Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

11
Legenda yang berceritakan perjuangan seorang anak betawi. Ia bernama Pitung. Ia tinggal di sebuah kampung bernama kampung Bojong Kenyot. Dan dikampungya pula ia terkenal sebagai jagoan silat. Tak segan ia membantu banyak tetangganya yang membutuhkan bantuan. Tak lain seperti saat kampungnya di datangi oleh Belanda. Sejak kampung Bojong Kenyot didatangi Belanda, seing terjadi bentrok antara penduduk kampung dengan Belanda.Dan pada saat itu pula Menir Belanda dengan 2 putri dan 1 anak buahnya pergi untuk mencari makan di sekitar kampung Bojong Kenyot. Menir : “Ayo kita mengisi perut di kedai itu!” (menunjuk sebuah kedai di pinggir jalan) Maria : “Yuk pih.” ( Menggandeng tangan Menir) Lala : “Asiik pih, yuk cepat!” (Di kedai makan mak Pitung) Menir : “Disini orang pada makan apa?” Emak : “Disini cuma ada makanan biasa tuan.” Menir : “I pesan yang itu, itu dan itu!” (menunjuk makanan yang diinginkan) Emak : “Sebentar tuan saya ambilkan.” (mengambil makanan dan memberikan ke Menir dan 2 anaknya) Karena Menir keluar dengan seenaknya, maka terjadilah keributan antara Menir dengan Emak . Melihat kejadian itu Pitung datang dengan emosi. Emak : “Tuan, makanannya belum dibayar!” Menir : “You memerintah I? Apa you orang tidak tau I ini siapa?” (mengcaungkan jari telunjuk ke arah emak) Emak : ”Maaf tuan, bukannya saya memerintah tuan tapi memang begitu peraturannya.” Menir : “You tidak menghormati I ! “ (menggebrak meja)

description

si pitung

Transcript of Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Page 1: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Legenda yang berceritakan perjuangan seorang anak betawi. Ia bernama Pitung. Ia tinggal di sebuah kampung bernama kampung Bojong Kenyot. Dan dikampungya pula ia terkenal sebagai jagoan silat. Tak segan ia membantu banyak tetangganya yang membutuhkan bantuan. Tak lain seperti saat kampungnya di datangi oleh Belanda. Sejak kampung Bojong Kenyot didatangi Belanda, seing terjadi bentrok antara penduduk kampung dengan Belanda.Dan pada saat itu pula Menir Belanda dengan 2 putri dan 1 anak buahnya pergi untuk mencari makan di sekitar kampung Bojong Kenyot.

Menir : “Ayo kita mengisi perut di kedai itu!” (menunjuk sebuah kedai di pinggir jalan)

Maria : “Yuk pih.” ( Menggandeng tangan Menir)

Lala : “Asiik pih, yuk cepat!”

(Di kedai makan mak Pitung)

Menir : “Disini orang pada makan apa?”

Emak : “Disini cuma ada makanan biasa tuan.”

Menir : “I pesan yang itu, itu dan itu!” (menunjuk makanan yang diinginkan)

Emak : “Sebentar tuan saya ambilkan.” (mengambil makanan dan memberikan ke Menir dan 2 anaknya)

Karena Menir keluar dengan seenaknya, maka terjadilah keributan antara Menir dengan Emak . Melihat kejadian itu Pitung datang dengan emosi.

Emak : “Tuan, makanannya belum dibayar!”

Menir : “You memerintah I? Apa you orang tidak tau I ini siapa?” (mengcaungkan jari telunjuk ke arah emak)

Emak : ”Maaf tuan, bukannya saya memerintah tuan tapi memang begitu peraturannya.”

Menir : “You tidak menghormati I ! “ (menggebrak meja)

Pitung : (Datang dengan emosi kepada Menir dan langsung menggebrak meja)

Menir : “Maksud you apa? Kurang ajar!”

Pitung : “Emang lu siapa? Beraninya ganggu emak gue ame penduduk sini!”

Menir : “I yang berkuasa disini!”

Pitung : “Lu yang berkuasa di daerah sini? Walaupun elu yang berkuasa, tapi ini tanah kelahiran gue!”

Page 2: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Menir : “ You orang terlalu banayak omong, penceeeeng habisi dia!” (mengacungkan jari telunjuk ke arah Pitung)

Penceng : “Baik tuan”

Perkelahianpun dimulai …. Dan akhirnya penceng berhasil di kalahkan si Pitung. Menir pun pulang dengan Pencengnya.

Pitung : “Rasain lo! Lu gak tau siapa gua? Jagoan betawi nih!” (berkacak pinggang)

Emak : “ Makasih ya tung, udah nolongin aye!” (menghampiri si pitung)

Pitung : “Iye sama-sama.”

Emak : (masuk lagi ke dalam kedai)

Maria dan Lala : (menghampiri Menir dan Penceng dengan raut wajah yang bertanya-tanya)

Maria : “Papih, what happen?”

Penceng : “Non, aye dihajar sama orang betawi itu.”

Lala : “ Memang siapa orang itu?”

Penceng :” Katanya sih namanya Pitung.”

Maria :”siapa Pitung?”

Lala :”Yeah, who’s that?”

Penceng :”Banyak yang bilang dia jagoan betawi.”

Pitung : (keluar kedai dan bertemu dengan Dudung)

Dudung :”Eh, pitung, lo gak liat orang lagi pada ngumpul itu?”

Pitung :”ooh, itu yang tadi habis ngajak ribut sama gue.”

Pitung dan Dudung pun menghampiri Menir. Dan tidak sengaja Pitung bertatap muka dengan Maria. Karena Menir melihat Pitung melihat Maria, Menir menegur Pitung.

Pitung :”Eh Menir, ngapain lo masih disini?”

Menir :”Hehe, you orang mau ngapain liat liat anak I?” (dengan tangan yang hampir memukul Pitungdan Pitunpun menangkis dengan silatnya.

Pitung :”Whets . . Ngapain lo?”

Dudung : ”Udahlah tung, ga ada gunanya lu berantem sama tuh orang.” (menarik Pitung)

Page 3: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Lalu mereka berpisah dan kembali ke rumahnya masing-masing.Keesokan harinya Maria dan Lala sedang berjalan jalan di taman. Tak sengaja, mereka bertemu dengan Pitung dengan menatap mata dan pada saat itu benih benih cintapun tertanam di hati Pitung dan Maria.

Pitung :”Hey nona nona, ngapain disini?”

Maria :”Sedang jalan-jalan.” (tersipu malu)

Lala :”Iya, kita orang lagi cari udara segar. Sister I mau kesana dulu ya, cari angin.” (meninggalkan Pitung dan Maria)

Maria : “Iya, jangan jauh jauh.”

Pitung :”Kalau boleh tau, nama nona siapa?” (sambil menyodorkan tangannya, dan sampai Pitung pun lupa kalau dia bukan muhrimnya)

Pitung :”Astagfirullah, maaf non.”

Maria :”Nama I Maria, and nama you siapa?”

Pitung :”Nama aye Pitung.”

Maria :”Pitung, spsksh you ingin menemani I untu berjalan- jalan kelilinh kampung ini?”

Pitung :”Iya, baiklah.”

Akhirnya, merekapun berjalan jalan dan Maria memperlihatkan sebuah kalung kepada Maria. Tak disangka, penceng melihat mereka berdua dan langsung melaporkan ke Menir. Alhasil Menir pun marah dan menyuruh penceng untuk membawa Maria pulang.

Penceng :”Menir, nona Maria sedang berjalan jalan di kampung bersama si Pitung.”

Menir :”What over dongkrak?? Suruh pulang anak itu kalau perlu seret saja dia.”

Penceng :”Nona Maria, Tuan Menir menyuruh nona untuk menyeret nona pulang.”

Maria :”What? I dont want to go home.”

Penceng : (Menarik Maria)

Maria :”PITUUUUUUUUUUNG!!”

Pitung :”Gue BERJANJI kalau gue akan kembalikan ni kalung punya Maria.”

Sementara itu dirumah Menir, Maria menangis karena dimarahi oleh papinya.

Maria :”Papih apa apaan sih penceng seret maria?” (menangis)

Menir :”Banyak omong you, go to room now!!”

Page 4: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Maria : (berlari ke kamarnya sambil menangis)

Lala :”Papih, jangan kejam sama sister kasihan dia.”

Menir :”you juga masuk kamar!”

Keeseokan harinya, Pitung datang ke rumah Menir dengan emosi bersama Dudung. Karena Menir mendengar terikan Pitung dan Dudung, ia menyuruh Penceng untuk melihatnya.

Pitung :”heh Menir, keluar lo!

Menir :”hey you penceng, coba liat siapa yang berteriak teriak!”

Penceng :”Oke tuan.” (melihat orang ke depan rumah)

Penceng :”heh. Ngapain lo terik teriak di rumah Menir gue?”

Pitung :”Panggil tuh Bos lu!”

Penceng :( ke dalam rumah dan memberitahu ke Menir)

Menir :(ke depan rumah) “Eh, ngapain tou kesini?”

Pitung : “Ngapain lu kemarin suruh anak buah lo seret Maria pulang ? apa itu sikap BAPAK yang BAIK?”

Menir :”ah, you terlalu banyak omong, penceng, hajar dia!”

Penceng : ( mendekati Pitung dan siap untuk berkelahi)

Pitung : (menghampiri Penceng)

Dudung :”Tunggu dulu tung, buat apa kalau kita ada disini, ya ga? (menarik tangan Pitung)

Pitung :”Maksud lo?”

Dudung :”Dah.. biar gue yang lawan tuh anak buahnya.”

Pitung :”oke, terserah lo.”

Dan perkelahianpun terjadi antara Dudung dengan Penceng. Namun fakta berkata lain, Dudung dapat dikalahkan oleh Penceng karena memakai senjata. Pitung yang tak terima temannya terlukai menggantikan perkelahian dengan Penceng.

Pitung :”Eh, lo udah lukain teman gue, sini lo pada!”

Dan Pitung memenangi pertarungan kali ini. Ia lalu bertanya terhadap Menir dimana Maria, ternyata setidak pengetahuannya, Maria di kunci di kamar bersama dengan adiknya.

Page 5: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Pitung :”Mana Maria?”

Menir :”Ia tak ada disini!”

Karena tidak bertemu dengan Maria dia langsung pulang bersama Dudung sekaligus untuk mengobati luka Dudung.Lalu keesokan harinya, karena Menir kesal 2 kali kalah terhadap Pitung, ia mengadakan sayembara untuk menangkap Si Pitung dan membawanya terhadap Menir untuk dibunuh. Barang siapa yang bisa menangkap si Pitung akan mendapat hadiah yang sangat besar dan berharga. Sayembara itu hingga ke telinga Dudung, ia langsung tergiur dengan hadiah yang ditaruhkan.

(di kedai Emak)

Dudung :”wah, lumayan juga nih hadiah sayembarannya. Gimana kalo gue jebak tuh Pitung.” (duduk seenaknya)

Emak :”Apa lu bilang? Pitungkan udah baik sama kita semua, masa mau lo jebak? Teman apaan lo?”

Dudung :”Alah, nggak usah ikut campur deh mak! Jadi gimana? Lu mau nggak bantuin gue?”

Emak :”nggak lah, dasar lo KCB!”

Dudung : (keluar kedai)

Dudung pun jalan sendiri ke rumah si Menir dan mengasih tahu kelemahan si Pitung. Sedangkan Emak yang mengetahui hal itu langsung memperingatkan si Pitung yang sedang tidur.

Emak :”Pitung bangun! Lo kudu ati ati sama si Menir, si Dudung ada rencana mau ngejebak elo tuh demi hadiah!” (sambil membangunkan Pitung)

Pitung :”kagak mungkin Dudung kan sohib aye dari piyik mak (menhiraukan dan kembali tidur)

Emak :”Yee, dasar di peringatin kage percaye semoga ini anak aye kagak sampe kenape-kenape deh ya Allah.”

(dirumah Menir)

Dudung :”Menir!!!”

Menir :”Heh penceng lihat siapa orang yang ada di depan rumah itu!”

Penceng :”Siap Menir!” (menuju keluar rumah) “Ea..Ngapain lu di rumah bos gua ha?”

Dudung :”Eh jangan ngotot dulu doong… bilangin tuh sama si Bos lu, gua tau dimana si Pitung sama kelemahannya.”

Page 6: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Penceng :( Masuk ke rumah) “Menir, kata orang yang ada di luar dia tau dimana Si Pitung sama apa kelamahannya si Pitung.”

Menir :”WHAAAT?? Ayo keluar!” (keluar rumah).

Menir :”Sini sini, duduk dulu.” (sambil duduk) “Heh, emangnya you orang tau apa kelemahan si Pitung?”

Dudung : (mengikuti Menir) ”Wetss, tar dulu dong bos hadiahnya dulu manaa?”

Menir :”Okedeh, Penceeng, ambilkan hadiah itu untuknya.”

Penceng :”Baik tuan!!” (mengambil hadiah dan memberikan ke si Dudung)

Penceng :”Ini hadiahnya.”

Menir :”Ya sudaahh, apa kelemahan si Pitung?”

Dudung :”Oke, dia bisa mati jika ditembak dengan peluru emas.”

Menir :”Owh, peluru emas ya? OK, baiklah akan I coba saranmu ini.”

Keesokan harinya, Menir menyuruh Penceng menangkap si Pitung dan dibawa di sebuah lapangan. Menir juga menyuruh penceng untuk memberitahu ke semua warga kampung untuk berkumpul di lapangan, kecuali si Pitung.

(Kedai Emak)

Pitung :”Ini hari kedai emak sepi aja, kemana tuh orang-orang?”

Menir :”Heh penceng, tangkaplah si Pitung dan bawalah ke lapangan.” (berbisik)

Penceng :”Siap tuan.” (memegangi tangan si Pitung)

Pitung :”Lepasin gua! Ngapain lo pada bawa gua kesini?” (sambil bertanya-tanya dalam keadaan emosi)

Penceng :”Tenang aja tung, bos gua pengen dateng kesini.”

Pitung :”Eh pitung, gara-gara you sudah bikin I marah, I akan bunuh you dengan tangan I. HAAHAHAHA.”

Maria :”No papih No!” (sambil menangis dan memohon terhadap papihnya untuk tidak bunuh Pitung)

Pitung :”Sudahlah Maria, lu gak usah ada di situ.”

Lala : (Menarik Maria) ” Sudahlah sister, ayo dengarkan Pitung, eh you tolong bantu I untuk menarik Maria.” (Melihat ke Dudung)

Page 7: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Dudung :” yadeehh.”

Maria :”HELP ME PLEASE NOOW!!”

Menir : (mengokang pistolnya dan mengarahkan ke Pitung)

Pitung :”Ayo tembak gue.”

Menir : “Rasain nih.” (menembak peluru)

Pitung : (menangkap peluru dengan mulutnya) “Hahaha, nggak kena kan? Lu nggak tau apa ni jurus cicak menangkap mangsanya.”

Menir pun kesal dan ia mengganti peluru pistolnya menjadi peluru emas, dan dia mengokang lagi pistolnya dan mengarahkan kepada si Pitung. Namun pada akhirnya pitung tidak dapat menangkis peluru emas itu dan tepat terkena di dadanya.

Menir :” Nih, I kasih you peluru emas I. Mati lo pitung.” (mengarahkan pistolnya ke arah Pitung)

Maria :”NOOOO, PITUUUUNG.”

Pitung : (memegangi dada nya dan merasakan kesakitan yang amat sangat sakit lalu jatuh tersungkur ke tanah)

Maria :” PITUUNGGG!” (BERLARI MANGHAPIRI Pitung sambil menangis.”

Pitung : “Maria, ini kalungmu.” (merasakan kesakitan)

Maria : (mengambil kalung itu)

Saat Pitung sedang merasakan kesakitan, Dudung sangat menyesal dan sia langsung mengambil pistol yang ada di penceng lalu dia langsung menembak ke arah Menir. Dan pada akhirnya peluru itu menancap di dada si Menir, dan akhirnya Pitung dan Menir tidak bisa diselamatkan lagi. Maria tetap duduk di sebelah Pitung lalu akhirnya Lala membawa Maria untuk pulang dan menenangkan diri.

Lala :”Ayo sister.”

Dan pada akhirnya berkat perjuangan Pitung mereka semua hidup dengan tentram dan tidak bentrok lagi antara Belanda dengan Batavia. Maria memutuskan untuk tinggal di Batavia sedangkan Lala kembali ke Belanda.

Page 8: Legenda Yang Berceritakan Perjuangan Seorang Anak Betawi

Cerita Rakyat

SIPITUNG