lbm3 blok 8

11
proses rontgen photo dalam bidang kedokteran pada umumnya merupakan sebuah proses pemotretan gambar medikal untuk memperoleh gambaran tampilan kondisi di dalam/bawah permukaan kulit kita, baik jaringan keras maupun lunaknya, untuk memperoleh gambaran kondisi terkait, sebagai alat penunjang penegakan diagnose medis sebuah kondisi anomali tertentu, dengan menggunakan material penunjang utama berupa zat radioaktif (sinar-X) dosis tertentu. Sinar-X (sinar Rontgen) merupakan salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 10nanometer hingga 100 picometer. Merupakan sejenis radiasi ion bertenaga besar yang bila berkontak dengan sebuah material akan menyebabkan material tersebut kehilangan elektron, dan terionisasi. Umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medikal dan kristalografi sinar-X. Lantaran itu, sudah pasti akan berpengaruh secara langsung pada setiap sel yang terpapar langsung olehnya. Bisa berbahaya. Kecuali pada area yang diberi pelindung khusus. Itulah mengapa dosis penyinaran yang dipengaruhi oleh frekuensi, besaran kapasitas, serta durasi/lama paparan sinar-X seyogyanya diterima serendah-rendahnya oleh siapapun, Ibu.. Baik pihakoperator (petugas) maupun penerima pelayanan (dalam hal ini: pasien). Ada dosis maksimal per tahun yang musti dipatuhi ketentuannya. Semisal bagi petugas ditetapkan 50 mSv per seluruh tubuh, per satu tahun. Sementara bagi pasien: maksimal 5 mSv per seluruh tubuh per tahun, dan dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ ataupun jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv. Dosisnya diukur berdasar dosis yang diterima area target paparan sinar maupun organ lain sekitarnya yakni sum-sum tulang, kelenjar tiroid, dan gonade. Nah, terkait langsung dengan kondisi kehamilan, telah diketahui bahwa sinar-X merupakan radiasi berenergi kuat yang tergantung dosisnya dapat mengurangi proses alamiah pembelahan sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan efek negatif pada janin yang berada dalam kandungan Ibundanya.

description

lbm 3 blok 8

Transcript of lbm3 blok 8

proses rontgen photo dalam bidang kedokteran pada umumnya merupakan sebuah proses pemotretangambarmedikal untuk memperoleh gambaran tampilan kondisi di dalam/bawah permukaan kulit kita, baik jaringan keras maupun lunaknya, untuk memperoleh gambaran kondisi terkait, sebagai alat penunjang penegakan diagnose medis sebuah kondisi anomali tertentu, dengan menggunakan material penunjang utama berupa zat radioaktif (sinar-X) dosis tertentu.

Sinar-X (sinar Rontgen) merupakan salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar 10nanometerhingga 100 picometer. Merupakan sejenis radiasi ion bertenaga besar yang bila berkontak dengan sebuah material akan menyebabkan material tersebut kehilangan elektron, dan terionisasi. Umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medikal dan kristalografi sinar-X.

Lantaran itu, sudah pasti akan berpengaruh secara langsung pada setiap sel yang terpapar langsung olehnya. Bisa berbahaya. Kecuali pada area yang diberi pelindung khusus.

Itulah mengapadosispenyinaran yang dipengaruhi oleh frekuensi, besaran kapasitas, serta durasi/lamapaparan sinar-X seyogyanya diterima serendah-rendahnya oleh siapapun, Ibu.. Baik pihakoperator(petugas) maupun penerima pelayanan (dalam hal ini: pasien).

Ada dosis maksimal per tahun yang musti dipatuhi ketentuannya. Semisal bagi petugas ditetapkan 50 mSv per seluruh tubuh, per satu tahun. Sementara bagi pasien: maksimal 5 mSv per seluruh tubuh per tahun, dan dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ ataupun jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv.

Dosisnya diukur berdasar dosis yang diterima area target paparan sinar maupun organ lain sekitarnya yakni sum-sum tulang, kelenjar tiroid, dan gonade.

Nah, terkait langsung dengan kondisi kehamilan, telah diketahui bahwa sinar-X merupakan radiasi berenergi kuat yang tergantung dosisnya dapat mengurangi proses alamiah pembelahan sel, merusak materi genetik, dan menimbulkan efek negatif pada janin yang berada dalam kandungan Ibundanya.

Sel-sel yang sedang membelah cepat semisal sel-sel seluruh tubuh janin dalam rahim ibu mengandung inilah yang paling rentan terhadap pengaruh paparan sinar-X, Ibu.. Sel-sel sang janin yang sedang berada pada taraf pembelahan cepatnya untuk dapat berkembang menjadi jaringan serta organ yang berbeda-beda dapat terkena imbas langsung secara signifikan. Pada dosis tertentu dapat menyebabkan keguguran, malformasi, cacat, kelambatan pertumbuhan, termasuk kemungkinan terjadinyakankerpada usia dewasanya kelak setelah dilahirkan, serta kelainan penyertalainnya.

Meski sudah diatur sedemikian rupa agar dosis yang diterima serendah mungkin dengan target pencapaian hasil pemotretan sejelas mungkin, menghindari proses pemotretan ini bagi Ibu mengandung merupakan langkah kehati-hatian yang utama. Kecuali dalam kondisi sangat terpaksa oleh dasar pertimbangan tertentu, serta menyertakan prosedur perlindungan khusus ketat tertentu.

Sebagai tambahan informasi saja, bahwa bila paparan sinar-X diberikan pada Ibu di usia kehamilan:

a. 0-1 minggu, dapat berefek kematian embrio.b. 2-7 minggu, dapat berefek malformasi, pertumbuhan terhambat, serta kanker.c. 8-40 minggu, dapat berefek malformasi, pertumbuhan terhambat, kanker, serta gangguan pertumbuhanmental.

Keuntungan penggunaanrontgen / x-ray:1. Mendeteksi lubang pada gigi yang tidak dapat terdeteksi hanya melalui pemeriksaan klinis atau dilihat secara langsung.

2. Dapatmemantau perkembangan dan pertumbuhan gigi anakyang belum tumbuh keluar dan masih terdapat didalam tulang rahang pada pasien anak-anak.

3. Mendeteksi adanya kelainan pada tulang rahang dankelainan di dalam gusi.

4. Mendeteksi adanyakelainan berupa tumor.5. Mendeteksigigi yang tidak tumbuh secara sempurna/ gigi impaksi seperti ditemukan pada banyak kasusgigi grahambungsu.

Sinar x ditemukan oleh Wilhem C Roentgen, seorang professor fisika dari jerman saat melihat timbulnya fluoresensi yang berasal dari kristal barium platinosianida yang mendapat hadiah nobel pada tahun 1901. Akhir desember 1895 dan awal januari 1896 Dr. Otto Walkhoff (dokter gigi) dari jerman adalah orang pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi (premolar bawah).

Pada tahun 1913 Collige menyampurnakan penemuan Rontgen dengan memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elktroda yaitu anode dan katode. Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatode Tube dan merupakan tabung yang dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvesional yang sekarang.

Setahun setelah Rontgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat yang hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga

Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini ialah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan jepang dipindahkan ke surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang.

Radiologi dan Radiografi

Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit, baik dengan cara radiasi ionisasi (seperti sinar-X) maupun nonionisasi (seperti ultrasonografi). Menurut Kamus Kedokteran Gigi Harty, Radiologi merupakan ilmu mengenai diagnosis dan perawatan suatu penyakit dengan menggunakan sinar-X termasuk di dalamnya ilmu mengenai film radiografi dan pemeriksaan visual atas struktur tubuh pada layar fluorosensi, atau mempertunjukan struktur tubuh tertentu melalui pemasukan bahan kimia yang radio-opaque sebelum pemeriksaan radiologis dilakukan

Sedangkan radiografi adalah penggunaan sinar pengion (sinar-X, sinar gamma) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang diambil dengan radiografi disebut radiogaf. Radiografi lazim digunakan pada berbagai bidang terutama pengobatan dan industri.

Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang- Undang Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik-klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.

Secara garis besar foto Rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen extra oral.

1. Teknik Rontgen Intra oral/Proyeksi Intra Oral

Pemeriksaan intra oral adalah salah satu aplikasi radiologi klinik yang pertama kali digunakan sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Secara umum dapat dikatakan bahwa radiografi intraoral dapat memberikan informasi diagnostik yang tidak diperoleh dari pemeriksaan sebelumnya. Sampai saat ini radiografi merupakan metode diagnostik non invasive utama untuk eveluasi perubahan internal jaringan yang termineralisasi di daerah orofasial. Pemeriksaan ini terdiri dari 3 macam proyeksi yaitu : periapical, bitewing dan occlusal.

Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal.

1) Teknik Rontgen Periapikal

Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik parallel dan bisektris, yang sering digunakan di RSGM adalah teknik bisektris.

2) Teknik Bite Wing

Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut.

3) Teknik Rontgen Oklusal

Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.

2. Teknik Rontgen Ekstra Oral/Proyeksi Ekstra Oral

Radiografi yang termasuk proyeksi ekstra oral adalah semua proyeksi radiografik daerah maksilofasial, dengan film diletakan di luar mulut pasien. proyeksi ekstraoral di bidang kedokteran gigi meliputi proyeksi-proyeksi standar maupun proyeksi khusus untuk pemeriksaan daerah kepala, sendi temporomandibula, sinus, tulang nasal, zigomatik dan sebagainya.

Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex

1) Teknik Rontgen Panoramik

Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.

2) Teknik Lateral

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.

3) Teknik Postero Anterior

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita.

4) Teknik Antero Posterior

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.

5) Teknik Cephalometri

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.

6) Proyeksi Waters

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.

7) Proyeksi Reverse-Towne

Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.

8) Proyeksi Submentovertex

Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus.

3. Radiografi Konvensional Dan Modern Radiographic Imaging

Radiografi digital merupakan panduan radiografi diagnostik konvensional, dengan kemajuan teknologi komputer. Tujuannya adalah untuk menghasilkan gambaran yang memberikan informasi diagnostik maksimum, dengan radiasi minimum.

4. Computed Tomographic-Scan (CT-Scan)

Computed Tomographic-scan (CT-scan) adalah sarana pencitraan radiografik modern dengan paparan radiasi yang jauh lebih besar, dan sistem lebih kompleks. Sistem ini menghasilkan gambaran radiografik potongan obyek dalam lapisan-lapisan, tanpa terjadi tumpang tindih satu sama lain.

Gambaran Foto roentgen yang dianggap baik

Struktur anatomis dari regio gigi yang difoto harus jelas, yaitu perbedaan dari gambaran enamel, dentin, kamar pulpa dan jaringan periapikalnya harus betul-betul tajam dan terlihat jelas.

Gambaran dari puncak-puncak tonjol gigi atau cusp gigi-gigi yang difoto (cusp bukal dan lingual / palatal) sedapat mungkin bersatu, dimana permukaan oklusal dari gigi tersebut tidak terlihat sama seekali.

Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga pada foto, tidak boleh tumpang tindih / overlapping satu dengan yang lain, sehingga tidak terlihat.

Efek Radiasi pada Membran Mukosa MulutRadiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.

Efek Radiasi pada GigiGigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi daerah rongga mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa tahun setelah radiasi. Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi gigi yang disebut karies radiasi dan dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya, dengan pola melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi pada daerah servikal.Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila dibandingkan dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa untuk melihat radiografi dalam situasi pengamatan yang tepat dengan pandangan yang jelas agar dapat membedakan antara restorasi dan anatomi gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu efek radiasi secara langsung dan tidak langsung.a. Efek Radiasi LangsungEfek radiasi ini terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan kalsifikasi benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan erupsi gigi.b. Efek Radiasi tidak LangsungEfek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena radiasi ionosasi, maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya adanya karies radiasi. Biasanya karies radiasi pada beberapa gigi bahkan seluruh region yang terkena pancaran sinar radiasi, keadaan ini disebut rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan bentuk rampan dari kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang mendapatkan radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies dihasilkan dari perubahan glandula salivarius.Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena adanya perubahan elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal dapat menurun dan akumulasi debris yang cepat karena tidak adanya tindakan pembersihan. Karies sekunder yang disebabkan radiasi memiliki bentuk jelas yang merata pada cement enamel junction (CEJ) dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan terhadap karies.Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak karena terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila saliva menjadi asam dan kehilangan suplai mineral yang secara normal mengisi ion negative berubah, permukaan lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan erosi, membuat dentin menjadi terbuka.Efek Radiasi pada TulangPerawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk pada mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran yan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan tulang kortikal, yang dalam keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan sumsusm tulang menjadi hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa lacuna pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan indikasi terjadinya nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang, memicu terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian, kondisi seperti ini disebut osteoradionecrosis.Efek Radiasi pada PulpaApoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Apoptosis digunakan oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh.Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada proses penuaan.Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang diterima selama terapi radiasi adalah 200 rad sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati akibat efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa membentuk dan mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk ground substance dan serat kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi proses awal terjadinya karies radiasi.Selain itu, Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.A. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh.B. Radiasi dengan DNA..Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaksC. Radiasi dengan Kromosom.Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.DOSIS DAN EFEK SOMATIK RADIASI1. Dosis lemah/rendah: 0 50 rada. 0-25 rad tidak ada efek,mungkin tidak ada delayed effectb. 25-50 rad efek tidak ada/sedikit perubahan susunan darah,mungkin ada delayed effect2. Dosis sedang : 50-200 rada. 50-100 rad badan lemas/mual, perpendekan umur, perubahansusunan darah delayed recoveryb. 100-200 rad mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsumakan kurang, lemas, suara serak, diare, epilepsi,kerontokan rambut3. Dosis semi letal : 200-400 rad- mual, mutah dalam 1-2 jam setelah radiasi- epilepsi- nafsu makan berkurang- panas dan lemas- pada minggu ke-3: radang mulut/tenggorok- Pada minggu ke-4 : pucat, perdarahan hidung, diar4. Dosis letal : 400-600 rad- 1-2 Jam : mual muntah- akhir minggu ke-1: radang mulut/tenggorokan