Li
description
Transcript of Li
Egi Nabila
04011381419195
Gamma
FARINGITIS
Faringitis akut merupakan hal yang umum terjadi di seluruh dunia. Di
iklim dingin, paling umum terjadi pada akhir musim gugur, selama musim dingin
dan awal musim semi.Di Indonesia umumnya terjadi pada saat pancaroba dan
selama musim hujan. Faringitis akut adalah keluhan utama pasien pada kunjungan
ke dokter. Diperkirakan, tiap tahunya di Amerika Serikat lebih dari 15 juta pasien
mengunjungi dokter dengan keluhan sakit tenggorokan.
A. Definisi
Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring
atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut biasanya merupakan bagian
dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau bagian dari
influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007).
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang
disebabkan oleh organisme virus hampir 70% (Soemirat, 2000).
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit
peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok. Gambaran klinis faringitis akut yaitu dinding
tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik
putih dan terasa sakit bila menelan makanan (Adam, 1997).
B. Etiologi dan Cara Penularan
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold,
flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan
faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium,
Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
Cara Penularan
Pada umumnya, infeksi ini menular melalui kontak dan secret (lendir)
dari hidung maupun ludah (droplet infection).
Gambar 1.1. Faringitis Akut
a) Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan
demam .
b) Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat
tenggorokan teriritasi.
c) Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
d) Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat
kronis (menetap).
e) Bakteri streptokokus, dipastikan dengan kultur tenggorok. Tes ini
umumnya dilakukan di laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok
pasien. Dapat ditemukan gejala klasik dari kuman streptokokus seperti
nyeri hebat saat menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah – muntah,
bernanah pada kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar
amandel.
f) Merokok.
Gambar 1.2. Faringitis Akut
Kebanyakan radang tenggorokan disebabkan oleh dua jenis infeksi
yaitu virus dan bakteri. Sekitar 80% radang tenggorokan disebabkan oleh
virus dan hanya sekitar 10-20% yang disebabkan bakteri. Untuk dapat
mengatasinya, penting untuk mengetahui infeksi yang dialami disebabkan
oleh virus atau bakteri streptokokus.
Infeksi virus biasanya merupakan penyebab selesma (pilek) dan
influenza yang kemudian mengakibatkan terjadinya radang tenggorokan.
Selesma biasanya sembuh sendiri sekitar 1 minggu begitu tubuh Anda
membentuk antibodi melawan virus tersebut (Adams dkk, 1997).
Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif
Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
C. Patofisiologi
Pada stadium awal,terdapat hiperemia, edema, dan sekresi yang
meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring.Dengan hyperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi
melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian
biasanya difokuskan pada faring, dan tampak bahwa folikel atau bercak-
bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi
meradang dan membengkak. Terkenanya dinding lateral, jika tersendiri,
disebut sebagai ”faringitis lateral”. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan
adanya tonsila, hanya faring saja yang terkena (Mansjoer, 199).
PATHWAY FARINGITIS
Droplet 4
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala faringitis akut termasuk membran mukosa sangat
merah dan tonsil berwarna kemerahan, serta disertai perbesaran serta tekan
tekan. Demam dan sakit tenggorok juga bisa timbul. Serak dan batuk bukan
hal yang tidak umum (Mansjoer, 1999).
Penguapan Kesulitan Menelan Sputum mukosa
DemamNyeri
Edema mukosa BatukMukosa Kemerahan
Resti defisit volume cairan Gangguan nutrisi Pembersihan jalan nafas tidak efektif
1
2
3
5
FARINGITIS Inflamasi
Resti penularan
Kurangnya pengetahuan
6
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring
mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang
berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.
Gejala lainnya adalah:
1) demam
2) pembesaran kelenjar getah bening di leher
3) peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
1) rasa pedih atau gatal dan kering.
2) batuk dan bersin.
3) sedikit demam atau tanpa demam.
4) suara serak atau parau.
5) hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.
Infeksi bakteri memang tidak sesering infeksi virus, tetapi dampaknya
bisa lebih serius. Umumnya, radang tenggorokan diakibatkan oleh bakteri
jenis streptokokus sehingga disebut radang streptokokus. Seringkali seseorang
menderita infeksi streptokokus karena tertular orang lain yang telah menderita
radang 2-7 hari sebelumnya. Radang ini ditularkan melalui sekresi hidung atau
tenggorokan (George, 1997).
Kenali gejala umum radang streptokokus berikut:
1) tonsil dan kelenjar leher membengkak
2) bagian belakang tenggorokan berwarana merah cerah dengan bercak-
bercak putih.
3) demam seringkali lebih tinggi dari 38 derajat celsius dan sering disertai
rasa menggigil
4) sakit waktu menelan.
Radang streptokokus memerlukan bantuan dokter karena bila
penyebabnya adalah kuman streptokokus dan tidak mendapat antibiotik yang
memadai maka penyakit akan bertambah parah dan kuman dapat menyerang
katup jantung sehingga menimbulkan penyakit Demam Rhematik.
Infeksi virus biasanya merupakan penyebab selesma (pilek) dan influenza
yang kemudian mengakibatkan terjadinya radang tenggorokan. Selesma
biasanya sembuh sendiri sekitar 1 minggu begitu tubuh Anda
membentuk antibodi melawan virus tersebut (Smeltzer dkk, 2001).
E. Penatalaksanaan
a) Medis
1) Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik),
obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat.
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia
dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.
2) Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik.
Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam
rematik), jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika
penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan
erythromycin atau antibiotik lainnya.
(Smeltzer dkk, 2001).
b) Herbal
A. Resep 1
90 g daun lidah buaya, kupas, ambil dagingnya
112 buah jeruk lemon, peras
Madu secukupnya
1) Cuci bersih daging lidah buaya, blender, lalu panaskan hingga mendidih.
2) Setelah hangat, tambahkan air perasan jeruk lemon dan madu, aduk.
3) Minum 3 kali sehari.
B. Resep 2
7 lembar daun sambung nyawa
30 g pegagan segar
1) Cuci bersih semua bahan, blender dengan menambahkan sedikit air, lalu
saring.
2) Minum 2 kali sehari.
C. Resep 3
60 g kaktus gepeng, kupas, potong-potong
15 g daundewa
1) Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu
saring.
2) Minum airnya
D. Resep 4
10 g sambiloto
5 lembar daun sirih
1) Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu
saring.
2) Gunakan airnya untuk berkumur, lalu telan.
Catatan:
Pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur.
F. Pencegahan Penyakit Faringitis Akut
Beberapa pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
radang tenggorokan antara lain :
1) cukup beristirahat
2) berkumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari
3) bagi perokok harus berhenti merokok
4) banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi
5) minum antibiotik, dan jika diperlukan dapat minum analgesik.
(George, 1997).
G. Epidemiologi
1) Frekuensi
Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita
berobat ke tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan
orang dewasa mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya
faringitis akut) tiap tahunnya.
2) Mortalitas
Faringitis akut merupakan salah satu penyebab terbesar absensi anak di
sekolah dan absensi di tempat kerja bagi orang dewasa.
3) Ras
Faringitis akut mengenai semua golongan ras dan suku bangsa secara merata
4) Jenis Kelamin
Faringitis akut mengenai kedua jenis kelamin dalam komposisi yang sama
5) Usia
Faringitis akut mengenai semua golongan usia, tetapi yang terbesar mengenai
anak-anak.
6) Waktu
Di musim pancaroba suhu udara sering berubah-ubah, tiba-tiba panas, dingin,
dan lembab. Perubahan udara dan temperatur sedikit banyak berpengaruh
pada tubuh, karena tubuh otomatis akan berusaha keras menyesuaikan dengan
temperatur sekitar. Saat itu pula imunitas (daya tahan tubuh terhadap
penyebab penyakit) berkurang, yang seringnya menyebabkan orang sakit di
musim pancaroba. Selain itu temperatur yang berubah-ubah adalah salah satu
kondisi yang memacu virus dan bakteri untuk lebih cepat berkembang biak.
Jadi lebih banyak orang terserang penyakit di musim pancaroba dibanding di
musim yang temperaturnya relatif stabil.
Faringitis bacterial
Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab faringitis akut
pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan tanda biasanya
penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang- kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat
dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum
dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri apabila ada
penekanan. Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus ß hemolyticus group A
dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :
Demam
Anterior Cervical lymphadenopathy
- Eksudat tonsil
Tidak adanya batukTiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1
maka pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß
hemolyticus group A, bila skor 1−3 maka pasien memiliki kemungkian 40%
terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group A dan bila skor empat pasien
memiliki kemungkinan 50% terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group A
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Demam Rematik
2.1.1. Definisi Demam Rematik
Demam rematik merupakan penyakit autoimun yang menyerangmultisistem
akibat infeksi dari Streptokokus β-hemolitikus grup A pada faring (faringitis)
yang biasanya menyerang anak dan dewasa muda. Demam rematik menyebabkan
terjadinya peradangan yang biasanya terjadi pada jantung, kulit dan jaringan ikat.
Pada daerah endemik, 3% pasien yang mengalami faringitis oleh Streptokokus
berkembang menjadi demam rematik dalam 2 - 3 minggu setelah infeksi saluran
nafas bagian atas tersebut (RHD Australia, 2012).
2.1.2. Etiologi Demam Rematik
Streptokokus adalah bakteri gram positif yang ciri khasnya berpasangan atau
membentuk rantai selama pertumbuhannya. Terdapat sekitar dua puluh spesies
Streptokokus, termasuk Streptococcus pyogenes (grup A), Streptococcus agalactie
(grup B) dan Enterococci (grup D). Secara morfologi, Streptokokus merupakan
bakteri berbentuk batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai yang membentuk
gambaran diplokokus atau terlihat seperti bentuk batang. Panjang rantai sangat
bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Brooks et.al., 2004).
Dinding sel Streptokokus mengandung protein (antigen M, R, dan T), karbohidrat
(spesifik untuk tiap grup), dan peptidoglikan. Pada Streptokokus grup A, terdapat
juga pili yang tersusun dari sebagian besar protein M yang dilapisi asam
lipoteikoat. Pili ini berperan penting dalam perlekatan Streptokokus ke sel epitel
(Brooks et.al., 2004).
Banyak Streptokokus mampu menghemolisa sel darah merah secara in vitro
dengan berbagai derajat. Apabila Streptokokus menghemolis sempurn sel darah
merah yang ditandai dengan adanya area yang bersih (clear zone) disebut sebagai
β-hemolitikus. Sedangkan apabila hemolisa dari sel darah merah tidak sempurna
dan menghasilkan pigmen berwarna hijau disebut α-hemolitikus. Dan
Streptokokus lain yang tidak mengalami hemolisa disebut γ-hemolitikus (Brooks
et.al., 2004).
Streptokokus β-hemolitikus grup A, seperti Steptococcus pyogenes merupakan
agen pencetus yang menyebabkan terjadinya demam rematik akut. Tidak semua
serotip Streptokokus grup A dapat menimbulkan demam rematik. Serotip tertentu
Streptokokus β-hemolitikus grup A, misalnya serotip M tipe 1, 3, 5, 6, 18, 24
lebih sering diisolasi dari penderita dengan demam rematik akut. Namun, karena
serotip tidak diketahui pada saat diagnosis klinis faringitis Streptokokus, klinisi
harus menganggap bahwa semua Streptokokus grup A mempunyai kemampuan
menyebabkan demam rematik, karena itu semua episode faringitis Streptokokus
harus diobati (Todd, 2000).
Protein M merupakan faktor virulensi utama dari Streptococcus pyogenes.
Apabila tidak ada antibodi spesifik tipe-M, organisme ini mampu bertahan
terhadap proses fagositosis oleh polimorfonuklear. Protein M dan antigen pada
dinding sel Streptokokus memiliki peranan penting dalam patogenesis demam
rematik (Brooks et.al., 2004; Todd, 2000).
Patogenesis Demam Rematik
Terdapat tiga hal yang berperan penting dalam terjadinya demam rematik, yakni agen penyebab penyakit yaitu Streptokokus β-hemolitikus grup A, host (manusia), dan faktor lingkungan (Raju & Turi, 2012).
Streptokokus akan menyerang sistem pernafasan bagian atas dan melekat pada jaringan faring. Adanya protein M menyebabkan organisme ini mampu menghambat fagositosis sehingga bakteri ini dapat bertahan pada faring selama 2 minggu, sampai antibodi spesifik terhadap Streptokokus selesai dibentuk (Raju & Turi, 2012).
Protein M, faktor virulen yang terdapat pada dinding sel Streptokokus, secara immunologi memiliki kemiripan dengan struktur protein yang terdapat dalam tubuh manusia seperti miokardium (miosin dan tropomiosin), katup jantung (laminin), sinovial (vimentin), kulit (keratin) juga subtalamus dan nukleus kaudatus (lysogangliosides) yang terdapat diotak (Joseph, 2010). Adanya kemiripan pada struktur molekul inilah yang mendasari terjadinya respon autoimun yang pada demam rematik. Kelainan respon imun ini didasarkan pada reaktivitas silang antara protein M Streptokokus dengan jaringan manusia yang akan mengaktivasi sel limfosit B dan T. Sel T yang telah teraktivasi akan menghasilkan sitokin dan antibodi spesifik yang secara langsung menyerang protein tubuh manusia yang mirip dengan antigen Streptokokus. Seperti pada korea Sydenham, ditemukan antibodi pada nukleus kaudatus otak yang lazim ditemukan terhadap antigen membran sel Streptokokus (Behrman, 1996). Dan ditemukannya antibodi terhadap katup jantung yang mengalami reaksi silang dengan N-acetylglucosamine, karbohidrat dari Streptokokus grup A, membuktikan bahwa antibodi bertanggung jawab terhadap kerusakan katup jantung (Carapetis, 2010).
Genetik juga berperan terhadap kerentanan terjadinya demam rematik, namun mekanisme yang pasti belum diketahui. Resiko terjadinya demam rematik setelah faringitis oleh Streptokokus, pada mereka yang mempunyai kerentanan secara genetik, adalah sekitar 50% dibandingkan dengan mereka yang tidak rentan secara genetik (Robert, 2012). Telah diidentifikasi suatu alloantigen pada sel B dari 75% penderita demam rematik, sedangkan hanya didapatkan 16% pada yang bukan penderita. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa antigen HLA-DR merupakan petanda PJR (Fyler, 1996).
Akhirnya, faktor lingkungan berhubungan erat terhadap perkembangan demam rematik. Kebersihan lingkungan yang buruk, kepadatan tempat tinggal, sarana kesehatan yang kurang memadai juga pemberian antibiotik yang tidak adekuat pada pencegahan primer dan sekunder demam rematik, meningkatkan insidensi penyakit ini (Raju & Turi, 2012).
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39889/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.unila.ac.id/6550/14/BAB%20II.pdf
Adam, Goerge L.1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam: Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta; 328-29.
https://ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/8-intrepretasi-pe.pdf
Pemeriksaan fisik
Interpretasi pemeriksaan fisik- RR 24x/menit : pada respiration rate Nn. A termasuk normal
(normal RR adalah 16-24x/menit)
- TD 120/70 mmHg :
Tekanan darah yang nomal menurut WHO :
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
Berdasarkan tabel diatas, tekanan darah 120/70 mmHg adalah termasuk dalam
kategori normal.
- Suhu 39,1°C : Suhu tubuh Tuan MT tinggi (normal 36° - 37° C)