Lokita Pradnyana_ PDA Pada NEONATUS
Click here to load reader
-
Upload
lokitapradnyana -
Category
Documents
-
view
32 -
download
5
Transcript of Lokita Pradnyana_ PDA Pada NEONATUS
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS
PADA NEONATUS
Oleh:
Putu Lokita Pradnyana Putra
NIM. 0902005107
SEMESTER VII
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Patent
Ductus Arteriosus pada Neonatus.”
Tugas ini disusun berdasarkan data-data dari beberapa textbook dan jurnal yang
dapat dipertanggungjawabkan. Penyajian laporan ini dengan sesederhana mungkin
agar nantinya dapat berguna di masyarakat. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada pihak - pihak yang mendukung dalam penyusunan tugas ini.
Penulis sadar paper ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis
butuhkan dalam penyempurnaan laporan ini. Semoga paper ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca
Denpasar, 23 Januari 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3
2.1 PENGERTIAN...........................................................................................................3
2.2 EPIDEMIOLOGI.......................................................................................................3
2.3 PATOFISIOLOGI......................................................................................................3
2.4 ETIOLOGI.................................................................................................................4
2.5 MANIFESTASI KLINIS...........................................................................................5
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..............................................................................5
2.7 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS.................................................................................6
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS..............................................................................6
2.9 KOMPLIKASI...........................................................................................................7
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era modern sekarang ini, manusia dihadapkan dengan berbagai
perilaku, gaya hidup, dan lingkungan yang sangat kompleks. Konsekuensinya
pun beragam, diantaranya muncul berbagai penyakit dan keluhan kesehatan
yang tentu mengganggu aktivitas.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal), yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri
pulmonal yang bertekanan rendah.
Diperkirakan insiden dari PDA sebesar 1 dari 2000 kelahiran normal.
Perubahan hemodinamika pirai (shunt) yang terjadi akibat PDA terdapat pada
40% kasus pada bayi dibawah 1000 gram dan 20% kasus pada bayi antara
1000 – 1500 gram. Penyebab terjadinya penyakit PDA pada kelahiran bayi
belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga
mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian PDA tersebut.
Sehingga diperlukan pemahaman dan pembahasan lebih lanjut
terhadap penyakit Patent Ductus Arteriosus, agar penanganan dini dapat
segera dilakukan demi kesejahteraan dari pada kelahiran bayi.
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1 Bagaimana definisi dari Patent Ductus Arteriosus ?
1.1.2 Bagaimana patofisiologi dan manifestasi klinis dari Patent Ductus
Arteriosus?
1.1.3 Bagaimana cara diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada Patent Ductus Arteriosus?
1.1.4 Bagaimana manajemen dari Patent Ductus Arteriosus
1
1.3 Tujuan
1.1.1 Untuk mengetahui definisi dari Patent Ductus Arteriosus.
1.1.2 Untuk mengetahui patofisiologi dan manifestasi klinis dari Patent
Ductus Arteriosus.
1.1.3 Untuk mengetahui cara diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada Patent Ductus Arteriosus.
1.1.4 Untuk mengetahui manajemen dari Patent Ductus Arteriosus.
1.4 Manfaat
Diharapkan melalui penulisan paper ini, didapatkan informasi tentang
definisi dari Patent Ductus Arteriosus, tanda dan gejala klinis dari penyakit
tersebut. Serta mengetahui pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam
diagnosis Patent Ductus Arteriosus, manajemen dari Patent Ductus Arteriosus
serta komplikasi yang dapat timbul.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Patent ductus arteriosus adalah kegagalan menutup ductus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Pada masa janin, PDA merupakan
saluran penting bagi aliran darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta desendens,
terletak distal dari percabangan arteri subclavia kiri.
Ductus arteriosus adalah komponen penting dari sirkulasi janin yang
menghubungkan antara arteri paru-paru dan aorta. Setelah lahir, biasanya
menutup dalam waktu 48 jam. Patent ductus arteriosus meningkatkan aliran darah
paru, volume atrium kiri dan ventrikel kiri, sehingga menghasilkan redistribusi
aliran darah sistemik. (Hermes-DeSantis, 2006)
Kegagalan duktus arteriosus untuk menutup dalam waktu 48-96 jam
setelah kelahiran menyebabkan perubahan aliran darah dari kiri ke kanan dan
meningkatnya aliran darah pada sirkulasi paru-paru. Hal ini sering terjadi pada
kelahiran prematur dengan gangguan pernapasan. (Agarwal, Ramesh. 2007)
2.2 EPIDEMIOLOGI
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomi menutup dalam
2-3 minggu pertama. Diperkirakan insiden dari PDA sebesar 1 dari 2000 kelahiran
normal. Perubahan hemodinamika pirai (shunt) yang terjadi akibat PDA terdapat
pada 40% kasus pada bayi dibawah 1000 gram dan 20% kasus pada bayi antara
1000 – 1500 gram. Bayi prematur banyak yang menderita PDA. (Agarwal,
Ramesh. 2007)
2.3 PATOFISIOLOGI
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan
(shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja dalam
masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran
3
darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium
kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik
melalui duktus arteriosus. (Hamrick, Shannon et al. 2010)
Normalnya, duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama dan
berakhir pada bagian superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari
percabangan arteri subklavia kiri. Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari
lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos
terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda
dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
(unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
Duktus arteriosus menutup secara spontan dalam beberapa jam sampai
beberapa hari setelah lahir. Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan
fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Tidak
terjadi penutupan berarti adanya abnormal aliran darah dari tekanan aorta yang
tinggi ke tekanan rendah arteri pulmonal. Kemudian akan meningkatkan aliran
darah pulmonal dan bahkan akan mengalami kongesti pulmonal dan CHF.
Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan
penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus
yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan
oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR).
2.4 ETIOLOGI
Pada kebanyakan kasus, penyebab terjadinya PDA belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit PDA tersebut. Diantaranya : (Schneider,
2006)
1. Genetik, seperti :
a. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
b. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
c. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
4
2. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down, trisomy 21 dan 18
3. Faktor prenatal, seperti :
a. Ibu menderita penyakit infeksi seperti Rubella.
b. Ibu pecandu alkohol.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4. Lainnya, seperti pemakaian infus prostaglandin (PG), High Altitude,
hipoksia
5. Kelahiran prematur
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom
gawat nafas). Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA
lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) antara
lain : (Webb et al., 2011):
kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling keras
terdengar di tepi parasternum kiri atas)
tekanan nadi besar (water hammer pulses) / nadi menonjol dan meloncat-
loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemi
resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal
infeksi saluran nafas berulang
mudah lelah
apnea
retraksi dada
hipoksemia
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto Thorak : Atrium kiri dan ventrikel kiri membesar (adanya
kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
5
2. Ekhokardiografi : Digunakan untuk melihat apakah ada dilatasi atrium
kiri, diastol turbulensi (backflow) pada doppler di arteri pulmonal, dan
mengukur diameter PDA.
3. Pemeriksaan dengan pewarnaan Doppler : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan. Pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar.
5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ekhokardiografi atau doppler apabila diragukan atau ada kecurigaan defek
tambahan lainnya. (Agarwal, Ramesh. 2007)
2.7 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
AV fistula
Ruptur sinus valsava
Aorto-pulmonary window
2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan prophylaksis (Tidak Direkomendasikan)
Indometachin pernah diujikan sebagai prophylaksis pada bayi
premature <1000 gram. Pada hasil ditemukan pengurangan gejala PDA,
tetapi tidak terjadi perubahan pada perkembangan saraf dan morbiditas
jangka panjang. Diteliti lebih lanjut, indometachin mempunyai efek
mengurangi aliran darah ke cerebral dan ginjal, sehingga tidak
direkomendasikan sebagai agen prophylaksis dari pencegahan PDA.
2. Penatalaksanaan Symptom awal
Pada strategi ini, penatalaksanaan dimulai sesegera mungkin
setelah PDA dideteksi walaupun perubahan hemodinamika yang
signifikan belum terjadi. (Agarwal, Ramesh. 2007)
Untuk berat bayi <1000 gram : dari kelahiran yang dideteksi mengidap
PDA, 80% bayi akan mengalami perubahan hemodinamika. Oleh
6
karena itu, direkomendasikan untuk menangani PDA pada grup ini
sesegera mungkin.
Untuk berat bayi >1000 gram : penatalaksanaan awal tidak
direkomendasikan pada grup ini karena perkembangan dari gejala
PDA umumnya jarang dan penutupan ductus spontan telah terjadi.
3. Penatalaksanaan Konservatif : (Agarwal, Ramesh. 2007)
a. Restriksi cairan
b. Cegah hipoksia dan asidosis
c. Pemberian obat-obatan :
Furosemid diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan
diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular.
Perhatikan status hidrasi sebelum dan selama penanganan dengan
furosemide.
Indomethacin (sebagai inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus. Bisa digunakan secara oral
melalui orogastric tube dan melalui intravena. Dosisnya IV 3 x 0,2
mg/kg.
Ibuprofen juga merupakan prostaglandin inhibitor dan efektif untuk
penutupan duktus. Obat ini memiliki efek yang lebih sedikit pada
aliran sarah mesentrik dan cerebral apabila dibandingkan dengan
indometachin.
Pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis
bakterial.
d. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus dilakukan apabila
terdapat kontrainidikasi pada terapi konservatif dan tidak adanya
perubahan yang kedua kalinya pada hasil penggunaan obat
indometachin
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien PDA yaitu :
Endokarditis
Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7
CHF
Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
Enterokolitis nekrosis
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas
atau displasia bronkkopulmoner)
Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
Hiperkalemia (penurunan keluaran urin)
Aritmia
Gagal tumbuh
8
BAB III
KESIMPULAN
Ductus arteriosus adalah komponen penting dari sirkulasi janin yang
menghubungkan antara arteri paru-paru dan aorta. Setelah lahir, biasanya
menutup dalam waktu 48 jam. Patent ductus arteriosus meningkatkan aliran darah
paru, volume atrium kiri dan ventrikel kiri, sehingga menghasilkan redistribusi
aliran darah sistemik
Diperkirakan insiden dari PDA sebesar 1 dari 2000 kelahiran normal.
Perubahan hemodinamika pirai (shunt) yang terjadi akibat PDA terdapat pada
40% kasus pada bayi dibawah 1000 gram dan 20% kasus pada bayi antara 1000 –
1500 gram Beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit PDA tersebut. Diantaranya : Genetik, Kelainan
Kromosom, faktor prenatal, dan kelahiran prematur Bayi dengan PDA kecil
mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-
tanda gagal jantung kongestif (CHF)
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah restriksi cairan, cegah hipoksia
dan asidosis, pemberian obat-obatan seperti furosemide, indomethacin, ibuprofen,
pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bacterial serta
pembedahan.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Madan, Juliette et al. 2009. Patent Ductus Arteriosus Therapy: Impact on
Neonatal and 18-month Outcome. American Academy of pediatrics.
2. Hamrick, Shannon et al. 2010. Patent Ductus Arteriousus of the Preterm
Infant. American Academy of pediatrics.
3. Archer, Nick. 1993. Patent ductus arteriousus in the newborn.
Departement of Pediatric, Oxford.
4. DeSantis Hermes. 2006. Original article : Patent Ductus Arteriosus
pathophysiology and management. Ruben Wood Johnson University
Hospital, University of California, San Fransisco, USA.
5. Agarwal, Ramesh. 2007. Patent Ductus Arteriosus in Preterm Neonates.
All India institute of Medical Science, New Delhi.
6. American Heart Association. 2009. Patent Ductus Arterious (PDA).
American
7. Schneider, D. J., Moore, J. W. 2006. Patent Ductus Arteriosus.
Circulation 114: 1873-1882.
8. Webb, G. D., Smallhorn, J. F., Therrien, J., Redington, A. N., 2011.
Congenital Heart Disease. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of
Cardiovascular Medicine, 9th ed. Philadelphia, Pa:Saunders Elsevier;
chap 65.
10
LAMPIRAN
JURNAL
11