Lo Tutorial Neuro No 4&9 Week 1

5
4. Bagaimana mekanisme terjadinya penurunan sensibilitas kulit. Perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal dari somatopleura yaitu kulit, tulang dan jaringan pengikat, dinamakan somestesia. Somestesia mencakup perasaan protopatik (rasa nyeri, suhu dan rasa tekan) dan perasaan proprioseptif (rasa gerak, getar, sikap dan rasa halus). Perasaan protopatik ialah perasaan yang berasal dari alat perasa pada kulit dan mukosa yang bereaksi terhadap rangsang dari luar atau perubahan di sekitarnya. Alat perasa ialah ujung-ujung susunan saraf aferen. Ujung serabut saraf aferen sebagian memperlihatkan suatu bentuk dan sebagian merupakan serabut bebas yang tidak memperlihatkan bentuk khusus. Ujung serabut bebas atau nosiseptor merupakan alat perasa nyeri. Ujung serabut saraf yang tersusun seperti sisir dinamakan alat Ruffini merupakan alat perasa panas. Ujung serabut saraf yang berbentuk seperti bunga mawar yang masih kuncup dinamakan alat Krause dan merupakan alat perasa dingin. Alat perasa seperti piring atau alat Merkel dan alat perasa berbentuk sekelompok piring yang terbungkus kapsul atau alat Meissner merupakan alat perasaan raba. Apabila alat-alat tersebut di atas dirangsang, suatu potensial aksi terjadi dan ia dikenal sebagai impuls sensorik. Serabut yang menyalurkan impuls raba sebagian tergabung dalam traktus spinotalamikus dan sebagian mengikuti serabut aferen yang menyusun traktus kuneatus dan grasilis. Impuls raba yang disalurkan melalui serabut spinotalamik/talamo-kortikal menimbulkan perasaan diraba yang bersifat umum, yaitu merasa diraba tanpa mengenal tempat yang diraba. Impuls raba yang dihantarkan serabut traktus kuneatus dan grasilis mewujudkan perasaan raba yang mempunyai sifat lokalisasi dan diskriminasi, yaitu

description

LO

Transcript of Lo Tutorial Neuro No 4&9 Week 1

Page 1: Lo Tutorial Neuro No 4&9 Week 1

4. Bagaimana mekanisme terjadinya penurunan sensibilitas kulit. Perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal dari somatopleura yaitu

kulit, tulang dan jaringan pengikat, dinamakan somestesia. Somestesia mencakup perasaan protopatik (rasa nyeri, suhu dan rasa tekan) dan perasaan proprioseptif (rasa gerak, getar, sikap dan rasa halus).

Perasaan protopatik ialah perasaan yang berasal dari alat perasa pada kulit dan mukosa yang bereaksi terhadap rangsang dari luar atau perubahan di sekitarnya. Alat perasa ialah ujung-ujung susunan saraf aferen. Ujung serabut saraf aferen sebagian memperlihatkan suatu bentuk dan sebagian merupakan serabut bebas yang tidak memperlihatkan bentuk khusus. Ujung serabut bebas atau nosiseptor merupakan alat perasa nyeri. Ujung serabut saraf yang tersusun seperti sisir dinamakan alat Ruffini merupakan alat perasa panas. Ujung serabut saraf yang berbentuk seperti bunga mawar yang masih kuncup dinamakan alat Krause dan merupakan alat perasa dingin. Alat perasa seperti piring atau alat Merkel dan alat perasa berbentuk sekelompok piring yang terbungkus kapsul atau alat Meissner merupakan alat perasaan raba. Apabila alat-alat tersebut di atas dirangsang, suatu potensial aksi terjadi dan ia dikenal sebagai impuls sensorik.

Serabut yang menyalurkan impuls raba sebagian tergabung dalam traktus spinotalamikus dan sebagian mengikuti serabut aferen yang menyusun traktus kuneatus dan grasilis. Impuls raba yang disalurkan melalui serabut spinotalamik/talamo-kortikal menimbulkan perasaan diraba yang bersifat umum, yaitu merasa diraba tanpa mengenal tempat yang diraba. Impuls raba yang dihantarkan serabut traktus kuneatus dan grasilis mewujudkan perasaan raba yang mempunyai sifat lokalisasi dan diskriminasi, yaitu merasa diraba pada suatu daerah pada tubuh dan dapat membedakan intensitasnya.

Gejala sensorik dapat diklasifikasikan dalam 5 golongan, yaitu:o Hilang perasaan kalau dirangsang (anestesia).

o Perasaan terasa berlebihan jika dirangsang (hiperestesia).

o Perasaan yang timbul secara spontan, tanpa adanya perangsangan (parestesia).

o Nyeri.

o Gerakan yang canggung atau simpang siur.

Anestesia dapat terjadi jika reseptor impuls protopatik musnah atau penghantaran penghantaran perifer dan sentralnya terhalang atau terputus. Somestesia yang berlebuhan atau hiperestesia biasanya berupa perasaan tidak enak dan tidak menyenangkan pada area tubuh bila terangsang secara wajar. Gangguan perasaan protopatik yang timbul spontan, tanpa perangsangan khusus dinamakan parestesia, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan kesemutan. Perasaan abnormal pada permukaan tubuh yang dinamakan anestesia dan parestesia dikenal sebagai gangguan sensorik negatif. Sebaliknya, gangguan sensorik positif yaitu nyeri, yang merupakan

Page 2: Lo Tutorial Neuro No 4&9 Week 1

suatu hasil perangsangan terhadap nosiseptor serta unsur-unsur saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke korteks serebri.

Gangguan sensorik negatif disebut juga defisit sensorik. o Hemihipestesia ialah hipestesia yang dirasakan sesisi tubuh. Ditinjau dari

patofisiologinya, maka keadaan ini terjadi karena korteks sensorik primer tidak menerima impuls sensorik dari belahan tubuh kontralateral.

o Hipestesia alternans ialah hipestesia pada belahan wajah ipsilateral terhadap lesi

yang bergandengan dengan hipestesia pada belahan badan (bagian tubuh di bawah kepala) kontralateral terhadap lesi. Lesi yang mendasari pola defisit sensorik itu ialah area jaras spinotalamik dan traktus spinalis nervi trigemini di medulla oblongata.

o Hipestesia tetraplegik ialah hipestesia pada seluruh tubuh kecuali kepala dan

wajah. Defisit sensorik itu timbul akibat lesi transversal yang memotong medulla spinalis di tingkat servikal. Jika lesi itu menduduki segmen medulla spinalis di bawah tingkat T1, maka defisit sensorik yang terjadi dinamakan hipestesia paraplegik.

o Hipestesia selangkangan atau saddle hipestesia adalah hipestesia pada area kulit

selangkangan. Lesi yang mengakibatkannya merusak kauda ekuina.o Hipestesia yang terjadi akibat lesi di radiks posterior dikenal sebagai hipestesia

radikular atau hipestesia dermatomal. Daerah yang hipestetik ialah dermatom yang disarafi oleh serabut-serabut radiks posterior yang terkena lesi.

o Hipestesia perifer ialah hipestesia pada area saraf perifer yang biasanya

mencakup bagian-bagian beberapa dermatom.Sumber: Mardjono, M & Sidharta, P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian

Rakyat.

Page 3: Lo Tutorial Neuro No 4&9 Week 1

9. Di mana letak lesi pada kasus dan cara menentukan lesi pada kasus? Pemeriksaan sensasi taktil/raba

Alat yang dipakai adalah kapas, tissue, bulu, kuas halus, dan lain-lain. Cara pemeriksaan : a. Mata penderita ditutup b. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba alat pada dirinya sendiri. c. Stimulasi harus seringan mungkin, jangan sampai memberikan tekanan terhadap jaringan subkutan. Tekanan dapat ditambah sedikit bila memeriksa telapak tangan atau telapak kaki yang kulitnya lebih tebal. d. Mulailah dari daerah yang dicurigai abnormal menuju daerah yang normal. Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah normal yang kontralateral tetapi sama (misalnya: lengan bawah volar kanan dengan kiri).e. Penderita diminta untuk mengatakan “ya” atau “tidak” apabila merasakan adanya rangsang, dan sekaligus juga diminta untuk menyatakan tempat atau bagian tubuh mana yang dirangsang.Sumber: http://www.kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Modul%20B3%20-%20Pemeriksaan%20Sensorik.pdf

Batas area sensorik yang terganggu harus ditentukan dengan menggerakan stimulus dan meminta pasien mengatakan bila ia merasakan sensasi kembali normal. Pasien menutup mata dan mengatakan apakah ia dapat merasakan sentuhan halus kapas.

Kerusakan pada satu saraf perifer dapat mengakibatkan hilangnya sensasi kutaneus yang dipersarafi saraf tersebut. Kerusakan radiks saraf sensorik juga dapat menyebabkan hilangnya sensasi kutaneus pada seluruh area kulit yang dipersarafi (dermatom). Dermatom yang berhubungan dengan radiks saraf spinalis.

Page 4: Lo Tutorial Neuro No 4&9 Week 1

Pada penyakit medulla spinalis, tanda fisik utama adalah adanya gangguan level sensorik. Contohnya, terjadi gangguan sensorik pada semua dermatom di bawah T10. Ini artinya lesi dapat terjadi pada atau di atas level T10.Sumber: Ginsberg, L. 2008. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga