SUKU BETAWI

67
KEBUDAYAAN SUKU BETAWI Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Budaya Nusantara Oleh : Kelompok 4 – Kelas 3 A Aprillio Latuminggi (NPM 05330004274) D Rio Ardi Perdana (NPM 05330004301) Dian Eka Prangga (NPM 05330004315) Martono (NPM 05330004380) Rianuari (NPM 05330004422) Sofia Ardhiana (NPM 05330004446)

description

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Budaya Nusantara di Sekolah Tinggi Akuntansi negara

Transcript of SUKU BETAWI

Page 1: SUKU BETAWI

KEBUDAYAAN SUKU BETAWIMakalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Budaya Nusantara

Oleh :

Kelompok 4 – Kelas 3 A

Aprillio Latuminggi (NPM 05330004274)

D Rio Ardi Perdana (NPM 05330004301)

Dian Eka Prangga (NPM 05330004315)

Martono (NPM 05330004380)

Rianuari (NPM 05330004422)

Sofia Ardhiana (NPM 05330004446)

PROGRAM DIPLOMA III PENILAI PBB

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2007

Page 2: SUKU BETAWI

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami susun

untuk memenuhi tugas mata kuliah Budaya Nusantara yang dibimbing oleh Bapak Ichsan

Pribadi. Selain itu makalah ini juga bisa digunakan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan para pembacanya, khususnya mahasiswa dan mahasiswi Sekolah Tinggi

Administrasi Negara tentang kebudayaan betawi mulai dari identifikasi, produk budaya,

mata pencaharian, sistem kekerabatan, sistem kemasyarakatan, serta pembangunan dan

modernisasinya.

Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang kami peroleh. Namun

kami masih merasa banyak kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu kami

sangat mengharapkan tanggapan, kritik dan saran dari segenap pembaca yang bersifat

membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jurangmangu, 28 November 2007

Penyusun

i

Page 3: SUKU BETAWI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I...................................................................................................................................1

BAB II.................................................................................................................................3

BAB III..............................................................................................................................11

BAB IV..............................................................................................................................31

BAB V...............................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................39

LAMPIRAN......................................................................................................................40

ii

Page 4: SUKU BETAWI

BAB I

PENDAHULUAN

Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia, menjadikannya kota yang banyak

didatangi oleh masyarakat dari daerah lain. Akibatnya, terjadilah percampuran antar

kebudayaan dari berbagai daerah. Suku Betawi, bagi kita yang tinggal di Jakarta

sesungguhnya tidak asing bahkan menjadi bagian budaya dari orang-orang yang lahir dan

besar di Jakarta. Betawi bagi sementara orang merupakan hal yang identik dengan

Jakarta. Namun sejak pembangunan besar besaran kota Jakarta yang dimulai sejak

terselenggaranya Asian Games 1962 dan Ganefo, juga runtuhnya pemerintahan Sukarno

yang menaikkan Suharto di tahun 1967 berakibat banyak sekali terhadap suku asli

Betawi. Faktor lokasi-lah yang menyebabkan suku betawi menjadi semakin berjarak

dengan Jakarta.

Jakarta memang punya daya pesona luar biasa. Karena kedudukannya sebagai

ibukota Negara Indonesia telah memacu perkernbangannya menjadi pusat pemerintahan,

pusat perdagangan, pusat perindustrian, dan pusat kebudayaan. Jakarta menjadi muara

mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru Nusantara dan juga dari manca negara.

Unsur seni budaya yang beranekaragam yang dibawa serta oleh para pendatang itu

menjadikan wajah Jakarta semakin memukau, bagaikan sebuah etalase yang

memampangkan keindahan Jakarta bagai ratna manikam yang gemerlapan. lbarat pintu

gerbang yang megah menjulang Jakarta telah menyerap ribuan pengunjung dari luar dan

kemudian bermukim sebagai penghuni tetap.

Lebih dari empat abad lamanya arus pendatang dari luar itu terus mengalir ke

Jakarta tanpa henti-hentinya. Bahkan sampai detik inipun kian hari tampak semakin

deras, sehingga menambah kepadatan kota. Pada awal pertumbuhannya Jakarta dihuni

oleh orang-orang Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu, dan dari beberapa daerah lainnya,

di samping orang-orang Cina, Belanda, Arab, dan lain-lain, dengan sebab dan tujuan

masing- masing. Mereka membawa serta adat-istiadat dan tradisi budayanya sendiri

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar penduduk, adalah bahasa Melayu dan

bahasa Portugis Kreol, pengaruh orang-orang Portugis yang lebih dari satu abad malang

melintang berniaga sambil menyebarkan kekuasaanya di Nusantara.

1

Page 5: SUKU BETAWI

Di Jakarta dan sekitarnya berangsur-angsur terjadi pembauran antar suku

bangsa, bahkan antar bangsa, dan lambat laun keturunannya masing- masing kehilangan

ciri-ciri budaya asalnya. Akhirnya sernua unsur itu luluh lebur menjadi sebuah kelompok

etnis baru yang kemudian Betawi etnis baru yang kemudian dikenal dengan sebutan

masyarakat Betawi.

Di sini kami mencoba memaparkan mengenai kebudaan asli Jakarta yang

identik dengan kebudayaan Betawi.

2

Page 6: SUKU BETAWI

BAB II

IDENTIFIKASI BUDAYA BETAWI

A. Sejarah Nama Betawi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus

ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Koordinatnya

adalah 6°11′ LS 106°50′ BT. Pada tahun 2004, luasnya adalah sekitar 740 km² dan

penduduknya berjumlah 8.792.000 jiwa.

Nama Jakarta dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta. Nama ini

diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah

(Faletehan) setelah merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Kerajaan Sunda pada tanggal

22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota

kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan

atau usaha" dari bahasa Sansekerta jayakarta. Nama lain atau sinonim "Jayakarta" pada

awal adalah "Surakarta".

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang

berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibukota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai

Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan

Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa

merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten,

Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut

Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan

yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu

kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan

Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad

ke-5 dan diperkirakan merupakan ibukota Tarumanagara yang disebut Sundapura.

Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk.

Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah

sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra,

kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah

yang menjadi komoditas dagang saat itu.

3

Page 7: SUKU BETAWI

Orang Eropa pertama yang datang ke Jakarta adalah orang Portugis. Pada abad

ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk

mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan

Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan

Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita

pantun seloka Mundinglaya Dikusumah di mana Surawisesa diselokakan dengan nama

gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana,

Cirebon yang dibantu Demak keburu menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda

menyebut peristiwa ini tragedi karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota

pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk sahbandar

pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni adalah berdasarkan tragedi

penaklukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527 dan mengganti

nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kemenangan".

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16 dan pada 1619,

VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menaklukan Jayakarta dan kemudian

mengubah namanya menjadi Batavia. Dalam masa Belanda, Batavia berkembang

menjadi kota yang besar dan penting.

Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia

menjadi Jakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga

merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada

17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949. Jadi,

asal muasal nama Betawi bukanlah nama yang sesungguhnya di berikan kepada suku ini,

nama Betawi merupakan turunan kata/ penyesuaian lidah dari Batavia. Nama Batavia-

pun ada di Negara Bagian New York. Bahkan kota Batavia pernah menjadi role model

bagi Belanda untuk membangun New Amsterdam sebuah kota di pinggir sungai Hudson,

setelah ditaklukkan Inggris kota itu berubah nama menjadi New York.

B. Suku Betawi

Ada suku yang sangat unik, metropolis, mengenal budaya kota jauh lebih dulu

ketimbang New York yang urban, suku itu adalah suku Betawi, bagi kita yang tinggal di

Jakarta suku betawi sesungguhnya tidak asing bahkan menjadi bagian budaya dari orang-

4

Page 8: SUKU BETAWI

orang yang lahir dan besar di Jakarta. Betawi bagi sementara orang merupakan hal yang

identik dengan Jakarta. Namun sejak pembangunan besar besaran kota Jakarta yang

dimulai sejak terselenggaranya Asian Games 1962 dan Ganefo, juga runtuhnya

pemerintahan Sukarno yang menaikkan Suharto di tahun 1967 berakibat banyak sekali

terhadap suku asli Betawi. Faktor lokasi-lah yang menyebabkan suku betawi menjadi

semakin berjarak dengan Jakarta.

Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.

Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum

berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Apa yang disebut dengan orang atau Suku

Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari

perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti

orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan

Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan,

baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam

bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal

dari seni musik Cina, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab,

Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang

berlatarbelakang ke-Belanda-an.

Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan

kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin

antaretnis dan bangsa di masa lalu. Diawali oleh orang Sunda, sebelum abad ke-16 dan

masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian pakuan Pajajaran. Selain orang

Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai

pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta

Gujarat di India.

Waktu Fatahillah dengan tentara Demak menyerang Sunda Kelapa (1526/27),

orang Sunda yang membelanya dikalahkan dan mundur ke arah Bogor. Sejak itu, dan

untuk beberapa dasawarsa abad ke-16, Jayakarta dihuni orang Banten yang terdiri dari

orang yang berasal dari Demak dan Cirebon. Sampai JP Coen menghancurkan Jayakarta

(1619), orang Banten bersama saudagar Arab dan Tionghoa tinggal di muara Ciliwung.

5

Page 9: SUKU BETAWI

Selain orang Tionghoa, semua penduduk ini mengundurkan diri ke daerah kesultanan

Banten waktu Batavia menggantikan Jayakarta (1619).

Pada awal abad ke-17 perbatasan antara wilayah kekuasaan Banten dan Batavia

mula-mula dibentuk oleh Kali Angke dan kemudian Cisadane. Kawasan sekitar Batavia

menjadi kosong. Daerah di luar benteng dan tembok kota tidak aman, antara lain karena

gerilya Banten dan sisa prajurit Mataram (1628/29) yang tidak mau pulang. Beberapa

persetujuan bersama dengan Banten (1659 dan 1684) dan Mataram (1652) menetapkan

daerah antara Cisadane dan Citarum sebagai wilayah kompeni. Baru pada akhir abad ke-

17 daerah Jakarta sekarang mulai dihuni orang lagi, yang digolongkan menjadi kelompok

budak belian dan orang pribumi yang bebas. Sementara itu, orang Belanda jumlahnya

masih sedikit sekali. Ini karena sampai pertengahan abad ke-19 mereka kurang disertai

wanita Belanda dalam jumlah yang memadai. Akibatnya, banyak perkawinan campuran

dan memunculkan sejumlah Indo di Batavia. Tentang para budak itu, sebagian besar,

terutama budak wanitanya berasal dari Bali, walaupun tidak pasti mereka itu semua orang

Bali. Sebab, Bali menjadi tempat singgah budak belian yang datang dari berbagai pulau

di sebelah timurnya.

Orang Tiong Hoa senang main kartu. Lukisan A van Pers dari tahun 40-an abad

yang lalu, yang diterbitkan pada tahun 1856 di Den Haag. Sementara itu, orang yang

datang dari Tiongkok, semula hanya orang laki-laki, karena itu mereka pun melakukan

perkawinan dengan penduduk setempat, terutama wanita Bali dan Nias. Sebagian dari

mereka berpegang pada adat Tionghoa (mis. Penduduk dalam kota dan ‘Cina Benteng’ di

Tangerang), sebagian membaur dengan pribumi (terutama dengan orang Jawa dan

membentuk kelompok Betawi Ora, mis: di sekitar Parung). Tempat tinggal utama orang

Tionghoa adalah Glodok, Pinangsia dan Jatinegara.

Keturunan orang India -orang koja dan orang Bombay- tidak begitu besar

jumlahnya. Demikian juga dengan orang Arab, sampai orang Hadhramaut datang dalam

jumlah besar, kurang lebih tahun 1840. Banyak diantara mereka yang bercampur dengan

wanita pribumi, namun tetap berpegang pada ke-Arab-an mereka.

Di dalam kota, orang bukan Belanda yang selamanya merupakan mayoritas

besar, terdiri dari orang Tionghoa, orang Mardijker dari India dan Sri Lanka dan ribuan

6

Page 10: SUKU BETAWI

budak dari segala macam suku. Jumlah budak itu kurang lebih setengah dari penghuni

Kota Batavia.

Orang Jawa dan Banten tidak diperbolehkan tinggal menetap di dalam kota

setelah 1656. Pada tahun 1673, penduduk dalam kota Batavia berjumlah 27.086 orang.

Terdiri dari 2.740 orang Belanda dan Indo, 5.362 orang Mardijker, 2.747 orang

Tionghoa, 1.339 orang Jawa dan Moor (India), 981 orang Bali dan 611 orang Melayu.

Penduduk yang bebas ini ditambah dengan 13.278 orang budak (49 persen) dari

bermacam-macam suku dan bangsa (demikian Lekkerkerker). Gereja Immanuel di

Gambir pada pertengahan abad ke 18

Sepanjang abad ke-18, kelompok terbesar penduduk kota berstatus budak.

Komposisi mereka cepat berubah karena banyak yang mati. Demikian juga dengan orang

Mardijker. Karena itu, jumlah mereka turun dengan cepat pada abad itu dan pada awal

abad ke-19 mulai diserap dalam kaum Betawi, kecuali kelompok Tugu, yang sebagian

kini pindah di Pejambon, di belakang Gereja Immanuel. Orang Tionghoa selamanya

bertambah cepat, walaupun sepuluh ribu orang dibunuh pada tahun 1740 di dalam dan di

luar kota.

Oleh sebab itu, apa yang disebut dengan orang atau Suku Betawi sebenarnya

terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai

kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa,

Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, dan Melayu. Antropolog Univeristas Indonesia, Dr

Yasmine Zaki Shahab MA menaksir, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu,

antara tahun 1815-1893.

Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang

dirintis sejarawan Australia, Lance Casle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu

melakukan sensus, di mana dikategorisasikan berdasarkan bangsa atau golongan

etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk

dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.

Rumah Bugis di bagian utara Jl Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang

dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah

seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah

golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moors, orang Jawa

7

Page 11: SUKU BETAWI

dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang

Melayu. foto pada kartu pos dari awal abad ke 20 menggambarkan rumah-rumah Tiong

Hoa di Maester. Jalan ke kiri menuju pasar Jatinegara lama. Sedangkan jalan utama

adalah Jatinegara Barat menuju arah selatan. Namun, pada tahun 1930, kategori orang

Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam

data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi

mayoritas penduduk Batavia waktu itu.

Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan

menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu

juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri

berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau

orang Rawabelong.

Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan

sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda,

baru muncul pada tahun 1923, saat Moh Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi

mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang

Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta

dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi - dalam arti apapun juga

- tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, ’suku’ Betawi mencakup kurang lebih 22,9

persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke

pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun

sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur datau digusur dari Jakarta, karena

proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung

dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara

C. Mata Pencaharian

Dulunya mata-pencaharian orang Betawi bisa dibedakan antara mereka yang

berdiam di tengah kota dan yang berada di daerah pinggiran, tetapi sekarang sudah sulit

membedakan wilayah tengah kota dan pinggiran itu. Mereka yang berada di tengah kota

menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi, misalnya sebagai pedagang, pegawai

8

Page 12: SUKU BETAWI

pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti membuat meubel. Orang betawi yang

berdiam di wilayah klender yang dulu termasuk wilayah pinggiran, ini hampir bisa

dikatakan di tengah kota. Orang betawi klender ini secara turun-temurun hidup dari

pembuatan barang-barang meubel dan kini menjadi salah satu pusat industri terkenal di

Jakarta. Orang Betawi yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah,

buah-buahan, pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka banyak

yang menjadi buruh pebrik, pegawai, dan lain-lain. Areal pertanian yang dulunya masih

luas, kini semakin sempit dan berubah menjadi daerah peerumahan, kawasan industri,

pemukiman baru, dan lain-lain. Kawasan Condet di Jakarta timur dulu secara dominan

dihuni oleh petani betawi yang terkanal dengan tanaman buah-buahannya. Karena itu

pemerintah DKI pernah memutuskan menjadikan daerah ini menjadi kawasan cagar

budaya dengan maksud melestarikan budaya betawi dengan mempertahankan

ekosistemnya. Namun, perkembangan kota, perkembangan masyarakat betawi dan

masyarakat Jakarta pada umumnya menyebabkan gagasaan cagar budaya itu agaknya

hanya akan berahir menjadi sebuah impian.

D. Sistem Kekerabatan Masyarakat Betawi

Dalam kaitannya dengan sistem kekerabatan, misalnya dalam penarikan garis

keturunan, mereka mengikuti prinsip bilineal, artinya menarik garis keturunan kepada

pihak ayah dan pihak ibu. Adat menetap nikah sangat tergantung kepada perjanjian kedua

pihak sebelum perpisahan berlangsung. Ada pengantin baru yang sesudah menikah

menetap di sekitar kediaman kerabat suami (patrilokal) dan ada pula yang menetap di

sekitar lingkungan kerabat isteri (matrilokal). Pada masa lalu, setiap orang tua selalu

bercita-cita membuat rumah (ngerumahin) bagi anaknya yang telah menikah. Yang

membuat rumah itu mungkin orang tua pihak laki-laki atau orang tua pihak perempuan.

Pada saat sudah dibuatkan rumah itulah, pasangan ini berdiri sendiri atau lepas dari

tanggung jawab orang tua. Di pihak lain orang tua pada umumnya cenderung

menyandarkan hidup di hari tuanya pada anak perempuan. Mereka merasa anak

perempuan sendiri akan lebih telaten mengurus orang tua daripada menantu perempuan,

meskipun mereka tidak membedakan anak laki-laki dan anak perempuan.

9

Page 13: SUKU BETAWI

Masyarakat Betawi atau Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan sistem

kekerabatanya, pada umumnya menganut sistem patrilineal yaitu menghitung hubungan

kekerabatan melalui garis keturunan laki-laki saja. Karena itu mengakibatkan tiap-tiap

individu dalam masyarakat memasukan semua kaum kerabat ayah dalam hubungan

kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat ibu diluar garis hubungan

kekerabatannya.

E. Agama

Kebanyakan orang betawi menganut agama Islam, menurut H. Mahbub Djunaidi

kebudayaan betawi sebagai suatu subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan agama

Islam. Agama Islam sangat mengakar dalam kebudayaan Betawi terlihat dalam berbagai

kegiatan masyarakat betawi dalam menjalani kehidupan. Pengaruh agama Islam juga

sampai dalam bidang pendidikan, bagi orang betawi tempo doeloe orang yang tidak bisa

membaca huruf arab dianggap buta huruf sehingga mereka cenderung mengesampingkan

pendidikan formal.

10

Page 14: SUKU BETAWI

BAB III

PRODUK BUDAYA

A. Bahasa

Bahasa Betawi merupakan bahasa sehari-hari suku asli ibu kota negara

Indonesia yaitu Jakarta. Bahasa ini mempunyai banyak kesamaan dengan Bahasa resmi

Indonesia yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Betawi merupakan salah satu anak Bahasa

Melayu, banyak istilah Melayu Sumatra ataupun Melayu Malaysia yang digunakan dalam

Bahasa Betawi, seperti kata "niari" untuk hari ini.

Persamaan dengan bahasa-bahasa lain di Pulau Jawa, walaupun ada bermacam-

macam Bahasa, seperti Bahasa Betawi, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan

lain sebagainya tetapi hanya Bahasa Betawi yang bersumber kepada Bahasa Melayu

seperti halnya Bahasa Indonesia. Bagi Orang Malaysia mendengar Bahasa ini mungkin

agak sedikit tidak faham, kerana bahasa ini sudah bercampur dengan bahasa-bahasa

asing, seperti Belanda, Bahasa Portugis, Bahasa Arab, Bahasa Cina, dan banyak Bahasa-

Bahasa lainnya. Tetapi Bahasa ini adalah Bahasa yang termudah dimengerti oleh Orang

Malaysia dibandingkan Bahasa Pulau Jawa yang lain selain Bahasa Indonesia.

Ciri khas Bahasa Betawi adalah mengubah akhiran "A" menjadi "E". sebagai

contoh, Siape, Dimane, Ade Ape, Kenape. tetapi "E" di Jakarta dan Malaysia berbeda.

"E" dalam Bahasa Betawi merupakan "E" dengan aksen tajam seperti "E" dalam kata

"NET". Daerah lain di Indonesia yang mengubah akhiran "A" menjadi "E" adalah

Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Bali. walaupun tidak semua

Masyarakat mengubah akhiran "A" menjadi "E". ada pula penduduk di lima daerah

tersebut yang mengubah akhiran "A" menjadi "O". "E" yang digunakan di lima daerah

tersebut serupa dengan "E" yang digunakan Masyarakat Malaysia.

Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah

diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak

heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda,

sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian

dijadikan sebagai bahasa nasional. Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut

maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia

11

Page 15: SUKU BETAWI

sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi

(kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama

sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran,

Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi

Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan

yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di

perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia,

bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek

Betawi.

Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain,

seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Batak, bahasa Madura,

bahasa Bugis, dan juga bahasa Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah

tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa,

digunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan

kata-kata yang terkadang dicampur dengan bahasa asing. Beberapa contoh penggunaan

bahasa ini adalah Please dong ah!, Cape deh!, dan So what gitu loh!.

B. Makanan

▪ Nasi Uduk Betawi

Cara penyajiannya unik. Nasi dibungkus dengan daun pisang, sehingga aroma

bumbu dan rempah-rempah tetap menyatu pada nasi. Ada taburan daun bawang goreng

dan ditambah lagi dengan ayam goreng bumbu kuning, yang sudah sangat terkenal.

Sajian ini diramu dari 15 macam bumbu dapur yang diolah secara tradisional. Rasa dan

aroma dari ayam goreng bumbu kuning ini sangat khas. Bumbunya sangat meresap

sampai ke tulang dan sangat empuk serta gurih rasanya. Ditambah dengan sambal yang

khas juga sambal kacangnya. Apalagi dipadu dengan lalapan ketimun, rebusan kol, serta

daun kemangi, yang pasti menambah selera makan jadi enak.

12

Page 16: SUKU BETAWI

▪ Kerak Telor

Makanan ini terbuat dari telor yang dicampur dengan beras ketan dan dimakan

bersama kelapa gongseng.

▪ Gado-gado

Makanan ini merupakan salad versi betawi, tetapi sayurannya direbus.

Bumbunya adalah bumbu kacang.

▪ Dodol betawi

Dodol betawi ini biasanya dihidangkan pada saat lebaran dan juga pada acara

pernikahan.

▪ Tape uli

Makanan tape terbuat dari ketan yang difermentasikan dengan ragi. Sedangkan

terbuat dari ketan juga, tapi dikukus lalu ditumbuk. Biasa dihidangkan ketika lebaran

ayaupun pada acara pernikahan.

▪ Soto Betawi

Soto Betawi ini dibuat dengan menggunakan daging sapi, santan, daun salam,

sereh, lengkuas, daun jeruk, bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, garam dan

merica.

▪ Bir Pletok

Bir asli Betawi, dan dijamin halal. Cocok untuk diminum pada cuaca dingin.

Konon dibuat karena orang Betawi tidak mau kalah dengan sinyo & noni Belanda yang

sering berpesta meminum bir. Bisa jadi minuman ini sebenarnya sudah lama dikenal

masyarakat Betawi, hanya namanya saja yang diubah untuk menyindir kebiasaan minum-

minum kaum penjajah.

Minuman dari jahe dan tanpa fermentasi apapun ini dijamin lebih lezat, lebih

wangi, dan lebih menyehatkan daripada wedang jahe/bandrek. Seorang herbalis

menyatakan, secara umum, gabungan beberapa komponen menghasilkan khasiat yang

lebih tinggi dan efek samping yang lebih rendah daripada satu komponen saja. Dan

semua bahan yang digunakan mengandung zat berkhasiat. Dampak dari meminum ini

secara teratur membuat badan lebih fit, bobot sedikit berkurang, dan memperlancar buang

air besar.

13

Page 17: SUKU BETAWI

Diberi nama plektok karena kabarnya, di jaman dulu itu, dibuatnya di dalam

tempurung kelapa yang dikocok-kocok dan berbunyi 'pletak-pletok'. Bir pletok ini dibuat

dari jahe, gula pasir, sereh, daun pandan, daun jeruk purut, kayu manis, cengkeh, pala,

kayu secang dan air.

C. Upacara-upacara Adat

▪ Upacara Perkawinan

Upacara perkawinan adat Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi.

Didahului masa perkenalan melalui Mak Comblang. Dilanjutkan lamaran. Pingitan.

Upacara siraman.Prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam

yang diapit lalu digunting.Malam pacar, mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku

tangannya dengan pacar.Puncak adat Betawi adalah Akad nikah. Mempelai wanita

memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai

wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan

sepasang burung Hong. Dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit

menandakan masih gadis saat menikah. Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung

plakat, Hem, Jas, serta kopiah. Ditambah baju Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai

saat resepsi dimulai. Jubah, Baju Gamis, Selendang yang memanjang dari kiri ke kanan

serta topi model Alpie menandai agar rumah tangga selalu rukun dan damai.

Prosesi Akad Nikah Mempelai pria dan keluarganya datang naik andong atau

delman hias. Disambut Petasan. Syarat mempelai pria diperbolehkan masuk menemui

orang tua mempelai wanita adalah prosesi ‘Buka Palang Pintu’. Yakni, dialog antara

jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan

tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran.Pada akad nikah, rombongan mempelai

pria membawa hantaran berupa:sirih, gambir, pala, kapur dan pinang.Artinya segala

pahit, getir, manisnya kehidupan rumah tangga harus dijalani bersama antara suami

istri.Maket Masjid,agar tidak lupa pada agama dan harus menjalani ibadah shalat serta

mengaji. Kekudang,berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet,

jamblang, dan sebagainya. Mahar atau mas kawin Pesalinan berupa pakaian wanita

seperti kebaya encim, kain batik, lasem, kosmetik, sepasang roti buaya. Buaya

14

Page 18: SUKU BETAWI

merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan

bersama-sama.

Petisie yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misalnya wortel,

kentang, telur asin, bihun, buncis dan sebagainya.

Akad nikah dilakukan di depan penghulu. Setelah akad nikah selasai

dibunyikanlah petasan, sebagai tanda pada masyarakat bahwa kedua mempelai telah sah

menjadi suami istri.

Setelah itu ada beberapa rangkaian acara:

▪ Mempelai pria membuka cadar pengantin wanita untuk memastikan pengantin

tersebut adalah dambaan hatinya.

▪ Mempelai wanita mencium tangan mempelai pria.

▪ Kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan.

▪ Dihibur Tarian kembang Jakarta

▪ Pembacaan doa berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah

pihak yang tengah berbahagia.

Pengantin laki-laki dengan dandanan cara haji, biasanya menggunakan tutup

kepala yang disebut alpia atau alpie. Topi pengantin laki-laki yang berasal dari tanah suci

Mekah ini tingginya 15 - 20 cm dan dililit dengan sorban kain, warna putih, gading atau

kadang-kadang kuning. Ron je atau untaian bunga melati yang ujung bawahnya ditutup

bunga cempaka dan ujung atasnya diberi sekuntum mawar merah, diletakkan sebanyak 3

(tiga) untai di pinggir kiri alpia. Terkadang di bagian atas disematkan sepasang kembang

goyang. Mengenai tata rias wajah, tidak ada yang khusus. Hanya sedikit bedak yang

ditaburkan di wajah agar terkesan rapi. Biasanya kumis dan cabang juga dirapihkan agar

tampak bersih.

Busana yang dikenakan berupa jubah terbuka, yang agak longgar dan besar.

Bagian jubah ini, biasanya dihiasi dengan emas dan manik-manik bermotif burung hong,

bunga-bungaan, kubah mesjid dan lain sebagainya. Sebelum mengenakan jubah, biasanya

seorang pengantin laki-laki memakai gamis (baju dalam) polos berwarna muda yang

panjangnya kira-kira sampai mata kaki -dan tidak boleh melebihnya. Gamis lebih panjang

sekitar 10 cm dari jubah. Sebuah selempang berhiaskan mute sebagai tanda kebesaran

pun dikenakan boleh di dalam maupun di luar jubah. Sebagai alas kaki, biasanya

15

Page 19: SUKU BETAWI

digunakan sepatu kulit dengan kaos kaki yang merupakan pengaruh Belanda sejak abad

ke 19. Namun, masih ada pula pengantin yang mengenakan selop atau terompah.

Keterpaduan berbagai unsur budaya muncul dalam kekayaan busana pengantin

wanita Betawi yang terkesan meriah. Tuaki, adalah baju bagian atas (blus) yang dikenal

memiliki 2 (dua) model, yaitu model shianghai (Cina), dan model baju kurung (Melayu).

Syarat utama dari tuaki ini adalah bahannya yang polos. Motif-motif hiasan emas, mote

atau manik-manik yang diletakan di ujung lengan, daerah sekitar dada, bagian bawah

baju sangat bervariasi. Dari ragam hias geometris, bunga-bunga sampai motif burung

hong.

Ciri khas model shianghai adalah krahnya yang tertutup. Lengan panjangnya

diberi benang karet pada pergelangan. Model yang mengikuti bentuk badan sipemakai,

panjangnya sebatas pinggul. Biasanya diberi pemanis dengan tambahan kain pada

pinggiran bawah tuaki yang dirimpel keliling. Tuaki bentuk baju kurung, modelnya

seperti baju kurung Melayu umumnya. Panjang lengan agak longgar.

Padanan tuaki adalah kun, yaitu rok melebar ke bawah dengan panjang sampai

ke mata kaki. Kun juga di beri hiasan benang tebar dengan kombinasi sesuai tatahan

motif pada tuaki. Warna yang terbuat dari bahan polos ini pun disesuaikan dengan warna

tuaki. Warna-warna cerah yang dipilih, baik dari bahan satin ataupun beludru, serta

gemerlapan hiasan tuaki dan kun ini melambangkan suka cita dan keceriaan kedua

pengantin dan seluruh kelua-rganya.

Model baju yang sangat sederhana pada busana adat pengantin wanita Betawi

ini, tampil begitu meriah dengan perlengkapan yang serba unik. Teratai, yaitu perhiasan

penutup dada dan bahu adalah salah satu ciri yang sangat khas. Hiasan ini terbuat dari

bahan beludru bertatahkan hiasan logam pada permukaannya dengan motif bunga

tanjung. Aslinya adalah emas, namun saat ini umumnya menggunakan mute. Teratai ini

berjumlah 8 (delapan) lembar kecil, yang kemudian dirangkai menjadi susunan delapan

daun teratai yang simetris.

Keunikan lainnya terdapat pada tata rias di bagian kepala. Rambut disanggul

dengan model buatun atau konde cepol tanpa sasakan. Caranya adalah dengan melilitkan

secara berputar, sehingga membentuk 3 (tiga) tingkat lingkaran, yang kemudian

dipadatkan dengan tusuk konde. Ketiga tingkat lingkaran ini melambangkan siklus

16

Page 20: SUKU BETAWI

kehidupan yang dimulai dari kelahiran, kehidupan dan kematian. Letak sanggul di

tengah-tengah agak ke atas memperlihatkan tengkuk pengantin. Bersih atau tidaknya

tengkuk yang tampak, merupakan pertanda apakah pengantin wanita mampu menjadi ibu

rumah tangga yang mampu memelihara kebersihan fisik dan rohani dalam kehidupan

berumah tangga atau tidak.

Hiasan kepala yang digunakan cukup kompleks. Salah satunya yang unik adalah

siangko bercadar yang melambangkan kesucian seorang gadis. Siangko bercadar selalu

berwarna emas, karena aslinya terbuat dari emas, atau bahan perak. Biasanya dihiasi

batu-batu permata, bahkan ada yang bertahtakan intan berlian. Panjang cadarnya 30 cm,

terbuat dari manik-manik. Saat ini banyak digunakan mote pasir dengan gumpalan

benang wol merah di ujungnya. Selain yang bercadar, siangko lainnya jumlah 3 (tiga)

buah. Dipakai di belakang sanggul sebagai penutup ikatan siangko bercadar. Siangko

bercadar yang berfungsi menutupi wajah pengantin wanita merupakan lambang

kesuciannya, yang disimbolkan dengan tidak boleh dilihatnya wajah mempelai putri oleh

orang lain. Di atas Siangko bercadar ini, diletakkan sigar atau mahkota dengan motif

bungabungaan yang dipenuhi permata. Hiasan rambut lainnya adalah tusuk paku atau

kembang paku berjumlah 10 buah atau lebih yang dimaksudkan sebagai penolak bala.

Tusuk bunga atau kembang tancep berjumlah 5 buah yang melambangkan rukun Islam,

kewajiban yang harus dijalankan oleh pengantin sebagai seorang Muslim.

Kembang goyang yang berjumlah 20 buah, juga dikarenakan sebagai hiasan

rambut bersama dengan 2-4 buah kembang kelapa yang dipasang di kiri dan kanan

sanggul. Apabila kembang goyang melambangkan pengakuan terhadap 20 sifat kebesaran

Allah, yang wajib diturunkan dan diajarkan pada anak keturunannya kelak; maka

kembang kelapa merupakan simbol pengharapan agar perkawinan yang dilakukan tetap

kokoh, kuat seperti pohon kelapa, sehingga akan menjadi perkawinan yang langgeng,

sejahtera dan bahagia.

Hiasan burung hong atau dikenal dengan sebutan kembang besar atau kembang

gede adalah hiasan lain yang tidak boleh ketinggalan. Jumlahnya yang empat buah

melambangkan 4 (empat) sahabat Rasullullah, Nabi Besar Muhammad SAW. Sementara

itu, burung hong sendiri dianggap sebagai simbol burung surga yang melambangkan

17

Page 21: SUKU BETAWI

kebahagiaan kedua pengantin. Letak burung hong ini juga memiliki arti tersendiri, yang

berkaitan dengan kecocokan antara pihak keluarga kedua pengantin.

Dari hiasan kepala pengantin wanita yang telah dikemukakan, satu bentuk

perhiasan yang dipercaya memiliki kekuatan magis adalah sunting atau sumping telinga.

Apabila sunting ini dipakai oleh seorang pengantin yang tidak perawan atau tidak gadis

lagi, maka si pemakai akan pusing-pusing dan bahkan pingsan. Selain sunting, sebagai

pelengkap yang menunjang keserasian, biasanya telinga pengantin dihias dengan

sepasang kerabu. Kerabu ini merupakan perpaduan anting dan giwang yang dijadikan

satu. Tusuk konde berupa pasak berbentuk huruf leam (huruf Arab) merupakan simbol

pengakuan akan keesaan Allah ditusukkan di atas siangko kecil penutup simpul tali

cadar. Sebelum rerurub atau ruruban, yaitu sebuah kerudung dari kain halus dan tipis,

ditutupkan ke seluruh riasan wajah pengantin wanita, di beberapa daerah di atas dahi

pengantin diberi tanda berbentuk bulan sabit. Tanda bulan sabit berwarna merah ini

merupakan perlambang bahwa si gadis telah menjadi pengantin. Sementara ruruban

merupakan tanda kesuciannya.

Selain perhiasan untuk kepala, pengantin wanita juga mengenakan perhiasan

berupa kalung lebar yang dipakai melingkar leher di atas teratai Betawi. Gelang listring

dan gelang selendang mayang, serta cincin emas yang berhiaskan permata menjadi hiasan

lengan, pergelangan tangan dan jari pengantin wanita.

Keunikan juga tampak pada alas kaki yang digunakan. Mempelai wanita

mengenakan selop berbentuk perahu kolek, dengan ujung melengkung ke atas dan dihias

dengan tatahan emas dan manikmanik, atau mute.

Aslinya seluruh perhiasan yang dikenakan oleh pengantin wanita Betawi terbuat

dari emas dan dihiasi intan permata. Namun saat ini, umumnya hanya merupakan

sepuhan warna emas, sedangkan hiasannya lebih banyak menggunakan mute.

Variasi pakaian pengantin Betawi ini dapat ditemui di beberapa daerah. Seperti

misalnya di daerah pinggiran, pengantin laki-laki mengenakan stelan jas lengkap dengan

kopiah hitam dan kacamata hitam. Sementara pengantin wanita memakai slayer dan

sarung tangan putih, yang juga dilengkapi dengan mahkota dan kacamata.

Adapun pakaian yang kini dikenal dengan busana "Abang dan None Jakarta"

merupakan kombinasi dari busana pengantin rias bakal untuk pria, dengan busana wanita

18

Page 22: SUKU BETAWI

Betawi sehari-hari. Busana pengantin rias bakal, bagi mempelai pria terdiri dari jas tutup,

celana panjang, ikat pinggang dan iiskoi motif lokcan. Perlengkapan busana ini adalah

kuku macan, gelang bahar, pisau raut, bros dan untaian melati.

Mempelai putri menggunakan baju kurung tabur, sarung songket, selendang dan

celemek. Sementara hiasan kepalanya tidak serumit dandanan rias besar putri. Busana ini

biasanya dikenakan setelah akad nikah.

▪ Upacara Nuju Bulanan

Upacara selamatan ketika usia kandungan mencapai tujuh bulan yang hanya

diselenggarakan pada kehamilan pertama. Tujuan upacara ini adalah mensyukuri nukmat

Tuhan, memohon keselamatan, berisi harapan agar anak yang akan lahir itu menjadi anak

yang soleh, berbudi luhir da patuh pada orang tua. Itulah sebabnya dalam upacara ini

dibaca kitab suci Al-Qur’an, khusunya surat Yusuf. Isi surat ini menggambarkan

ketampanan nabi Yusuf, keluhuran akhlaknya, dan kepatuhannya terhadap orang tua.

Lalu terselip harapan semoga anak yang lahir mendekati sifat nabi Yusuf.

▪ Upacara Kerik Tangan

Upacara berupa serah terima tugas perawatan bayi dari dukun bayi kepada

keluarga si bayi. Intinya berupa ungkapan terima kasih dari keluarga kepada sang dukun

atas keikhlasan.

▪ Upacara Sunatan

Orang Betawi melaksanakan khitanan yang disebut Sunatan atau Pengantin

Sunat, untuk memenuhi ketentuan agama dan kesehatan. Anak laki-laki yang disunat

berusia 5 sampai 10 tahun. Rangkaian acara sunat itu terdiri dari acara mengarak,

menyunat, dan selamatan. Anak yang disunat mengenakan “pakaian pengantin” dan

diarak keliling kampong. Kadang-kadang anak yang disunat naik kuda dan disertai bunyi-

bunyian seperti rebana. Bunyi-bunyian tersebut untuk menarik perhatian masyaraka

sekitarnya terutama anak-anak untuk memperpanjang arak-arakan itu. Hal ini

menyebabkan anak yang akan disunat menjadi gembira. Acara sunatan sendiri

dilaksanakan keesokan harinya. Setelah anak itu disunat, dibunyikan petasan sebagai

tanda pemberitahuan bahwa anak itu telah disunat. Setelah itu diadakanlah selamatan.

Bagi yang mampu dilanjutkan dengan hiburan seperti lenong dan topeng.

19

Page 23: SUKU BETAWI

E. Kesenian

Dari masa ke masa masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri

budayanya yang makin lama semakin mantap sehingga mudah dibedakan dengan

kelompok etnis lain. Namun bila dikaji pada permukaan wajahnya sering tampak unsur-

unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya.

Jadi tidaklah mustahil bila bentuk kesenian Betawi itu sering menunjukkan

persarnaan dengan kesenian daerah atau kesenian bangsa lain.

Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang ditengah

kehidupan seni budayanya dirasakan sebagai miliknya sendiri seutuhnya, tanpa

mempermasalahkan dari mana asal unsur-unsur yang telah membentuk kebudayaannya

itu. Demikian pulalah sikap terhadap keseniannya sebagai salah satu unsur kebudayaan

yang paling kuat mengungkapkan ciriciri ke Betawiannya, terutama pada seni

pertunjukkannya.

Berbeda dengan kesenian kraton yang merupakan hasil karya para seniman di

lingkungan istana dengan penuh pengabdian terhadap seni, kesenian Betawi justru

tumbuh dan berkernbang di kalangan rakyat secara spontan dengan segala

kesederhanaannya. Oleh karena itu kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai kesenian

rakyat.

▪ Tari-tarian

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat

yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan

Tionghoa seperti tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas

pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis.

Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Dewasa ini orkes gambang kromong biasa digunakan untuk mengiringi tari

pertunjukan kreasi baru, pertunjukan kreasi baru, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning

dan sebagainya, disamping sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek.

Sebagai pembukaan pada tari cokek ialah wawayangan. Penari cokek berjejer memanjang

sambil melangkah maju mundur mengikuti irarna garnbang kromong. Rentangan

tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.

20

Page 24: SUKU BETAWI

Setelah itu mereka untuk menari bersarna,dengan mengalungkan selendang

pertama-tama kepada tarnu yang dianggap paling terhormat. Bila yang diserahi selendang

itu bersedia ikut menari maka mulailah mereka ngibing, menari berpasang-pasangan.

Tiap pasang berhadapan pada jarak yang dekat tetapi tidak saling bersentuhan. Ada

kalanya pula pasangan-pasangan itu saling membelakangi. Kalau tempatnya cukup

leluasa biasa pula ada gerakan memutar dalam lingkaran yang cukup luas. Pakaian penari

cokek biasanya terdiri atas baju kurung dan celana panjang dari bahan semacam sutera

berwarna.

Ada yang berwarna merah menyala, hijau, ungu, kuning dan sebagainya, polos

dan menyolok. Di ujung sebelah bawah celana biasa diberi hiasan dengan kain berwarna

yang serasi. Selembar selendang panjang terikat pada pinggang dengan kedua ujungnya

terurai ke bawah Rambutnya tersisir rapih licin ke belakang. Ada pula yang dikepang

kemudian disanggulkan yang bentuknya tidak begitu besar, dihias dengan tusuk ronde

bergoyang-goyang. Orkes gambang kromong biasa pula mengiringi teater lenong. Teater

rakyat Betawi ini dalam beberapa segi tata pentasnya mengikuti pola opera Barat,

dilengkapi dekor dan properti lainnya, sebagai pengaruh komedi stambul, komedi ala

Barat berbahasa Melayu, yang berkernbang pada awal abad ke- duapuluh.

Tari Betawi yang sepenuhnya merupakan aneka gerak pencak silat disebut tari

silat. Tari ini ada yang diiringi tabuhan khusus yang disebut gendang pencak. Iringan

lainnya yang juga bisa digunakan ialah garnbang kromong, gamelan topeng dan lain-lain.

Di kalangan masyarakat Betawi terdapat berbagai aliran silat seperti aliran Kwitang,

aliran Tanah Abang, aliran Kemayoran dan sebagainya. Gaya-gaya tari silat yang

terkenal antara lain gaya seray, gaya pecut, gaya rompas dan gaya bandul. Tari silat

Betawi menunjukkan aliran atau gaya yang diikuti penarinya masing-masing.

Enjot-enjotan dan Gegot. Tari-tarian tersebut bukan saja digemari oleh para

pendukung aslinya, tetapi juga telah banyak mendapat tempat di hati masyarakat yang

lebih luas, termasuk kelompok etnis lain.

Beberapa penata tari kreatif telah berhasil menggubah beberapa tari kreasi baru

dengan mengacu pada ragam gerak berbagai tari tradisi Betawi, terutama rumpun Tari

Topeng. Tari kreasi baru itu antara lain adalah Tari Ngarojeng, Tari Ronggeng Belantek,

Gado-gado Jakarta. Karya tari ini ternyata mampu memukau penonton, bahkan juga

21

Page 25: SUKU BETAWI

sampai pada Forum Internasional yaitu dalam Festival Tari Antar Bangsa.. Berbagai seni

pertunjukan tradisional Betawi telah berkembang sesuai dengan perkembangan jaman

dan masyarakat pendukungnya serta merupakan daya pesona tersendiri pada wajah kota

Jakarta Untuk dapat menilkmati dan menilainya tiada cara lain yang lebih tepat kecuali

menyaksikannya sendiri.

Disiplin Jenis Kesenian Betawi Ragam

TARI Rebana Biang / Tari Belenggo -

  Gambang Kromong/ Cokek Pergelaran Biasa

Tari Sipatmo

  Tanjidor/ Tari Topeng Tanji Tanjidor

Tanji Godot (Tanji dg alat musik gesek)

Tanji Seketre

Kliningan Tanji

  Gamelan Ajeng/Topeng Gong Pergelaran Biasa

Kliningan Bajidor

  Permainan Ujungan Pertandingan Ujungan

Tari Uncul

  Tari Zafin Pergelaran Biasa (Tari)

Orkes Gambus (Musik)

▪ Musik

Dalam dunia musik Betawi terdapat perbauran yang harmonis antara unsur

priburni dengan unsur Cina, dalam bentuk orkes gambang kromong yang tampak pada

alat-alat musiknya. Sebagian alat seperti gambang,kromong, kemor, kecrek, gendang,

kempul dan gong adalah unsur pribumi, sedangkan sebagian lagi berupa alat musik gesek

Cina yakni kongahyan, tehyan, dan skong. Dalam lagu-lagu yang biasa dibawakan orkes

tersebut, rupanya bukan saja terjadi pengadaptasian, bahkan pula pengadopsian lagu-lagu

Cina yang disebut pobin, seperti pobin mano Kongjilok, Bankinhwa, Posilitan, Caicusiu

dan sebagainya. Biasanya disajikan secara instrumental. Terbentuknya orkes gambang

kromong tidak dapat dilepaskan dari Nie Hu-kong, seorang pemimpin golongan Cina

22

Page 26: SUKU BETAWI

Pada pertengahan abad ke- delapan belas di Jakarta, yang dikenal sebagai

penggemar musik. Atas prakarsanyalah terjadi penggabungan alat-alat musik yang biasa

terdapat dalarn gamelan pelog slendro dengan yang dari Tiongkok. Terutama orang-

orang peranakan Cina, seperti halnya Nie Hu-kong, lebih dapat menikmati tarian dan

nyanyian para ciokek, yaitu para penyanyi ciokeks merangkap penari pribumi yang biasa

diberi nama bunga-bunga harurn di Tiongkok, seperti Bwee Hoa, Han Siauw, Hoa, Han

Siauw dan lain-lain. Pada masa-masa lalu orkes garnbang kromong hanya dimiliki oleh

babah- babah peranakan yang tinggal di sekitar Tangerang dan Bekasi, selain di Jakarta

sendiri.

Pengaruh Eropa yang kuat pada salah satu bentuk musik rakyat Betawi, tampak

jelas pada orkes tanjidor, yang biasa menggunakan klarinet, trombon, piston, trompet dan

sebagainya. Alat-alat musik tiup yang sudah berumur lebih dari satu abad masih banyak

digunakan oleh grup-grup tanjidor. Mungkin bekas alat-alat musik militer pada masa

jayanya penguasa kolonial(tempo doeloe), dengan alat-alat setua itu tanjidor biasa

digunakan untuk mengiringi helaran atau arak-arakan pengantin Membawakan lagu-lagu

barat berirama imarsi dan (Wals) yang susah sulit dilacak asal-usulnya, karena telah

disesuaikan dengan selera dan kemampuan ingatan panjaknya dari generasi kegenerasi.

Orkes tanjidor mulai timbul pada abad ke 18. VaIckenier, salah seorang Gubernur

Jenderal Belanda pada jaman itu tercatat memiliki sebuah rombongan yang terdiri dari 15

orang pemain alat musik tiup, digabungkan dengan pemain gamelan, pesuling Cina dan

penabuh tambur Turki, untuk memeriahkan berbagai pesta. Karena biasa dimainkan oleh

budak-budak, orkes demikian itu dahulu disebut Slaven-orkes. Dewasa ini tanjidor sering

ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu dan untuk memeriahkan arak-arakan.

Musik Betawi lainnya yang banyak memperoleh pengaruh Barat adalah

kroncong tugu yang konon berasal dari Eropa Selatan. Sejak abad ke 18 musik ini

berkembang di kalangan Masyarakat Tugu, yaitu sekelompok masyarakat keturunan

golongan apa yang disebut Mardijkers, bekas anggota tentara Portugis yang dibebaskan

dari tawanan Belanda. Setelah beralih dari Katolik menjadi Protestan, mereka

ditempatkan di Kampung Tugu, dewasa ini termasuk wilayah Kecamatan Koja, Jakarta

Utara, dengan jemaat dan gereja tersendiri yang dibangun pertama kali pada tahun 1661.

Pada masa-masa yang lalu keroncong ini dibawakan sambil berbiduk-biduk di sungai di

23

Page 27: SUKU BETAWI

bawah sinar bulan, disamping untuk pertunjukan, bahkan untuk mengiringi lagu-lagu

gereja. Alat-alat musik keroncong tugu masih tetap seperti tiga abad yang lalu, terdiri dari

keroncong, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kernpul, dan selo.

Musik Betawi yang berasal dari Timur Tengah adalah orkes gambus. Pada

kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya untuk memeriahkan pesta perkawinan, orkes

gambus digunakan untuk mengiringi tari zafin, yakni tari pergaulan yang lazimnya hanya

dilakukan oleh kaum pria saja. Tetapi sekarang ini sudah mulai ada yang

mengembangkannya menjadi tari pertunjukan dengan mengikutsertakan penari wanita.

Di samping orkes gambus, musik Betawi yang menunjukkan adanya pengaruh Timur

Tengah dan bernafaskan agama Islam adalah berbagai jenis orkes rebana. Berdasarkan

alatnya, sumber sair yang dibawakannya dan latar belakang sosial pendukungnya rebana

Betawi terdiri dari bermacam-macam jenis dan nama, seperti rebana ketimpring, rebana

ngarak, rebana dor dan rebana biang. Sebutan rebana ketimpring mungkin karena adanya

tiga pasang kerincingan yakni semacam kecrek yang dipasang pada badannya yang

terbuat dari kayu. Kalau rebana Ketimpring digunakan untuk memeriahkan arak-arakan,

misainya mengarak pengantin pria menuju rurnah mempelainya biasanya disebut rebana

ngarak, disamping ada yang menggunakan rebana khusus untuk itu, yang ukurannya

lebih kecil. Syairsyair yang dinyanyikan selarna arak-arakan antara lain diarnbil dari

kitab Diba atau Diwan Hadroh.

Rebana ketimpring yang digunakan untuk mengiringi perayaan - perayaan

keluarga seperti kelahiran, khitanan, perkawinan dan sebagainya, disebut rebana maulid.

Telah menjadi kebiasaan di kalangan orang Betawi yang taat kepada agarnanya untuk

membacakan syair yang menuturkan riwayat Nabi Besar Muhammad SAW. sebagai

acara utamanya yang sering kali diiringi rebana maulid. Syair-syair pujian yang biasa

disebut Barjanji, karena diambil dari kitab Syaraful Anam karya Syeikh Barzanji.

Rebana dor biasa digunakan mengiringi lagu lagu atau yalil seperti Shikah,

Resdu, Yaman Huzas dan sebagainya.

Rebana kasidah (qosidah) seperti keadaannya dewasa ini merupakan

perkernbangan lebih lanjut dari rebana dor. Lirik lirik lagu yang dinyanyikannya tidak

terbatas pada lirik-lirik berbahasa Arab, melainkan banyak pula yang berbahasa

Indonesia. Berlainan dengan jenis jenis rebana lainnya, pada rebana qasidah dewasa ini

24

Page 28: SUKU BETAWI

sudah lazim kaum wanita berperan aktif, baik sebagai penabuh maupun sebagai pembawa

vokal. Dengan dernikian rebana kasidah lebih menarik dan sangat populer.

Orkes rebana biang di samping untuk membawakan lagu berirama cepat tanpa

tarian yang disebut lagu-lagu zikir, biasa pula digunakan untuk mengiringi tari belenggo.

sebagaimana umumnya tarian rakyat, tari belenggo tidak memiliki pola tetap. Gerak

tarinya tergantung dari perbendaharaan gerak-gerak silat yang dimiliki penari

bersangkutan. Biasanya tari belenggo dilakukan oleh anggota grup rebana biang sendiri

secara bergantian. Kalau pada masa-masa lalu tari belenggo hanya merupakan tari

kelangenan, dewasa ini sudah berkembang menjadi tari pertunjukan dengan berpola tetap.

Di samping itu orkes rebana biang biasa digunakan sebagai pengiring topeng belantek

yaitu salah satu teater rakyat Betawi yang hidup di daerah pinggiran Jakarta bagian

Selatan.

Orkes samrah berasal dari Melayu sebagaimana tampak dari lagu-lagu yang

dibawakan seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, dan Cik Minah

dengan corak Melayu, disamping lagu lagu khas Betawi, seperti Kicir-kicir, Jali-jali,

Lenggang-lenggang Kangkung dan sebagainya. Tarian yang biasa di iringi orkes ini

disebut Tari Samrah. Gerak tariannya menunjukkan persarnaan dengan umumnya tari

Melayu yang mengutamakan langkah langkah dan lenggang lenggok berirama, ditarnbah

dengan gerak-gerak pencak silat, seperti pukulan, tendangan, dan tangkisan yang

diperhalus. Biasanya penari samrah turun berpasang-pasangan. Mereka menari diiringi

nyanyian biduan yang melagukan pantun-pantun bertherna percintaan dengan ungkapan

kata-kata merendahkan diri seperti orang buruk rupa hina papa tidak punya apa-apa

Pada gamelan ajeng, di samping ada pengaruh Sunda juga tampak adanya unsur

Bali seperti pada salah satu lagu yang biasa diiringinya yang disebut lagu Carabelan atau

Cara Bali. Pada awainya garnelan ini bersifat mandiri sebagai musik upacara saja. Dalarn

perkembangan kemudian biasa digunakan untuk mengiringi tarian yang disebut Belenggo

Ajeng atau Tari Topeng Gong. Orkes ini juga berfungsi sebagai pengiring wayang kulit

atau wayang wong yaitu salah satu unsur kesenian Jawa yang diadaptasi oleh masyarakat

Betawi terutama di pinggiran Jakarta.

Musik Betawi lainnya yang banyak menyerap pengaruh Sunda adalah gamelan

topeng. Disebut dernikian karena gamelan tersebut digunakan untuk mengiringi

25

Page 29: SUKU BETAWI

pagelaran teater rakyat yang kini dikenal dengan sebutan topeng Betawi Popularitas

topeng Betawi bagi masyarakat pendukungnya adalah kemampuannya untuk

menyampaikan kritik social yang tidak terasa mengpenggeli hati. Salah satu contohnya

adalah lakon pendek Bapak jantuk, tampil pada bagian akhir pertunjukan yang sarat

dengan nasehat- nasehat bagi ketenteraman berumah tangga. Di antara tarian-tarian yang

biasa disajikan topeng Betawi adalah Tari Lipetgandes, sebuah tari yang dijalin dengan

nyanyian, lawakan dan kadang-kadang dengan sindiran-sindiran tajam menggigit tetapi

lucu. Tari- tari lainnya cukup banyak memiliki ragam gerak yang ekspresif dan dinamis,

seperti Tari Topeng Kedok,

Disiplin Jenis Kesenian Betawi Ragam

MUSIK Rebana Ketimpring 1. Rebana Ngarak (bergerak)

2. Rebana Maulid (stasioner)

  Rebana Hadro 1. Pergelaran Bias

2. Adu Dzikir (Pertandingan)

  Rebana Dor 1. Pergelaran Biasa

2. Qasidah (Kreasi Baru)

  Rebana Burdah -

  Rebana Maukhid -

  Gambang Kromong Kombinasi -

  Kroncong Tugu Versi Original

Orkes Kroncong

Keroncong Kemayoran

26

Page 30: SUKU BETAWI

▪ Ondel-ondel

Salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalarn

pesta-pesta rakyat adalah ondel-ondel. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau

nenek moyang yangsenantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar ± 2,5 m dengan

garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyarnan barnbu yang disiapkan begitu rupa sehingga

mudah dipikul dari dalarnnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut

kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki di cat dengan warna merah, sedang

yang perempuan dicat dengan warna putih Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya

dengan yang terdapat di beberapa daerah lain. Di Pasundan dikenal dengan sebutan

Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, di Bali barong landung. Menurut

perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di

Pulau Jawa. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus

yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah

semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misainya pada

peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi,

ondel-ondel ternyata masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan

Jakarta.

E. Cerita rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah

dikenal seperti Si Pitung juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen yang

mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang

dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal

cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial.

F. Senjata tradisional

Senjata khas Jakarta adalah badik yang bentuknya tipis memanjang.

27

Page 31: SUKU BETAWI

G. Lenong

Lenong adalah teater tradisional Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik

gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang,

kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan,

kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan

moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa

yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek

Betawi.

▪ Sejarah Lenong

Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian

teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian

serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain

itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari

proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak

tahun 1920-an.

Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita yang

dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang

dan utuh.

Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke

kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan

berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta

sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan

pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di

awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.

Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian lenong yang

dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki,

Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya,

lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi

semalam suntuk.

Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi,

yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun 1970-an. Beberapa

28

Page 32: SUKU BETAWI

seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti,

dan Anen.

▪ Jenis lenong

Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong

denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti "dinas" atau "resmi"), aktor dan

aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau

lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan

tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari.

Lenong denes dapat dianggap sebagai pekembangan dari beberapa bentuk teater rakyat

Betawi yang dewasa ini telah punah, yaitu wayang sumedar, senggol, dan wayang

dermuluk. Sedang lenong preman adalah perkembangan dari wayang sironda.Selain itu,

kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes

umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong

preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari, sehingga sangat akrab dan

komunikatif dengan para penontonya. Kisah yang dilakonkan dalam lenong preman

misalnya adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan

munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan

tanah jahat. Sementara itu, contoh kisah lenong denes adalah kisah-kisah 1001 malam.

Pada perkembangannya, lenong preman lebih populer dan berkembang

dibandingkan lenong denes.

H. Rumah Adat

Rumah adat betawi berbentuk joglo dengan bentuk sirap dan ukiran-ukiran yang

khas.

I. Pariwisata

DKI Jakarta juga memiliki berbagai objek pariwisata seperti:

Kebun Binatang Ragunan

Monumen Nasional

Museum Gajah

Taman Mini Indonesia Indah

29

Page 33: SUKU BETAWI

Taman Impian Jaya Ancol

Museum Fatahillah

Pulau Seribu

Perkampungan Betawi Setu Babakan

Para turis yang datang ke Jakarta, umumnya hanya berkunjung ke Taman Mini

Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol dan Kebun Binatang Ragunan. Padahal

masih banyak lagi tempat wisata lain yang menarik kalau ditata dengan baik seperti di

Jakarta Selatan, sebut saja Kali Pesanggrahan, Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong.

30

Page 34: SUKU BETAWI

BAB IV

PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI

Masalah yang dirasakan oleh etnik Betawi ialah bahwa kesempatan untuk

berkembang dalam berbagai bidang kehidupan lebih banyak diberikan kepada etnik

pendatang, sementara mereka selalu digusur dari “habitatnya”. Sehingga boleh dibilang

bahwa orang Betawi sekarang ini sudah tidak punya tanah lagi di “tanah airnya” sendiri.

Jangan heran kalau sekarang ini banyak orang Betawi yang justru “ngontrak” di rumah

milik kaum pendatang di tanah leluhur mereka sendiri. Hal itu dirasakan benar terutama

oleh generasi muda orang Betawi. Mereka mengakui orang Betawi cenderung mudah

menjual tanah. Tapi menurut mereka, itu sering terjadi justru karena adanya tekanan yang

tidak bisa ditolak. Apalagi dengan mengatasnamakan pembangunan. Maunya mereka,

lahan-lahan itu boleh saja digunakan pemerintah, tetapi pemerintah harus bisa

menempatkan orang-orang Betawi yang tergusur itu. Yang terjadi sekarang ini seolah-

olah mereka itu digusur dan tidak diberi kesempatan untuk hidup di situ. Mereka

berharap bahwa suatu saat akan ada suatu Undang-undang yang khusus agar tanah

penduduk asli tidak habis terjual. Menurut mereka pemerintah selama ini tidak punya

kepedulian ke arah itu.

Sejauh ini di Betawi memang tidak ada konflik sosial yang dipicu oleh masalah

pemilikan tanah yang menghadapkan etnik Betawi dengan etnik-etnik pendatang atau

dengan pemerintah. Keributan seperti yang terjadi di Ketapang beberapa waktu lalu

bukan karena masalah tanah tapi karena rebutan lahan/nafkah hidup. Dan itu menurut

mereka bisa terjadi di mana saja. Begitu juga dengan kerusuhan bulan Mei tahun lalu

(1998). Menurut mereka itu bukan antara etnik Betawi dengan Cina. Kerusuhan bulan

Mei itu merasa anggap sangat merugikan citra orang Betawi. Karena orang tahunya

Jakarta adalah Betawi. Orang Betawi merasa baik-baik saja dengan orang Cina. Bahkan

di Betawi ada yang disebut “Asnawi” (asli Cina Betawi), yang menunjukkan bahwa

orang Betawi sudah sangat terbuka terhadap pembauran etnik. Yang agak menjengkelkan

mereka adalah apa yang mereka sebut sebagai “Cina megah”, yaitu warga keturunan Cina

yang eksklusif dan tidak mau bergaul dengan penduduk setempat.

31

Page 35: SUKU BETAWI

Orang Betawi menganggap bahwa kebudayaan Betawi tidak harus

dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat atau etnik Betawi saja, tapi juga oleh

etnik-etnik lain yang sudah lama tinggal di Jakarta yang seharusnya juga ikut memiliki

budaya Betawi. Yang mereka rasakan selama ini ialah bahwa etnik pendatang cenderung

melecehkan orang Betawi, menganggap orang Betawi sebagai orang terpinggirkan dan

kurang berbudaya. Akibatnya mereka juga tidak berusaha menyesuaikan diri dengan

kultur masyarakat Betawi. Martabat dan harga diri orang Betawi akan bangkit kalau

mereka merasa diinjak-injak. Kasus kerusuhan Tanah Abang beberapa waktu lalu

merupakan contoh konkrit mengenai soal itu.

Orang Betawi tidak merasa “mentang-mentang” di kampungnya sendiri. Mereka

sangat menghargai etnik pendatang. Misalnya saja, setiap ada acara kebudayaan atau

halal-bihalal, paguyuban-paguyuban dari etnik lain selalu diundang dan dianjurkan untuk

memakai pakaian adat daerah mereka sendiri. Bahkan duta kebudayaan Betawi untuk ke

luar negeri juga terbuka untuk kelompok etnik lain, tidak hanya untuk orang Betawi asli,

asalkan orang itu memahami dan mendalami kebudayaan Betawi.

▪ Pendidikan Ubah Citra Orang Betawi

Kita mengenal Putri Indonesia 1996 Alya Rohali dan juga dengan tokoh Betawi

Ridwan Saidi. Mereka adalah orang-orang Betawi yang mengenyam pendidikan tinggi.

Melalui publik figur seperti mereka, citra Betawi pun berubah.

Sebenarnya banyak orang- orang Betawi yang sudah sangat maju dalam hal

pendidikan dan cara berpikir. Sayangnya, citra orang Betawi yang terus-menerus

ditampilkan di layar televisi adalah orang Betawi yang malas bekerja, berebut warisan,

berkelahi dengan keluarga, kalaupun sekolah sifatnya mengaji gaya kampung.

Pencitraan orang Betawi seperti ini yang secara terus-menerus ditayangkan di

televisi disesalkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DKI Jakarta, Sylviana

Murni.

Menurut Sylviana Murni, yang juga asli Betawi, apa yang ditampilkan di televisi

tentang kehidupan masyarakat Betawi hanyalah sebagian kecil dari kehidupan

masyarakat Betawi yang sesungguhnya. Banyak orang Betawi yang berhasil menjadi

politisi, bahkan di beberapa perusahaan besar ada orang-orang Betawi yang berhasil

menduduki posisi tinggi.

32

Page 36: SUKU BETAWI

"Kalau ada orang Betawi yang berhasil, ada saja orang yang tidak percaya kalau

dia Betawi dan bilang: ’Apa iya? Kok ada juga, ya, Betawi yang berhasil?’ Kan kurang

ajar, ye...," kata Sylviana. Penilaian semacam itu dipandang wajar saja, karena tayangan

film, sinetron, lenong, dan bentuk kesenian yang ditampilkan sebagian besar memang

selalu menyorot karakter Betawi yang seperti itu.

Yang terjadi sebenarnya, menurut Sylviana, meskipun ada orang-orang Betawi

yang sudah sangat maju, namun pada umumnya mereka masih mempunyai sikap yang

sama dengan pendahulunya, seperti tidak kemaruk pangkat, tidak mempunyai ambisi

yang terlalu tinggi, hidup bagaikan mengikuti aliran air atau ke mana angin berembus.

Hal ini mungkin karena sepanjang sejarah masyarakat Betawi hidupnya selalu

dijajah hingga membuat sikap mereka seperti itu. Suasana religiusitas selalu berembus

dari keluarga Betawi karena memang sejak dini pendidikan agama menjadi prioritas bagi

anak-anak, bahkan sampai anak-anaknya menjadi dewasa. "Saya boleh sekolah ke mana-

mana, tetapi tetep aja namanya madrasah enggak boleh lepas. Sampe kawin masih tetep

madrasahan pakai kain, itu sampai sekarang," kata Sylviana.

Akan tetapi, sikap orang Betawi yang seperti itu kini mengalami erosi. Erosi

terjadi karena kehidupan semakin sulit sehingga mendorong mereka untuk maju, untuk

sekolah lebih tinggi guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Sekarang sudah

banyak orang Betawi yang bersekolah tinggi, bisa menikmati ekspresi budaya orang lain.

▪ Modernisasi

Banyak juga keluarga Betawi yang sudah tersentuh modernisasi, yang sangat

jauh dengan gambaran cerita yang ditampilkan dalam tayangan film, sinetron, maupun

tayangan budaya Betawi lainnya. Mereka mempunyai visi yang jelas, tujuan hidup yang

pasti, dan berpendidikan. Betawi tidak selalu terkesan tradisional dan kampungan seperti

terlihat di televisi.

Terlebih lagi, kini DKI Jakarta dikelilingi oleh kesenian dan budaya dari daerah

dan negara lain. Sementara itu kesenian dan budaya Betawi pun makin tersisih dari

daerah asalnya. Beberapa budaya dan kesenian Betawi dapat dikelompokkan menjadi

empat disiplin budaya/kesenian, yaitu disiplin musik, tari, teater, dan pedalangan. Budaya

semacam inilah yang perlu dipelihara dan terus dikembangkan secara berkesinambungan

melalui proses pendidikan.

33

Page 37: SUKU BETAWI

Pelestarian nilai-nilai budaya Betawi melalui jalur pendidikan, Sylviana

mengusulkan, dapat dilaksanakan dengan beberapa strategi, seperti melalui mata

pelajaran muatan lokal. Melalui mata pelajaran ini bisa dimasukkan materi tentang

kesenian, bahasa, dan adat istiadat Betawi. Dalam materi ini juga seharusnya diberikan

nilai-nilai tradisional masyarakat Betawi sebagai bagian dari unsur kebudayaan Betawi.

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah pun juga bisa dikemas secara khusus dalam

paket pengenalan budaya Betawi, seperti pencak silat, tarian Betawi, kesenian rebana,

sadrah, gambang kromong, dan kesenian yang bersifat kontemporer.

Penciptaan suasana ke-Betawi-an di sekolah juga bisa dilakukan dengan

penggunaan baju Betawi oleh siswa setiap minggu sekali, misalnya hari Jumat atau

peringatan hari besar keagamaan. Pada hari-hari tertentu juga perlu dilaksanakan

pemakaian bahasa atau dialek Betawi.

Bangunan sekolah yang berciri khas arsitektur Betawi juga bisa dilakukan,

termasuk penerbitan buku-buku tentang budaya Betawi. Buku-buku ini bisa ditempatkan

di perpustakaan sekolah. Penerbitan kamus Bahasa Betawi dan Ensiklopedia Betawi akan

memperkaya khazanah pengetahuan tentang Betawi.

Budaya masyarakat Betawi akan terus ada dan terjaga manakala semua

masyarakat Betawi mau memelihara, menjaga, dan mengembangkan terus budaya

tersebut. Proses pemeliharaan, penjagaan, dan pengembangan budaya Betawi akan sangat

tepat apabila dilaksanakan melalui proses pendidikan sejak dini, yaitu saat anak mulai

menduduki dunia pendidikan usia dini, taman kanak-kanak, pendidikan dasar, menengah,

dan tinggi.

Melalui pendidikanlah citra Betawi yang negatif akan terkikis. Anak-anak yang

tinggal di DKI Jakarta akan makin menghargai kebudayaan Betawi yang mereka serap

melalui sekolah dan lingkungan mereka.

Bagi orang Betawi sendiri, terus tekun sekolah mengejar jenjang pendidikan

yang lebih tinggi, mendapatkan kehidupan yang lebih baik, akan mengubah citra negatif.

Perlahan jika hal tersebut konsisten dilakukan, maka akan mengangkat citra masyarakat

Betawi. Orang Betawi tak lagi dicap kampungan.

Karena pendidikannya, orang Betawi pun akan dikenal bercitra baik, seperti

Alya Rohali, salah satu contohnya. Ia adalah anak muda Betawi yang mandiri dan

34

Page 38: SUKU BETAWI

berhasil dalam hal pendidikan. Juga Sylviana Murni yang terus-menerus belajar dan

mengajar di mana-mana.

Citra bahwa perempuan Betawi tidak berpendidikan tinggi otomatis luntur jika

menyimak sederet prestasi kedua perempuan Betawi itu. Prof Hasbullah Thabrany, Guru

Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, adalah orang Betawi yang

berhasil mencapai jenjang tertinggi di dunia pendidikan.

35

Page 39: SUKU BETAWI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suku Betawi merupakan perpaduan dari beberapa etnis yang sudah lebih

dulu hidup di Jakarta, seperti: etnis Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon,

Melayu dan Tionghoa. Dari beberapa suku-suku tersebut kemudian terjadi

perkawinan silang antar suku dan munculah suku betawi yang mendiami daerah

Jakarta dan sekitarnya. Kebudayaan betawi sendiri merupakan suatu kebudayaan

yang unik karena kebudayaan ini tidak mempunyai identitas khusus, melainkan

merupakan kebudayaan yang telah mendapat pengaruh dari kebudayaan asing

dimana kebudayaan yang masuk tidak hanya berasal dari satu daerah saja,

melainkan dari banyak daerah. Perpaduan macam-macam kebudayaan tersebuat

memunculkan identitas tersendiri bagi Kebudayaan Betawi. Masyarakat Betawi

menganut system kekerabatan bilineal yaitu menarik garis keturunan dari pihak

ayah dan pihak ibu. Pada saat sebelum upacara pernikahan dilaksanakan,

dilakukan perjanjian terlebih dahulu apakah akan mengikuti kerabat suami atau

mengikuti kerabat istri. Namun pada dasarnya orang tua ingin anak mereka yang

telah menikah mempunyai rumah sendiri atau ngerumahin anaknya. Mayoritas

masyarakat Betawi memeluk Agama Islam. Dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Betawi, pengaruh Agama Islam sangat terlihat dalam kegiatan

bermasyarakat, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Bagi orang Betawi

tempo doeloe, orang yang tidak bisa membaca huruf arab dianggap buta huruf

sehingga mereka cenderung mengesampingkan pendidikan formal. Bahasa sehari-

hari masyarakat Betawi adalah Bahasa Indonesia yang merupakan turunan dari

Bahasa Melayu.

Di era globalisasi seperti sekarang ini tuntutan bagi masyarakat untuk

mengikuti pola hidup yang lebih modern sangatlah kompleks. Tidak terkecuali

bagi masyarakat Betawi. Masuknya para pendatang ke Kota Jakarta yang berasal

dari berbagai daerah membuat masyarakat Betawi yang notabene-nya adalah

penduduk asli menjadi “agak terpinggirkan”. Bahkan mereka merasa seperti

36

Page 40: SUKU BETAWI

“ngontrak” di rumah sendiri. Kurangnya kesempatan untuk berkembang bagi

masyarakat Betawi dapat disebabkan karena mereka kalah bersaing dengan para

pendatang. Hal ini diperparah dengan pandangan masyarakat terhadap orang

Betawi yang cenderung kurang mau bekerja keras. Walaupun sebenarnya tidak

jarang juga orang Betawi yang berhasil dan sukses. Untuk itu kita sebagai Putra

Betawi harus mampu mengangkat kembali citra masyarakat Betawi di dalam

percaturan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu dengan

bekerja sebaik-baiknya tanpa mengenal lelah dan harus bisa mengentaskan

Betawi dari bahaya kebodohan.

B. Saran

Munculnya para pendatang baru di kota Jakarta secara tidak langsung

akan membawa kebudayaan-kebudayaan baru. Hal ini dapat mengakibatkan

terkikisnya kebuyaan betawi oleh kebudayaan tersebut, dimana tingkat kepedulian

masyarakat Betawi sendiri terhadap kebudayaannya mulai berkurang. Untuk

mencegah hal itu supaya tidak lebih parah, kita harus meningkatkan kepedulian

masyarakat akan arti pentingnya kebudayaan. Kita dapat memulainya dengan

mengadakan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan Kebudayaan Betawi

dalam lingkungan sekolah khususnya SMA dan SMP yang adalah generasi muda

penerus bangsa. Di samping itu pada saat pelaksanaan pesta seperti pernikahan

ataupun sunatan sebaiknya menggunakan adat Betawi, walaupun sebenarnya

mampu untuk mengadakan pesta di gedung mewah dengan tema Eropa. hal ini

pasti akan dapat melestarikan kebudayaan Betawi hingga ratusan tahun bahkan

ribuan tahun kedepan.

Kemudian masalah sosial masyarakat Betawi dalam kehidupan

bermasyarakat di mana mereka kurang mendapat tempat dalam kehidupan sehari-

hari yang dikarenakan karena kalah bersaing dengan para pendatang. Hal ini dapat

diminimalisir dengan meningkatkan tingkat kepedulian masyarakat Betawi akan

arti pentingnya pendidikan. Dengan berbekal pendidikan yang baik akan

menghasilkan dasar yang bagus guna bekal untuk persaingan dalam kehidupan

37

Page 41: SUKU BETAWI

bermasyarakat. Selain itu rasa ingin “enaknya aja” tanpa mau bekerja keras harus

dibuang jauh-jauh supaya kita dapat lebih maju. Kalau mau hasil ya harus mau

kerja keras. Dan jangan pernah ada perasaan takut gagal membuatmu takut untuk

mencoba. HIDUP BETAWI…!!!

38

Page 42: SUKU BETAWI

DAFTAR PUSTAKA

www.kompas.com

www.incis.or.id

www.sinarharapan.com

www.wikipedia.or.id

www.republika.co.id

www.penulislepas.com

www.google.com

39

Page 43: SUKU BETAWI

LAMPIRAN

Rumah Si Pitung

Ondel-Ondel

Pemandangan

matahari terbenam di Jakarta Gedung pencakar langit di Jakarta

Arak-arakan Tanjidor Orkes Gambus

S i l a t B e t a w i

Rumah Betawi

40

Page 44: SUKU BETAWI

Prosesi pernikahan Betawi Minuman bir pletok

Sepasang pengantin Betawi

41