Leukemia Limphoblastik Akut

download Leukemia Limphoblastik Akut

of 19

Transcript of Leukemia Limphoblastik Akut

Leukemia Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar. Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan. Halaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa Inggris. Bantulah Wikipedia untuk melanjutkannya. Lihat panduan penerjemahan Wikipedia. Leukemia Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal

Sediaan sumsum tulang dengan pewarnaan Wright. Sediaan menujukkan leukemia limfoblastik akut prekursor sel-B. ICD-10 C91.-C95. ICD-9 208.9 ICD-O: 9800-9940 DiseasesDB 7431 Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos , "putih"; aima , "darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih) [1]. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

Pada tahun 2000, terdapat sekitar 256,000 anak dan dewasa di seluruh dunia menderita penyakit sejenis leukemia, dan 209,000 orang diantaranya meninggal karena penyakit tersebut, [2] Hampir 90% dari semua penderita yang terdiagnosa adalah dewasa. [3] Daftar isi [sembunyikan]

1 Klasifikasi

1.1 Perjalanan alamiah penyakit: akut dan kronis 1.2 Tipe sel predominan yang terlibat: limfoid dan mieloid 1.3 Jumlah leukosit dalam darah 1.4 Prevalensi empat tipe utama

2 Patogenesis 3 Etiologi

3.1 Radiasi 3.2 Faktor leukemogenik 3.3 Epidemiologi 3.4 Herediter 3.5 Virus 4.1 Manifestasi klinik 4.2 Alat diagnosa

4 Leukemia akut

5 Lihat pula 6 Pranala luar 7 Rujukan

[sunting] Klasifikasi Leukemia dapat diklasifikasikan atas dasar: [sunting] Perjalanan alamiah penyakit: akut dan kronis Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun. [sunting] Tipe sel predominan yang terlibat: limfoid dan mieloid Kemudian, penyakit diklasifikasikan dengan jenis sel yang ditemukan pada sediaan darah tepi.

Ketika leukemia memengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik.

Ketika leukemia memengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, maka disebut leukemia mielositik. Leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari normal, terdapat selsel abnormal Leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, terdapat sel-sel abnormal Leukemia aleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, tidak terdapat sel-sel abnormal

[sunting] Jumlah leukosit dalam darah

[sunting] Prevalensi empat tipe utama Dengan mengombinasikan dua klasifikasi pertama, maka leukemia dapat dibagi menjadi:

Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anakanak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut. Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit

Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak. [sunting] Patogenesis Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol. Mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan pertubuhan sel dan diferensiasi. Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lanbar dan bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel sejenis yang normal. [sunting] Etiologi Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa faktor yang dapat memengaruhi frekuensi leukemia, seperti: [sunting] Radiasi Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan yang mendukung: Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia

Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang

[sunting] Faktor leukemogenik Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat memengaruhi frekuensi leukemia:

Racun lingkungan seperti benzena Bahan kimia industri seperti insektisida Obat untuk kemoterapi Di Afrika, 10-20% penderita LMA memiliki kloroma di sekitar orbita mata Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita berumur 20-40 tahun Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK.

[sunting] Epidemiologi

[sunting] Herediter Penderita sindrom Down memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal. [sunting] Virus Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa. [sunting] Leukemia akut [sunting] Manifestasi klinik Manifestasi leukemia akut merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi pada neoplasma hematopoetik secara umum. Namun setiap leukemia akut memiliki ciri khasnya masing-masing. Secara garis besar, leukemia akut memiliki 3 tanda utama yaitu:

Jumlah sel di perifer yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya infiltrasi jaringan atau leukostasis Penggantian elemen sumsum tulang normal yang dapat menghasilkan komplikasi sebagai akibat dari anemia, trombositopenia, dan leukopenia Pengeluaran faktor faali yang mengakibatkan komplikasi yang signifikan

[sunting] Alat diagnosa Leukemia akut dapat didiagnosa melalui beberapa alat, seperti:

Pemeriksaan morfologi: darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsi sumsum tulang Pewarnaan sitokimia Immunofenotipe Sitogenetika Diagnostis molekuler

[sunting] Lihat pula

Metaloproteinase matriks-9

[sunting] Pranala luar

(Indonesia) Leukemia - Leukemia. (Indonesia) CancerHelps.co.id Portal Informasi/Pengobatan Kanker dan Tumor Indonesia. (Inggris) TyphoniumPlus.co.id Suplemen Natural Pengobatan Kanker/Tumor. (Inggris) Leukemia-Kanker Darah dan Terapi Penyembuhannya (Inggris) The Causes of Leukemia and Potential Risk Factors (Inggris) Federation of American Scientists (Inggris) Leukemia and Lymphoma Society (Inggris) Association of Cancer Online Resources (ACOR) Leukemia Links (Inggris) Leukemia Research Foundation

[sunting] Rujukan1. ^ Simon, Sumanto, dr. Sp.PK (2003). Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia.

Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.2. ^ Mathers, Colin D, Cynthia Boschi-Pinto, Alan D Lopez and Christopher JL Murray

(2001). "Cancer incidence, mortality and survival by site for 14 regions of the world.". Global Programme on Evidence for Health Policy Discussion Paper No. 13 (World Health Organization).3. ^ "Leukemia Facts & Statistics." The Leukemia & Lymphoma Society. Retrieved 2009-

07-02. LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT Bambang Permono, IDG Ugrasena, Mia Ratwita A Divisi Hematologi Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo BATASAN Leukemia adalah suatu keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi oleh klon maligna limfositik dan terjadi penyebaran sel-sel ganas tersebut ke darah dan semua organ tubuh. EPIDEMIOLOGI Leukemia menempati 40% dari semua keganasan pada anak. Faktor risiko terjadi leukemia adalah kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi, faktor hormonal, infeksi virus. PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI Blastosit abnormal gagal berdiferensiasi menjadi bentuk dewasa, sementara proses pembelahan berlangsung terus. Sel-sel ini mendesak komponen hemopoitik normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang. Disamping itu,

sel-sel abnormal melalui peredaran darah melakukan infiltrasi ke organ-organ tubuh. Leukemia limfoblastik akut (LLA) : sel induk berasal dari sel induk sistem limfoid Leukemia mieloblastik akut (LMA) : sel induk berasal dari sel induk sistem mieloid DIAGNOSIS 1. Anamnesis Anemia, sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia, kelemahan umum. Keluhan pembesaran kelenjar getah bening dan perut. 1. Pemeriksaan fisis Anemis dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina Ludwig Pembesaran kelenjar limfe general Splenomegali, kadang hepatomegali. Pada jantung terjadi gejala akibat anemia. Infeksi pada kulit, paru, tulang. 1. Pemeriksaan penunjang Anemia normositik normokromik, kadang kadang dijumpai normoblas. Pada hitung jenis terdapat limfoblas. Jumlah limfoblas dapat menyampai 100%. Trombositopeni, uji tourniquet positif dan waktu perdarahan memanjang. Retikulositopenia. Kepastian diagnostic: pungsi sumsum tulang, terdapat pendesakan eritropoiesis, trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum tulang di dominasi oleh limfoblas. Rontgen foto toraks AP dan lateral untuk melihat infiltrasi mediastinal. Lumbal pungsi : untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan serebrospinal. Klasifikasi : Dikenal 2 golongan besar leukemia akut :

PENATALAKSANAAN 1. Protokol pengobatan Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu : 1. Protokol half dose metothrexate (Jakarta 1994) lihat Lampiran 2. Protokol Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000) lihat lampiran 2. Pengobatan suportif Terapi suportif misalnya transfusi komponen darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial. PEMANTAUAN 1. Terapi Komplikasi terapi adalah alopesia, depresi sumsum tulang, agranulositosis. Sepsis merupakan komplikasi selama pengobatan sitostatika. Pada pemberian kortikosteroid dapat terjadi perubahan perilaku, misalnya marah, dan nafsu makan yang berlebihan. 2. Tumbuh Kembang Pasien secepatnya masuk sekolah. Dalam jangka lama perlu diobservasi fungsi hormonal dan tumbuh kembang anak. PROGNOSIS Prognosis tidak baik. Angka kematian tinggi. DAFTAR PUSTAKA 1. Bagemann, Rastetter J. Atlas of Acute Leukemia. In Clinical Hematology rd ed. Thieme, Stuttgart. 1986 pp 243-48. 2. Berg SL, Steuber CP, Poplack DG. Clinical Manifestation of Acute Lymphoblastic Leukemia. In Hoffman ed : Hematology : Basic Principles and Practice 3rd ed. Churchill Livingstone Inc. 2000, pp 1070-76. 3. Miller DR. Baehner RL, Mc Millan CW, Miller LP. Blood Disease of Infancy and Childhood. 5th ed. St. Louis : Mosby Co., 1997 : 619. 4. Nathan DB, Oski FA. Hematology of Infancy and Childhood 2nd ed. Philadelphia : WB Saunders, 2000 : 979. 5. Pui Ching H. Childhood Leukemia. N Eng J Med 1995 : 332 : 1618-27. 6. Sandlund J, Harrison PL, Rivers G, Behm FG, FG, Head D, Boyett J rubritz JE, et all. Persistence of Lymphoblasts in Bone Marrow on Day 15 and Days 22 to 25 of Remission Induction Predicts a Dismal Treatment Outcome in Children With Acute Lymphoblastic Leukemia Blood, 202 : 100 : 43-6. Siapa yang tidak mau memiliki anak yang sehat? Apalagi bisa hidup normal dan bebas dari penyakit-penyakit bahaya. Termasuk penyakit Leukemia Limfoblastik Akut!

Sudah banyak bukti menyebutkan bahwa kasus ini lebih banyak menyerang anak-anak. Bagaimana jadinya kalau banyak generasi muda kita yang menderita penyakit ini? APA ITU LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT? Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) atau Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) merupakan keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid. Penyakit ini kebanyakan diderita oleh anak-anak bahkan mencakup sekitar 80% dari seluruh kasus LLA. Kasus LLA terjadi sekitar 9-10 dari 100.000 penduduk. Dan seperti yang tertulis di atas, kebanyakan penderitanya adalah anak-anak yang berumur 2 5 tahun. Menurut jurnal Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) (oleh Noriko Satake), penyakit ini dapat terjadi pada anakanak dengan berbagai penyakit imunodefisiensi kongenital yang pada akhirnya menyebabkan keganasan limfoid. Namun, hal ini tidak perlu dikhawatirkan, sebab cukup dengan diagnosis dan terapi yang tepat, penyakit ini dapat disembuhkan. Sekitar 80% kasus LLA pada anak-anak dinyatakan sembuh! Namun sebaliknya, orang dewasa penderita LLA hanya memiliki peluang yang kecil (5%) untuk dapat sembuh. APA SAJA YANG MENJADI TANDA DAN GEJALA PENYAKIT LLA? Gejala dan tanda yang dialami penderita LLA umumnya bervariasi. Namun secara umum gejala klinik yang sering dialami penderita penyakit ini antara lain: -anemia -anorexia (hilang selera makan) -nyeri tulang dan sendi -demam dan berkeringat banyak -perdarahan kulit, gusi, otak, hematuria (adanya darah dalam urin). -pembesaran hati -pembesaran limpa -limfadenopati (penyakit kelenjar limpa) APA SAJA PENYEBAB DARI PENYAKIT INI? Diduga salah satu faktor penyebab penyakit LLA ini adalah paparan radiasi. Sebagian dari penduduk Jepang yang selamat dari tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki menderita penyakit ini. Selain itu para ilmuwan juga menduga sebagian kecil dari kasus penyakit ini memiliki kaitan dengan sindrom genetik yang diwariskan dari orang tua ke anak. Sindrom genetik yang dimaksud seperti sindrom Down, sindrom Bloom dan anemia Fanconi. Sementara faktor penyebab lainnya masih belum dapat dijelaskan secara pasti. TERAPI APA YANG TEPAT UNTUK PENYAKIT LLA? Penderita LLA dapat diterapi dengan kemoterapi. Pada kasus ini kemoterapi dibagi menjadi dua tahap pengobatan, yaitu tahap induksi remisi dan post remisi. Tahap induksi remisi merupakan tahap untuk mencapai kondisi remisi dari si penderita sedangkan tahap post remisi merupakan tahap sesudahnya yang gunanya untuk mempertahankan kondisi remisi. Kemoterapi yang digunakan dalam tahap induksi remisi antara lain vincristine, prednison, L Asparaginase, dan Daunorubicin. Kombinasi dari semuanya itu tergantung pada kondisi penyakit si penderita sendiri. Sedangkan dalam tahap post remisi digunakan mercaptopurine dan Methotrexate.

Terapi yang lain untuk LLA adalah transplantasi. Penderita LLA yang berumur dibawah 45 tahun boleh mendapat terapi ini. Namun, tranplantasi ini hanya bisa dianjurkan bagi mereka yang memiliki donor dari saudara mereka. APA SAJA KOMPLIKASI DARI LLA? Komplikasi dari penyakit ini cukup banyak, diantaranya: -tumor lysis sindrome -gagal ginjal -sepsis (adanya mikroorganisme dalam darah atau jaringan lain) -perdarahan -trombosis -typhilitis -neurophaty (gangguan fungsional pada sistem saraf tepi) -encephalophaty (penyakit degeneratif pada otak) -seizure (kejang) -keganasan sekunder -short stature -kekurangan hormon pertumbuhan Kematian juga dapat terjadi. Biasanya akibat dari infeksi yang tak terkontrol lagi ataupun perdarahan yang luar biasa. Bahkan bisa juga terjadi sekalipun telah diterapi dengan produk darah yang benar dan kemoterapi yang tepat. APA SAJA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH LLA? Karena penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti maka tidak ada pencegahan yang jelas terhadap penyakit ini. Paling tidak faktor risiko LLA seperti paparan radiasi dapat dihindari. SUMBER REFERENSI: ? Bakta, I Made, Prof. Dr. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006: 123 133. ?Satake, Noriko. MD. (April 6, 2010) Acute Lymphoblastic Leukemia. http://emedicine.com ?Seiter, Karen. MD. (March 10, 2010). Acute Lymphoblastic Leukemia. http://emedicine.com Samuel Pola Karta Sembiring FK Universitas Sumatera Utara [email protected] http://www.morphostlab.com

Definisi Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah keganasan klonal dari sel-sel prekursor limfoid. Pada lebih dari 80% kasus, sel-sel ganas berasal dari limfosit B dan sisanya merupakan leukemia sel T. Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada anak-anak. Walaupun demikian, 20% kasus adalah dewasa. Jika tidak diobati, dapat fatal. Epidemiologi Insidens di Indonesia mencapai 1/60.000 orang per tahun dengan 75%nya berusia < 15 tahun dengan puncak insidens pada usia 3-5 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria.

Klasifikasi Berdasarkan morfologinya: L-1: leukemia limfositik akut pada anak (populasi sel blas berukuran kecil homogen) L-2: leukemia limfositik akut pada dewasa (populasi sel blas besar heterogen) L-3: leukemia jenis limfoma Burkitt (sel blas besar dengan sitoplasma bervakuola dan basofilik) Precursor B-ALL (50%) meliputi null cell dan preB-ALL T-ALL (25%) B-ALL (5%)

Berdasarkan imunologinya (antigen permukaan sel):

Etiologi dan faktor risiko Penyebab pastinya tidak diketahui. Faktor keturunan dan sindrom predisposisi genetik lebih berhubungan dengan onset pada anak. Beberapa faktor lingkungan dan kondisi klinis yang berkaitan adalah radiasi ionik, paparan benzene kadar tinggi, merokok, kemoterapi, infeksi virus Epstein Barr, Down syndrome, dan Wiskott-Aldrich syndrome. Patogenesis Kelainan sitogenetik yang sering ditemukan pada kasus dewasa ialah t(9;22)/BCR-ABL (2030%) dan t(4;11)/ALL1-AF4 (6%) yang prognosisnya buruk. ABL adalah nonreceptor tyrosine protein kinase yang secara enzimatik mentransfer molekul fosfat ke substrat protein sehingga terjadi aktivasi jalur transduksi sinyal yang penting dalam regulasi proliferasi dan pertumbuhan sel. Mekanisme umum lain dari pembentukan kanker adalah inaktivasi gen supresor tumor Rb dan p53 yang berperan mengontrol progresi siklus sel. Kelainan yang lain meliputi delesi, mikrodelesi, dan penyusunan kembali gen yang melibatkan p16. Manifestasi klinis Manifestasi leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di sumsum tulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu: Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia), biasanay terjadi pada anak Demam, banyak berkeringat pada malam hari(hipermetabolisme) Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah gram negatif usus, stafilokokus, streptokokus, serta jamur Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati

Massa di mediastinum (T-ALL) Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik, muntah, kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan perubahan status mental.

Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (CBC, apus darah tepi, pemeriksaan koagulasi, kadar fibrinogen, kimia darah, ABO dan Rh, penentuan HLA), foto toraks atau CT, pungsi lumbal, aspirasi dan biopsi sumsum tulang (pewarnaan sitokimia, analisis sitogenetik, analisis imunofenotip, analisis molekular BCR-ABL) Gambaran laboratorium Jenis Pemeriksaan Complete blood count Bone Marrow Puncture Sitokimia Hasil yang ditemui leukositosis, anemia, trombositopenia hiperselular dengan infiltrasi limfoblas, sel berinti

Sudan black negatif, mieloperoksidase negatif Fosfatase asam positif (T-ALL), PAS positif (BALL) Imunoperoksidase peningkatan TdT (enzim nuklear yang mengatur kembali gen reseptor sel T dan Ig Flowcytometry precursor B: CD 10, 19, 79A, 22, cytoplasmic mheavy chain, TdT T: CD1a, 2, 3, 4, 5, 7, 8, TdT B: kappa atau lambda, CD19, 20, 22 Sitogenetika analisa gen dan kromosom dengan immunotyping untuk menguraikan klon maligna Pungsi lumbal keterlibatan SSP bila ditemukan > 5 leukosit/mL CSF Diagnosis Banding Limfositosis, limfadenopati, dan hepatosplenomegali yang berkaitan dengan infeksi virus dan limfoma atau anemia aplastik Tata Laksana Terapi dibagi menjadi: Terapi induksi remisi Terapi yang bertujuan mencapai remisi komplit hematologik yaitu eradikasi sel leukemia yang dapat dideteksi secara morfologi dalam darah dan sumsum dan kembalinya hematopoiesis normal. Program pengobatan menggunakan kombinasi vinkristin, prednison, L-asparaginase, siklofosfamid, dan antrasiklin seperti daunorubisin. Terapi intensifikasi/konsolidasi Terapi yang bertujuan mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan mencegah timbulnya sel yang resisten obat. Terapi juga ini dilakukan 6 bulan kemudian. Profilaksis Leukemia Cerebri

Terapi yang bertujuan mencegah relaps. Pengobatannya terdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal (ke ruang subaraknoid), radiasi intrakranial, dan pemberian sistemik obat yang mepunyai bioavailabilitas SSP yang tinggi seperti metotreksat dan sitarabin dosis tinggi. Pemeliharaan jangka panjang Terapi yang terdiri dari 6-merkaptopurin tiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2-3 tahun. Ini terbukti meningkatkan disease free survival pada anak. Lama terapi bervariasi antara 1,5-3 tahun dengan tujuan eradikasi populasi sel leukemia. Untuk kasus berat atau berisiko tinggi untuk relaps, perlu dipertimbangkan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang alogenik (pada kasus kromosom Philadelphia, hiperleukositosis, gagal mencapai remisi komplit dalam 4 minggu). Prognosis Karena onset biasanya mendadak, maka dapat disertai perkembangan dan kematian yang cepat bila tidak diobati. 60% pasien yang diobati menjadi sembuh dan mengalami harapan hidup yang meningkat dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang serta SSP. Harapan sembuh pasien dewasa tergantung dari intensifnya terapi. Secara umum, overall disease free survival rate kira-kira 30%. Referensi Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. ed.6. vol.1. cet.1. Jakarta:EGC;2006.p.272-277. Sudoyo AW, et al (ed). Buku ajar ilmu penyakit dalam. ed.4. jil.2. cet.2. ed.rev. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI;2007.p.728-734. ut Limfoblastik Leukemia (ALL) undefined undefined AKUT LIMFOBLASTIK LEUKEMIA (ALL) A. Anatomi Fisiologi Darah 1. Pengertian Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi mentransportasikan oksigen, karbohidrat dan metabolit; mengatur keseimbangan asam dan basa; mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk mendistribusikan ke seluruh tubuh; dan pengaturan hormone dengan membawa dan menghantarkan kelnjr ke sasaran. (syaifuddin, 2003: 34) Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. (Evelyn, 2002)

2. Fungsi Darah Menurut Evelyn 2002 fungsi darah adalah:sebagai alat pengangkut, sebagai pertahanan tubuh dan menyebarkan panas ke seluruh tubuh. a. Bekerja dari system transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat kimia yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lainnya. b. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida. c. Sel darah putih menyediakan banyak baha pelindung dank arena grrakan fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh dari serangan bakteri. d. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan; menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang. e. Harmoni dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah. 3. Bagian-bagian Darah a. Sel darah merah Jika dilihat di bawah mikroskop, bentuk darah merah seperti saluran bikokaf tersebut mempunyai inti, warnanya kuning kemerah-merahan, sifatnya kenyal sehingga bias berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang sudah (Syaifuddin, 2003 :35) Sel darah merah atau eritrosit berupa saluran kecil , cebung pada kedua sisinya sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang (Evelyn, 2002 : 153) b. Sel darah putih Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar 2X sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil (Evelyn, 2002 : 135). Bentuknya bening dan tidak berwarna ukurannya lebih besar dari pritosit, dapat berubah-rubah dan bergerak

dengan perantaraan kaki palsu (stubepodia) mempunyai bermacam-macam inti sel dan banyak (Syaifuddin, 2003 : 42) Sel polimorfonulitear dan monosit normal dibentuk hanya dalam sumsum tulang, sebaliknya limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen termasuk kelenjar limpa, limpa kelenjar timus forsit dan sisa limfoid yang terletak dalam usus dan ditempat lain. (syaifuddin, 2003 : 42) c. Trombosit Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah. (Evelyn, 2002 : 157). Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati. Bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong, warnanya putih Trombosit bukanlah sel melainkan berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian terkecil dari sel besar. Trombosit dibuat di susunan tulang, paru-paru dan limpa dengan ukuran kira-kira 2 4 miliron umur peredarannya sekitra 10 hari. Darah adalah suatu jaringan tubuh yang di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida di dalamnya. Darah yang mengandung karbondioksida warnanya merah tua. Fungsi darah adalah sebagai alat pengangkut, sebagai pertahanan tubuh dan menyebarkan panas ke seluruh tubuh. Darah terdiri dari dua bagian, yaitu sel darah yang terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), trombosit (pembeku darah) dan plasma darah. Eritrosit berfungsi untuk mengikat oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan mengikat karbondioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru. Leukosit berfungsi untuk membunuh bibit penyakit yang masuk ke tubuh dan sebagai zat pengangkut zat lemak dari dinding unsur melalui limpa terus ke pembuluh darah. Trombosit berfungsi dalam pembekuan darah. Plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat di dalamnya misalnya zat makanan, hormon anti body dan lain-lain (Syaiffudin, 1997). B. Gambaran Umum Akut Limfolastik Leukimia 1. Pengertian

ALL (Akut Limfoblastik Leukimia) adala poliferasi sel darah putih yang masih diatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi , 2001). ALL adalah patologis dari sel pembuluh darah yang bersifat sistematik dan biasanya berakhir fatal (Ngastiyah, 2005). ALL adalah kanker jaringan yang menghasilkan leukosit (Cecily, 2002). Lokimia limfasitik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan puncak insideasi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15, ALL jarang terjadi (Brunner, 2002) Penelitian yang dilakukan pada ALL menunjukkan bahwa ALL mempunyai homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap pasien. Hal ini memberi dugaan bahwa populasi sel leukimia itu berasal sari sel tunggal. Oleh karena homogenitas itu menurut Pornomo, 2005 dibuat klasifikasi LLA secara morfologik sebagai berikut: a. L 1 terdiri dari sel limfoblas kecil serupa, dengan kromatin homogen, anak inti umumnya tidak nampak dan sitoplasma sempit. b. L 2 pada jenis ini limfoblas adalah besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti. c. L 3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan berfakualisasi.

2. Etiologi Menurut Ngastiyah, 2005 penyebab ALL sampai sekarang belum diketahui dengan jelas, diduga kemungkinan besar karena virus (virus onkologik), faktor lain yang turut berperan adalah: a. Faktor eksterogen seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (bentol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus, bakteri). b. Faktor endogen seperti Ras (orang Yahudi mudah menderita). Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (Sindrom Down, angka kejadian tinggi, hereditas/kembar). 3. Patofisiologis

Virus penyebab ALL akan mudah masuk ke tubuh manusia jika struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh. Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukimia tidak dapat diabaikan (Ngastiyah, 2005). 4. Manifesti Klinis menurut Cecily 2002: a. Bukti anemia, pendarahan dan infeksi. 1) demam 2) keletihan 3) pucat 4) anoreksia 5) petekia dan pendarahan 6) nyeri sendi dan tulang 7) nyeri abdomen yang tidak jelas 8) berat badan menurun 9) pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotieal hati limfa dan limfonudus. b. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges: 1) nyeri dan kaku duduk 2) sakit kepala 3) iritabilitas 4) letargi 5) muntah 6) edema papil 7) koma

c. Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena: 1) Kelemahan elistrimulas bawah 2) Kesulitan berkemih 3) Kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari terapi) kelemahan ekstrimitas bawah Menurut Brunner, 2003 Limfosit immature berproliferasi dalam susunan tulang dan jaringan perkier dan mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya hematoporsis normal terhambat mengakibatkan penurunan jumlah letrosit, sel darah merah dan trombosit. 5. Diagnosis ALL dapat didiagnosa pada pemeriksaan: a. Anamnesis Anemia, kelemahan tubuh, berat badan menurun, anoreksia mudah sakit, sering demam, perdarahan, nyeri tulang, nyeri sendi (Ngastiyah, 2005) Kemudian menurut Celily, 2002 dilakukan kepemeriksaan b. Hitung darah lengkap (CBC) anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosa memiliki prognosis paling baik ; jumlah lethosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur. c. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan SSP d. Foto toraks mendeteksi keterlibatan mediastinum e. Aspirasi sumsum tulang ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis f. Pemindahan tulang atau survei kerangka mengkaji keterlibatan tulang g. Pemindahan ginjal, hati dan limpa mengkaji infiltrasi leukemik h. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan 6. Penatalaksanaan Menurut Ngastiyah, 2005 penatalaksanaan pada pasien ALL adalah:

a. Transfusi darah, jika kadar Hb kurang dari 69%. Pada trombositopenia yang berat dan pendarahan pasif dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin. b. Kortosteroid (prednison, kortison, deksametason, dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. c. Sitostatika, selain sitistatika yang lama (6-merkaptispurin atau 6 mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia (botak), stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau kadidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000 / mm3 pemberiannya harus hati-hati. d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama). e. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah dicapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengani cara pengobatan yang terbaru masih dalam perkembangan). Menurut Ngastiyah, 2005 cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman, tetapi prinsipnya sama, yaitu dengan pola dasar: a. Induksi, dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan berbagai obat tersebut sampai sel blas dalam sumsum kurang dari 5% b. Konsilidasi, bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi. c. Rumat, untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama, biasanya dengan memberikan sitostatika setengah dosis biasa. d. Reinduksi, dimaksudkan untuk mencegah relaps, biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pad induksi selama 10-14 hari. e. Mencegah terjadinya leukimia pada susunan saraf pusat diberikan MTX secara intratekal dan radiasi kranial. f. Pengobatan imunologik. Menurut Kelompok Kerja RSUP Dr. Sardjito, 2000 pada penyakit ALL juga terdapat penatalaksanaan secara suportif yaitu:

a. Infeksi Penatalaksanaan yang bertujuan untuk menghindari infeksi diantaranya adalah : 1) Menjaga keutuhan membran mukosa dan kulit. 2) Hindari pengukuran suhu dari rectal. 3) Oral hygiene adekuat dengan sikat gigi yang lembut dan cairan chlor hexidine 1% 4) Pemberian antibiotik profilaksis pada prosedur tindakan invasif. 5) Vaksinasi tidak dilakukan selama pemberian pengobatan sitostatika dan selama 6 bulan setelah pengobatan b. Pemberian imunisasi pada setengah tahun sampai satu tahun perhentian terapi. 1). Klien dirawat di ruang suci hama. 2). Tranfusi darah, bila Hb u3). Metabolisme : istirahat cukupdan membatasi aktivitas keras. 4). Selama fase induksi gagal ginjal dapat dicegah dengan pemberian allopurinol dan memelihara PH untuk antara 6,5 dan 7 5). Nutrisi : pemberian diet tinggi protein dan tinggi kalori 6). Terap suportif lainnya misal personal hygiene, aktif dan dukungan emosional kepada anak dan serta orang tua.