Longcase Tn. Roni

165
LAPORAN KASUS MULTIPLE TRAUMA PEMBIMBING : dr. Harry Triyono, Sp.B DISUSUN OLEH : Meita Kusumo Putri, S. Ked NIM : 030.10.174 0

description

case bedah

Transcript of Longcase Tn. Roni

Page 1: Longcase Tn. Roni

LAPORAN KASUS

MULTIPLE TRAUMA

PEMBIMBING :

dr. Harry Triyono, Sp.B

DISUSUN OLEH :

Meita Kusumo Putri, S. Ked

NIM : 030.10.174

KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

RUMAH SAKIT OTORITA BATAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 2 JUNI – 16 AGUSTUS 2014

0

Page 2: Longcase Tn. Roni

LEMBAR PENGESAHAN

Nama mahasiswa : Meita Kusumo Putri, S. Ked

NIM : 030.10.174

Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah FK Universitas Trisakti

Periode : 2 Juni 2014 – 16 Agustus 2014

Judul : Multiple Trauma

Pembimbing : dr. Harry Triyono, Sp.B

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Penyakit Bedah di Rumah Sakit Otorita Batam.

Batam, Juli 2014

dr. Harry Triyono, Sp.B

1

Page 3: Longcase Tn. Roni

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat,

rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

‘Multiple Trauma” dengan baik dan tepat waktu.

Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Otorita Batam periode 2 Juni 2014

– 16 Agustus 2014. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah

pengetahuan bagi kita semua tentang multiple trauma.

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada dr. Harry Triyono, Sp.B selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini,

serta kepada dokter–dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Otorita Batam. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada rekan–rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit

Otorita Batam serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput

dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun

saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya,

semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Batam, Agustus 2014

Penulis

Meita Kusumo Putri

2

Page 4: Longcase Tn. Roni

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................ .......... 1

Kata pengantar .......................................................................................... .......... 2

Daftar isi .................................................................................................. .......... 3

BAB I Pendahuluan .................................................................................. 4

BAB II Laporan Kasus ................................................................ .......... 5

BAB III Analisis Kasus ........................................................................ 81

BAB IV Tinjauan Pustaka …………………………………………………. 86

BAB V Kesimpulan .......................................................................... .......... 108

Daftar Pustaka ....................................................................... ............................... 110

3

Page 5: Longcase Tn. Roni

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma yang terjadi pada kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk,

tergantung dari organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut

sebagai trauma multiple, yang sebagian besar disebabkan oleh trauma tumpul (blunt

trauma), dimana trauma tumpul yang sering terjadi adalah mengenai rongga thoraks,

serta terjadinya fraktur tulang akibat kecelakaan, ataupun luka bakar akibat gesekan

permukaan kulit tubuh dengan lingkungan sekitar lokasi kejadian.

Trauma toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan dan merupakan

penyebab kematian terbesar (25%). Umumnya pada trauma toraks, trauma tumpul

lebih sering terjadi dibandingkan trauma tajam. Meskipun demikian hanya 15% dari

seluruh trauma toraks yang memerlukan tindakan bedah karena sebagian besar kasus

(80–85%) dapat ditatalaksana dengan tindakan yang sederhana, seperti pemasangan

chest tube.1

Trauma toraks banyak terjadi pada pengendara kendaraan bermotor roda dua

akibat trauma tumpul toraks. Kelainan yang sering dijumpai yaitu fraktur iga yang

hampir mencapai 50%. Selain itu penggunaan sabuk pengaman pada kendaraan roda

empat atau lebih juga sebagai penyebab terjadinya trauma toraks berupa fraktur

sternum. Fraktur iga baik tunggal maupun multipel juga terjadi pada orang tua

dengan insidens sekitar 12%. Insidens sesungguhnya fraktur iga masih belum

diketahui dan diperkirakan 50% fraktur iga tidak terdeteksi dengan foto toraks.2-4

4

Page 6: Longcase Tn. Roni

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Rony Hansen Tobing

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 27 Tahun

Bangsa / suku : Indonesia / Batak

Agama : Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pegawai swasta

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Tanjung Uma RT 04 RW 01 No. 62

Hari, dan tanggal masuk RS : Minggu, 29 Juni 2014 pukul 00.30 WIB

Ruang perawatan : Teratai

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara allo-anamnesa kepada ibu pasien pada Senin, 30 Juni 2014, pukul 08.00

WIB.

Keluhan Utama

Pasca kecelakaan lalu lintas 3,5 jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun datang diantar oleh keluarganya ke IGD RS

Badan Pengusahaan Batam pasca kecelakaan lalu lintas 3,5 jam sebelum masuk rumah

sakit. Pasien dirujuk dari RS Casa Medical. Pasien dibonceng dengan rekannya

menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan helm dan ditabrak dari arah belakang

oleh mobil dan masuk ke dalam kolong mobil. Pasien tidak mengingat kejadian, dan

hanya ingat telah sampai di RS Casa Medical. Tidak ada anggota keluarga yang melihat

kejadian sehingga tidak dapat diceritakan kronologis kecelakaan secara lengkap. Pasien

5

Page 7: Longcase Tn. Roni

mengaku tidak pingsan, namun mengeluh adanya nyeri kepala, dan sempat muntah 2 kali

saat kejadian. Pasien masih dapat berjalan, namun lengan kanan tidak dapat digerakkan.

Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat kecelakaan sebelumnya (-)

2. Riwayat hipertensi (-)

3. Riwayat diabetes mellitus (-)

4. Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

1. Riwayat hipertensi (-)

2. Riwayat penyakit jantung (-)

3. Riwayat diabetes mellitus (-)

Riwayat Kebiasaan

1. Merokok (+)

2. Konsumsi alkohol (-)

3. Konsumsi kopi (+) 1 gelas per hari

Riwayat Pengobatan

Diberi penanganan jahitan luka robek pada superior palpebra, aurikula sinistra, dan siku

lengan kanan serta terapi cairan NaCl / 8 jam di RS Casa Medical.

III.PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 29 Juni 2014 pukul 00.30 WIB saat tiba di IGD

Primary Survey

1. Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas.

2. Breathing : Napas spontan, gerakan pernapasan simetris kiri dan kanan,

frekuensi pernapasan 32x/menit.

3. Circulation : Tekanan darah 86/42 mmHg, nadi 115x/menit, saturasi O2

86%, akral dingin.

4. Disability : GCS 15 (E4V5M6)

6

Page 8: Longcase Tn. Roni

5. Exposure : Vulnus laseratum regio supra-palpebra 3x1 cm, dan regio

antebrachii proksimal medial berukuran 8x1 cm, vulnus

ekskoriatum regio temporal sinistra 4x2 cm, dan 5x4 cm,

regio maksila hingga mandibula sinistra berukuran 5x3 cm,

regio colli sinistra berukuran 8x3 cm, regio genu inferior

dekstra 3x0,5 cm, dan region genu sinistra 1x1 cm, serta

combutio grade II 6% pada regio abdomen kuadran kanan

bawah hingga pinggang kanan.

Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum : Tampak sakit berat

2. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

3. Tanda vital

a. Tekanan darah : 86/42 mmHg

b. Nadi : 115x/ menit

c. Pernapasan : 32x/ menit

d. Suhu : 36 oC

4. Antropometri

a. BB : 70 kg

b. TB : -

c. BMI : -

d. Lingkar pinggang : -

Status Generalis

1. Kepala dan wajah

Normosefali, vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra 4x2 cm, dan 5,4 cm, regio

maksila hingga mandibula sinistra berukuran 5x3 cm, tidak tampak perdarahan aktif.

2. Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem

Konjunctiva : Tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

3. Telinga

7

Page 9: Longcase Tn. Roni

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

4. Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

5. Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

6. Leher

a. Tampak vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra berukuran 8x3 cm

b. Deviasi trakea : (-)

7. Thorax

a. Paru

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Sulit dinilai

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler kiri melemah, tidak terdapat ronkhi

ataupun wheezing di kedua lapang paru.

b. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tak teraba, tak teraba pulsasi abnormal

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur ataupun

gallop.

8. Abdomen

Inspeksi : Perut tampak cembung, tampak combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan.

Palpasi : Defense muscular (+), nyeri tekan pada seluruh kuadran

abdomen, tidak ada nyeri lepas.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

9. Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

8

Page 10: Longcase Tn. Roni

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral dingin (+) Akral dingin (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 3

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral dingin (+) Akral dingin (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 3

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 29 Juni 2014 pukul 01:11:07

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai RujukanDarah Lengkap

Hb 14,4 g/dl 11,0 – 16,5Eritrosit 4,87 106/uL 3,8 – 5,8

Hematokrit 40,0 % 35,0 – 50,0Leukosit 28,92 103 4 - 11Trombosit 267 103 150 - 450LED - mm/jamMCV 82,1 fL 80,0 – 97,9MCH 29,6 pg 26,5 – 33,5MCHC 36,0 g/dL 31,5 – 35,0RDW-CV 13,0 % 10,0 – 15,0Golongan Darah O

Hitung Jenis LeukositBasofil 0,1 % 0 – 1Eosinofil 0,4 % 0 – 5Neutrofil 82,0 % 46 -75Limfosit 11,2 % 17 – 48Monosit 6,3 % 4 – 10

Kimia DarahUreum 18,7 mg/dL 10 – 50Kreatinin 1,25 mg/dL 0,5 – 0,9

9

Page 11: Longcase Tn. Roni

Elektrolit DarahNatrium 140 meq/l 135 - 147Kalium 2,9 meq/l 3,5 – 5,0Chlor 107 meq/l 94 – 111

Gula DarahGD Sewaktu 145 mg/dl 70 – 140

HematologiBleeding Time - 1-6 menitClotting Time - 8-14 menit

V. URINALISA

Warna : Kuning tua

Kejernihan : Keruh

Berat jenis : 1,015

pH/reaksi : 6

Protein : (-)

Reduksi : (-)

Benda keton : (-)

Bilirubin : (-)

Darah samar : +2

Leukosit : (-)

Nitrite : (-)

Sedimen

Leukosit : 2-4/LPB (normal: 3-6)

Eritrosit : 19-20/LPB

Epitel : (+)

Silinder Hyalin : (-)/LPK

Silinder granula : (-)/LPK

10

Page 12: Longcase Tn. Roni

VI. PEMERIKSAAN RONTGEN

a. THORAKS

Deskripsi : Foto Thoraks posisi AP Tak tampak deviasi trakea Sinus, dan diafragma baik. Pulmo :

Tampak bercak infiltrat dikedua lapang paru, terutama pada lapang paru sinistra

Cor : CTR 15/32 x 100% = 46% Batas kiri jantung tidak melebihi 2/3 hemithoraks kiri Batas kanan jantung tidak melebihi 1/3 hemithoraks kanan

Tampak fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra dan fraktur costae 2, 3, 4 dekstra Kesan :

- Pulmo : kontusio paru- Cor : tak tampak kelainan- Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra- Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

11

Page 13: Longcase Tn. Roni

b. Foto Regio Articulatio Glenohumeral Dekstra

Deskripsi :- Foto humerus dekstra - Tampak fraktur column humerus dekstra

Kesan : Fraktur tertutup column humerus dekstra

Foto Regio Articulatio Glenohumeral Sinistra

Deskripsi :- Foto humerus sinistra posisi AP- Tak tampak fraktur, ataupun dislokasi

12

Page 14: Longcase Tn. Roni

Kesan : - Tak tampak kelainan.

c. Foto Rontgen Pelvic

Deskripsi :

Tak tampak adanya pembengkakan jaringan lunak, fraktur ataupun dislokasi.

Kesan :

Tak tampak kelainan pada regio pelvis.

13

Page 15: Longcase Tn. Roni

d. Pemeriksaan CT Scan Kepala

14

Page 16: Longcase Tn. Roni

Deskripsi :

- Tampak pembengkakan jaringan lunak.

- Tak tampak adanya perdarahan ataupun SOL

- Tak tampak adanya pergeseran midline shift ataupun pembesaran ventrikel.

- Tak tampak adanya fraktur tulang kepala.

Kesan :

Pembengkakan jaringan lunak.

VII. DIAGNOSIS

1. Syok hipovolemik

2. Cedera kepala ringan dengan GCS 15 (E4V5M6)

3. Trauma tumpul thoraks berupa kontusio paru

4. Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

5. Fraktur costae 3, 4, 5,6 sinistra

6. Fraktur tertutup komplit column humerus dekstra

7. Trauma tumpul abdomen

8. Combutio grade II 6% et regio kuadran kanan bawah abdomen hingga pinggang

kanan

9. Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

VIII. TATALAKSANA

1. O2 sungkup 10 liter

2. IVFD Ringer laktat 2000 cc

3. Pasang kateter urin

4. Observasi lanjut :

Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas.

Breathing : Napas spontan, frekuensi napas 32x/menit

Circulation : Tekanan darah 92/59 mmHg, nadi 104x/menit, saturasi O2 99%

Disability : GCS 15 (E4V5M6)

15

Page 17: Longcase Tn. Roni

Produksi urin 80 cc

5. Lanjut loading ringer laktat 1000 cc

6. Observasi lanjut :

Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas.

Breathing : Napas spontan

Circulation : Tekanan darah 92/50 mmHg, nadi 88x/menit, saturasi O2 99%

Disability : GCS 15 (E4V5M6)

Produksi urin 200 cc

7. Periksa darah lengkap lanjutan

Tanggal 29 Juni 2014 pukul 02:29:48

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai RujukanDarah Lengkap

Hb 10,1 g/dl 11,0 – 16,5Eritrosit 3,42 106/uL 3,8 – 5,8

Hematokrit 28,8 % 35,0 – 50,0Leukosit 19,58 103 4 - 11Trombosit 148 103 150 - 450LED - mm/jamMCV 84,2 fL 80,0 – 97,9MCH 29,5 pg 26,5 – 33,5MCHC 35,1 + g/dL 31,5 – 35,0RDW-CV 12,7 % 10,0 – 15,0

Hitung Jenis LeukositBasofil 0,1 % 0 – 1Eosinofil 0,2 % 0 – 5Neutrofil 85,1 % 46 -75Limfosit 8,4 % 17 – 48Monosit 6,2 % 4 – 10

8. Anjuran terapi lanjutan :

Pemasangan NGT

IVFD ringer laktat / 8 jam

Transfusi PRC 2 labu

Periksa darah lengkap post transfuse

16

Page 18: Longcase Tn. Roni

Ceftriaxone 2 x 1 gr

Citicoline 3 x 500 mg

Ketorolac 3 x 1 amp

Ondansentron 3 x 1 amp

Ranitidine 2 x 1 amp

Sanmol drip 3 x 1 amp (kalau perlu)

Pemasangan NGT

Rawat inap di High Intensive Care Unit

9. Observasi lanjutan :

Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas.

Breathing : Napas spontan

Circulation : Tekanan darah 105/56 mmHg, nadi 92x/menit, saturasi O2 99%

Disability : GCS 15 (E4V5M6)

10. Pemeriksaan laboratorium darah lanjutan :

Tanggal 29 Juni 2014 pukul 16:21:48

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai RujukanDarah Lengkap

Hb 10,9 g/dl 11,0 – 16,5Eritrosit 3,70 106/uL 3,8 – 5,8

Hematokrit 30,8 % 35,0 – 50,0Leukosit 10,85 103 4 - 11Trombosit 130 103 150 - 450LED - mm/jamMCV 83,2 fL 80,0 – 97,9MCH 29,5 pg 26,5 – 33,5MCHC 35,4 + g/dL 31,5 – 35,0RDW-CV 13,5 % 10,0 – 15,0

Hitung Jenis LeukositBasofil 0,2 % 0 – 1Eosinofil 0,5 % 0 – 5Neutrofil 74,6 % 46 -75Limfosit 17,3 % 17 – 48Monosit 7,4 % 4 – 10

IX. RESUME

17

Page 19: Longcase Tn. Roni

Seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun datang diantar oleh keluarganya ke IGD RS

Badan Pengusahaan Batam pasca kecelakaan lalu lintas 3,5 jam sebelum masuk rumah

sakit. Pasien dirujuk dari RS Casa Medical. Pasien dibonceng dengan rekannya

menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan helm dan ditabrak dari arah belakang

oleh mobil dan masuk ke dalam kolong mobil. Pasien tidak mengingat kejadian, dan

hanya ingat telah sampai di RS Casa Medical. Tidak ada anggota keluarga yang melihat

kejadian sehingga tidak dapat diceritakan kronologis kecelakaan secara lengkap. Pasien

tidak pingsan, namun mengeluh adanya nyeri kepala, dan sempat muntah 2 kali saat

kejadian. Pasien masih dapat berjalan, namun lengan kanan tidak dapat digerakkan. OS

telah mendapat penanganan jahitan luka robek pada superior palpebra, aurikula sinistra,

dan siku lengan kanan serta terapi cairan NaCl / 8 jam di RS Casa Medical.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat, kesadaran pasien compos

mentis, dengan GCS 15 (E4V5M6), tekanan darah 86/42 mmHg, nadi 115x/ menit,

pernapasan 32x/ menit, suhu 36 oC. Pada pemeriksaan mata, didapatkan kedua

konjungtiva tampak pucat, kedua pupil bulat, isokor, dengan diameter 3 mm / 3 mm.

Pada pemeriksaan thoraks, didapatkan suara napas vesikuler kiri melemah, tidak terdapat

ronkhi ataupun wheezing. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan combutio grade II 6%

pada regio kuadran kanan bawah abdomen hingga pinggang kanan. Pada pemeriksaan

ekstremitas, didapatkan akral teraba dingin pada keempat ekstremitas, adanya oedem

pada bahu kanan, disertai nyeri tekan, dan keterbatasan gerak sendi aktif serta pasif,

dengan kekuatan motorik adalah 2, sedangkan ekstremitas atas kiri, serta kedua

ekstremitas bawah kekuatan motoriknya adalah 3, tanpa keterbatasan gerak sendi.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, serta penurunan kadar

hemoglobin dan eritrosit secara bertahap. Pada pemeriksaan foto rontgen regio

articulation glenohumeral dekstra, didapatkan fraktur tertutup komplit column humerus

dekstra, dan pada pemeriksaan foto rontgen thoraks didapatkan bercak infiltrate dikedua

lapang paru, terutama pada paru kiri yang menandakan adanya kontusio paru, serta

didapatkan fraktur costae 2, 3, 4 dekstra, dan fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra.

X. FOLLOW UP

Tanggal 30 Juni 2014

18

Page 20: Longcase Tn. Roni

S : Sesak napas, nyeri di seluruh lapang perut, dan nyeri pada bahu kanan.

O : Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 119/76 mmHg

b. Nadi : 90x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 37,2oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak balutan verban menutupi vulnus ekskoriatum regio temporal

sinistra, maksila hingga mandibula sinistra.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem

Konjunctiva : Tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Tampak balutan verban menutupi vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra

Thorax

a. Paru

19

Page 21: Longcase Tn. Roni

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Sulit dinilai

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler kiri melemah, tidak terdapat ronkhi

ataupun wheezing di kedua lapang paru.

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak cembung, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), nyeri tekan pada seluruh kuadran

abdomen, tidak ada nyeri lepas.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral dingin (+) Akral dingin (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 3

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (+) Jejas

Feel Akral dingin (+) Akral dingin (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 3

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

20

Page 22: Longcase Tn. Roni

Trauma tumpul abdomen

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Anjuran pemeriksaan USG abdomen cito

Rencana laparatomi eksplorasi

Terapi lanjut

USG Abdomen

A : Trauma tumu

Hasil ekspertise USG abdomen:

21

Page 23: Longcase Tn. Roni

Hepar : Bentuk dan ukuran normal, permukaan reguler. Ekhostruktur parenkim

homogen. Sistem bilier dan vaskuler intrahepatik tidak melebar. Tidak tampak nodul

atau SOL.

Kandung empedu : Bentuk dan ukuran normal. Dinding tidak menebal. Tidak

tampak batu maupun sludge empedu.

Pankreas dan lien : Bentuk dan ukuran normal. Tidak tampak lesi fokal atau SOL.

Aorta : Kaliber normal. Tidak tampak pembesaran KGB paraaorta dan parailiaka.

Kedua ginjal : Bentuk dan ukuran normal, diferensiasi korteks-medula jelas. System

pelviocalices tidak melebar. Tidak tampak batu maupun lesi fokal.

Buli-buli : Terpasang balon kateter, buli tidak terisi penuh, sehingga buli dan prostat

sulit dinilai.

Tidak tampak cairan bebas hepatorenal, perilienalis, perivesica maupun pericolica.

Kesan:

Efusi pleura bilateral

Tidak tampak cairan bebas hepatorenal, perilienalis, perivesica maupun

pericolica saat ini

Tidak tampak gambaran rupture maupun hematom hepar, lien, dan kedua ginjal

Tanggal 1 Juli 2014

S : Nyeri pada bahu kanan (+), nyeri perut berkurang, sesak napas (-), rasa ngilu pada

kedua dada, sulit tidur

O : Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/70 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 37,2oC

22

Page 24: Longcase Tn. Roni

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak balutan verban menutupi vulnus ekskoriatum regio temporal

sinistra, maksila hingga mandibula sinistra.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem

Konjunctiva : Tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Tampak balutan verban menutupi vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Sulit dinilai

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak cembung, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), nyeri tekan pada seluruh kuadran

23

Page 25: Longcase Tn. Roni

abdomen, tidak ada nyeri lepas.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral dingin (+) Akral dingin (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 3

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (+) Jejas

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 3

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Terapi medikamentosa lanjut

Aff NGT

Rencana debridement combutio, tunggu perbaikan keadaan umum

Rencana pindah ruang bangsal besok

Rencana ORIF fraktur tertutup column os humerus dekstra bila sudah ada

perbaikan keadaan umum

Tanggal 2 Juli 2014

24

Page 26: Longcase Tn. Roni

S : Nyeri pada bahu kanan (+), nyeri perut berkurang, sesak napas (-), rasa ngilu pada

kedua dada, sulit tidur

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 88x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 37,0oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak balutan verban menutupi vulnus ekskoriatum regio temporal

sinistra, maksila hingga mandibula sinistra.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem

Konjunctiva : Tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Tampak balutan verban menutupi vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra

25

Page 27: Longcase Tn. Roni

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Sulit dinilai

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak cembung, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), nyeri tekan pada daerah epigastrium.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral dingin (+) Akral dingin (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 3

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (+) Jejas

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai RujukanDarah Lengkap

Hb 8,8 g/dl 11,0 – 16,5Eritrosit 2,97 106/uL 3,8 – 5,8

Hematokrit 26,1 % 35,0 – 50,0Leukosit 9,91 103 4 – 11Trombosit 135 103 150 - 450LED - mm/jamMCV 87,9 fL 80,0 – 97,9

26

Page 28: Longcase Tn. Roni

MCH 29,6 pg 26,5 – 33,5MCHC 33,7 g/dL 31,5 – 35,0RDW-CV 12,7 % 10,0 – 15,0

Hitung Jenis LeukositBasofil 0,1 % 0 – 1Eosinofil 7,1 % 0 – 5Neutrofil 67,8 % 46 -75Limfosit 18 % 17 – 48Monosit 7,0 % 4 – 10

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 3

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Pemeriksaan darah lengkap:

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : RL 500 cc/6 jam

Ceftriaxone 2x1 gr

Citicolin 3x500 mg

Ketorolac 3x1 amp

Ondansentron 3x1 amp

Rantin 2x1 amp

Sanmol drip 3x1 k/p

Ganti verban combutio/6jam dgn aquadest 1000 cc + gentamicin 2amp

Tanggal 3 Juli 2014

S : Nyeri pada bahu kanan (+), rasa ngilu pada kedua dada, sulit tidur, nyeri perut (-),

sesak napas (-)

27

Page 29: Longcase Tn. Roni

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/70 mmHg

b. Nadi : 72x/ menit

c. Pernapasan : 24x/ menit

d. Suhu : 36,8oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem

Konjunctiva : Tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

28

Page 30: Longcase Tn. Roni

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), nyeri tekan pada daerah epigastrium.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 3

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (+) Jejas

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 4 Kekuatan motorik : 4

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

29

Page 31: Longcase Tn. Roni

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul

- Ondansentron 3 x 1 ampul

- Ranitidine 3 x 1 ampul

- Sanmol drip 3 x 1 (bila diperlukan)

- Perawatan combutio : ganti verban

Tanggal 4 Juli 2014

S : Sesak napas (+), rasa ngilu pada kedua dada, nyeri bahu kanan berkurang, sulit tidur,

nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 130/80 mmHg

b. Nadi : 88x/ menit

c. Pernapasan : 28x/ menit

d. Suhu : 37,2oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

30

Page 32: Longcase Tn. Roni

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak cembung, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan di seluruh kuadran

abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

31

Page 33: Longcase Tn. Roni

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 3

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 4 Kekuatan motorik : 4

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

32

Page 34: Longcase Tn. Roni

Pemeriksaan darah lengkap 4 Juli 2014:

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai RujukanDarah Lengkap

Hb 12,5 g/dl 11,0 – 16,5Eritrosit 4,24 106/uL 3,8 – 5,8

Hematokrit 35,1 % 35,0 – 50,0Leukosit 13,04 103 4 - 11Trombosit 248 103 150 - 450LED - mm/jamMCV 82,8 fL 80,0 – 97,9MCH 29,5 pg 26,5 – 33,5MCHC 35,6 g/dL 31,5 – 35,0RDW-CV 14,1 % 10,0 – 15,0

Hitung Jenis LeukositBasofil 0,3 % 0 – 1Eosinofil 7,1 % 0 – 5Neutrofil 66,5 % 46 -75Limfosit 17,2 % 17 – 48Monosit 8,9 % 4 – 10

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Pasang 02 sungkup 6L/menit

Medikamentosa :

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul (30 mg)

- Ondansentron 3 x 1 ampul (4 mg)

- Ranitidine 3 x 1 ampul

- Sanmol drip 3 x 1 (bila diperlukan)

- Perawatan combutio : ganti verban

33

Page 35: Longcase Tn. Roni

Tanggal 5 Juli 2014

S : Rasa ngilu pada kedua dada terutama saat bernapas, nyeri bahu kanan berkurang,

sulit tidur, nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 130/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 24x/ menit

d. Suhu : 36,8oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

34

Page 36: Longcase Tn. Roni

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 4

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

35

Page 37: Longcase Tn. Roni

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul (30 mg)

- Ondansentron 3 x 1 ampul (4 mg)

- Ranitidine 3 x 1 ampul

- Perawatan combutio : ganti verban

Tanggal 6 Juli 2014

S : Rasa ngilu pada kedua dada terutama saat bernapas, nyeri bahu kanan berkurang,

sulit tidur, nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 130/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 24x/ menit

d. Suhu : 36,8oC

Status Generalis

36

Page 38: Longcase Tn. Roni

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

37

Page 39: Longcase Tn. Roni

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 4

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul (30 mg)

- Ondansentron 3 x 1 ampul (4 mg)

- Ranitidine 3 x 1 ampul

- Kaltropen sup (kalau perlu)

- Perawatan combutio : ganti verban

38

Page 40: Longcase Tn. Roni

Tanggal 7 Juli 2014

S : Rasa ngilu pada kedua dada saat bernapas berkurang, nyeri bahu kanan berkurang,

keluhan sulit tidur (-), nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 130/70 mmHg

b. Nadi : 64x/ menit

c. Pernapasan : 24x/ menit

d. Suhu : 36,7oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

39

Page 41: Longcase Tn. Roni

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

40

Page 42: Longcase Tn. Roni

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul (30 mg)

- Ondansentron 3 x 1 ampul (4 mg)

- Ranitidine 3 x 1 ampul

- Perawatan combutio : ganti verban

Tanggal 8 Juli 2014

S : Muncul kemerahan pada kulit punggung, rasa ngilu pada kedua dada saat bernapas

berkurang, nyeri bahu kanan berkurang, keluhan sulit tidur (-), nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/70 mmHg

b. Nadi : 68x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,6oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

41

Page 43: Longcase Tn. Roni

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri mengeras, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

42

Page 44: Longcase Tn. Roni

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 2, 3, 4, 5 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak

Medikamentosa :

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul (30 mg)

- Ondansentron 3 x 1 ampul (4 mg)

- Ranitidine 3 x 1 ampul

- Perawatan combutio : ganti verban

43

Page 45: Longcase Tn. Roni

Tanggal 9 Juli 2014

S : Kemerahan pada kulit punggung, rasa ngilu pada kedua dada saat bernapas

berkurang, nyeri bahu kanan berkurang, keluhan sulit tidur (-), nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 130/70 mmHg

b. Nadi : 72x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,6oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

44

Page 46: Longcase Tn. Roni

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung

45

Page 47: Longcase Tn. Roni

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak

Medikamentosa :

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul (30 mg)

- Ondansentron 3 x 1 ampul (4 mg)

- Ranitidine 3 x 1 ampul

- Perawatan combutio : ganti verban

Tanggal 10 Juli 2014

S : Kemerahan pada kulit punggung, nyeri bahu kanan berkurang, keluhan rasa ngilu di

dada (-) sulit tidur (-), nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 88x/ menit

c. Pernapasan : 24x/ menit

d. Suhu : 36,6oC

46

Page 48: Longcase Tn. Roni

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada regio

47

Page 49: Longcase Tn. Roni

abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 2 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 3, 4, 5 dekstra

Fraktur costae 2, 3, 4, 5 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak

Rencana debridement combutio tanggal 11 Juni 2014

Medikamentosa :

48

Page 50: Longcase Tn. Roni

- IVFD Ringer laktat / 6 jam

- Ceftriaxon 2 x 1 gram

- Citicolin 3 x 500 mg

- Ketorolac 3 x 1 ampul (30 mg)

- Ondansentron 3 x 1 ampul (4 mg)

- Ranitidine 3 x 1 ampul

Perawatan combutio : ganti verban

Tanggal 11 Juli 2014

S : Kemerahan pada kulit punggung, nyeri bahu kanan berkurang, keluhan rasa ngilu di

dada (-) sulit tidur (-), nyeri perut (-)

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 130/80 mmHg

b. Nadi : 88x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

49

Page 51: Longcase Tn. Roni

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

tertutup verban.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

50

Page 52: Longcase Tn. Roni

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Debridement combutio, dengan laporan pembedahan sebagai berikut :

Indikasi : Combutio Grade II

Operator : dr. Harry Triyono, Sp.B

Anestesi : dr.Marshelli, Sp.An

Laporan pembedahan :

Posisi lateral sinistra

Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis, tutup duk steril, kecuali

lapangan operasi

Dilakukan excisi dan kuretase seluruh jaringan nekrosis, cuci dengan

aquadest steril, kontrol perdarahan, luka operasi ditutup dengan

tampon kassa, kompres larutan aquadest steril dan gentamisin.

Terapi post operasi :

Diet makan biasa

Wound treatment debridement:

Gentamisin 80 mg + aquabidest 1000 cc / ganti verban

Asering 20 gtt/8jam

Torasic 3 gr + NaCl 0,9% 100 cc

51

Page 53: Longcase Tn. Roni

Injeksi:

Cefizox 1 gr 2x/hari

Mikasin 500 mg 2x/hari

Kalnex 25 gr 3x/hari

Pranza 40 mg 2x/hari

Pasang kasur dekubitus

Tanggal 12 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 88x/ menit

c. Pernapasan : 24x/ menit

d. Suhu : 36,6oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

52

Page 54: Longcase Tn. Roni

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

memerah dan ditutupi selaput berwarna kekuningan.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

53

Page 55: Longcase Tn. Roni

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 3, 4, 5 dekstra

Fraktur costae 2, 3, 4, 5 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak tulang belakang

Medikamentosa :

- IVFD Asering / 8 jam

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Sanmol drip 3 x 1 gram (kalau diperlukan)

- Torasic + NaCl 100 cc / 8 jam

- Perawatan combutio : gentamisin 2 mg + aquabidest 1000 cc / ganti

verban

Tanggal 13 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

54

Page 56: Longcase Tn. Roni

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 24x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

55

Page 57: Longcase Tn. Roni

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak cembung, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

memerah dan ditutupi selaput berwarna kekuningan.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung berkurang

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 3, 4, 5 dekstra

Fraktur costae 2, 3, 4, 5 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

56

Page 58: Longcase Tn. Roni

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak tulang belakang

Medikamentosa :

- IVFD Asering 20 tetes / 8 jam

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Torasic + NaCl 100 cc / 8 jam

- Perawatan combutio : gentamisin 2 mg + aquabidest 1000 cc / ganti

verban

Tanggal 14 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/70 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

57

Page 59: Longcase Tn. Roni

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Tampak jahitan vulnus laseratum pada aurikula sinistra.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, simetris, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

memerah dan ditutupi selaput berwarna kekuningan.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (+) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

58

Page 60: Longcase Tn. Roni

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung berkurang

Foto Rontgen Regio Articulatio glenohumeral dekstra

Kesan : Tampak telah terbentuk kalus pada tulang yang mengalami fraktur.

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

59

Page 61: Longcase Tn. Roni

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak tulang belakang

Medikamentosa :

- IVFD Asering / 8 jam

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Sanmol drip 3 x 1 gram (kalau diperlukan)

- Ketorolac + NaCl 100 cc / 8 jam

Tanggal 15 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

60

Page 62: Longcase Tn. Roni

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

memerah, dan selaput berwarna kekuningan pada permukaan

luka berkurang.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

61

Page 63: Longcase Tn. Roni

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung berkurang

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak tulang belakang

Medikamentosa :

- IVFD Asering / 8 jam

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Pranza 2 x 40 mg

62

Page 64: Longcase Tn. Roni

- Sanmol drip 3 x 1 gram (kalau diperlukan)

- Ketorolac + NaCl 100 cc / 8 jam

Tanggal 16 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

63

Page 65: Longcase Tn. Roni

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

dan selaput berwarna kekuningan pada permukaan luka

berkurang.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

64

Page 66: Longcase Tn. Roni

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Tampak dekubitus pada punggung membaik.

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

Dekubitus et causa imobilisasi selama perawatan

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak tulang belakang

Medikamentosa :

- IVFD Asering 20 tetes / 8 jam

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Sanmol drip 3 x 1 gram (kalau diperlukan)

- Ketorolac + NaCl 100 cc / 8 jam

Tanggal 17 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 110/70 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

65

Page 67: Longcase Tn. Roni

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

dan selaput berwarna kekuningan pada permukaan luka

berkurang.

66

Page 68: Longcase Tn. Roni

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Dekubitus (-)

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Mobilisasi gerak tulang belakang

Medikamentosa :

- IVFD Asering 20 tetes / 8 jam

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Pranza 2 x 40 mg

67

Page 69: Longcase Tn. Roni

- Kalnex 3 x 250 mg

- Sanmol drip 3 x 1 gram (kalau diperlukan)

- Ketorolac + NaCl 100 cc / 8 jam

Tanggal 18 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

68

Page 70: Longcase Tn. Roni

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

memerah dan selaput berwarna kekuningan pada permukaan

luka sudah mengelupas seluruhnya.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

69

Page 71: Longcase Tn. Roni

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Dekubitus (-)

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- IVFD Asering 20 tetes / 8 jam

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Sanmol drip 3 x 1 gram (kalau diperlukan)

- Ketorolac + NaCl 100 cc / 8 jam

- Biocal 2 x 1 gram

- Kalkatriol 2 x 1 gram

Tanggal 19 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement berkurang.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

70

Page 72: Longcase Tn. Roni

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

71

Page 73: Longcase Tn. Roni

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

berwarna kemerahan.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Dekubitus (-)

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Pranza 2 x 40 mg

72

Page 74: Longcase Tn. Roni

- Kalnex 3 x 250 mg

- Sanmol drip 3 x 1 gram (kalau diperlukan)

- Biocal 2 x 1 gram

- Kalkatriol 2 x 1 gram

Tanggal 20 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement berkurang.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

73

Page 75: Longcase Tn. Roni

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

berwarna kemerahan.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (+) Jejas

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

74

Page 76: Longcase Tn. Roni

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Dekubitus (-)

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Sanmol drip 3 x 1 (kalau diperlukan)

- Biocal 2 x 1 gram

- Kalkatriol 2 x 1 gram

Tanggal 21 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement berkurang.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 84x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

75

Page 77: Longcase Tn. Roni

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

berwarna kemerahan.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

76

Page 78: Longcase Tn. Roni

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

Kulit

Dekubitus (-)

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Perawatan di bangsal

Medikamentosa :

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Sanmol drip 3 x 1 (kalau diperlukan)

- Biocal 2 x 1 gram

77

Page 79: Longcase Tn. Roni

- Kalkatriol 2 x 1 gram

Tanggal 22 Juli 2014

S : Nyeri pada daerah luka pasca debridement berkurang.

O : Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Tanda vital

a. Tekanan darah: 120/80 mmHg

b. Nadi : 80x/ menit

c. Pernapasan : 20x/ menit

d. Suhu : 36,5oC

Status Generalis

Kepala dan wajah

Normosefali, tampak vulnus ekskoriatum regio temporal sinistra, maksila hingga

mandibula sinistra mengering.

Mata

Palpebra : Tidak tampak oedem pada kedua palpebra

Konjunctiva : Tidak tampak pucat pada kedua konjunctiva

Sklera : Tidak tampak ikterik pada kedua sklera

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3 mm / 3 mm

Refleks cahaya : Langsung : (+) / (+)

Tidak langsung : (+) / (+)

Telinga

Aurikula : Vulnus aurikula sinistra mengering.

Perdarahan : (-) / (-)

Hidung

Deviasi septum : (-)

Perdarahan : (-) / (-)

Mulut

78

Page 80: Longcase Tn. Roni

Bibir : tidak tampak pucat ataupun sianosis

Leher

Vulnus ekskoriatum pada regio colli sinistra mengering

Thorax

Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada pernapasan yang tertinggal,

tipe pernapasan abdominothorakal.

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : Suara napas vesikuler kiri melemah, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Cor : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar, combutio grade II 6% pada

regio abdomen kuadran kanan bawah hingga pinggang kanan

berwarna kemerahan.

Palpasi : Defense muscular (-), tidak ada nyeri tekan abdomen.

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang kuadran abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+)

Ekstremitas

Ekstremitas atas Dekstra Sinistra

Look Oedem bahu (+) Oedem (-)

Feel Nyeri tekan bahu (↓) Nyeri tekan (-)

Neurovaskular distal (+)

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 3 Kekuatan motorik : 5

Keterbatasan gerak sendi Tidak ada keterbatasan

aktif maupun pasif gerak sendi

Ekstremitas bawah Dekstra Sinistra

Look Jejas (-) Jejas (-)

Feel Akral hangat (+) Akral hangat (+)

Move Kekuatan motorik : 5 Kekuatan motorik : 5

Tidak ada keterbatasan Tidak ada keterbatasan

gerak sendi gerak sendi

79

Page 81: Longcase Tn. Roni

Kulit

Dekubitus (-)

A : Trauma tumpul thoraks, contusio paru

Fraktur costae 2, 3, 4 dekstra

Fraktur costae 3, 4, 5, 6 sinistra

Fraktur tertutup column humerus dekstra

Combutio Grade II 6%

Multiple vulnus laseratum dan ekskoriatum

P : Rencana rawat jalan

Medikamentosa :

- Cefizox 2 x 1 gram

- Mikasin 2 x 500 mg

- Pranza 2 x 40 mg

- Kalnex 3 x 250 mg

- Sanmol drip 3 x 1 (kalau diperlukan)

- Biocal 2 x 1 gram

- Kalkatriol 2 x 1 gram

80

Page 82: Longcase Tn. Roni

BAB III

ANALISIS KASUS

Pasien datang ke IGD pasca kecelakaan lalu lintas 3,5 jam sebelum masuk rumah

sakit dengan kronologis kejadian pasien dibonceng oleh rekannya menggunakan sepeda

motor tanpa mengenakan helm dan ditabrak dari arah belakang oleh mobil dan masuk ke

dalam kolong mobil. Pasien tidak mengingat kejadian, dan hanya ingat telah sampai di RS

Casa Medical. Tidak ada anggota keluarga yang melihat kejadian sehingga tidak dapat

diceritakan kronologis kecelakaan secara lengkap. Pasien tidak pingsan, namun mengeluh

adanya nyeri kepala, dan sempat muntah 2 kali saat kejadian. Pasien masih dapat berjalan,

namun lengan kanan tidak dapat digerakkan. Sebelumnya pasien telah dibawa ke RS Casa

Medika dan mendapat penanganan jahitan luka serta terapi cairan NaCl / 8 jam, namun tak

ada perbaikan hingga akhirnya pasien dirujuk ke IGD RSOB.

Saat tiba di IGD, dilakukan primary survey terhadap aspek Airway, Breathing,

Circulation, Disability, dan Exposure dan didapatkan :

Primary Survey

1. Airway : Tidak ada sumbatan jalan napas.

2. Breathing : Napas spontan, gerakan pernapasan simetris kiri dan kanan,

frekuensi pernapasan 32x/menit.

3. Circulation : Tekanan darah 86/42 mmHg, nadi 115x/menit, saturasi O2

86%, akral dingin.

4. Disability : GCS 15 (E4V5M6)

5. Exposure : Vulnus laseratum regio supra-palpebra 3x1 cm, dan regio

antebrachii proksimal medial berukuran 8x1 cm, vulnus

ekskoriatum regio temporal sinistra 4x2 cm, dan 5x4 cm,

regio maksila hingga mandibula sinistra berukuran 5x3 cm,

regio colli sinistra berukuran 8x3 cm, regio genu inferior

dekstra 3x0,5 cm, dan region genu sinistra 1x1 cm, serta

combutio grade II 6% pada regio abdomen kuadran kanan

bawah hingga pinggang kanan.

Berdasarkan hasil tersebut, pasien mengalami syok hipovolemik dimana terjadi :

81

Page 83: Longcase Tn. Roni

- Hipotensi terjadi akibat volume darah yang berkurang, yang kemudian

menyebabkan venous return menurun dan lama-kelamaan tekanan darah juga akan

menurun sebagai hasil dari volume sirkulasi yang menurun.

- Takikardi terjadi karena tubuh berusaha mencukupi cardiac output. Seperti yang

diketahui, cardiac output merupakan hasil perkalian antara stroke volume dengan

heart rate (CO = HR x SV). Pada keadaan syok hipovolemik, yang terjadi adalah

penurunan stroke volume, sehingga untuk tetap mempertahankan cardiac output,

kompensasi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan heart rate.

- Takipnoe Kompensasi akibat perfusi O2 ke jaringan berkurang.

- Akral teraba dingin Terjadi karena peningkatan aliran darah ke organ vital dan

penurunan aliran darah ke organ lain, yang berarti terjadi penurunan perfusi juga ke

kulit sehingga kulit teraba dingin, dan lembab, terutama daerah akral (daerah perifer).

- Saturasi O2 86% Menandakan adanya penurunan perfusi O2 ke jaringan perifer.

Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditandai dengan menurunnya

volume intravaskuler. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume

intraventrikel kiri pada akhir diastole yang akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah

jantung (cardiac output). Keadaan ini menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari

pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi O2 ke

jaringan semakin memburuk.

Prinsip penanganan pasien dengan syok hipovolemik adalah dengan memperbaiki

sirkulasi, yaitu dengan prioritas utama adalah tetap menghentikan perdarahan, terutama

perdarahan eksternal, dan prioritas kedua adalah penggantian cairan yang hilang, dimana

pada kasus ini perdarahan eksternal telah diatas dengan penjahitan luka, dan untuk prioritas

kedua, pasien diberikan loading cairan ringer laktat 2000 cc yang dihangatkan, karena proses

hemostasis berlangsung paling baik pada suhu 38,5̊ C dan sulit berlangsung dengan baik

apabila suhu dibawah 35̊ C. Pasien dilakukan observasi lanjut setelah diberikan penanganan

pertama, dengan hasil sebagai berikut : tekanan darah 92/59 mmHg, nadi 104x/menit,

pernapasan 32x/menit, dan saturasi O2 99%, dengan urine output sebanyak 80 cc. Hasil ini

menunjukan bahwa pasien menunjukan adanya perbaikan sirkulasi sementara, dan tetap

memerlukan penanganan serta observasi lanjut.

Dari hasil pemeriksaan darah lengkap, didapatkan bahwa diawal pemeriksaan, kadar

hemoglobin dan eritrosit dalam batas normal, dan setelah dilakukan pemeriksaan darah

lengkap lanjutan, terjadi penurunan kadar hemoglobin dan eritrosit, yang menandakan bahwa

82

Page 84: Longcase Tn. Roni

sirkulasi pasien tidak stabil meskipun telah mendapat resusitasi cairan kristaloid, sehingga

pasien diberikan terapi lanjutan selain diberikan cairan kristaloid, juga diberikan transfusi

darah PRC 2 labu. Pasien kemudian dilakukan observasi lanjutan setelah diberikan

penanganan tambahan transfusi darah, dengan hasil berupa : tekanan darah 105/56 mmHg,

nadi 92x/menit, saturasi O2 99%. Hasil ini menunjukan bahwa pasien menunjukan adanya

perbaikan sirkulasi kembali dan kondisi pasien cukup stabil, meskipun tetap memerlukan

penangan serta observasi lanjut.

Setelah pasien menunjukkan adanya perbaikan dan kondisi stabil dari aspek airway,

breathing, circulation, disability, dan exposure, dilakukan secondary survey, dengan hasil

pemeriksaan berupa :

- Multiple vulnus laseratum dan eksoriatum pada regio wajah, dimana vulnus laseratum

telah dilakukan pembersihan dan penjahitan luka.

- Pada pemeriksaan mata didapatkan kedua konjunctiva tampak pucat, menandakan pasien

dalam keadaan anemia.

- Pada pemeriksaan thoraks didapatkan suara napas vesikuler kiri melemah, menandakan

adanya gangguan fungsi pernapasan, dan dicurigai terjadi akibat benturan trauma pada

dinding thoraks. Hal ini perlu dipastikan dengan melakukan pemeriksaan foto rontgen

thoraks untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan dari organ paru dan sekitarnya.

- Pada pemeriksaan abdomen didapatkan combutio grade II 6% pada kuadran kanan bawah

abdomen hingga pinggang kanan, defense muscular (+), nyeri tekan diseluruh kuadran

abdomen, dengan bising usus (+). Adanya defense muscular dan nyeri tekan diseluruh

kuadran abdomen ini diakibatkan oleh trauma tumpul pada abdomen dan dicurigai

menyebabkan adanya perdarahan organ intra-abdomen. Hal ini perlu dipastikan dengan

melakukan pemeriksaan USG abdomen untuk memastikan apakah terdapat perdarahan

organ intraabdomen atau tidak.

- Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan pembengkakan pada bahu kanan disertai nyeri

tekan (+), terdapat keterbatasan gerak sendi aktif serta pasif pada lengan kanan, meskipun

neurovascular distal masih teraba kuat. Hasil ini menandakan adanya kecurigaan

diskontinuitas tulang humerus kanan, dengan kondisi vaskularisasi ke daerah distal masih

berjalan dengan baik. Hal in perlu dipastikan dengan melakukan pemeriksaan rontgen

region sendi glenohumeral.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tersebut, kondisi syok hipovolemik yang dialami

pasien diduga diakibatkan oleh adanya perdarahan internal, dengan sumber perdarahan dapat

berasal dari intracranial, rongga thoraks, abdomen, ataupun akibat adanya kemungkinan

83

Page 85: Longcase Tn. Roni

fraktur pada lengan kanan, serta kemungkinan lain dari lokasi sumber perdarahan dapat juga

berasal dari regio pelvis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan rontgen regio pelvis.

Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan hasil sebagai berikut :

- Pemeriksaan foto rontgen thoraks, didapatkan gambaran infiltrat dikedua lapang paru, dan

lebih dominan pada lapang paru kiri, menandakan adanya kontusio paru. Kontusio paru

adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi  pada cedera tumpul dada

akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat, yang berakibat pada cedera fokal

dengan edema, perdarahan alveolar dan interstisial. Pada keadaan fisiologis, oksigen dan

karbon dioksida berdifusi melintasi membran kapiler dan alveolus dan ruang interstisial

secara normal, namun pada keadaan kontusio paru dimana terjadi perdarahan dan

kebocoran cairan ke dalam jaringan paru-paru, sehingga menyebabkan gangguan difusi

berupa perubahan rasio ventilasi dan perfusi. Hal ini mendukung hasil pemeriksaan fisik,

dimana didapatkan adanya peningkatan frekuensi napas yang merupakan suatu usaha

kompensasi akibat adanya kerusakan pada jaringan parenkim paru sehingga mengganggu

proses ventilasi pernapasan, dan juga didapatkan suara napas vesikuler kiri yang melemah

oleh karena kontusio paru lebih dominan pada paru kiri; serta didapatkan hasil lain berupa

fraktur iga multiple pada foto thoraks, yaitu fraktur costae 2, 3, 4 dekstra, dan fraktur

costae 3, 4, 5, 6 sinistra. Tulang iga umumnya patah di daerah terjadinya benturan atau di

daerah yang struktur tulangnya lemah, biasanya di sudut posterior, dengan lokasi tulang

iga ke–4 sampai ke–9 adalah yang paling sering terjadi. Fraktur iga ke–1 dan ke–2 dapat

terjadi akibat benturan yang besar karena kedua tulang iga tersebut dilindungi oleh otot–

otot yang cukup tebal, dimana pada kasus ini, didapatkan fraktur pada costa ke-2 kanan

yang menggambarkan bahwa kemungkinan benturan tumpul thoraks pada pasien ini

cukup besar. Fraktur iga dapat terjadi akibat penetrasi yang menyebabkan perdarahan

dengan jumlah perdarahan yang dihasilkan oleh setiap patahan tulang iga dapat mencapai

100–150mL.5 Berdasarkan penjelasan tersebut, sumber perdarahan pada kasus ini dapat

berasal salah satunya akibat fraktur iga multiple yang dialami pasien.

- Pemeriksaan rontgen regio articulatio glenohumeral dekstra, didapatkan hasil berupa

fraktur tertutup komplit column humerus dekstra. Tulang bersifat rapuh namun cukup

mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabia tekanan

eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma

pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah

terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan

84

Page 86: Longcase Tn. Roni

jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan

tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan disekitar lokasi

patah tulang akan menstimulasi respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,

eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Hasil rontgen ini juga

mendukung hasil pemeriksaan fisik dimana ditemukan adanya pembengkakan pada regio

bahu kanan, disertai dengan perabaan yang hangat akibat vasodilatasi pembuluh darah,

nyeri pada penekanan dan keterbatasan gerak sendi aktif maupun pasif akibat terputusnya

kontinuitas tulang yang menyebabkan iritasi saraf pada lokasi patah tulang, dan timbul

rasa nyeri.6

- Pemeriksaan rontgen regio articulatio glenohumeral sinistra tak tampak kelainan.

- Pemeriksaan rontgen pelvis tak tampak kelainan.

- Pemeriksaan CT Scan kepala tak tampak kelainan yang bermakna.

Setelah dilakukan primary dan secondary survey dan pasien dalam kondisi cukup

stabil, pasien dirawat diruang High Intensive Care Unit untuk dilakukan observasi ketat,

serta perbaikan keadaan umum. Pada tanggal 30 Juni 2014 atau 1 hari pasca perawatan,

hasil USG abdomen telah keluar dengan hasil berupa efusi pleura bilateral, tidak tampak

cairan bebas hepatorenal, perilienalis, perivesica maupun pericolica saat ini, tidak tampak

gambaran ruptur maupun hematom hepar, lien, dan kedua ginjal. Hasil pemeriksaan ini

menunjukan bahwa tidak terdapat perdarahan intraabdomen, dimana kemungkinan syok

hipovolemik yang dialami pasien bukan bersumber dari perdarahan intraabdomen,

melainkan lebih mengarah kepada hilangnya darah akibat fraktur iga, serta kemungkinan

perdarahan dapat juga berasal dari fraktur komplit column humerus seperti yang telah

dijelaskan diatas. Pada awalnya, pasien direncanakan untuk dilakukan cito laparatomi

eksplorasi untuk mengatasi adanya kemungkinan peritonitis akibat perdarahan

intraabdomen, namun dari hasil pemeriksaan USG abdomen menunjukan tidak ada kelain

intraabdomen sehingga tidak dilakukan laparatomi eksplorasi, hanya pemantauan ketat

keadaan umum serta tanda vital, pemberian medikamentosa untuk memperbaiki keadaan

umum pasien. 3 hari pasca perawatan, pasien mengatakan bahwa nyeri daerah abdomen

berkurang serta menunjukan adanya perbaikan keadaan umum, tanda vital, sehingga

pasien direncanakan untuk pindah ke ruang perawatan bangsal keesokan harinya.

Tanggal 2 Juli 2014 atau 4 hari pasca perawatan, pasien sudah mulai dapat diajak

berkomunikasi dengan lancar, dan mengeluhkan sulit untuk tidur akibat rasa ngilu pada

85

Page 87: Longcase Tn. Roni

daerah dada, yang merupakan akibat dari fraktur iga multiple yang dialami pasien,

sedangkan dari pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri tekan abdomen sudah berkurang.

Selama perawatan, pasien menunjukan progress perbaikan, baik dari keadaan umum,

tanda vital, maupun dari hasil pemeriksaan fisik. Namun pada tanggal 7 Juli 2014 atau

hari ke-8 perawatan, pasien mengeluh kemerahan pada daerah punggung dan dirasa

sedikit nyeri. Dari pemeriksaan fisik, tampak dekubitus pada punggung dan disarankan

untuk melakukan mobilisasi gerak tulang belakang.

Pada tanggal 11 Juli 2014 atau hari ke-12 perawatan, pasien diputuskan untuk

dilakukan debridement combutio grade II 6% pada kuadran kanan bawah abdomen

hingga pinggang kanan. Luka bakar dari hari ke hari semakin membaik hingga ± 7 hari

pasca debridement yang ditandai dengan luka sudah tampak kemerahan dan selaput

berwarna kekuningan pada permukaan luka dari hari ke hari mengelupas.

Pada tanggal 14 Juli 2014 atau hari ke-14 perawatan, dilakukan pemeriksaan ulang

rontgen region articulatio glenohumeral dan menunjukan adanya perbaikan berupa

pembentukan kalus, sehingga diputuskan pasien hanya mendapat terapi konservatif bukan

operatif untuk fraktur column humerus dekstra, berupa fisioterapi.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

1. Multiple Trauma

a. Pendahuluan

Trauma yang terjadi pada kecelakaan lalu-lintas memiliki banyak bentuk,

tergantung dari organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini, secara lazim, disebut

sebagai trauma multiple, yang sebagian besar disebabkan oleh trauma tumpul (blunt

trauma), dimana trauma tumpul yang sering terjadi adalah mengenai rongga thoraks,

serta terjadinya fraktur tulang akibat kecelakaan.

b. Jenis-jenis trauma

1) Trauma tumpul thoraks

a) Fraktur iga multiple

1. Pendahuluan

Trauma toraks terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan dan

merupakan penyebab kematian terbesar (25%). Umumnya pada trauma

toraks, trauma tumpul lebih sering terjadi dibandingkan trauma tajam.

86

Page 88: Longcase Tn. Roni

Meskipun demikian hanya 15% dari seluruh trauma toraks yang

memerlukan tindakan bedah karena sebagian besar kasus (80–85%) dapat

ditatalaksana dengan tindakan yang sederhana, seperti pemasangan chest

tube.1

Trauma toraks banyak terjadi pada pengendara kendaraan bermotor

roda dua akibat trauma tumpul toraks. Kelainan yang sering dijumpai yaitu

fraktur iga yang hampir mencapai 50%. Selain itu penggunaan sabuk

pengaman pada kendaraan roda empat atau lebih juga sebagai penyebab

terjadinya trauma toraks berupa fraktur sternum. Fraktur iga baik tunggal

maupun multipel juga terjadi pada orang tua dengan insidens sekitar 12%.

Insidens sesungguhnya fraktur iga masih belum diketahui dan diperkirakan

50% fraktur iga tidak terdeteksi dengan foto toraks.2–4

Morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh fraktur iga dan

sternum berkaitan erat dengan penyebab cedera, karena itu identifikasi

bahaya yang akan mengancam jiwa merupakan hal penting. Meskipun

fraktur iga cenderung tidak komplit dan tidak membutuhkan penanganan

bedah, tetapi dapat menyebabkan kerusakan paru yang bermakna karena

akan mempengaruhi ventilasi dan menyebabkan rasa nyeri hebat.

Bagaimanapun juga mengatasi nyeri pada pasien dengan trauma toraks

tidak hanya membantu meringankan keluhan tetapi juga mengurangi serta

mencegah komplikasi sekunder.2–4

2. Fraktur Iga

Tulang iga terdiri 12 pasang, 7 pasang (iga ke–1 sampai ke–7)

langsung berhubungan dengan sternum (true ribs), 3 pasang (iga ke–8

sampai ke–10) di bagian anterior menyatu di sternum (false ribs) dan 2

pasang (iga ke–11 dan ke–12) di bagian anterior bebas, tidak menyatu

dengan sternum (floating ribs). Saat inspirasi iga ke–1 relatif tetap tidak

bergerak, iga ke–2 sampai ke–6 bergerak ke atas dan ke depan (diameter

antero–posterior rongga toraks bertambah), iga ke–7 sampai ke–10

bergerak ke atas dan ke luar (meningkatkan diameter lateral rongga

toraks). Di antara tulang iga terdapat muskulus interkostalis, arteri, vena

dan nervus interkostalis.7 Rongga toraks di bagian puncak (apeks)

mengecil (mengerucut) berukuran lebar 10 cm dan jarak antero–posterior

5cm membentuk suatu kubah (thoracic inlet). Daerah ini berisi organ

87

Page 89: Longcase Tn. Roni

penting yang dilindungi oleh tulang iga–1 serta manubrium sterni, vertebra

torakal ke–1 dan klavikula. Di dalam thoracic inlet berisi pleksus brakialis,

arteri dan vena subklavia, vena kava superior, nervus frenikus, duktus

torasikus, esofagus, dan trakea.

88

Page 90: Longcase Tn. Roni

Gambar 3. Anatomi organ intra-thorakoabdominal

Tulang iga umumnya patah di daerah terjadinya benturan atau di daerah

yang struktur tulangnya lemah, biasanya di sudut posterior. Tulang iga ke–4

sampai ke–9 adalah yang paling sering terjadi fraktur. Fraktur iga dapat terjadi

akibat penetrasi yang menyebabkan hematopneumotoraks dan darah yang

dihasilkan oleh setiap patahan tulang iga dapat mencapai 100–150mL.5

Fraktur iga ke–1 dan ke–2 dapat terjadi akibat benturan dengan yang besar

karena kedua tulang iga tersebut dilindungi oleh otot–otot yang cukup tebal.

Tempat yang paling sering terjadi fraktur pada iga ke–1 adalah di daerah

sulkus subklavia dan di bagian posterior.2

Morbiditas dan mortalitas fraktur iga berhubungan dengan penyebab

cedera dan jumlah tulang iga yang patah dan rerata komplikasi akan

meningkat seiring dengan jumlah tulang iga yang patah. Posisi fraktur iga di

dalam rongga toraks juga menentukan penyebab terjadinya cedera, seperti

fraktur iga bawah lebih banyak menyebabkan gangguan pada organ abdomen

89

Page 91: Longcase Tn. Roni

dibandingkan parenkim paru. Fraktur iga bawah kiri dapat merusak limpa

(risiko 22–28%), fraktur iga bawah kanan dapat merusak hati (risiko 19–56%)

dan fraktur iga ke–11 dan ke–12 dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Fraktur iga merupakan masalah besar pada paru dengan insidens 84–94% yang

berupa hemotoraks, pneumotoraks, dan kontusio paru.2,3,8

Komorbiditas mendapatkan fraktur iga meningkat sesuai dengan

pertambahan umur, seperti pada orang tua dengan umur lebih dari 65 tahun

risiko mortalitinya mencapai 5 kali dan juga meningkatkan insidens terjadinya

pneumonia. Mortalitas dan risiko pneumonia berhubungan dengan jumlah

tulang iga yang patah karena setiap penambahan tulang iga yang patah akan

meningkatkan mortalitas dan pneumonia sekitar 20%. Orang tua dengan

fraktur iga yang disertai penyakit kardiopulmoner akan mudah mendapatkan

komplikasi yang berakibat pada meningkatnya lama masa rawat dan masuk

rumah sakit kembali. Insidens fraktur iga pada anak–anak lebih rendah karena

tulang iga anak–anak masih cukup lentur dan mekanikme benturan dengan

tenaga besar yang dapat menyebabkan fraktur iga pada anak–anak.3,8

Fraktur iga umumya terjadi akibat kompresi pada rongga toraks. Fraktur

seringkali terjadi pada putaran 60 derajat dari sternum karena di daerah ini

merupakan lokasi yang lemah dibandingkan lokasi lainnya. Fraktur iga dapat

terjadi segmental dengan salah satu patahan pada posisi 60 derajat dan lainnya

di bagian posterior.3

Biasanya penatalaksanaan fraktur iga seperti stabilisasi dengan

pembedahan, tidak langsung pada frakturnya karena fraktur iga cenderung

sembuh dengan hasil yang baik dalam 10 sampai 14 hari. Terapi ditujukan

kepada pencegahan terjadinya masalah gangguan respirasi. Kerusakan paru

dapat terjadi akibat rasa nyeri yang mengganggu pulmonary toilet serta

kontusio paru atau kombinasi keduanya. Terapi isinial yang diberikan berupa

mengatasi rasa nyeri yang timbul, fisioterapi dada dan mobilisasi. Modaliti

untuk mengatasi rasa nyeri berupa terapi sistemik dengan memberikan

narkotik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dan terapi regional seperti

blok tulang iga setempat, pemasangan chest tube dan analgesia epidural.3,8

Rasa nyeri juga dapat diatasi dengan pemberian narkotik intravena, tetapi

dapat menyebabkan sedasi, penekanan batuk dan depresi pernapasan yang

mempengaruhi pulmonary toilet. Hal ini sebaiknya dihindari pemakaiannya

90

Page 92: Longcase Tn. Roni

pada orang tua karena dapat menyebabkan pneumonia obstruksi. Analgesia

epidural banyak digunakan sebagai terapi regional untuk mengatasi rasa nyeri

pada dinding dada. Meskipun invasif tindakan ini lebih efektif dalam

memperbaiki pulmonary toilet. Modalitas regional lain untuk mengatasi rasa

nyeri regional adalah dengan blok nervus interkostal, analgesia intrapleura

melalui chest tube dan blok paravertebral toraks.3,8

Fraktur iga multipel dapat menyebabkan rasa nyeri, atelektasis dan gagal

napas. Diagnosis klinis fraktur iga didapatkan dari kelainan dada, pergerakan

fragmen, ekimosis dan juga pemeriksaan radiologi. Nyeri timbul pada saat

inspirasi dan pasien berusaha untuk mengurangi gerakan rongga dada yang

berakibat pada hipoventilasi. Mengurangi rasa nyeri juga menyebabkan

berkurangnya batuk dan dan napas dalam yang berakibat pada retensi sputum,

atelektasis dan penurunan kapasitas residu fungsional. Faktor–faktor tersebut

menyebabkan penurunan lung compliance, perubahan V˙/Q ˙mismatch dan

hipoksemia.8

Pemeriksaan foto toraks harus dilakukan, bukan hanya untuk

mengidentifikasi jumlah dan beratnya fraktur iga, tetapi juga untuk menilai

apakah ada pneumotoraks, hemotoraks ataupun efusi pleura.

Analgesia yang adekuat dan fisioterapi merupakan hal yang penting dalam

mencegah komplikasi. Berkurangnya rasa nyeri akan memperbaiki pola

pernapasan dan efektifitas batuk. Jika batuk tidak adekuat maka dapat dibantu

dengan aspirasi kateter atau bronchial toilet dengan bronkoskopi dan jika

diperlukan dapat dilakukan intubasi.8

Penanganan fraktur iga pada dasarnya masuk dalam penatalaksanaan

trauma toraks. Tahap penilainan keadaan pasien dimulai dari primary survey,

tindakan resusitasi, secondary survey, pemeriksaan penunjang (darah dan foto

toraks) dan penilaian skor trauma. Setelah itu dilakukan penilaian status

trauma toraks, mulai dari pengkajian (saturasi O2, pulse oximetry, end–tidal

CO2, foto toraks, FAST ultrasound, gas darah arteri), primary survey

(obstruksi jalan napas, pneumotoraks tension, pneumotoraks terbuka,

hemotoraks, flail chest, tamponade jantung), secondary survey (fraktur iga,

kontusio paru, kerusakan trakeobronkial, esofagus, diafragma, aorta dan

jantung).7

b) Kontusio paru9

91

Page 93: Longcase Tn. Roni

Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru dengan cedera

fokal dengan edema, perdarahan alveolar dan interstisial, yang dapat terjadi

pada cedera trumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda

berat. Ini adalah cedera yang paling umum yang berpotensi mematikan.

Kegagalan pernafasan mungkin lambat dan berkembang dari waktu daripada

yang terjadi seketika.

Adapun etiologi kontusio paru adalah sebagai berikut:

Kecelakaan lalu lintas

Trauma tumpul dengan fraktur Iga yg multipel

Cedera ledakan atau gelombang kejut yang terkait dengan trauma

penetrasi.

organ yang paling rentan terhadap cedera ledakan adalah mereka yang

mengandung gas, seperti paru-paru.

Flail chest

Dapat pula terjadi pada trauma tajam dg mekanisme perdarahan dan edema

parenkim

Luka tembak

Patofisiologi kontusio paru adalah sebagai berikut :

92

Page 94: Longcase Tn. Roni

Gambar 2: Dalam kondisi normal, oksigen dan karbon dioksida berdifusi

melintasi membran kapiler dan alveolus dan ruang interstisial (kiri). Cairan

mengganggu proses difusi, sehingga kurang darah beroksigen (kanan).

Kontusio paru menghasilkan perdarahan dan kebocoran cairan ke dalam

jaringan paru-paru, yang dapat menjadi kaku dan kehilangan elastisitas

normal. Kandungan air dari paru-paru meningkat selama 72 jam pertama

setelah cedera, berpotensi menyebabkan edema paru pada kasus yang lebih

serius. Sebagai hasil dari ini dan proses patologis lainnya, memar paru

berkembang dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan hipoksia.

Perdarahan dan edema, robeknya parenkim paru menyebabkan cairan kapiler

bocor ke dalam jaringan di sekitarnya. Membran antara alveoli dan kapiler

robek. Kerusakan membran kapiler-alveolar dan pembuluh darah kecil

menyebabkan darah dan cairan bocor ke dalam alveoli dan ruang interstisial

(ruang sekitar sel) dari paru-paru.

Dengan trauma yang lebih parah, ada sejumlah besar edema, perdarahan,

dan robeknya alveoli. Memar paru ditandai oleh microhemorrhages

(pendarahan kecil) yang terjadi ketika alveoli yang traumatis dipisahkan dari

struktur saluran napas dan pembuluh darah. Darah awalnya terkumpul dalam

ruang interstisial, dan kemudian edema terjadi oleh satu atau dua jam setelah

cedera. Sebuah area perdarahan di paru-paru yang mengalami trauma,

umumnya dikelilingi oleh daerah edema. Dalam pertukaran gas yang normal,

karbon dioksida berdifusi melintasi endotelium dari kapiler, ruang interstisial,

dan di seluruh epitel alveolar, oksigen berdifusi ke arah lain. Akumulasi cairan

mengganggu pertukaran gas, dan dapat menyebabkan alveoli terisi dengan

93

Page 95: Longcase Tn. Roni

protein dan robek karena edema dan perdarahan. Semakin besar daerah cedera,

kompromi pernafasan lebih parah, menyebabkan konsolidasi.

Memar paru dapat menyebabkan bagian paru-paru untuk

mengkonsolidasikan, alveoli kolaps, dan atelektasis (kolaps paru parsial atau

total) terjadi. Konsolidasi terjadi ketika bagian dari paru-paru yang biasanya

diisi dengan udara digantikan dengan bahan dari kondisi patologis, seperti

darah. Selama periode jam pertama setelah cedera, alveoli di menebal daerah

luka dan dapat menjadi konsolidasi. Sebuah penurunan jumlah surfaktan yang

dihasilkan juga berkontribusi pada rusaknya dan konsolidasi alveoli, inaktivasi

surfaktan meningkatkan tegangan permukaan paru.

Peradangan jaringan paru yang dapat terjadi ketika komponen darah

memasuki jaringan karena memar, juga bisa menyebabkan bagian dari paru-

paru rusak. Makrofag, neutrofil, dan sel-sel inflamasi lainnya dan komponen

darah bisa memasuki jaringan paru-paru dan melepaskan faktor-faktor yang

menyebabkan peradangan, meningkatkan kemungkinan kegagalan pernapasan.

Sebagai respon terhadap peradangan, kelebihan lendir diproduksi, berpotensi

memasukkan bagian dari paru-paru dan menyebabkan rusaknya paru-paru.

Bahkan ketika hanya satu sisi dada yang terluka, radang juga dapat

mempengaruhi paru-paru lainnya. Jika peradangan ini cukup parah, dapat

menyebabkan disfungsi paru-paru seperti yang terlihat pada sindrom distres

pernapasan akut.

Ventilasi/perfusi mengalami mismatch, biasanya rasio ventilasi perfusi

adalah sekitar satu banding satu. Volume udara yang masuk alveoli (ventilasi)

adalah sama dengan darah dalam kapiler di sekitar perfusi. Rasio ini menurun

pada kontusio paru, alveoli terisi cairan, tidak dapat terisi dengan udara,

oksigen tidak sepenuhnya berikat hemoglobin, dan darah meninggalkan paru-

paru tanpa sepenuhnya mengandung oksigen.

Tanda dan gejala pasien dengan kontusio paru adalah sebagai berikut:

Takikardi

Dyspnoe

94

Page 96: Longcase Tn. Roni

Bronchoorhea/ Sekresi bercampur darah

Takipnea

Hipoksia

Perubahan Kesadaran

Dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam setelah trauma.

Pada kasus berat, gejala dapat terjadi secepat tiga atau empat jam setelah

trauma

Hipoksemia

Sianosis

Adapun pemeriksaan penunjang untuk menegakan kontusio paru adalah

dengan melakukan pemeriksaan foto rontgen thoraks, dimana akan

memberikan gambaran infiltrate yang biasanya timbul bersamaan dengan

adanya gambaran fraktur iga multiple.

Prinsip tatalaksana utama kontusio paru adalah patency airway, oksigenasi

adekuat, kontrol nyeri serta monitoring untuk mencegah terjadinya komplikasi

lebih lanjut, karena pasien dengan kontusio paru merupakan predisposisi

terjadinya pneumonia dan ARDS (acute respiratory distress syndrome) akibat

pelepasan sitokin inflamasi dari daerah kontusio paru tersebut.

2) Luka Bakar

Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

mortalitas tinggi. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan

permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara

langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,

maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat,

basa kuat).10

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai

peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari

tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa

sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit

bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis

kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit

bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,

95

Page 97: Longcase Tn. Roni

telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal

dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan

lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari

mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan

ikat.11

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.

Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula

yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan

intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan

cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang

terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng

luka bakar derajat tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi

tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok

hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,

berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin

berkurang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah

delapan jam.12

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat

terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang

terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan

jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak

bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun

lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga

hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah

lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi

koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta

penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan

meningkatnya diuresis.12

Penilaian derajat luka bakar :

1. Luka bakar grade I

96

Page 98: Longcase Tn. Roni

a. Disebut juga luka bakar superficial

b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah

dermis.Sering disebut sebagai epidermal burn

c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.

d. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

2. Luka bakar grade II

a. Superficial partial thickness:

- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis

- Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada

luka bakar grade I

- Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka

- Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang

basah

- Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena

tekanan

- Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu (bila tidak terkena

infeksi), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.

b. Deep partial thickness

- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis disertai

juga dengan bula

- Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari

vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya

sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa

aliran darah

- Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

3. Luka bakar grade III

a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen

b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan

pembuluh darah sudah hancur.

c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan

tulang

4. Luka Bakar grade IV

Berwarna hitam.

97

Page 99: Longcase Tn. Roni

Tatalaksana Luka Bakar

a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya

dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk

menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala

b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek

torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi

oedem.

c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air

atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima

belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu

tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap

meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang

terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga

kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi cara ini tidak dapat

dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya

hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar

apapun.14

d. Evaluasi awal

e. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka

akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing

Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen

spesifik luka bakar pada survey sekunder.

Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi.

Biasanya ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang

gosong. Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara,

perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan

intubasi endotracheal, kemudian beri oksigen melalui mask face atau

endotracheal tube.Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain,

biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor.

Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada

luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas

merupakan prioritas utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan

untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.

98

Page 100: Longcase Tn. Roni

Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali

untuk menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk

membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air

mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial

thickness), sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh

lapisan kulit (full thickness).

Resusitasi cairan

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,

pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena

yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak

terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena

adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar,

tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas

cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang

menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.

Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan

cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi

maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip

dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler

dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.

Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48

jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5

sampai 1.5mL/kgBB/jam.

Perawatan Luka Bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan

dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan

ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera

sembuh rasa sakit yang minimal.

Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan

luka ini memiliki beberapa fungsi:

- Pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan

epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur.

99

Page 101: Longcase Tn. Roni

- Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi

pasien tidak hipotermi.

- Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar pasien

merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.

- Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya

barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup

dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan

melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,

Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.

- Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya,

pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut

dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan

lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat

dari bahan alami Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft,

cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

- Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal

dan cangkok kulit (early exicision and grafting).13

2. Syok Hipovolemik14,15,16

a. Pengertian Syok

Syok merupakan suatu keadaan patofisiologik dinamik yang terjadi apabila oxygen

delivery ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan

oksigen. Sebagai respon terhadap pasokan oksigen yang tidak adekuat, metabolisme

energi sel berubah menjadi metabolism anaerobik.

b. Etiologi syok

1) Syok hipovolemik, merupakan syok yang disebabkan karena tubuh:

- Kehilangan darah (syok hemoragik) :

Hemoragik eksternal : trauma

Hemoragik internal : perdarahan intraorgan, seperti perdaraha

gastrointestinal, hematothoraks, hematoma.

- Kehilangan plasma : luka bakar

- Kehilangan cairan dan elektrolit :

Eksternal : muntah, diare, keringat yang berlebih

Internal : asites, obstruksi usus

100

Page 102: Longcase Tn. Roni

2) Syok non-hemoragik, seperti :

- Tension pneumothoraks

- Syok kardiogenik : merupakan syok yang terjadi akibat adanya gangguan

perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi jantung.

- Syok septik : merupakan syok yang terjadi karena penyebaran atau invasi

kuman dan toksiknya di dalam tubuh yang berakibat pada vasodilatasi

pembuluh darah.

- Syok neurogenik : merupakan syok yang terjadi akibat adanya gangguan

perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi system saraf simpatis

sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Misalnya pada keadaan trauma

tulang belakang, spinal shock.

- Syok anafilaktik : merupakan syok yang terjadi akibat adanya gangguan

perfusi jaringan yang disebabkan oleh adanya reaksi antigen antibody yang

mengeluarkan histamine dengan akibat peningkatan permeabilitas membrane

kapiler dan terjadi dilatasi arteriola sehingga venous return menurun. Misalnya

pada kejadian reaksi transfuse, sengatan serangga, dan lainnya.

c. Syok hipovolemik

1) Pengertian syok hipovolemik

Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditandai dengan

menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik

juga dapat disebabkan karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya

volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel kiri pada

akhir diastole yang akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah jantung

(cardiac output). Keadaan ini menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi

dari pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga

perfusi semakin memburuk.

2) Fase syok

Secara fisiologis, syok hipovolemik dibagi menjadi 4 fase, yaitu:

1. Fase inisial

Pada fase ini, gejala dan tanda yang muncul tidak terlalu signifikan

karena tubuh masih mentoleransi jumlah cairan yang hilang. Namun,

pasien dapat cepat berpindah ke fase berikutnya bahkan tidak melewati

fase ini apabila jumlah cairan yang hilang dari tubuh cukup banyak.

Gejala dan tanda :

101

Page 103: Longcase Tn. Roni

- Tekanan darah menurun 5-10 mmHg

- Denyut jantung agak meningkat

2. Fase kompensasi

Pada fase ini tubuh berusaha lebih keras untuk mengkompensasi

hilangnya volume cairan, sehingga akan terjadi perubahan besar pada

tanda vital. Pemberian resusitasi cairan dan pencegahan kehilangan cairan

lebih lanjut pada tahap ini sangat penting.

Gejala dan tanda :

- Penurunan tekanan darah 10-15 mmHg

- Takikardi (untuk mencukupi jumlah cardiac output)

- Takipnea (sebagai kompensasi terhadap penurunan perfusi jaringan)

- Peningkatan aliran darah ke organ vital (otak, paru, jantung)

- Penurunan jumlah urin (sebagai kompensasi peningkatan aliran darah

ke organ vital)

- Vasokonstriksi perifer : akral dingin, peningkatan capillary refill time

3. Fase Progresif

Apabila tubuh tidak dapat mengkompensasi kehilangan cairan yang

terjadi, maka syok akan berlanjut pada fase ini. Pada fase ini akan terjadi

hipotensi yang menyebabkan penurunan perfusi pada organ vital yang

kemudian berujung pada kerusakan organ.

Gejala dan tanda:

- Penurunan tekanan darah

- Nadi meningkat dan melemah

- Penurunan vaskularisasi pada kulit, abdomen, dan ginjal :

Kulit dingin

Penurunan bising usus akibat motilitas usus yang menurun

Penurunan jumlah urin

4. Fase refraktor

Pada fase ini terjadi kerusakan organ multiple yang bersifat

irreversible.

Gejala dan tanda :

- Hipoksia

- Oligouria

- Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

102

Page 104: Longcase Tn. Roni

3) Etiologi syok hipovolemik

Syok hipovolemik sebagian besar disebabkan oleh perdarahan, baik

internal maupun eksternal, atau karena kehilangan cairan ke dalam jaringan

kontusio.

Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan

intravaskuler, misalnya terjadi pada :

- Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan organ dalam

seperti hemothoraks, rupture limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.

- Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan

darah yang besar. Misalnya fraktur humerus menghasilkan 500-1000 m

perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.

- Kehilangan cairan intravascular lain yang dapat terjadi karena kehilangan

protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada :

Gastrointestinal : peritonitis, pancreatitis, dan gastroenteritis

Renal : terapi diuretic, krisis penyakit Addison

Luka bakar (combutio) dan anafilaksis

4) Patofisiologi

Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi

system fisiologi utama sebagai berikut : system hematologi, kardiovaskuler,

ginjal, dan neuroendokrin.

1. Sistem hematologi

Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan

akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh

darah (melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan

darah immature pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak

menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin

dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk

menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang

sempurna.

2. Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik

dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas

miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi

akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar

103

Page 105: Longcase Tn. Roni

tonus nervus vagus. Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan

mengalirkan darah ke otak, jantung dan ginjal dengan mengurangi perfusi

ke kulit, otot, dan gastrointestinal.

3. Sistem renal

Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan

sekresi rennin dari apparatus juxtaglomeruler. Rennin akan mengubah

angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi

menjadi angiotensin II I paru-paru dan hati. Angiotensin II mempunyai 2

efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok

hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi

sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggung jawab

pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.

4. Sistem neuroendokrin

Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan

meningkatkan antidiuretik hormone (ADH) dalam sirkulasi. ADH

dilepaskan dari glandula pituitary posterior sebagai respon terhadap

penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap

penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara

tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam

pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.

5) Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang muncul sebanding dengan volume darah yang

berkurang. Semakin banyak volume darah yang hilang, semakin berat gejala

klinis yang dapat ditemui.

1. Takikardi

Terjadi karena tubuh berusaha mencukupi cardiac output. Seperti yang

diketahui, cardiac output merupakan hasil perkalian antara stroke volume

dengan heart rate (CO = HR x SV). Pada keadaan syok hipovolemik, yang

terjadi adalah penurunan stroke volume, sehingga untuk tetap

mempertahankan cardiac output, kompensasi yang dilakukan adalah

dengan meningkatkan heart rate.

2. Nadi yang cepat dan lemah

Berhubungan dengan poin sebelumnya, akibat denyut jantung yang

meningkat, maka denyut nadi juga akan meningkat, namun melemah

104

Page 106: Longcase Tn. Roni

akibat volume vaskuler yang menurun pada keadaan syok serta pengalihan

vaskularisasi ke organ vital, yaitu otak, paru, dan jantung.

3. Hipotensi

Hipotensi terjadi akibat volume darah yang berkurang, yang kemudian

menyebabkan venous return menurun dan lama-kelamaan tekanan darah

juga akan menurun sebagai hasil dari volume sirkuasi yang menurun.

4. Perubahan status mental

Hal ini terjadi akibat penurunan perfusi oksigen ke otak. Pasien akan

menunjukkan gejala seperti agitas. Penurunan kesadaran dapat terjadi

apabila terjadi kehilangan darah yang lebih dari 2 liter.

5. Penurunan jumlah urin

Akibat pengalihan vaskularisasi ke otak, jantung, dan paru, maka akan

terjadi penurunan aliran darah ke ginjal yang bermanifestasi klinis pada

penurunan jumah urin.

6. Akral dingin

Hal ini juga disebabkan oleh hal yang sama, yaitu peningkatan aliran darah

ke organ vital dan penurunan aliran darah ke tempat lain, yang berarti

terjadi penurunan perfusi ke kulit sehingga kulit teraba dingin, dan lembab,

terutama daerah akral.

6) Derajat syok hipovolemik

Syok hipovolemik merupakan kondisi dimana terjadinya kehilangan volume

sirkulasi yang berujung pada kegagalan organ akibat perfusi yang inadekuat.

Syok hipovolemik sendiri paling sering disebabkan oleh perdarahan. Maka

berdasarkan jumlah darah yang hilang, syok hipovolemik dibagi menjadi 4

kelas, yaitu:

Parameter Class I Class II Class III Class IV

Blood loss (ml) <750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml

Blood loss (%) <15% 15-30% 30-40% >40%

Pulse rate (beats/min) <100 >100 >120 >140

Blood pressure Normal Decreased Decreased Decreased

Respiratory rate

(freq/min)

14-20 20-30 30-40 >40

Urin output (ml/hr) >30 20-30 5-15 Negligible

CNS symptoms Normal Anxious Confused Lethargic

105

Page 107: Longcase Tn. Roni

7) Pemeriksaan penunjang

1. Darah lengkap

2. Analisa gas darah

3. Kadar elektrolit

4. Tes faal ginjal

5. Golongan darah (bila perlu transfuse darah)

6. EKG (untuk monitoring jantung)

7. Tes kehamilan

8) Penatalaksanaan

Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan

untuk memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh, dan

mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab

syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan

kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi

ABCDE, dengan focus utama adalah pada resusitasi ABC, yaitu:

1. Primary survey, meliputi :

Airway

Ada tiga hal utama dalam tahap airway, yaitu look, listen, dan feel.

Look yaitu melihat ada atau tidaknya obstruksi jalan napas, berupa

agitasi (hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia),

pergerakan dada dan perut pada saat bernapas, adanya sumbatan di

hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada atau

tidaknya darah. Tahap kedua yaitu listen, mendengar bunyi napas.

Ada dua jenis suara napas, yaitu suara napas tambahan obstruksi

parsial, berupa gargling (sumbatan karena cairan), dan snoring

(sumbatan karena udara), dan yang kedua, yaitu suara napas hilang

berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir, yaitu feel, pada

tahap ini merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung

pasien

Breathing

106

Page 108: Longcase Tn. Roni

- Look : Melihat apakah pasien bernapas, dan bagaimana

pengembangan dada, apakah napasnya kuat atau tidak,

keteraturannya, dan frekuensinya.

- Listen : Mendengar suara napas, apakah vesikuler terdengar

atau tidak, dan apakah terdapat suara napas tambahan atau

tidak.

- Feel : Merasakan pengembangan dada saat bernapas, dan

melakukan perkusi thoraks.

Circulation

- Look : Mengamati nadi saat diraba, aada atau tidaknya sianosis,

ada atau tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien.

- Feel : Perabaan nadi, tekanan darah, dan akral.

- Listen : Bunyi aliran darah saat dilakukan pemeriksaan tekanan

darah.

Disability

Melakukan pengkajian GCS (Glassgow Coma Scale), dan kedua

pupil dengan menggunakan penlight. Dilakukan pemeriksaan

neurologis singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,

pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik, dan sensorik.

Exposure

Penderita harus dibuka seluruh pakaiannya dan dilakukan

pemeriksaan mulai dari ujung kepala hingga jari kaki untuk

mencari ada atau tidaknya cedera.

2. Secondary survey : meliputi pengkajian fisik.

3. Tertiary survey : dilakukan selain pengkajian primary dan secondary

survey, misalnya terapi atau resusitasi cairan.

107

Page 109: Longcase Tn. Roni

108

Page 110: Longcase Tn. Roni

BAB V

KESIMPULAN

Seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun datang diantar oleh keluarganya ke IGD RS

Badan Pengusahaan Batam pasca kecelakaan lalu lintas 3,5 jam sebelum masuk rumah

sakit. Pasien dirujuk dari RS Casa Medical. Pasien dibonceng dengan rekannya

menggunakan sepeda motor tanpa menggunakan helm dan ditabrak dari arah belakang

oleh mobil dan masuk ke dalam kolong mobil. Pasien tidak mengingat kejadian, dan

hanya ingat telah sampai di RS Casa Medical. Tidak ada anggota keluarga yang melihat

kejadian sehingga tidak dapat diceritakan kronologis kecelakaan secara lengkap. Pasien

tidak pingsan, namun mengeluh adanya nyeri kepala, dan sempat muntah 2 kali saat

kejadian. Pasien masih dapat berjalan, namun lengan kanan tidak dapat digerakkan. OS

telah mendapat penanganan jahitan luka robek pada superior palpebra, aurikula sinistra,

dan siku lengan kanan serta terapi cairan NaCl / 8 jam di RS Casa Medical.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat, kesadaran pasien compos

mentis, dengan GCS 15 (E4V5M6), tekanan darah 86/42 mmHg, nadi 115x/ menit,

pernapasan 32x/ menit, suhu 36 oC. Pada pemeriksaan mata, didapatkan kedua

konjungtiva tampak pucat, kedua pupil bulat, isokor, dengan diameter 3 mm / 3 mm.

Pada pemeriksaan thoraks, didapatkan suara napas vesikuler kiri melemah, tidak terdapat

ronkhi ataupun wheezing. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan combutio grade II 6%

pada region pinggang kiri. Pada pemeriksaan ekstremitas, didapatkan akral teraba dingin

pada keempat ekstremitas, adanya oedem pada bahu kanan, disertai nyeri tekan, dan

keterbatasan gerak sendi aktif serta pasif, dengan kekuatan motorik adalah 2, sedangkan

ekstremitas atas kiri, serta kedua ekstremitas bawah kekuatan motoriknya adalah 3, tanpa

keterbatasan gerak sendi.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, serta penurunan kadar

hemoglobin dan eritrosit secara bertahap. Pada pemeriksaan foto rontgen regio

articulation glenohumeral dekstra, didapatkan fraktur tertutup column humerus dekstra,

dan pada pemeriksaan foto rontgen thoraks didapatkan bercak infiltrate dikedua lapang

paru, terutama pada lapang paru kiri yang menandakan adanya kontusio paru, serta

didapatkan fraktur costae 2, 3, 4 sinistra, dan fraktur costae 3, 4, 5, 6 dekstra.

109

Page 111: Longcase Tn. Roni

Diagnosa pasien adalah syok hipovolemik, trauma tumpul toraks dengan fraktur iga

multiple disertai kontusio paru, fraktur tertutup komplit humerus dekstra, serta combutio

grade II 6%. Dengan prinsip penanganan yang tepat berdasarkan pada Advanced Trauma

Life Support, masalah airway, breathing, circulation, disability, serta exposure pada

pasien dalam kasus ini dapat teratasi dengan baik, serta dengan perawatan yang

maksimal selama beberapa hari menunjukan adanya perbaikan dari keadaan umum,

tanda vital, serta pemulihan fisik pasien.

110

Page 112: Longcase Tn. Roni

DAFTAR PUSTAKA

1. Trunkey DD. Thoracic trauma. In: Trunkey DD, 1. Lewis FR (eds). Current therapy of

trauma 1984–1985. Philadelphia: BC Decker; 1984.p.85–91.

2. Howell NJ, Ranasinghe AM, Graham TR. Man2. Agement of rib and sternal fractures.

Trauma; 2005;7.p.47–54.

3. Weinberg JA, Croce MA. Chest wall injury. In: 3. Flint L, JW Meredith, CW Schwab,

Trunkey DD, LW Rue, PA Taheri (eds). Trauma: Contemporary principles and therapy

(1st edn). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.p.358–60.

4. Lloyd JW, Smith AC, O'Connor BT. Classification 4. of chest injuries as an aid to

treatment. Brit Med. J; 1965;1.p.1518–23.

5. Greaves I, Dyer P, Porter KM.. Handbook of immediate care. London: Edward Arnold

1995.

6. Bernard B. Bones fractures. 2009. Available at: http://www.google.com//fraktur-shaft-

humerus.pdf. Accessed on: August 1st 2014.

7. Ellis H. The ribs and intercostal spaces. Anaesth Intensive Care Med; 6;12.p.399–400.

8. Duan Y, Smith CE, Como JJ. Cardiothoracic trau8. ma. In: Wilson WC, Grande CM,

Hoyt DB (eds). Trauma: emergency resuscitation perioperative anesthesia surgical

management (Vol. 1). New York: Informa Healthcare 2007.p.469–99.

9. Nebraska Department of Health and Human Services Trauma. Practice guidelines and

algorithms. State of Nebraska:Rev; January 2008.

10. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Jakarta: EGC.p.66-88.

11. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. In: Surabaya

Plastic Surgery. Available at: http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com. Accessed on:

August 1st 2014.

12. James M Becker. Essentials of Surgery. 1st Ed. Saunders Elsevier. Philadelphia. P.118-29.

13. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of

Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

14. St. John. Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book. Chapter 19.

15. Garner K. Management of hypovolemic shock in the trauma patient. 2013.

16. Buttler A. Shock – recognition, pathophysiology, and treatment. 2010. Available at:

http://www.dcavm.org/10oct.html. Accessed on July 30th of 2014.

111

Page 113: Longcase Tn. Roni

17. Kolecki P. Hypovolemic shock. 2012. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/760145-overview#a0104. Accessed on 30th July

2014.

112