Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

15
151 Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon 1. Politeknik Kesehatan Cirebon, Program Kebidanan, Tasikmalaya 2. Magister Kesehatan Ibu dan Anak – Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 3. Magister Kesehatan dan Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DAN PROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI KOTA CIREBON Lia Nurcahyani 1 , Mohammad Hakimi 2 , Toto Sudargo 3 ABSTRACT Background: Undernourishment is the main cause of mortality in underfives, one of which is the lack of growth monitoring and promotion program utilization. Cases of undernourishment at Cirebon Municipality exceed the provincial and national figures. In 2008, community participation in growth monitoring and promotion program increased 19% from the previous year, however cases of undernourishment also increased 0.23%. Objective: To study the effect of growth monitoring and promotion program utilization toward nutritional status of underfive. Method: The study was observational with retrospective cohort design. Subject consisted of 246 underfives of 17-59 months and mothers that met inclusion and exclusion criteria. Sampling used three stage combined with purposive and random sampling technique. Data consisted of primary and secondary data obtained from questionnaire, growth chart, nutrition registry, monthly report of underfive weighing at Cirebon Municipality in 2008, digital scale, measurement board/microtoise and 2006 is WHO anthropometric software. Data analysis used univariate, bivariate with chi square, and multivariate with logistic regression. The study was supported with qualitative data obtained from observation and indepth interview with 6 cadres and 2 nutrition staff to identify input and process indicators and constraints in the utilization of growth monitoring and promotion program. Result and Discussion: The utilization of growth monitoring and promotion program affected nutritional status of underfive significantly p<0,05. Incidence of undernourished underfives that did not utilize the program regularly was 2.7 times greater than in those utilizing the program regularly after considering the contribution of knowledge and attitude of mothers and age of underfives. Input indicator especially role of cadres in the process of growth monitoring and promotion program at Cirebon Municipality was not optimum. Constraints in program utilization consisted of individual (health reason), provider (social reason) and community (geographical reason). Conclusion : Monthly growth monitoring should be prioritized on underfives for the first 24 month. Target of growth monitoring and promotion program could be achieved when there is comprehensive support from people that received the service, service providers and policy makers. Keywords : nutritional status, underfives, growth monitoring, promotion program, program utilization ABSTRAK Latar Belakang: Kurang gizi adalah penyebab utama mortalitas balita, salah satunya karena kurangnya penggunaan pemantau pertumbuhan dan promosi program. Kasus kurang gizi di Kotamadya Cirebon melebih angka provinsi dan nasional. Di tahun 2008, partisipasi masyarakat dalam pemantauan pertumbuhan dan program promosi meningkat 19% dibanding tahun sebelumnya, namun kasus kurang gizi tetap meningkat 0,23%. Tujuan: Untuk meneliti efek pemanfaatan pemantauan pertumbuhan dan program promosi terhadap status gizi balita.

Transcript of Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

Page 1: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

151

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

1. Politeknik Kesehatan Cirebon, Program Kebidanan, Tasikmalaya2. Magister Kesehatan Ibu dan Anak – Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada3. Magister Kesehatan dan Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

EFEK PEMANFAATAN PROGRAM PEMANTAUAN DANPROMOSI PERTUMBUHAN TERHADAP STATUS GIZI BALITADI KOTA CIREBON

Lia Nurcahyani 1, Mohammad Hakimi 2, Toto Sudargo 3

ABSTRACTBackground: Undernourishment is the main cause of mortality in underfives, one of which is the lack of growthmonitoring and promotion program utilization. Cases of undernourishment at Cirebon Municipality exceed theprovincial and national figures. In 2008, community participation in growth monitoring and promotion programincreased 19% from the previous year, however cases of undernourishment also increased 0.23%.Objective: To study the effect of growth monitoring and promotion program utilization toward nutritional statusof underfive.Method: The study was observational with retrospective cohort design. Subject consisted of 246 underfives of17-59 months and mothers that met inclusion and exclusion criteria. Sampling used three stage combined withpurposive and random sampling technique. Data consisted of primary and secondary data obtained fromquestionnaire, growth chart, nutrition registry, monthly report of underfive weighing at Cirebon Municipality in2008, digital scale, measurement board/microtoise and 2006 is WHO anthropometric software. Data analysisused univariate, bivariate with chi square, and multivariate with logistic regression. The study was supportedwith qualitative data obtained from observation and indepth interview with 6 cadres and 2 nutrition staff toidentify input and process indicators and constraints in the utilization of growth monitoring and promotionprogram.Result and Discussion: The utilization of growth monitoring and promotion program affected nutritional statusof underfive significantly p<0,05. Incidence of undernourished underfives that did not utilize the program regularlywas 2.7 times greater than in those utilizing the program regularly after considering the contribution of knowledgeand attitude of mothers and age of underfives. Input indicator especially role of cadres in the process of growthmonitoring and promotion program at Cirebon Municipality was not optimum. Constraints in program utilizationconsisted of individual (health reason), provider (social reason) and community (geographical reason).Conclusion: Monthly growth monitoring should be prioritized on underfives for the first 24 month. Target ofgrowth monitoring and promotion program could be achieved when there is comprehensive support from peoplethat received the service, service providers and policy makers.

Keywords: nutritional status, underfives, growth monitoring, promotion program, program utilization

ABSTRAKLatar Belakang: Kurang gizi adalah penyebab utama mortalitas balita, salah satunya karena kurangnya penggunaanpemantau pertumbuhan dan promosi program. Kasus kurang gizi di Kotamadya Cirebon melebih angka provinsidan nasional. Di tahun 2008, partisipasi masyarakat dalam pemantauan pertumbuhan dan program promosimeningkat 19% dibanding tahun sebelumnya, namun kasus kurang gizi tetap meningkat 0,23%.Tujuan: Untuk meneliti efek pemanfaatan pemantauan pertumbuhan dan program promosi terhadap status gizibalita.

Page 2: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

152

Vol. 1 | No. 3 | Desember 2014 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 151 - 165

Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan rancangan retrospective cohort. Subyek terdiridari 246 balita usia 17-59 bulan dan ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampling memakai tigatahap dikombinasikan dengan teknik sampling purposif dan acak. Data berasal dari data primer kuesioner dansekunder, grafik pertumbuhan, register gizi, laporan bulanan berat badan balita di Kotamadya Cirebon tahun2008, timbangan berat badan, papan pengukur/microtoise dan WHO anthropometric software 2006. Analisisdata memakai univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik. Penelitian ini juga didukung data kualitatifdari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan 6 kader dan 2 staf gizi untuk mengidentifikasi indikatorinput dan proses serta hambatan dalam penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi.Hasil dan Pembahasan: Penggunaan pemantau pertumbuhan dan program promosi mempengaruhi status gizibalita secara signifikan p<0,05. Insidensi kurang gizi balita yang tidak memanfaatkan program secara reguler 2,7kali lebih tinggi dibanding yang memanfaatkan. Kemungkinan kontribusi pengetahuan dan sikap ibu serta usiabalita juga mempengaruhi. Indikator input terutama peran kader dalam proses pemantauan pertumbuhan danprogram promosi di Kotamadya Cirebon belum optimal. Hambatan penggunaan meliputi faktor individu (alasankesehatan), petugas kesehatan (alasan sosial) dan komunitas (alasan geografis).Kesimpulan: Pemantauan pertumbuhan balita bulanan harus diprioritaskan untuk 24 bulan pertama. Targetpemantauan pertumbuhan dan promosi dapat dicapai bila ada dukungan dari sisi kebutuhan masyarakat yangmenerima layanan, dukungan tenaga kesehatan dan kebijakan pengambil kebijakan.

Kata kunci: status gizi, balita, pemantau pertumbuhan, program promosi, pemanfaatan program

PENDAHULUAN

Kekurangangiziadalah penyebabtidak langsungdari 3,5 juta kematian ibu dan anak serta berkontri-busi sebesar 35% terhadap beban ganda penyakitbalitasecaraglobaldanregionaldidunia.1,2,3 Dinegaraberkembang, kekurangan gizi berkontribusi sebesar50-60% terhadapkematian balita.4,5 Kekurangan giziakan berdampak pada penurunan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yang lebih lanjut dapat ber-akibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkem-bangan mental dan kecerdasan, menurunkan pro-duktivitas, serta meningkatkan kesakitan dankematian. 3,6

Di Indonesia, prevalensi gizi buruk dan kurangmasing-masing sebesar 5,4% dan 13,0%.7 KotaCirebon merupakan salah satu dari 9 kota yang adadi Provinsi Jawa Barat dengan kasus balita dengangizi kurang terbanyak setelah Bogor, dengan angkayang melebihi angka provinsi dan nasional, yaitusebanyak 13,19%, sedangkan prevalensi gizi buruksebesar 1,57%. 8,9

Salah satu penyebab terjadinya gizi kurangadalah kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehat-an.10,11 Program yang direkomendasikan oleh WHO

dan UNICEF untuk menurunkan gizi buruk dankurang adalah program pemantauan dan promosipertumbuhan/growth monitoring and promotionGMP program, 4,12 yang dilaksanakan melaluiposyandu. Program pemantauan dan promosipertumbuhan sebagai skrining program untukmencegah gizi kurang melalui deteksi dini gagaltumbuh terdiri dari 2 terminologi yaitu pemantauanpertumbuhan dengan outcome penurunan gizikurang/ buruk, kesakitan dan kematian balita, sertapromosi pertumbuhandenganoutcome peningkatanperilaku/ pola asuh ibu pengetahuan, sikap dantindakan.13 Komponendasardalamprogram peman-tauan dan promosi pertumbuhan terdiri dari input,proses, output, dan outcome.14

Pada tahun 2008, partisipasi masyarakat dalamprogram pemantauandan promosi pertumbuhan diKota Cirebon meningkat sebesar 19% dari tahunsebelumnya, tetapi kasus gizi kurangmeningkat jugasebesar 0,23 %.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efekpemanfaatan program pemantauan dan promosipertumbuhan terhadap status gizi balita, sertamengetahui indikator input dan proses jugahambatan dalam pemanfaatan program, yang

Page 3: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

153

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadapupaya penurunan angka gizi kurang pada balita.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian obser-vasional, menggunakan rancangan kohort retro-spektif denganpendekatan kuantitatif dan kualitatif.Penelitian inidilakukandiKota Cirebon,Provinsi JawaBarat pada bulan Januari 2010 dengan populasipenelitian yaitu seluruh balita beserta ibu di wilayahKota Cirebon. Sampel diambil berdasarkan kriteriainklusi yaitu balita yang tercatat di laporan bulanpenimbangan balita Kota Cirebon tahun 2008 yangpada saat itu berusia 0-42 bulan dengan status gizibaikberdasarkanindikatorBB/TB padasaatpenelitianbalita berumur 17-59 bulan, balita dengan usiatermuda jika di keluarga terdapat balita lebih darisatu. Kriteria eksklusi yaitu balita dengan ibu yangbekerja, balita yang sudah tidak berdomisili di KotaCirebon pada saat penelitian.

Teknik pengambilan sampel menggunakanmetode three stage sampling dipadukan denganpurposive sampling dan random sampling. Besarsampel pada penelitian ini dihitung menggunakanrumus uji hipotesis untuk 2 proporsi dengan jumlahsebanyak246balitabeserta ibudari6posyandu.Datakualitiatif diperoleh melalui informan yaitu 6 orangkader serta 2 orang petugas gizi.

Sumberdata meliputidata primerdansekunder.Instrumenpenelitianuntukmemperolehdata primermeliputi kuesioneryang diadopsi dari CEBU RSUP Dr.Sardjito UGM, panduan wawancara mendalam,timbanganinjak digital, length board/ microtois sertasoftware antropometri WHO, 2006. 15 Untuk datasekunder, instrumen yang dipakai meliputi kartumenuju sehat, register gizi serta laporan bulanpenimbangan balita Kota Cirebon tahun 2008.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini balita dengan gizi kurangberdasarkan indikator berat badan menurut tinggi

badan BB/TB sebesar 17,1%, sedangkan berdasar-kan indikator berat badan menurut umur BB/Usebesar 17,5% dan indikator tinggi badan menurutumur TB/U sebesar19,5%.Pada analisis selanjutnyastatus gizi balita menggunakan indikator BB/TB.

Tabel 1 menunjukkan setengah dari seluruhbalita yang menjadi sampel penelitiantidak meman-faatkan program pemantauan pertumbuhan secarateratur. Mayoritas balita 54,9% tidak pernahmengalami penyakit infeksi dalam 2 minggu terakhir.Sebagian besar balita berumur 37-59 bulan. Hampirsebagian besar 44,7% ibu memiliki pengetahuanyangtidak baikdan43,9%sikap ibutidak mendukungterhadap perawatan & pertumbuhan balita. Hampirsebagian besar 44,7% sikap keluarga tidak men-dukung terhadap pertumbuhan balita.

Tabel 1. Distribusi frekuensi variabel penelitian efekpemanfaatan program pemantauan danpromosi pertumbuhan terhadap status gizibalita Di Kota Cirebon Tahun 2010

Page 4: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

154

Vol. 1 | No. 3 | Desember 2014 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 151 - 165

Tabel 2. Distribusi frekuensi variabel pengetahuan ibutentang ASI eksklusif, gizi, pemantauan pertumbuh-an dan KMS di Kota Cirebon Tahun 2010

Tabel 2 menunjukan, mayoritas ibu memilikipengetahuan yangtidak baikmengenai gizidan KMS.

Pengaruh Pemanfaatan Program Pemantauan danPromosi Pertumbuhan, Pengetahuan & Sikapibu Penyakit Infeksi, Umur Balita dan DukunganKeluarga terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui, peman-faatan program pemantauan dan promosi per-tumbuhan, pengetahuan dan sikap ibu, umur balitaserta dukungan keluarga berpengaruh secarasignifikan terhadapstatus gizi balita dengan p < 0,05.Risiko terjadinya insidensi gizikurangpadabalita yangtidak memanfaatkan program pemantauanpertumbuhan secara teratur 2,5 kali lebih besardibandingkan balita yang memanfaatkan secara

teratur. Risiko terjadinya insidensi gizi kurang padabalita dengan ibu yang memiliki pengetahuan tidakbaik serta sikap yang tidak mendukung 2,5 kali lebihbesar dibandingkan balita dengan ibu yang memilikipengetahuan baik dan sikap mendukung. Risikoinsidensi terjadinya gizi kurang pada balita yangberumur 0-24bulan2,1kali lebihbesardibandingkanbalita yang berumur 37-59 bulan, tetapi tidakterdapatperbedaan umurbalita 25-36 dengan umur37-59 terhadap terjadinya gizi kurang pada balita.Risiko terjadinya insidensi gizi kurang pada balitadengan keluarga yang tidak mendukung 1,8 kali lebihbesar dibandingkan balita dengan keluarga yangmendukung. Penyakit infeksi tidak berpengaruhterhadap status gizi balita.

Page 5: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

155

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

Tabel 3. Analisis pengaruh pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan,pengetahuan & sikap ibu penyakit infeksi, umur balita dan dukungan keluarga terhadapstatus gizi balita di Kota Cirebon Tahun 2010

Pengaruh Pemanfaatan Program Pemantauan danPromosi Pertumbuhan terhadap Pengetahuan Ibu

Hasil uji statistik pada Tabel 4 dan Tabel 5menunjukkan pemanfaatan program pemantauanpertumbuhan berpengaruh secara signifikanterhadap pengetahuan dan sikap ibu. Ibu denganpengetahuan tidak baik 1,4 kali lebih besar pada ibuyang tidak memanfaatkan program promosi

pertumbuhan secara teratur dibanding ibu yangmemanfaatkan program promosi pertumbuhansecara teratur. Ibu dengan sikap tidak mendukung1,3kali lebihbesarpadaibuyangtidakmemanfaatkanprogram promosi pertumbuhan secara teraturdibanding ibuyangmemanfaatkanprogram promosipertumbuhan secara teratur.

Page 6: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

156

Vol. 1 | No. 3 | Desember 2014 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 151 - 165

Tabel 4. Pengaruh pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan terhadappengetahuan ibu di Kota Cirebon Tahun 2010

Tabel 5. Pengaruh pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhan terhadapsikap ibu di Kota Cirebon Tahun 2010

ANALISIS UMUR BALITA DAN DUKUNGANKELUARGA SEBAGAI VARIABEL PENGGANGGU

Analisis stratifikasi dilakukanuntuk memastikanapakah variabel luar merupakan variabel peng-ganggu/ tidak, menggunakan uji statistik MantelHaenszel (M-H). Variabel luar dinyatakan sebagaivariabel penggangu jika terdapat perbedaan crude

estimate of effect (RR Crude) dengan adjustedestimate of effect (RR M-H) sebesar 10 atau 20%.Perbedaan nilai RR crude dan RR M-H pada Tabel 6sebesar 12%, sedangkan pada Tabel 7 sebesar 4%,sehingga dapat disimpulkan bahwa umur balita dandukungan keluarga bukan merupakan variabelpengganggu/ confounding.

Page 7: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

157

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

Tabel 6. Analisis stratifikasi pengaruh pemanfaatan program pemantauan dan promosipertumbuhan terhadap status gizi balita berdasarkan umur balita di KotaCirebon Tahun 2010

Tabel 7. Analisis stratifikasi pengaruh pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhanterhadap status gizi balita berdasarkan dukungan keluarga di Kota Cirebon Tahun 2010

Selanjutnya dilakukan analisis interaksi karenapada analisisstratifikasi terdapatperbedaanestimasispesifik pada kedua strata. Hasil analisis interaksi,pemanfaatan program pemantauan dan promosipertumbuhan tidak berinteraksi dengan dukungankeluarga tetapi berinteraksi dengan umur balitakarena berhubungansecara signifikandengan statusgizi balita (p < 0,05), sehingga dapat disimpulkanvariabel umur balita merupakan effect modifiers.

Pengaruh Pemanfaatan Program Pemantauan danPromosi Pertumbuhan terhadap Status Gizi Balitadengan mengontrol Pengetahuan dan Sikap ibu,Umur Balita, Dukungan Keluarga

Analisis multivariabel dilakukan untuk meng-analisis hubungan antara variabel bebas denganvariabelterikatdenganmengontrolvariabel luaryangpada analisis bivariabel berhubungan signifikanterhadap variabel terikat.

Page 8: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

158

Vol. 1 | No. 3 | Desember 2014 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 151 - 165

Tabel 8. Analisis pengaruh pemanfaatan program pemantauan dan promosi pertumbuhanterhadap status gizi balita dengan mengontrol pengetahuan & sikap ibu, umurbalita,dukungan keluarga di Kota Cirebon Tahun 2010

Setelah melakukan likelihood ratio test(LR test)dangoodnessoffit test,Model4dipilihsebagaimodelyang tepat untuk memprediksi pengaruhpemanfaatan program pemantauan dan promosipertumbuhan terhadap status gizi balita denganmengikutsertakan variabel pengetahuan dan sikapibu serta umur balita. Model 4 dapat memprediksigizi kurang sebesar 9,7%.

Hasil Wawancara Mendalam/ Indepth Interviewa. Indikator Input

1) Sarana PosyanduBerdasarkan hasil observasi terhadap enam

posyandu, seluruhnya sudah memiliki timbanganinjak, length board, dan buku pendaftaran danpencatatan. Tetapi, terdapat posyandu yang tidakmemiliki media KIE gizi, serta panduanmengenal giziburuk bagi kader.

Page 9: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

159

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

Pernyataan berikut ini adalah hasil wawancaramendalam terhadap informan kader mengenaisarana posyandu :

“yang ga ada panduan gizi buruk bagi kaderdan media gizi untuk penyuluhan...padahal diposyandu perlu...” (Informan kader 2).

2) Jumlah kaderBerdasarkan hasil observasi pada saat pelak-

sanaanposyandu, sebagianbesar kaderyang datang> 5orang. Ketika dikonfirmasi kepada informan kadermengenai jumlah kader dalam satu tahun terakhir,semua mengatakan jumlah kader > 5 orang, tetapitidak hadir setiap bulan, kader terlatih rata-rata < 5orang. Hal ini terungkap dari pernyataan sebagaiberikut :

“Jumlah kader keseluruhannya sih 9 orang...tapikalo yang aktif kadang-kadang empatorang..biasa lah kerja di posyandu kan ga adauangnya.. yang sudah pelatihan cuma 4 orang”( Informan kader 1)

“Kader ada 16 orang..tapi sekarang kader barusemua...disini kan pergantian RW jadi kaderyang lama mundur semua...kita sih belumpelatihan semua..” (Informan kader 4).

3) Pengetahuan kaderSebagian besar kader tidak mengerti ketika

ditanya mengenai gizi kurang, hal tersebut dapatdiketahui dari pernyataan berikut :

“Menurut saya gizi kurang itu kalo anak beratbadannya kuraang sekali yaitu di bawah garismerah lalu di bawah lagi..” (Informan kader 1)

“Gizi kurang itu kalau apa sih??..umurnya udahtinggi gitu ya..tapi berat badannya masih dibawah garis merah atau di garis merahnya..eh.. yang tadi salah...kalau gizi kurang sudahdiatas garis merah tapi belum mencapaiii apasih..ee..warna..jadi masih ada..belum sampegaris hijau gitu ya..??” (Informan kader 6)

Terdapat kader yang tidak tahu apa yang harusdilakukan ketika ditemukan balita dengan gagaltumbuh, hal tersebut diketahui dari pernyataanberikut :

“Kalo berat badan dua kali ga naek tetep gadikasih apa-apa..cuma ditanya ajasebabnya...ga dikasih khusus penyuluhan”(Informan kader 4)

Setelah dikonfirmasi, petugas gizi mengatakanbahwarata-rata kadertidak polapertumbuhanbalitadi KMS, serta tidak melakukan tindakan apabiladitemukan gagal tumbuh. Selain itu terdapatposyandu yang pengisian KMS dilakukan olehpetugas Puskesmas.

“...yang mengisi KMS rata-rata petugas, karenakader belum pada ngerti , atau karena balitabanyak, jadi kader kurang cepet kerjanya...”(Informan petugas 1)

“Kalau kader menemukan 2T kadang ada yangdilaporkan ke kita, ...terus kita kasih penyuluh-an... tapi kebanyakan kitanya yang mendeteksi2T, kadernya diam saja karenatidak mengerti...”(Informan petugas 2)

4) Monitoring dan supervisiIndikator input selanjutnya adalah monitoring

dan supervisi, berikut adalah pernyataan informanpetugas gizi :

“Monitoring dan supervisi dari Dinas Kesehatanpaling satu tahun sekali pada bulan Agustuspada saat bulan penimbangan balita..itu jugatidak semua puskesmas didatangi, hanya pus-kesmas yang dijadikan sampel saja, misalnyapuskesmas yang banyak sasarannya.” (Infor-man petugas 2)

5) Ketersediaan dana operasionalDana operasional untuk PMT pemulihan tidak

berjalandenganlancar,berikutpernyataandari kaderposyandu :

Page 10: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

160

Vol. 1 | No. 3 | Desember 2014 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 151 - 165

“Tahunkemaren dikasih dari puskesmas 20 ribuperbulan...tapi sekarang mah ga ada dana...”(Informan kader 1)

Petugas gizi memberikan pernyataan sebagaiberikut :

“Dana dari tahun 2009 tidak ada...rencanatahun 2010 baru mau turun dananya...”(Informan Petugas 1)

b. Indikator ProsesPada saat menimbang balita, rata-rata kader

sudah bisa melakukan secara akurat. Setiap akanmenimbang, skala dikalibrasi ke nilai 0. Pengukurantinggi badan, pengisian KMS dan penentuan statusgizi menggunakan indikator BB/TB dilakukan olehpetugas gizi. Kader diajarkan untuk melakukanskrining awal dalam menentukan status gizi ber-dasarkan warna pada grafik di KMS (berdasarkanindikator BB/U), sedangkan di posyandu lainpenentuan status gizi yang diajarkan kepada kadermenggunakan standar baku WHO, 2006 karenaketerbatasan kader dalam memahami KMS. Jikaditemukan gagal tumbuh, maka status gizidikonfirmasi berdasarkan indikator BB/TB. Berikutpernyataan petugas gizi :

“Bila ditemukan 2T, maka diwaspadai gizikurang, maka diukur tinggi badannya danstatus gizinya di validasi ke BB/TB” (Informanpetugas 2)

Kader tidak melakukan tindakan jika ditemukangagal tumbuh, karena kebanyakan kader tidakmengerti kapan terjadinya gagal tumbuh. Sehingga,apabila ditemukan gagal tumbuh, maka promosipertumbuhan diberikan oleh petugas kesehatan.

Follow up terhadap kasus gizi kurang sudahdilakukan, balita yang mengalami gizi kurangmendapatkan PMT pemulihan berupa makanan.Pernyataan yang disampaikan petugas gizi sebagaiberikut :

“PMT pemulihan diberikan untuk balita dengangizi kurang dan balita gizi buruk untuk 3 bulan/

90 hari berupa susu pediasure atau snackdengan dana sebesar Rp.7000 perharinya.”(Informan petugas 2)

c. Faktor Penghambat dalam PemanfaatanProgram Pemantauan dan Promosi Per-tumbuhanDalam hasil analisis kuantitatif ditemukan

sebagian balita tidak memanfaatkan programpemantauanpertumbuhansecara teratur.Alasan ibutidak datang ke posyandu karena balita sakit, ibusibuk, anak nangis ketika ditimbangsehingga merasakasihan dan malas untuk datang ke posyandu, anaksedang tidur, dan jarak dari rumah ke posyandu agakjauh. Selain itu, terdapat pula ibu yang tersinggungjika anaknya dikatakan gizi kurang, serta anak sedangmengikuti PAUD. Alasan tersebut diketahui daripernyataan kader sebagai berikut :

“Kadang ibunya ada yang ngomong anaknyalagi sakitlah... sayanya lagi keder masaklah...anaknya tidur...atau ada yang kesinggung kalodikatain anaknya kurang gizi...si ibu bulanbesoknya jadigamaudatang lagi...ibugaterimadan bilang kan saya udah ngasih makanbanyak...dan suka ke dokter kalo sakit masadikatain anak saya kurang gizi” !!! (Informankader 1)

Balita dengan gizi kurang yang ditemukan dari246 balita usia 17-59 bulan dalam penelitian ini,berdasarkan indikator BB/TB 17,1%. Insidensi gizikurang lebih tinggi dibanding angka Provinsi JawaBarat (9%) serta angka nasional (15%).(7) Besarnyainsidensi gizi kurangdiatas 15% merupakan masalahkesehatan masyarakat yang sudah dianggap kritis. (7)

Program pemantauan dan promosi pertum-buhan di Kota Cirebon ditujukan untuk menanganigizi kurang berdasarkan indikator BB/U dan BB/TB,sedangkan balita yang pendek/ stunted tidakdiintervensi. Indikator BB/U digunakan sebagaiskrining awal dalam penentuan status gizi kurangmelalui pengisian KMS. Apabila ditemukan gagaltumbuh/ BGM, maka status gizi dikonfirmasi

Page 11: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

161

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

berdasarkan indikator BB/TB. Tindak lanjut dalampenanganan kasus gizi kurang ditentukan berdasar-kan indikator BB/TB yang dapat menggambarkanstatus gizi saat ini. Indikator BB/TBbanyak digunakanuntukmengevaluasiprogramintervensi.Berdasarkanpertimbangantersebut, maka penulis menggunakanindikatorBB/TB dalam penelitian ini.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui sebagianbalitatidakmemanfaatkanprogrampemantauandanpromosi pertumbuhan secara teratur. Berdasarkanwawancara mendalam terhadap kader diperolehinformasi ibu yang tidak datang ke posyandu bukanhanya disebabkan oleh alasan kesehatan (balitasakit), tapi ada juga alasan sosial (ibu sibuk, ibutersinggung jika anaknya dikatakan gizi kurang, anaknangisketika ditimbangsehingga merasakasihandanmalas untuk datang ke posyandu, anak sedang tiduratau sedang mengikuti PAUD), serta alasan jarak darirumah ke posyandu. Hal ini harus menjadi perhatianbagi kader dan petugas kesehatan, terutama padasaat memberikan promosi pertumbuhan. Ber-dasarkan penelitian sebelumnya disebutkan,hambatan untuk mengakses pelayanan kesehatandasar diantaranya alasan geografis meliputi jarakdan transportasi serta alasan sosial yang ber-hubungan dengan sikap dan tindakan dari petugaskesehatan.13,16

Hambatan-hambatan yang telah disebutkan diatas dapat dikelompokan menjadi hambatan yangberasal dari faktor individu (kesehatan balita), faktorprovider (alasan sosial yang berasal dari interaksiantara ibu balita dan provider berupa perasaantersinggung/ perasaan kasihan apabila balita me-nangis ketika ditimbang), serta faktor komunitas(lokasi rumah secara geografis)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3 dapatdiketahui, pemanfaatan program pemantauan danpromosipertumbuhanberpengaruhsecarasignifikanterhadapstatus gizi balita. Risiko terjadinya insidensigizi kurang pada balita yang tidak memanfaatkanprogram pemantauan pertumbuhan secara teratur2,5 kali lebih besar dibandingkan balita yangmemanfaatkan secara teratur. Berdasarkan analisis

interaksi dapat diketahui, umur balita merupakaneffect modifiers, sehingga besarnya pengaruhpemanfaatan program pemantauan dan promosipertumbuhan terhadap status gizi balita tergantungdari umur balita. Interpretasi hasil analisis stratifikasidalam Tabel 6, risiko terjadinya gizi kurang terjadipadabalitayangtidakmemanfaatkanprogramsecarateratur, palingbesar terjadi pada balita dengan umur0-24 bulan. Penimbangan setiap bulan difokuskanpada balita dengan umur 0-24 bulan, karenakehilangan 0,1-0,2 kg pada balita dengan umur > 24bulan mungkin tidak menggambarkan adanya gagaltumbuh, tetapi hanya fluktuasi yang normal. Walau-pun demikian, untuk balita > 24 bulan, kunjungansetiap bulan merupakan kesempatan untuk mem-berikan konseling kepada ibu/ pengasuh.17

Berdasarkan observasi pada saat pelaksanaanposyandu serta wawancara mendalam kepada kaderdan petugas gizi diketahui bahwa programpemantauan dan promosi pertumbuhan di KotaCirebon sudah berfungsi sebagai skrining programuntukmencegahgizi kurangmelaluideteksidini gagaltumbuh, walaupun upaya deteksi gagal tumbuhtersebut masih dilakukan oleh petugas gizi karenakader belum memahami konsep gagal tumbuh padabalita. Balita yang memanfaatkan program peman-tauan dan promosi pertumbuhan secara teratur,maka akan diketahui pertumbuhannya setiap bulan,sehingga apabila terjadi gagal tumbuh, yaitu beratbadan tidak naik minimal dalam 2 kali penimbanganmaka akan terdeteksi secara dini.4

Kader belum memahami konsep gagal tumbuhdisebabkan pengisian KMS, serta penentuan statusgizi rata-ratadilakukanolehpetugasgizi,karenakaderbelum memahami fungsi KMS.Walaupun demikian,kader sudah mampu menimbang berat badan balitasecara akurat, menggunakan timbangan injak digitaldengan ketelitian 0,1 kg. Pengukuran tinggi badandilakukanoleh petugas gizi. Apabila ditemukan gagaltumbuh, tindakan selanjutnya, ibu akan diberitahudan diberikan konseling gizi dan pertumbuhan,sehingga diharapkan dapat memberikan motivasi

Page 12: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

162

Vol. 1 | No. 3 | Desember 2014 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 151 - 165

untuk merubahperilaku ataupola asuh ibu sehinggabalita tidak akan mengalami gizi kurang.4

Upaya promosi pertumbuhan di Kota Cirebonberpengaruh pada pengetahuan dan sikap ibuwalaupun kekuatanhubungan yangdidapatkan tidakterlalu besar. Kelompok ibu dengan pengetahuanyang tidak baik serta sikap yang tidak mendukunglebih banyak pada ibu yang tidak memanfaatkanprogram pemantauan dan promosi pertumbuhansecara teraturdibandingkan ibuyangmemanfaatkanprogram secara teratur (Tabel 4 & 5). Berdasarkanobservasi serta wawancara mendalam terhadappetugas gizi dapat diketahui upaya promosipertumbuhan sangat jarang dilakukan oleh kader,karena kader tidak mengerti kapan promosipertumbuhanharus diberikan. Walaupun demikian,dari pernyataan kader mengenai sarana posyandudapat disimpulkan sebenarnya ada keinginan kaderuntuk memberikan promosi pertumbuhan, tetapikarena terbatasnya pengetahuan dikarenakankurangnya kader terlatih serta terbatasnya saranaposyandu terutama media gizi dan panduan gizikurang bagi kader terkadang menjadi kendala bagikader dalam memberikan promosi pertumbuhan.

Rata-rata posyandusudahmemiliki jumlahkader> 5 orang. Tetapi jumlah kader terlatih (kader yangsudah mengikuti pelatihan) di setiap posyandu rata-rata < 5 orang, salah satunya karena adanyapergantiankader. Jika mengikuti alurpelayanan padaprogram pemantauan dan promosi pertumbuhan,maka disetiapposyanduhendaknya memiliki5 kaderterlatih, sehingga tidak ada kader yang merangkappelayanan.Pengetahuankaderakanmeningkat tidakhanya dengan membaca tetapi harus melaluipelatihan.18 Pelatihan dan penyegaran kader yangberkesinambungan diperlukan karena sering terjadipergantiankaderdanpengetahuankaderyangmasihterbatas.19 Pengaruh promosi pertumbuhan ter-hadappengetahuandansikapibusangatdipengaruhioleh kualitas kader/ petugas kesehatan.20

Follow upuntuk kasus gizi kurang pada programpemantauan dan promosi pertumbuhan di KotaCirebon sudah optimal. Berdasarkan hasil wawan-cara mendalam terhadap informan petugas gizi,apabila ditemukan kasus gizi kurang, maka tindakanyang dilakukan dengan memberikan promosipertumbuhansertamemberikanmakanantambahanberupa biskuit, susudan sebagainya.Walaupun danaoperasional tahun sebelumnya kurang lancar, tetapitahun ini akan diadakan kembali. Promosi per-tumbuhansertapemberianmakanantambahanlebihefektif dalam meningkatkan status gizi balita di-bandinghanya diberipromosi pertumbuhansaja. 21,22

Sistem program pemantauan dan promosipertumbuhan diatur agar mudah dilaksanakan.Program pemantauan dan promosi pertumbuhanterdiri darikegiatanpengukuranpertumbuhan/ beratanak yang teratur, pencatatan/ plotting berat badanke dalam kartu pertumbuhan/ KMS, penilaian statusgizi dan memberikan penyuluhan gizi serta melaku-kan tindakan/ follow up selanjutnya jika ditemukanpertumbuhan yang tidak normal.13 Alur kegiatanprogram pemantauan pertumbuhan di kota Cirebonmenggunakan sistem 5 meja, yaitu meja pendaftar-an, penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan/promosi pertumbuhan, dan pelayanan kesehatan(follow up kasus). Berdasarkan hasil observasi,terdapatposyandu denganalur kegiatan yang masihkurang tertib. Pada saat datang ke posyandu, ibubalita langsung ke meja penimbangan kemudianmengambil PMT penyuluhan dan langsung pulangtanpa melalui meja pendaftaran terlebih dahulu.Akibatnya terdapat sasaran balita yang datang, tapitidak tercatat dan terlaporkan pertumbuhannya.Kurang tertibnya alur program pemantauan danpromosi pertumbuhan tersebut terjadi pada waktusasaran balita datang secara bersamaan, sehinggatidak terpantau dengan baik. Selain itu, hal tersebutterjadi jika petugas gizi datang pada saat pelak-saanaan program telah dimulai, sehingga tidak bisamengatur alur terlebih dahulu, padahal menurutpetugas gizi hal itu sudah dibicarakan dengan kader

Page 13: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

163

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

setiapbulan.Hal itumencerminkanperankaderyangtidak optimal.

Terbatasnya indikator input terutama perankader yang tidak optimal yang ditemukan dalampenelitianinikemungkinankarenaterbatasnyasistemmonitoring dan supervisi yang dilakukan oleh DinasKesehatan. Menurut informan petugas gizi, supervisihanya dilakukan satu tahun sekali pada saat bulanpenimbanganbalita (setiapbulan Agustus),dantidakdilakukan di setiap wilayah Puskesmas, tetapi hanyadilakukan di Puskesmas yang dijadikan sampel,misalnya Puskesmas dengan sasaran balita yangbanyak. Sistem monitoring dan supervisi pada pro-gram pemantauan dan promosi pertumbuhanhendaknya dilakukan setiap bulan pada 6 bulanpertamasejakdilaksanakanprogramdanselanjutnyadilaksanakansetiap 3 bulan sekali.17 Sistem monitor-ing dan supervisi secara teratur adalah pentingkarena banyaknya pergantian kader serta masihrendahnya pengetahuan kader,19 serta pentingdilakukan pada setiap Puskesmas, agar dapat me-ninjau secara langsung bagaimana proses programpemantauan dan promosi pertumbuhan, sehinggabisadipakaisebagaibahanmasukandalammenentu-kan kebijakan selanjutnya.

Selain kurangnya pemanfaatan program pe-mantauan danpromosi pertumbuhan,penyebabgizikurang pada balita yang ditemukan pada penelitianini yaitu pengetahuan yang tidak baik dansikap yangtidak mendukung dalam merawat balita yang lebihbanyak ditemukan pada kelompok ibu yang tidakmemanfaatkan program pemantauan dan promosipertumbuhan secara teratur. Mayoritas ibu balitamemiliki pengetahuan yangtidak baik mengenai gizidan KMS (Tabel 2). Hal ini disebabkan jarang sekalikader menjelaskan pertumbuhan balita yangterdapat dalam KMS, karena kader pun kebanyakantidak mengerti tentang KMS. Ibu dan kader pentinguntukmengetahui danmengerti tentangKMS, sebabdalam program pemantauan dan promosi per-tumbuhan, KMS adalah instrumen yangtepat dalammenentukan kapan waktunya kader/petugas

kesehatan memberikan promosi pertumbuhanterhadap ibu balita. Melalui pengisian KMS, kader/petugas kesehatan serta ibu balita dapat mengetahuipertumbuhan balita. Setelah pertumbuhan balitadiketahui oleh petugas kesehatan/ kader dan ibubalita maka akan terjadi komunikasi diantarakeduanya, sehingga ibu balita akan mengerti konseppertumbuhanbalita yangnormal serta tidak normal.Apabila ibumengetahuipertumbuhanbalitanyatidaknormal, diharapkan ibu termotivasi untuk merubahperilaku dalam merawat balita.23,24 Walaupundemikian, mayoritas ibu memiliki pengetahuan baikmengenai ASI eksklusif dan pemantauan per-tumbuhan. Penelitiansebelumnya mengemukakan,pengetahuan ibu yang tidak baik memberikankontribusi terhadap terjadinya gizi kurang padabalita,25,26 sedangkanpola asuh/ sikap ibudalam me-rawat dan memberi makan anak merupakan penye-bab langsungterjadinya kuranggizi padabalita. 11,27,28

Faktor penyebab lain yang menyebabkan gizikurang pada penelitian ini yaitu umur balita dandukungan keluarga. Risiko insidensi terjadinya gizikurang pada balita yang berumur 0-24 bulan (dalampenelitian ini, definisi operasional 0-24 bulansebenarnya balita dengan umur 17-24 bulan padasaat penelitian) 2,1 kali lebih besar dibandingkanbalita yang berumur 37-59 bulan, tetapi tidakterdapatperbedaan umurbalita 25-36 dengan umur37-59 terhadap terjadinya gizi kurang pada balita.Anak pada tahun kedua kehidupannya lebih seringmengalami gizi kurang.29,30 Dukungan keluarga akanberpengaruh terhadapperilaku kesehatanyang akanberpengaruh terhadap status gizi balita.

Penelitianinitidakmembuktikanpenyakit infeksisebagai penyebab terjadinya gizi kurang pada balita.Manfaat laindari program pemantauandanpromosipertumbuhan yaitu meningkatkan kontak denganpetugas kesehatan.4 Jika balita mengalami penyakitinfeksi, sedangkan ibu memanfaatkan programpemantauan pertumbuhan secara teratur, makapenyakit infeksi tersebut akan segera ditangani olehpetugas kesehatan. Selain itu, apabila pengetahuan

Page 14: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

164

Vol. 1 | No. 3 | Desember 2014 | Jurnal Kesehatan Reproduksi: 151 - 165

dansikapibumendukungdalammerawatbalitasakit,maka penyakit infeksi tersebut tidak akan me-nyebabkan gizi kurang pada balita.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemanfaatan program pemantauan danpromosi pertumbuhansecara tidakteratur terutamauntuk balita 0-24 bulanserta pengetahuan dan sikapibu yang tidak mendukung merupakan risikoterjadinya gizi kurang pada balita, ibu memegangperanan penting terhadap pertumbuhan balita.Progam pemantauan dan promosi pertumbuhansudah berfungsi sebagai skrining program dalammencegah gizi kurang pada balita. Indikator input,terutama peran kader dalam proses programpemantauan dan promosi pertumbuhan belumoptimal. Hambatan pemanfaatan program peman-tauan dan promosi pertumbuhan meliputi faktorindividu (alasan kesehatan), faktor provider (alasansosial) serta faktor komunitas (lokasi rumah secarageografis). Keberhasilan program pemantauan danpromosi pertumbuhan dapat dicapai apabila men-dapat dukungan secara komprehensif dari segidemand side/penerima pelayanan (balita dan ibubalita), support side/pemberi pelayanan (kader,petugas kesehatan danmasyarakat) serta policyside/pembuat kebijakan (Dinas Kesehatan).

Berdasarkan temuan tersebut maka peman-tauan pertumbuhan secara teratur setiap bulanharus dilaksanakan terutama untuk balita denganumur 0-24 bulan, sehingga perlu dilakukan strategiagar partisipasi masyarakat dalam program peman-tauan dan promosi pertumbuhan lebih meningkat,diantaranya sweeping sasaran, serta memperbaikimutu layanan sehingga tidak akan terjadi outcomeyang tidak diharapkan dari ibu balita, misalnyakecemasan atau perasaan tersinggung. Indikatorinput(pengetahuandanjumlahkaderterlatih, saranaposyandu serta monitoring dan supervisi) dalamprogram pemantauan pertumbuhanharus ditingkat-kan sehingga kader dapat berperan secara optimal,

terutamadalam memberikanpromosipertumbuhanuntuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu.Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti tingkatkepuasan ibu setelah memanfaatkan programpemantauan dan promosi pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA1. Black, R., Allen, L., Bhutta, Z., Caulfield, L., de Onis,

M., Ezzati, M., Mathers, C., Rivera, J. Maternal andchild undernutrition: global and regional exposuresand health consequences. The Lancet, 2008 ;371(9608): 243-60.

2. Black, R., Moris, S., Bryce, J. Where and why are 10million children dying every year? The Lancet, 2003;361:2226-34.

3. Moris, S., Cogill, B., Uavy, R. Effective internationalaction against undernutrition: why has it provenso difficult and what can be done to accelerateprogress? Lancet, 2008 ; 371(9612): 608-21.

4. Asworth, A., Shrimpton, R., Jamil, K. Growthmonitoring and promotion: review of evidence ofimpact. Maternal and Child Nutrition, 2008 ; 4(s1):86-117.

5. Heikens, G. How can we improve the care ofseverely malnourished children in Africa? Plos Med,2007; 4(2): 222-5.

6. Victoria, C., Adair, L., Fall, C., Hallal, P., Martorell,R., Ritcher, L., Sachdev, H. Maternal and childundernutrition: consequences for adult health andhuman capital. Lancet, 2008 ; 371(9609): 340–57.

7. Balitbang Depkes RI. Laporan nasional riset kesehat-an dasar (RISKESDAS) 2007, Jakarta: Depkes RI ;2008.

8. Dinkes Kota Cirebon. Profil Dinas Kesehatan KotaCirebon tahun 2007, Cirebon ; 2007.

9. Dinkes Provinsi Jawa Barat. Profil Dinas KesehatanProvinsi Jawa Barat tahun 2007, Jawa Barat ; 2007.

10. UNICEF. Strategy for Improved nutrition of childrenand women in developing countries. New York:UNICEF; 1990.

11. WHO. Nutritional and poverty, Papers from theACC/SCN 24 th Session Symposium, Kathmandu;1997.

12. Mc.Donald, E., Bailie, R., Rumbold, A., Morris, P.,Paterson, B. Preventing growth faltering amongAustralian indegenous children. Med J Aust, 2008;188(8): 84-6.

Page 15: Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan ...

165

Lia Nurcahyani et al., Efek Pemanfaatan Program Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan Terhadap Status Gizi Balita di Kota Cirebon

13. Panpanich, R., Garner, P. Growth monitoring inchildren (review). Cochrane Database of Syst Rev2009 ; (1).

14. Roberfroid, D., Kolsteren, P., Hoeree, T., Maire, B.Do growth monitoring and promotion programsanswer the performance criteria of a screeningprogram? a critical analysis based on a systematicreview. Trop Med Int Health, 2005; 10(11):1121-33.

15. WHO WHO child growth standards: length /height-for-age, weight- for-age, weight-for-length, weight-forheight and body mass index-for-age. methods anddevelopment. Geneva, Switzerland: WHO; 2006.

16. Oanh,T.T.M The Review of Barrier to Acces HealthServices for Groups in Vietnam : A Case Studi ; 2009.

17. UNICEF. Experts consultation on growth monitoringand promotion strategis : program guidance for away forward, New York, USA ; 2008.

18. Roberfroid, D., Pelto, G., Kolsteren, P. Plot and see!maternal comprehension of growth charts world-wide. Trop Med Int Health, 2007; 12(9):1074-86.

19. Faber, M., Schoeman, S., Smuts. C.M., Adam, V.,Ford, N. Evaluation of community based growthmonitoring in rural district of the Eastern Cape andKwazulu Natal Provinces of Sourth Africa. J Clin Nutr,2009; 22(4) : 185-94.

20. Hurtado, E., Bixcul, A, Bustamante, R., Santizo, M.Evaluation of the growth monitoring and promot-ion component of the integrated care for childrenand women at the community level (AIEPI AINM-C) ; 2008.

21. Roy, S.K., Fuchs, G.J., Mahmud, Z., Ara, G., Islam,S., Shafique, S., Akter.S.S., Chakroborty, B. Intensivenutrition education with or without supplementaryfeeding Improves the nutritional status of modera-

tely malnourished children in Bangladesh. J.HealthPopul Nutr. 2005 ; 23(4) 320-30.

22. Sguassero, Y., de Onis, M., Carroli, G Communitybased supplementary feeding for promoting thegrowth of young children in developing countries.Cochrane Database Syst Rev , 2005; 19(4).

23. Gragnolati, M., Bredenkamp, C., Gupta, M.D., Lee,Y.K., Shekar, M. ICDS and persistent undernutrition.Econ Polit Wkly, 2006; 41(12): 1193-202.

24. Joseph, E., Dowsehen, S., Izenberg, N. Publicunderstanding of growth charts: a review literature.Patient Educ Coun, 2007; 65(3):288-95.

25. Ard El Insan Benevolent Association. Nutritionalhealth care service for malnourished children under5 years. Medical Aid for Palestinians; 2008.

26. Phengxay, M., Ali, M., Yagyu, F., Soulivanh, P.,Kuroiwa, C., Ushijima. Risk factor for protein energymalnutrition in children under 5 years: study fromLuangprabang province, Laos. Pediatr Int. 2007;49(2): 260-5.

27. Pongou, R., Ezzati, M., Salamon, J. Household andcommunity socioeconomic and environmentaldeterminants of child nutritional status in Cameroon.BMC Public Health, 2006; 6 (98) :1-19.

28. Uthman, O. A multilevel analysis of a individual andcommunity effect on chronic childhood mal-nutritionin rural Nigeria. J.Trop Pediatr, 2009; 55(2): 109-15

29. Bloss, E., Wainaina, F., Bailey, R.C. Prevalence andpredictors of underweight, stunting and wastingamong children aged 5 and under in western Kenya.J. Trop Pediatr, 2004 ; 50 (5) : 260-70.

30. Sapkota, V.P., Gurung, C.K. Prevalence and predictorsof underweight, stunting and wasting in underfivechildren. J. Nepal Health Res Counc, 2009; 7 (15):120-6.