Lo Modul 5 Blok 11(1)

19
KONSEP DAN PERANAN PERILAKU KESEHATAN A. KONSEP PERILAKU Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi. Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala. Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali

description

ff

Transcript of Lo Modul 5 Blok 11(1)

KONSEP DAN PERANAN PERILAKU KESEHATAN

A. KONSEP PERILAKU

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman, buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan evaluasi.

Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993). Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur. Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.

Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya.

Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo 1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.

Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono 1993).

B. PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :.

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilakupeningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

a. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku kesehatan ini.

b. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain :

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.

3) Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.

4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.

5) Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.

6) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya

c. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini mliputi :

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

2) Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.

Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada orang lain, dan sebagainya)FAKTOR YANG MEPENGARUHI PERILAKU KESEHATAN

Asumsi determinan perilaku manusia adalah :

1. Teori Lawrence Green

Kesehatan seseorang ditentukan oleh 2 faktor :

Faktor perilaku (behavior causes)

Perilaku terbentuk dari 3 faktor :

a. Faktor predisposisi

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.

b. Faktor pendukung

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan misalnya, puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban.

c. Faktor pendorong

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan

Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :

B = f (PF, EF, RF)Keterangan :

B = behavior

PF = predisposing factor

EF = enebling factor

RF = reinforcing factor

f = fungsi

Contoh :

1. Predispondind Factor

Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya diposyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya.

2. Enebling factor

Karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas setempat mengimunusasi anaknya.

3.Reinforcing Factor

Para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain di sekitar tadak pernah mengimunisasi anaknya.

Faktor diluar perilaku (non behavior causes).

2. Teori Snehandu B, Kar Kar

Perilaku itu merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang sehubungan dengan kesehatan (behavior intention).

b. Dukungan sosial dari masyarakat (social-support).

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information).

d. Otonomi pribadi (personal autonomy).

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation)

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

B = f (BI, SS, AL, PA, AS)Keterangannya :

B = behavior

f = fungsi

4BI = behavior intention

SS = social support

AI = accessibility of information

PA = personal autonomy

AS = action situation

Contoh :

Behavior intention

Seorang ibu yang tidak mau ikut KB, mungkin karena ia tidak ada minat dan niat terhadap KB

Social support

Karena tidak ada dukungan dari masyarakat sekitar

Accessibility of information

Tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB.

Personal autonomy

Ia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya, atau orang lain yang ia segani

Action situation

Karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan.

3. Teori WHO

Seseorang berprilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok, yaitu :

1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain.

3. Banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

4. Nilai

Pemikiran dan perasaan di bentuk oleh :

Pengetahuan

Diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain.Contoh , seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya terkena api.

Kepercayaan

Berdasarkan keyakinan tanpa pembuktian terlebih dahulu.Contoh wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan.

Sikap

Diperoleh dari diri sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan yang nyata.

NilaiDi dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.

a. Orang penting sebagai referensi

Contoh, untuk anak-anak sekolah gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka.

b. Sumber-sumber daya

Sumber daya disini mencakup fasilitas uang, waktu, tenaga.Misalnya, pelayanan puskesmas dapat berpengaruh positif terhadap perilaku.

c. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini.Misalnya alasan masyarakat tidak mau berobat kepuskesmas.Mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas, mungkin takut pada dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas.

Secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut :

B = f (TF, PR. R, C )Keterangan :

B = behavior

f = fungsi

TF = thoughts and feeling

PR = personal reference

R = resources

C = cultural

Contoh :

Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga, atau tidak mau buang air besar dijamban, mungkin Karena ia mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak kalau buang air besar dijamban (thoughts and feeling). Atau barangkali karena tokoh idolanya juga tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak ada orang yang menjadi referensinya (personal reference). Factor lain juga mungkin karena langkah sumber-sumber yang diperlukan atau tidak mempunyai biaya untuk membuat jamban keluarga (resources). Factor lain karena kebudayaan (cultural), bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat.

TEORI PERUBAHAN PERILAKU

Health Belief Model

Model ini didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Health Belief Model didasarkan atas 3 faktor :

Kesiapan Individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan.

Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

Perilaku itu sendiri.

Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman , dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.

PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN

TEORI-TEORI PERUBAHAN PERILAKU

1. Teori S-O-R:

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus--Organisme--Respons.

Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak rangsangan (stimulus).

Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning process).

Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak

b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.

c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:

. Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude))

. Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

2. Teori Dissonance : Festinger

Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance).

Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance).

Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).

3. Teori fungsi: Katz

Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).

Prinsip teori fungsi:

a) Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)

b) Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)

c) Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)

d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)

4. Teori Driving forces: Kurt Lewin

Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces).

Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut.

Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.

b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU

1. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara alamiah

2. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan

3. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu.

STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU

Inforcement:

1. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau perundangan.

2. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)

Education:

1. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi atau penyuluhan-penyuluhan.

2. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.

HEALTH SEEKING BEHAVIOR

Adalah perilaku orang untuk mencari penyembuhan pada waktu ia sakit atau mengalami masalah kesehatan.

Reaksi orang pada waktu sakit:

1. Tidak berbuat apa-apa

2. Diobati sendiri (tradisonal atau modern)

3. Mencari pengobatan: Ke pengobat tradisional, Ke fasilitas kesehatan modern (mantri, dokter praktek swasta, Puskesmas, Rumah Sakit)

CARA-CARA PERUBAHAN PERILAKU

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :

1. Dengan Paksaaan.

Ini bisa dengan :

a. Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang sampah disembaerang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jikatidak mentaatl.

b. menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak mengerjakan apa yang dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati kalau tidak diberi oralit waktu mencret

2. Dengan memberi imbalan.

lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.

Dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau tertarik oleh imbalan tersebut, bukan karena kesadran atau keyakinan akan manfatnya

3. Dengan membina hubungan baik.

Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan masyarakat. biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu, karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita. Misal: Pak Lurah membuat jamban karena tidak ingin mengecewakan petugas kesehatan yeng sudah dikenalnya dengan baik Jadi bukan karena kesadarannya

akan pentingnya jamban tersebut.

4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.

Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas dengan lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para petugas juga berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang tempat, tidak membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan tempat sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti ini biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat

5. Dengan memberikan kemudahan.

Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat. mampu membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya. Semua ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan tergerak untuk memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi dekat dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling.

6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi

pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali

disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.

Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil. maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya

STRATEGI DAN METODE PENDIDIKAN KESEHATAN

Pengertian Strategi dan Metode

Strategi pendidikan kesehtan adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi dalam lingkungan pendidikan kesehatan yang meliputi sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada klien. Strategi pendidikan kesehatan tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pendidikan kesehatannya.

Strategi pendidikan kesehatan terdiri dari komponen-komponen materi pendidikan kesehatan dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu klien mencapai tujuan pendidikan kesehatan. Strategi pendidikan kesehatan juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Setiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pendidikan kesehatan berbeda satu sama lain.

Strategi diperlukan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan pendidkan kesehatan yang efektif dan efisien. Strategi pendidikan kesehatann ialah suatu rencana untuk pencapaian tujuan. Strategi pendidikan kesehatan terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin klien betul-betul akan mencapai tujuan, straegi lebih luas daripada metode atau teknik pendidikan kesehatan.

Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi pendidik (metode pendidikan kesehatan) maupun bagi klien (metode belajar). Semakin baik metode yang dipakai, semakin efektif ppencapaian tujuan.

C. Klasifikasi Strategi

Banyak srategi yang dapat dipilih pentuluh atau pendidik. Dalam melaksanakan proses pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, berdasarkan bentuk dan pendekatannya, strategi pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi:

1. Expository

Makna ekspository berarti memberikan informasi yang berupa teori, hukum atau dalil yang disertai bukti-bukti yang mendukung. Pada konteks ini klien hanya menerima saha informas ang diberikan pleh pendidik. Bahan pendidikan kesehatan telah diolah sedemikian rupa sehingga siap untuk disampaikan kepada klien.

Contoh metode ekspository adalah ceramah. Pendidik hanya akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalah. Metode ini merupakan metode klasiik yang sebaiknya mulai ditinggalkan. Apabila pendidik ingin banyak melibatkan klien secara aktif, maka harus menjadi pendidik yang kreatif, sehingga walaupun yang dipilih metode ekspository, pelaksanaan pendidikan kesehatan tetap optimal dan menyenangkan bagi klien.

2. Discovery

Discovery (penemuan) sering pada saat penggunaannya tertukar dengan inquiry (penyelidikan). Penemuan adalah proses mental dimana klien mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya: mengamati, menganalisa, memvalidasi data, mengelompokkan data, menetapkan diagnose dan sebagainya. Misalnya tentang konsep sehat. Setiap masyarakat diharapkan memaknai konsep sehat dan berdaya dalam memenuhi hak akan kesehatannya. Melalui pengamatan diharapkan klien mengidentifikasi konsep sehat dan menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari.

3. Inquiry

Inquiry memiliki makna yang lebih luas dari discovery. Artinya, penyelidikan mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Pada saat seorang penyuluh akan melaksanakan pendidikan kesehatan, sebaiknya tujuan pendidikan kesehatan sudah dirumuskan seara jelas. Sehingga klien dapat melaksanakan pendidikan kesehatan secara optimal. Setelah itu baru menentukan strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu setiap klien dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.

Strategi pendidikan kesehatan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan kondisi semua klien karena setiap klien memiliki kemampuan yang berbeda. Sementara pendidikan kesehatan bertujuan untuk membantu klien mencapai tujuan secara efektif dan produktif. Beberapa kriteria yang dapat menjadi pedoman dalam memilih strategi pendidikan kesehatan yaitu efektif, efisien dan dapat meningkatkan ketertiban klien.

Seorang penyuluh biasanya tidak murni menggunakan strategi ekspository, inquiry, maupun discovery, tetapi dapat menggabungkan antara ketiganya. Penyuluh yang kreatif dapat melihat tujuan yang akan dicapai dan mengkaji kemampuan yang dimiliki klien. Kemudian baru memilih strategi yang efektif dan efisien untuk mencapainya.

Pendidikan kesehatan sebagai suatu proses merupaka suatu sistem yang tiak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi didalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung baik itu sebagian atau seluruhnya.

D. Klasifikasi Metode

Berikut ini adalah beberapa metode yang sering dan memungkinan untuk digunakan dalam pendidikan kesehatan, diantaranya:

a) Ceramah

Ceramah diartikan sebagai proses penyampaian informasi dengan jalan menuturkan sekelompok materi secara lisan dan pada saat yang sama maeri itu diterima oleh sekelompok seubjek. Matode ini paling sering dipakai, terutama untuk menyampaikan materi yang bersifat teoritis ataupun sebagai pengantar kearah praktik, meskipun dianggap tradisional, metode ini tetap popular. Sukses tidaknya metode ceramah sangat ditentukan oleh kemampuan guru menguasai suasana kelas, cara berbicara dan sistematika pembicaraan, jumlah materi yang disajikan, kemampuan member ilustrasi, jumlah subjek yang mendengarkan dan lain-lain. Ceramah biasanya disertai dengan tanya jawab.

Keunggulan metode ceramah adalah:01) Dapat digunakan pada orang dewasa

02) Penggunaan waktu yang efisien

03) Dapat dipakai pada kelompok yang besar

04) Tidak terlalu banyak menggunakn alat bantu

05) Dapat dipakai sebagai pengantar pada suatu kegiatan

Kekurangan metode ceramah adalah :01) Menghambat respon dari yang belajar atau peserta sehingga penyuluh sulit menilai reaksinya

02)Tidak semua penyuluh dapat menjadi pembicara yang baik, oleh karena itu pembicara harus menguasai materi

03) Dapat menjadi kurang menarik, kurang cocok untuk peserta anak-anak

04) Membatasi daya ingat karena cenderung hanya menggunaakan satu indera

b) Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok diartikan sebagai suatu proses penyampaian materi, dimana guru bersama subjek didik mengadakan dialog bersama untuk memudahkan dalam penguasaan materi, melatih untuk membentuk kelompok dengan memodifikasi sikap kepemimpinan, menghargai oran g lain, komunikasi dan adopsi dari perilaku, serta berorientasi ada pemecahan maslah. Dalam diskusi, guru berperan sebagai pengatur lalu lintas informasi, pemberi jalan dan penampung informasi.

Metode ini digunakan apabila sasaran pendidikan kesehatan, diharapkan:

01) Dapat saling mengemukakan pendapat.

02) Dapat mengenal dan menganalisa masalah kesehatan yang dihadapi.

03) Mengharapkan suasana yang lebih informal.

04) Diperoleh pendapat dari orang-orang yang cenderung tidak suka berbicara.

05) Masalah kesehatan yang dihadapi lebih menraik untuk dibahas.

Keunggulan metode diskusi kelompok adalah :01) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.

02) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan.

03) Dapat memperluas pandangan atau wawasan.

04) Mambantu mengembangkan kepemimpinan.

Kekurangan metode diskusi kelompok adalah :01) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar.

02) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta.

03) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil.

04) Kemungkinan didominasi orang yang suka berbicara.

05) Biasanya ada sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal.

c) Permainan Peran

Permainan peran adalah pemeranan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok dengan tujuan memecahkan masalah. Metode permainan peran digunakan apabila peserta mempunyai kemampuan untuk melakukan metode tersebut dengan harapan membantu peserta memahami suatu masalah sehingga akan dapat mengubah sikapnya kelak.

Keunggulan metode permainan peran adalah :01) Segera mendapat perhatian.

02) Dapat dipakai pada kelompok besar dan kecil.

03) Membantu anggota untuk menganalisa kembali.

04) Menambah rasa percaya diri peserta.

05) Membantu anggota menganalisa masalah.

06) Membantuk anggota mendapatkan pengalaman yang ada pada pikiran orang lain.

07) Membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah.

Kekurangan metode permainan peran :01) Kemungkinan masalah terkait dengan peran setiap orang.

02) Banyak yang tidak senang memerankan sesuatu.

03) Membutuhkan pemimpinan yang terlatih.

04) Terbatas pada beberapa situasi saja.

05) Ada kesulitan dalam memerankannya.

d) Demonstrasi

Merupakan metode pendidikan kesehatan dengan cara memperagakan suatu prosedur dengan menggunakan alat. Metode ini dilaksanakan dirumah sakit maupun dilapangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan ini diantaranya :

01) Tujuan demonstrasi harus dirumuskan dengan jelas.

02) Demonstrasi harus terlihat dengan jelass oleh setiap klien.

03) Jumlah klien dalam demonstrasi tidak terlalu besar.

04) Sebelum mendemonstrasikan, penyuluh harus menjelaskan dan mengorientasikan klien pada peragaan yang akan dilihatnnya.

05) Klien harus diberi kesempatan untuk menangani peralatan atau bahan yang akan digunakan pada saat demonstrasi.

06)Penyuluh harus konsisten dengan hal-hal yang diucapkan dan yang didemonstrasikan.

07) Sangat diperlukan alat penunjang demonstrasikan seperti gambar, slide, atau film.

08) Demonstrasi harus dilakukan dengan tahapan yang sistematis.

e) Pendidikan Kesehatan di Masyarakat

Bentuk pendidikan kesehatan di masyarakat dilaksanakan melalui pembinaan dalam mengatasi masalah kesehatan sebagai bentuk implementasi asuhan keperawatan. Fokus program pendidikan kesehatan ini adalah masyarakat sebagai sistem sosial dan subsistemnya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan ini, menekankan pada peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Metode pendidikan kesehatan dimasyarakat yang sering dipakai adalah sebagai berikut:

01) Konseling ( kontak antara klien dengan petugas sangat dekat. Setiap masalah yang dihadapi klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki klien. Diharapkan klien dapat menerima perilaku dan mengubah perilakunya menjadi lebih baik.

02) Wawancara ( merupakan bagian dari cara konseling. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi yang belum diketahui klien dan mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan. Apabila belum terdapat perubahan makan pendidikan kesehatan ini akan dilakukan lebih mendalam lagi.

03) Pendidikan massa ( bertujuan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang luas (bersifat umum). Pendekatan ini biasanya menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi dalam ranah pengetahuan, belum diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku.

ASPEK SOSIAL DAN BUDAYASelanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu:1).Umur 2).Jenis kelamin 3).Pekerjaan.4).Sosial ekonomi jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan golongan umur.misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.demikian juga dengan aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker payudara,sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker prosat.begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan kaena banyak terpapar debu. keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.Menurut G.M foster(1973)Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang antaa lain adalah:1. Tradisi 2. Sikap fatalism 3. Nilai 4. Ethnocentrisme 5. Unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.A. Pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan status kesehatan.Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru.penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderita hamya terbatas pada anak-anak dan wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tadisi kanibalisme.B. Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan,beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak adalah ttipan Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari kematian.C. Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatanSikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.D.Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.Suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang.hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.E. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma dimasyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma tersebut. sebagai contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan F. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatanNilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika dibandingkan dengan beras putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak dan lebih bersih.Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan.G. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatanPada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan besar,dan lain-lain. kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.H. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatanTidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan lain,suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang ketiga.apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan. E. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus dirubah budayanya. Bentuk perubahan sosial budaya:1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar3. Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakanPerubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi Syarat inovasi:1. Masyarakat merasa membutuhkan perubahan2. Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat3. Perubahan dapat diajarkan4. Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang5. Perubahan tidak merusak prestise pribadi dan kelompokPenyebab perubahan tidak meluas: 1. Pengguna perubahan baru mendapat suatu hukuman2. Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang adaG. KONSEP SEHAT DAN SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKATKonsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktorfaktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain (Simatupang, 2008).Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya (Notoatmodjo, 2007).Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit Simatupang, 2008).Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:1. Environment atau lingkungan.2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien (Notoatmodjo, 2007).

Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas (Prasetyawati, 2012).

Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria (Notoatmodjo, 2007).