LK PPI dr.anto
-
Upload
dadan-fakhrurijal -
Category
Documents
-
view
82 -
download
4
description
Transcript of LK PPI dr.anto
LAPORAN KASUS
“PARTUS PREMATURUS IMINENS”
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi
di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing :
dr. Hardiyanto,Sp.OG
Disusun oleh :
DEVY ISELLA LILYANI
H2A008011
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Kliwon RT 1/VII Semarang
Tgl MRS : 26 September 2012
No. RM : 235567
Nama Suami : Tn. A
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku : Jawa
Agama : Islam
B. DATA DASAR
Dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 26 September 2012 di Bangsal Bougenvile
RSUD Tugurejo Semarang.
Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD Tugurejo dengan rujukan dari bidan karena keluar cairan dari
jalan lahir.
Keluhan Tambahan
Kenceng-kenceng jarang
2
Riwayat Penyakit Sekarang
26 September 2012 pukul 10.00 WIB pasien mengeluh keluar cairan dari jalan lahir
berwarna jernih dan tidak berbau.Cairan dirasakan mengalir keluar ngepyok.Mules atau
kenceng-kenceng (+) pada saat itu, tetapi dirasakan sangat jarang. Tidak ada keluar
darah dan lendir.Gerakan janin masih aktif dirasakan. Kemudian pasien memeriksakan
kondisinya ke bidan. Oleh bidan dirujuk ke RSUD Tugurejo.
Riwayat Haid
Menarche : usia13 tahun. Siklus haid 28 hari 1 kali teratur, lamanya haid 7 hari,
gantipembalut 2 - 3 kali sehari jika sudah penuh. Dismenorea tidak ada.
HPHT : 20Febuari 2012
HPL : 27November 2012
Riwayat Pernikahan
Pernikahan IIdan sudah berjalan selama 1 tahun.
Riwayat Obstetri
G4P2A1 (Hamil ini)
1. ♂, BB: 3000gr, aterm, spontan, dukun bayi, 16 tahun, sehat
2. ♂, BB: 2100gr, preterm (7bulan), spontan, bidan, 10 tahun, sehat
3. Abortus, usia kehamilan 14 minggu, kuretase (+)
4. Hamil ini
Riwayat ANC
Kontrol kehamilan ke Bidan >4 kali dan belum pernah mendapat imunisasi TT
Riwayat KB
Suntik 1 bulanan berhenti 2 tahun yang lalu
3
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
Riwayat Kencing Manis : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Jantung : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Kista : Disangkal
Riwayat Tumor : Disangkal
Riwayat ISK : Disangkal
Riwayat IMS : Disangkal
Riwayat penyakit selama kehamilan : Disangkal
Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
Riwayat Kencing Manis : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Jantung : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai rumah tangga dan suami sebagai buruh.Pasien tinggal masih ikut
dengan keluarga bersama suami.Biaya pengobatan ditanggung oleh Jampersal.
Kesan ekonomi : Kurang
Riwayat Pribadi
Riwayat Merokok : Disangkal
Riwayat Konsumsi Alkohol : Disangkal
Riwayat Hewan Peliharaan : Disangkal
4
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis :
1. Keadaan umum : Baik, Composmentis
2. Status gizi :Tinggi badan : 155 cm
Berat badan :50 Kg
BMI : 20,81 kg/m2
3. Tanda Vital : Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 18x/menit
Suhu badan : 36,50C
4. Status generalis :
Mata : Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Tanda dehidrasi (mata cekung -/-)
Mulut : Sianosis (-)
Hidung : Septum deviasi (-)
Nafas cuping hidung -/-
Sekret -/-
Telinga : Warna aurikula dbn
Nyeri tarik aurikula -/-
Sekret -/-
Laserasi -/-
Membran timpani S/D putih mutiara
Leher : Deviasi trakhea (-)
Pembesaran kelenjar limfe -/-
Retraksi otot bantu nafas (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Kulit : Turgor kulit cukup, ikterik (-), pucat (-)
Thorax :Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea
5
midclavicularis sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara jantung I dan II normal, bising (-),
gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-
Abdomen : Inspeksi : membuncit/ membujur, striae gravidarum (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : pekak alih (-)
Palpasi : hepar, lien tak teraba, TFU 23cm
Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Refleks fisiologis +/+ +/+
Refleks patologis -/- -/-
Status Obstetrikus :
1. Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur dan striae gravidarum (-)
Genitalia Eksterna :air ketuban (+) sedikit ngrembes, Lendir darah (-)
6
Palpasi :
Pemeriksaan Leopold
I. TFU 23cm , teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan punggung), teraba
tahanan kecil-kecil sebelah kiri (kesan ekstrimitas). DJJ 12-12-12
III. Teraba bagian janin bulat, keras,bisa digoyang. Kesan kepala.
IV. Kesanbagian bawah masuk pintu atas panggul.
His (-)
Auskultasi :
Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kanan bawah umbilikus
dengan frekuensi 12-12-12
2. Pemeriksaan Dalam
VT : Ø belum ada pembukaan, KK (-), eff 10 %
Portio posterior
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Lakmus (+)
Pemeriksaan USG
Tanggal 26 September 2012
- Janin : Tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala
- Plasenta : Berimplantasi di fundus uteri
- Amnion : Kesan Oligohidramnion
- Biometri : BPD 7,6 mm, TBJ 1700 gr
- Jantung : FHR (+), regular
7
Pemeriksaan Laboratorium(26 September 2012)
Darah Rutin (WB EDTA) NilaiHb 9.70 g/dLHt 30.30 %Leukosit 10.55. 103/uLTrombosit 276.103/uLEritrosit 4.20.106/uL
Kimia Klinik NilaiGDS 63 mg/dl
Sero-Imun NilaiHBsAg Non Reaktif (-)
D. DIAGNOSIS KERJA
G4P2A1, 32 tahun, Hamil 31 minggu
Janin I Hidup Intrauterin
Pres. Kep puka
KPD 6jam
Partus prematurus Iminens
Riwayat reproduksi kurang baik (Abortus 1x)
E. PENATALAKSANAAN AWAL
Rencana Diagnostik :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi HIS dan DJJ
- Cek darah lengkap, glukosa darah sewaktu, bleeding time, clotting time
- Observasi tanda – tanda infeksi intra uterine
8
Rencana Terapi :
Konservatif:
- Injeksi Ampicilin 1gr dilanjutkan dengan Eritromicin 4x500gr
- Tokolitik, Nifedipin 4 x 10 mg tiap 20 menit, dilanjutkan rumatan 4 x 10 mg / 24 jam
- Pematangan paru, Dexamethasone 2 x 6 mg IV
- Vit BC / C / SF tab 2x1
Rencana edukasi :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan pasien dan kehamilannya,
risiko infeksi yang bisa terjadi, dan kemungkinan prognosis kehamilan terhadap janin
(prematuritas).
F. PROGNOSIS
Ibu : dubia
Janin : dubia
9
BAB IIPEMBAHASAN
Ny.Ausia32 tahun adalah seorang multigravida. Ibu datang dengan keluhan utama keluar
cairan dari jalan lahir, kenceng-kenceng, namun masih jarang dan intervalnya tidak teratur,
lendirdarah belum keluar, tidak ada riwayat menderita asma, hipertensi, DM,maupun
penyakit jantung. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tensi 110/60mmHg,
Hr=80x/m, RR=18x/m; T=36,5oC, tidak didapatkan konjungtiva anemis maupun sklera
ikterik, pada ekstremitas tidak didapatkan edema. Dari pemeriksaan obstetri didapatkan
kesan TFU 23cm teraba bulat lunak dan bulat keras, puka preskep, kepala masuk panggul,
letak janin memanjang; didapatkan DJJ terdengar paling keras di sebelah kanan bawah
umbilikus dengan frekuensi 12-12-12. Pada pemeriksaan dalam didapatkan Ø belum ada
pembukaan, KK (-), eff 10 %, Portio posterior. Pasien ini termasuk pada belum inpartu,
karena kontraksi persalinan sejati yaitu antara lain (kontraksi terjadi dengan interval yang
teratur, interval secara bertahap memendek, intensitas secara bertahap meningkat, nyeri di
punggung dan abdomen, serviks membuka, nyeri tidak hilang dengan sedasi); adapun
kontraksi pada persalinan palsu yaitu( kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratur,
interval tetap lama, intensitas tetap tidak berubah, nyeri terutama di perut bawah, serviks
belum membuka, nyeri biasanya mereda dengan sedasi).
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah
dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini
terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini.Penegakan diagnosis KPD pada pasien ini hanya berdasarkan anamnesa dan
inspeksi adanya cairan keluar dari vagina.Kemudian melalui pemeriksaan lakmus yang
positif. Pengawasan KPD harus lebih ketat karena pada KPD bisa menimbulkan komplikasi
yaitu infeksi yang dapat membahayakan bagi ibu maupun janin. Ketuban pecah dini
termasuk dalam kehamilan resiko tinggi, kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa
akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi.
10
Ketuban pecah dini premature terjadi pada 1 % kehamilan. Pecahnya selaput ketuban
berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks eksta
seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua
bereaksi terhadap stimuli, seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan
memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone yang
merangsang aktivitas matriks degrading enzyme.
Diagnosis PPI pada pasien ini ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan
saat pemeriksaan yang termasuk dalam kriteria yang dapat dipakai sebagai diagnosis
ancaman persalinan preterm antara lain, yaitu:
Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
Kontraksi uterus (his) teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo adanya
pembukaan
Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
sedikitnya 2 cm
Selaput ketuban seringkali telah pecah
Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang
Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah
Presentasi janin rendah sampai mencapai spina isciadika
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-
tanda infeksi pengelolaanya bersifat konservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat
sebagai profilaksi.
Penderita dirawat di rumah sakit, posisi tidur trendelenberg.
Pemeriksaan dalam tidak perlu.
Pemberian kortikosteroid.
Pemberian tokolitik agen untuk menunda proses persalinan.
Muncul tanda-tanda infeksi--Induksi persalinan
Bedah caesar
11
Manajemen yang diberikan pada pasien ini yaitu manajemen konservatif yaitu
mempertahankan kehamilan dengan memberikan tokolisis (nifedipin 20mg dilanjutkan
3x10mg) dan kortikosteroid 2x1 ampul (2x24 jam) yang berfungsi untuk pematangan paru
janin.Sebagai antibiotik profilaksis Injeksi Ampicilin 1gr dilanjutkan dengan Eritromicin
4x500gr. Selain itu diberikan juga Vit BC / C / SF tab 2x1.
Pada pasien dilakukan terapi konservatif diharapkan dapat mencapai kehamilan aterm
dan persalinan pervaginam. Indikasi untuk dilakukan sectio caesarea, yaitu:
- Janin sungsang.
- Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial).
- Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi.
- Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah, oligohidramnion,
dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak terpenuhi.
- Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan
sebagainya).
12
PARTUS PREMATURUS IMMINENS
A. DEFINISI
Pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat di definisikan sebagai persalinan
yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir (ACOG,1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat Herron,dkk , persalinan
prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum 37 minggu , dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan
disertai dengan satu atau lebih tanda berikut : (1) perubahan serviks yang progresif,
(2) dilatasi serviks 2 sentimeter atau lebih, (3) penipisan serviks 80 persen atau lebih.
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat
masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu. Menurut
Mochtar (1998) partus prematurus yaitu persalinan pada kehamilan 28 sampai 37
minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
Partus prematurus adalah persalinan pada umur kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram (Sastrawinata, 2003).
Menurut Manuaba (1998) partus prematurus adalah persalinan yang terjadi di
bawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2.500
gram.
Dari beberapa pengertian partus prematurus diatas dapat disimpulkan bahwa
partus prematurus iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
akan timbul persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37
minggu) atau berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
B. FAKTOR RISIKO
Untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan prematur harus
dicermati beberapa kondisi yang berisiko terjadinya persalinan preterm
a. Janin dan Plasenta
1. Perdarahan trimester awal
13
2. Perdarahan anterpartum
3. Ketuban pecah dini
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Cacat bawaan janin
6. Kehamilan ganda / gemeli
7. Polihidramnion
b. Ibu
1. Penyakit berat pada ibu
2. Diabetes Melitus
3. Infeksi Saluran Kemih
4. Preeklamsia / hipertensi
5. Penyakit infeksi dengan demam
6. Stress Psikologik
7. Kelainan bentuk uterus / serviks
8. Riwayat persalinan preterm berulang
9. Inkompetensi serviks
10. Pemakaian obat narkotik
11. Trauma
12. Perokok berat
13. Kelainan imunologi / kelainan rhesus
C. ETIOLOGI
1. KOMPLIKASI MEDIS DAN OBSTETRIK
28% persalinan preterm kehamilan tunggal disebabkan oleh beberapa hal :
- 50% akibat pre eklampsia
- 25% akibat gawat janin
- 25% akibat IUGR, solusio plasenta atau kematian janin
- 72% persalinan preterm kehamilan tunggal sisanya adalah persalinan spontan
preterm dengan atau tanpa disertai KPD
14
2. ABORTUS IMINENS
Perdarahan pervaginam pada awal kehamilan seringkali berkait dengan
meningkatnya perubahan pada outcome kehamilan.Weiss dkk (2002) melaporkan
adanya kaitan antara perdarahan pervaginam pada kehamilan 6 – 13 minggu
dengan kejadian meningkatnya persalinan sebelum kehamilan 24 minggu,
persalinan preterm dan solusio plasenta.
3. GAYA HIDUP
Merokok, kenaikan BB selama kehamilan yang tidak memadai serta penggunaan
obat-obatan tertentu memiliki peranan penting dalam angka kejadian dan
outcome BBLR.Casaenuva 2005 menyimpulkan bahwa faktor maternal lain yang
berkaitan dengan persalinan preterm adalah :
- Kehamilan remaja atau pada usia “tua”
- Tubuh pendek
- Kemiskinan
- Defisiensi vitamin C
- Faktor pekerjaan (berjalan jauh , berdiri lama, pekerjaan berat, jam kerja
yang terlalu lama)
4. FAKTOR GENETIK
Perkiraan bahwa terdapat hubungan antara faktor genetik denga persalinan
preterm adalah sifat persalinan preterm yang berulang, menurun dalam keluarga
dan banyak pada ras tertentu.
5. CHORIOAMNIONITIS
Infeksi selaput ketuban dan cairan amnion yang disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme dapat menjelaskan peristiwa KPD dan atau persalinan
preterm.Jalan masuk mikroorganisme kedalam cairan amnion pada kondisi
selaput ketuban yang masih utuh tidak jelas.Endotoksin sebagai produk dari
bakteri dapat merangsang monosit desidua untuk menghasilkan cytokine yang
selanjutnya dapat merangsang asam arachidonat dan produksi
prostaglandine.Prostaglandine E2 dan F2α bekerja dengan modus parakrin untuk
merangsang terjadinya kontraksi miometrium.
15
6. VAGINOSIS BAKTERIAL
Vaginosis bakterial adalah bukan keadaan infeksi namun adalah satu keadaan
dimana flora vagina normal ( laktobasiluspenghasil hidrogen peroksida) diganti
dengan kuman-kuman anerobik (Gardnerella vaginalis, spesies Mobiluncus dan
Mycoplasmahominis)Vaginosis bakterial sering dikaitkan dengan abortus
spontan, persalinan preterm, KPD , chorioamnionitis dan infeksi cairan amnion.
Vaginosis bakterial menyebabkan terjadinya persalinan preterm melalui
mekanisme yang sama dengan yang terjadi akibat infeksi dalam cairan amnion.
Dari penelitian yang ada, tak ada keraguan bahwa perubahan flora vagina yang
normal seperti vaginosis bakterial memiliki kaitan erat dengan persalinan preterm
spontan.Namun demikian, sampai saat ini skrining maupun terapi dari kondisi
tersebut terbukti tidak dapat mencegah terjadinya persalinan preterm.
7. INFEKSI TRAKTUS GENITALIS BAGIAN BAWAH
Infeksi chlamydia trachomatis nampaknya tidak berperan dalam proses
persalinan preterm. Goepfert dkk (2002) angka kejadian pada pasien dengan atau
tanpa infeksi chlamydia atau trichomonas adalah sama.Ramsey dkk ( 2003),
hapusan vagina dengan pengecatan gram pada trimester kedua yang
menghasilkan peningkatan rasio polimorfonuclear dengan sel epitel adalah
prediktif untuk terjadinya persalinan preterm sebelum minggu ke 35. Knudtson
dkk (2003), wanita tidak hamil yang menderita endometritis kronis diluar
kehamilan yang ditandai dengan sel plasma, resiko terjadinya persalinan preterm
meningkat 2.5 kali lipat.
8. PENYAKIT PERIODONTAL
Pasien hamil yang menderita periodontitis memiliki resiko mengalami persalinan
preterm 7.5 kali lipat Goepfert dkk (2003), persalinan preterm sebelum usia
kehamilan 32 minggu seringkali disertai dengan periodontitis berat.
16
D. DIAGNOSIS
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm yaitu:
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2. Kontraksi uterus (his) teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo
adanyapembukaan
3. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
sedikitnya 2 cm
4. Selaput ketuban seringkali telah pecah
5. Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa
tekanan intrapelvik dan nyeri bagian belakang
6. Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah
7. Presentasi janin rendah sampai mencapai spina isciadika
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1). Laboratorium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu:
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi akut
dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi
C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2). Amniosentesis
Hitung leukosit
Pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis
Kultur
Kadar IL-1, IL-6
Kadar glukosa cairan amnion
17
3). Pemeriksaan ultrasonografi
Oligohidramnion : Goulk dkk. (1985) mendapati hubungan antara
oligohidramnion dengan korioamnionitis klinis antepartum. Vintzileos dkk. (1986)
mendapati hubungan antara oligohidramnion dengan koloni bakteri pada amnion.
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm (USG) ,
dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks transperineal
lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina terutama pada kasus-
kasus KPD dan plasenta previa.
FETAL FIBRONECTIN
Adalah glikoprotein yang dihasilkan dalam 20 bentuk molekul dari berbagai
jenis sel antara lain hepatosit, fibroblas , sel endothel serta amnion janin.
Kadar yang tinggi dalam darah maternal serta dalam cairan amnion diperkirakan
berperan dalam adhesi interseluler selama implantasi dan dalam mempertahankan
adhesi plasenta pada desidua.
Deteksi fibronectin dalam cairan servikovaginal sebelum adanya ketuban
pecah adalah “marker” adanya partus prematurus iminen.
Nilai > 50 ng/mL adalah positif (pemeriksaan dengan metode ELISA dan harus
menghindari kontaminasi dengan darah dan cairan ketuban)
F. PENATALAKSANAAN
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keselamatan neonatal.
Pada kasus-kasus yang tidak mungkin ditangani ekspektatif, harus dilakukan
intervensi, yaitu dengan:
1). Akselerasi pematangan fungsi paru
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x selang 24
jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.
18
Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan.
Suplemen inositol, karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid
yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2). Pemberian antibiotika
Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan bahwa pemberian antibiotika yang
tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis neonatorum.
Diberikan 2 gram ampicillin (iv) tiap 6 jam sampai persalinan selesai (ACOG).
Peneliti lain memberikan antibiotika kombinasi untuk kuman aerob maupun
anaerob. Yang terbaik bila sesuai dengan kultur dan tes sensitivitas.
Setelah itu dilakukan deteksi dan penanganan terhadap faktor risiko
persalinan preterm, bila tidak ada kontra indikasi, diberi tokolitik.
3). Pemberian tokolitik
a. Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya
hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
b. Golongan beta-mimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 µg/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 µg/menit, Subkutan: 250 µg setiap 6 jam. Per oral :
5-7.5mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru
c. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus
2-4gr/jam(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu
dan bayi).
19
PERANAN PROGESTERON DALAM MEMPERTAHANKAN KEHAMILAN
Pada hewan percobaan, pemberian medroxyprogesteron dapat mencegah terjadinya
persalinan dan memiliki aktivitas anti-inflamasi in vivo.
Dalam kaitan ini, terjadi penekananan pada aktivasi jalur cytokine TH1 dan TH2
uterus dan servik. Cytokine ini berperan dalam mempertahankan kehamilan dan
mengawali proses persalinan.
Progstin yang paling sering digunakan adalah 17α – hydroxyprogesteron caproate.
Pemberian tiap minggu secara intramuskuler pada pasien resiko tinggi da[at
menurunkan kejadian persalinan preterm.
Da Fonseca dkk (2003) menunjukkan efektivitas pemberian suppositoria vagina 100
mg progesteron natural dalam mencegah terjadinya persalinan preterm
G. KONTRAINDIKASI PENUNDAAN PERSALINAN
MUTLAK :Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
RELATIF :Gestosis; diabetes melitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,
pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
H. CARA PERSALINAN
Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan perlindungan
forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
Indikasi seksio sesarea :
a. Janin sungsang
b. Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
c. Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
d. Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
oligohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
e. Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan
sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-370C ( rawat intensif di bagian
NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak. Bila bayi ternyata tidak mempunyai
20
kesulitan ( minum, nafas, tanpa cacat) maka perawatan cara kangguru dapat diberikan
agar lama perawatan di rumah sakit berkurang.
I. PENYULIT
1. Sindroma gawat nafas (RDS)
2. Perdarahan intrakranial
3. Trauma persalinan
4. Paten duktus arteriosus
5. Sepsis
6. Gangguan neurologi
J. KOMPLIKASI
Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi.Bayi-bayi preterm
memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi. Morales (1987) menyatakan bahwa bayi
yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki risiko mortalitas 4 kali lebih
besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis neonatal, necrotizing enterocolitis dan
perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih besar.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga.Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka; 2006.
2. American College of Obstetricans and Gynecologist: Use progesteron to reduce
preterm birth. Comitte Opinion No.291, November 2003.
3. Andrews WW, Sibai BM,Thom EA,et al: Ranodomized clinical trial of metronidazole
plus erythromycin to prevent spontaneous preterm delivery in fibronectine-positive
women. Obstet Gynecol 101:847,2003
4. Bloom SL, Yost NP, McIntire DD,et al: Recurrence of preterm birth in singleton and
twin pregnancies Obstet Gynecol 98:379, 2001b
5. Cunningham FG et al : Preterm Labor in “ Williams Obstetrics” , 22nd ed, McGraw-
Hill, 2005
6. King JF, Flenady V,Papatsonis D, et al: Calcium channel blocker for inhibiting
preterm labor: A systematic review of the evidence and protocol for adminstration of
nifedipine. Aust NZJ Obstet Gyncol 43:192, 2003
7. Lowe MP, Zimmerman B, Hansen W: Prospective randomized controlled trial of fetal
fibronectin on preterm labor management in a tertiary care center. Am J Obstet
Gynecol 190:358,2004
8. Weiss JL, Malone FD, Vidayer J, et al: Threatened abortion: A risk factor for poor
pregnancy out come, a population-based screening study. Am J Obstet Gynecol
190:745,2004
22