maupun dengan pengobatan. Serangan asma dapat dimulai dari yang paling ringan sampai yang mengancam.

Penyempitan yang berlangsung beberapa hari atau minggu, walaupun telah mendapat terapi yang biasa dipakai, dikenal sebagai status asmatikus(Barmawi, 1996). Status asmatikus adalah asma dengan intensitas serangan yang tinggi dan tidak memberikan reaksi dengan obat-obatan yang konvensional dan merupakan salah satu kegawatan asma bronkhial.

Berdasarkan tingkat kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi tiga tingkatan :

1. Asma Bronkhial :yaitu suatu bronkhospasme yang sifatnya reversibel dengan latar belakang alergi.

2.Status Asmatikus:yaitu suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional.

3.Asthmatic Emergency:yaitu asma yang dapat menyebabkan kematian.

Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma bronkial yang dapat diterima oleh semua ahli. Alasan-alasannya antara lain adalah sebagai berikut :

1. Diantara para penderita, penyakit asma baik dalam berat maupun perjalanan penyakitnya berbeda-beda.

2. Berbagai hal dapat mencetuskan serangan asma.

3. Histopatologi terutama pada keadaan yang ringan tidak banyak diketahui.

4. Sebab penyakit belum diketahui.

Penyakit asma bronkial jarang menimbulkan kematian. Didalam beberapa penelitian didapatkan bahwa angka mortalitas tidak banyak membantu menjelaskan patogenesis penyakit ini. Studi insidensi juga hanya memberikan keterangan tentang frekuensi episode akut yang terjadi dalam kondisi tertentu saja, oleh karena itu penelitian epidemiologi asma lebih banyak diarahkan pada penentuan prevalensi.Definisi

Suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik setara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.

Bila ditelaah lebih lanjut definisi tadi dapat diuraikan menjadi :

1. Ada peningkatan respon trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan nafas penderta asma mempunyai respon yang lebih hebat terhadap berbagai rangsangan dibanding dengan orang normal.

2. Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam rangsangan, tetapi oleh berbagai rangsangan.

3. Kelainan tersebar luas pada kedua paru.

4. Derajat serangan asma dapat berubah-ubah, misalnya obstruksi lebih berat pada malam hari dibanding dengan siang hari.

Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :

1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.

2. Batuk produktif, sering pada malam hari.

3. Sesak nafas dada seperti tertekan.

Gejalanya bersifat proksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari (Mansjoer, 1999)Klasifikasi derajat asma

Derajat asmaGejala Gejala malamFungsi paru

Intermitten mingguan

Persisten ringan mingguan

Persisten sedang harian

Persisten berat kontinu Gejala < 1x/minggu

Tanpa gejala di luar serangan

Serangan singkat

Fungsi paru asimtomatik dan normal luar serangan

Gejala > 1x/minggu tapi < 1x/hari

Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur

Gejala harian

Menggunakan obat setiap hari

Serangan mengganggu aktivitas dan tidur

Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari

Gejala terus-menerus

Aktivitas fisik terbatas

Sering serangan ( 2 kali seminggu

> 2 kali seminggu

> sekali seminggu

seringVEPI atau APE ( 80%

VEPI atau APE ( 80% normal

VEPI atau APE > 60% tetapi ( 80% normal

VEPI atau APE < 80% normal

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

2. Spirometri

3. Tes provokasi bronkial

4. Pemeriksaan tes kulit

5. Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik dalam serum

6. Pemeriksaan radiologi

7. Analisis gas darah

8. Pemeriksaan eosinofil dalam darah dan pemeriksaan sputum.Diagnosis

Diagnosis asma berdasarkan :

1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat alergi, serta gejala klinis.

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan laboratorium : darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik), sputum (eosinofil, spiral curshman, kristal chartot-leyden) (Karnen, 1996)4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas.

Diagnosis Banding

1. Bronkhitis kronik

2. Emfisema paru

Komplikasi Asma

1. Pneumothoraks

2. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis

3. Atelektasis

4. Aspergilosis bronkopulmonar alergik

5. Gagal nafas

6. Bronkitis

7. Fraktur iga.

Penatalaksanaan :

Tujuan terapi asma yaitu :

1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma

2. Mencegah kekambuhan

3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya

4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise

5. Menghindari efek samping obat asma

6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel.

Yang termasuk obat anti asma :

1. Bronkodilator

a. Agonis (2

Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan fenetrol memiliki lama kerja 4-6 jam, sedang agonis (2 long action bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol, dan lain-lain. Bentuk aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya lokal.

b. Metilxantin

Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.

c. Antikolinergik

Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran nafas.

2. Anti inflamasi

Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi dan profilaksis.

a. Kortikosteroid

b. Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non steroid.

Terapi awal, yaitu :

1. Oksigen 4-6 liter/menit

2. Agonis (2 (salbutomol 5 mg atau feterenol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agonis (2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan.

3. Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.

4. Kortikosteroid hidrokarbon 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut :

1. Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan.

2. Pemeriksaan fisik normla

3. Arus puncak ekspirasi (APE) > 70%

4. Jika respon tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat di Rumah Sakit.

Pengobatan Asma jangka panjang berdasarkan berat penyakit (Mansjoer, 1999)Derajat asmaObat pengontrolObat pelega

Asma persistenTidak perlu Bronkodilator aksi singkat yaitu inhalasi agonis (2 Intensitas pengobatan tergantung berat eksaserbasi

Inhalasi agonis (2 atau kromolin dipakai sebelum aktivitas atau pajanan alergen.

Asma persisten ringan Inhalasi kortikosteroid 200-500 (g/kromolin/nedokromil/atau teofilin lepas lambat.

Bila perlu ditingkatkan sampai 800 (g atau ditambahkan bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam dapat diberikan agonis (2 aksi lama inhalasi atau oral teofilin lepas lambat. Inhalasi agonis (2 aksi singkat bila perlu dan melebihi 3-4 x sehari

Asma persisten sedang Inhalasi kortikosteroid 800-2000 (g.

Bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam, berupa agonis (2 aksi lama inhalasi atau oral teofilin lepas lambat. Inhalasi agonis (2 aksi singkat bila perlu dan tidak melebihi 3-4 x sehari

Asma persisten berat Inhalasi kortikosteroid 800-2000 (g atau lebih.

Bronkodilator aksi lama, berupa agonis (2 inhalasi atau oral teofilin lepas lambat.

Kortikosteroid oral jangka panjang

Penyakit asma merupakan suatu penyakit yang tidak dapat di sembuhkan secara total, untuk itu perlu pencegahan bagi mereka yang mempunyai riwayat penyakit asma. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:

1. Kasur dan tempat tidur dan bantal kapuk sebaiknya diganti busa kemudian dimasukkan dalam kantong vinil dengan risleting atau dibungkus kantong plastik dan direkat dengan selotip seperti membungkus kado.

2. Sprei, selimut, sarung bantal dan guling lebih sering dicuci minimal sekali seminggu dengan air panas (55-60 derajat C).

3. Lantai dibersihkan dengan lap basah satu kali setiap hari.

5. Tirai gorden dicuci setiap dua minggu.

6. Lemari, rak dan laci dibersihkan dengan lap basah serta paling banyak hanya boleh 3 buah buku yang diletakkan di dalamnya.

7. Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu. Kalau tidak, bisa juga secara teratur dihisap dengan filter high efficiency particulate air (HEPA) dan kantung debu dua rangkap.

8. Buku, majalah dan mainan jangan ada di kamar tidur. Jika memang harus ada, maka masing-masing hanya boleh 3 buah. Lebih sedikit barang-barang tersebut di kamar tidur, itu lebih baik.

9. Boneka dan mainan yang terbuat dari kain sebaiknya dicuci dengan air panas setiap minggu.

10. Hindari asap dari obat nyamuk bakar dan asap dapur.

11. Gunakan kipas angin di dapur dan kamar mandi untuk mengusir asap dapur dan bau yang tajam.

12. Binatang peliaraan yang berbulu sebaiknya tidak ada di rumah anak yang menderita asma. Atau paling tidak binatang tersebut tidak berada di kamar tidur dan ruang utama.

13. Mandikan binatang peliaraan dua kali seminggu.

14. Pakaian paling lama jangan lebih dari 2 minggu di dalam lemari, setelah itu harus dicuci kembali atau dipindah ke kamar lain. Bila tidak memungkinkan maka dibungkus kantong plastik dan direkat selotip seperti membungkus kado.

15. Air conditioner (AC) jangan terlalu dingin dan filternya dibersihkan sekali seminggu.

16. Gunakan filter udara HEPA terutama di kamar tidur dan ruang utama.

17. Bersihkan lingkungan yang disukai kecoa seperti tempat lembab, sisa makanan, sampah terbuka dan tempat lainnya.

18. Gunakan pembasmi kecoa.

19. Perbaiki semua kebocoran atau sumber air yang berpotensi menimbulkan jamur, seperti dinding kamar mandi, bak mandi, keran lain dan tempat lainnya.Mari perhatikan kesehatan lingkungan hidup kita, demi terjaganya kualitas hidup penderita asma. (anonym, 2007).

Selain beberapa hal diatas, ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain : 1. Menjaga kesehatan

2. Menjaga kebersihan lingkungan

3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma

4. Menggunakan obat-obat antipenyakit asma

Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan. Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat antipenyakit asma untuk menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas dari gejala penyakit asma.

1. Menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.

2. Menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahayamatahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.

3. Menghindari Faktor Pencetus. Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.

4. Menggunakan obat-obat antipenyakit asma Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik.Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan. (sundaru, 2007)BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Diagnosis Holistik:

Ny. P dengan asma bronkhial persisten sedang dengan gangguan mata katarak.

1. Segi Biologis : Ny. P dengan asma bronkhial persisten sedang

2. Segi Psikologis : kondisi pskologis baik, tidak depresi, terbuka kepada semua orang. Hubungan antara anggota keluarga terjalin akrab, harmonis, dan hangat3. Segi Sosial :

Pasien jarang melakukan kegiatan sosialisasi di masyarakat. Hal ini dikarenakan pasien pada pagi hingga sore hari berada di lokasi kerja dan pada malam hari pasien istirahat. Pasien hanya ikut kegiatan Yasinan setiap hari Kamis malam. B. SARAN

Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :

1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkan tanpa putus asa.

2. Menjelaskan bahwa penyakit asma tidak dapat di sembuhkan, tetapi dapat dicegah kejadianya dengan pola hidup sehat dan istirahat cukup.3. Meningkatkan gizi pasien yaitu dengan suplai makanan tinggi kalori tinggi protein.4. Menjauhkan pasien dari asap rokok, asap, udara kotor, dan udara dingin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym, available www.google.co.id pencegahan asma. Yayasan asma Indonesia.di akses 28 Desember 2014.2. Barmawi, H., Status Asmatikus, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr. Sardjito, Buku I, Komite Medis RSUP. Dr. Sardjito dan FK UGM, Yogyakarta, 1996, 100-103.

3. Karnen B, Asma Bronkial dalam Soeparman, dkk, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi 3, FKUI, Jakarta, 1996, Hal 21-39.

4. Mansjoer, A, dkk, Asma Bronkial dalam Kapital Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi 3, FKUI, Jakarta, 1999, hal 476-480.5. Sundaru, heru. 2007. available www. Google.co.id cara pencegahan asma. Di akses 28 Agustus 20096. Tabrani, Rab, H., Kegawatan Asma Bronkhial, Prinsip Gawat Paru, edisi II, Jakarta, 1996, 163-165.

7. W.M. Lorraine, Penyakit Pernafasan Obstruktif, dalam A.P Sylvia, dkk, Patofisiologi, Jilid II, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995, hal 689-691.

Lampiran

Foto saat pemeriksaan

Foto depan rumah

.

S

Turino

Duriah

44 th

Tn Tarsono

49 th

57 Th

Ivan

27 th

Ani 20 th

Keluarga Ny. P

Pengetahuan :

Keluarga kurang mengetahui penyakit penderita

Lingkungan:

Cukup padat,

Tindakan

Dibawa kedokter setelah pasien merasa sesak nafas

Pelayanan Kesehatan:

Jika sakit berobat ke dokter dan puskesmas

Keturunan:

Kedua bapak ibu pasien pernah menderita asma bronchial

Sikap:

Penderita sadar akan penyakit asmanya, shingga jika asmanya kambuh pasien langsung mencari bantuan medis

M 1985

68

70

Kamar mandi

Dapur

Kamar tidur

Ukuran 2,5x2,5m

Kamar tidur

Ukuran 2,5x2,5 m

Ruang tempat berkumpul keluarga

Ruang tamu 2,5x 2m

49

Jalan

U

1.Keluarga Ny.P kurang mengerti akan penyakit asma

2.Ayah dan Ibunya merupakan penderita asma

5. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat/padat

Ny.P 44 th dengan asma bronkhial

20

3.Tingkat pengetahuan keluarga Ny.P tentang kesehatan kurang

44

27

D

P

Tr

R

Ts

J

B

Sk

St

.

.

.

Factor non perilaku

Ani

Ivan

Purnawisem

Tarsono

Tn. Tarsono

Ny. Purnawisem