Lapsus obg UB

38
LAPORAN KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS KEHAMILAN LETAK SUNGSANG Oleh: Agra Dhira Narendraputra 0910710001 Adhi Satriyo Utomo 0910714058 I Made Odie Lastrawan 0910713016 Riza Rahmawati 0910710112 Pendamping: dr. Hendra Brahmantyo R. Pembimbing: DR. dr. Arsana Wiyasa, Sp.OG(K) LABORATORIUM / SMF ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

letak sungsang

Transcript of Lapsus obg UB

Page 1: Lapsus obg UB

LAPORAN KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

LAPORAN KASUS

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG

Oleh:

Agra Dhira Narendraputra 0910710001

Adhi Satriyo Utomo 0910714058

I Made Odie Lastrawan 0910713016

Riza Rahmawati 0910710112

Pendamping:

dr. Hendra Brahmantyo R.

Pembimbing:

DR. dr. Arsana Wiyasa, Sp.OG(K)

LABORATORIUM / SMF ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RUMAH SAKIT UMUM DR.SAIFUL ANWAR

MALANG

2013

Page 2: Lapsus obg UB

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG

Oleh:

Agra Dhira Narendraputra 0910710001

Adhi Satriyo Utomo 0910714058

I Made Odie Lastrawan 0910713016

Riza Rahmawati 0910710112

Telah disetujui dan disahkan oleh:

dr. Hendra Brahmantyo R.

DR. dr. Arsana Wiyasa, SpOG(K)

2

Page 3: Lapsus obg UB

Daftar isi

Halaman Judul 1Lembar Pengesahan 2

Daftar Isi 3

BAB I Pendahuluan 5

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masaslah 6

1.3 Tujuan 7

BAB II Tinjauan Pustaka 8

2.1 Definisi dan klasifikasi 8

2.2 Faktor resiko dan patofisiologi 9

2.2.1 Faktor Maternal 10

2.2.2 Faktor Fetal 10

2.3 Diagnosis 10

2.3.1 Pemeriksaan Abdominal 10

2.3.2 Pemeriksaan Dalam 11

2.3.3 Pemeriksaan Abdominal 11

2.4 Prognosis 11

2.4.1 Morbiditas Maternal 11

2.4.2 Morbiditas dan Mortalitas Janain dan bayi 12

2.5 Penanganan Pada Masa Kehamilan 12

2.5.1 Versi Luar 12

2.6 Mekanisme Persalinan 14

2.6.1 Persalinan dan Pelahiran Spontan 14

2.6.2 Metode Pelahiran Pervaginam 16

2.7 Komplikasi 18

BAB III Laporan Kasus 19

3.1 Identitas 19

3.2 Anamnesa 19

3.3 Obyektif 20

3.4 Assesment 21

3

Page 4: Lapsus obg UB

3.5 Planning 21

3.6 Outcome22

BAB IV Pembahasan 23

4.1 Definisi, klasifikasi, dan Faktor Risiko Letak Sungang 23

4.2 Diagnosis Letak Sungsang 24

4.3 Antenatal Care pada Kehamilan Letak Sungsang 25

4.4 Pilihan Jenis Persalinan pada letak sungsang 25

4.5 Prognosis Kehamilan Letak Sungsang 26

BAB V Penutup 27

5.1 Kesimpulan 27

5.2 Saran 27

Daftar Pustaka 28

4

Page 5: Lapsus obg UB

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Letak sungsang adalah posisi bayi dalam rahim dengan presentasi bokong, lutut,

atau kaki, dengan kepala bayi berada pada daerah fundus. Kondisi ini sering ditemukan

pada kehamilan belum cukup bulan. Ini dikarenakan jumlah cairan ketuban yang cukup

banyak sehinga janin dapat bergerak bebas, dan ketika usia kemahilan bertambah, janin

gagal memposisikan dirinya untuk berada pada posisi yang seharusnya. Kondisi ini juga

bisa disebabkan karena abnormalitas uterus, plasenta previa, grandemultipara,

prematuritas, polihidramnion, adanya tumor dalam pelvis fetal anomaly seperti anencephali

dan hidrosefalus (Sekulić et al, 2013).

Letak sungsang merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi pada kehamilan,

mencapai sekitar 3-4% pada kehamilan usia lebih dari 37 minggu. Kemungkinan terjadi letak

sungsang ini berbanding terbalik dengan usia kehamilan. Pada usia 28 minggu, kejadian

letak sungsang mencapai 25%, pada 32 minggu kejadian mencapai 11%, dan pada 34

minggu, kejadian mencapai 5%. Di Amerika Serikat, 90% dari seluruh pasien letak sungsang

diharuskan melakukan operasi cesar (DeCherney AH, et al., 2008). Kejadian letak sungsang

di Indonesia sendiri, dilaporkan sekitar 2-4%. Keadaan ini terjadi dalam 3-4% dari persalinan

yang ada di Indonesia. Mortalitas perinatal pada bayi dengan letak sungsang adalah 13 kali

lebih tinggi dari pada kematian perinatal pada presentasi kepala, dan morbiditas perinatal 5-

7 kali lebih tinggi dari pada presentasi kepala (Wahid, 2008). Data yang diambil dari Rumah

Sakit Dr. Pirngadi Medan menunjukkan bahwa kejadian letak sungsang ini menempati 4,4%

dari seluruh pasien yang datang. Dan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung melaporkan

insidensi letak sungsang sekitar 4,6% dari seluruh pasien yang datang (Prawirohardjo,

2011).

Saat ini angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000

kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Lebih

dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak

dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus (BPS, 2012). Angka ini

tergolong masih cukup tinggi.Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal

merupakan indikator yang paling peka untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu

dan anak. Malpresentasi dapat mengakibatkan timbulnya penyebab kematian perinatal

termasuk diantaranya adalah kelainan presentasi bokong (letak sungsang), kejadian

hipoksia dan trauma lahir pada perinatal sering ditemui pada kasus persalinan dengan

malpresentasi yaitu pada presentasi bokong (Gibbs, 2008).

5

Page 6: Lapsus obg UB

Angka kematian bayi dari persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan letak normal. Di Rumah Sakit Karjadi Semarang, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-

masing 38,5%, 29,4%, dan 16,8%. Eastman melaporkan angka-angka kematian perinatal

antara 12-14%. Kejadian yang cukup tinggi ini disebabkan prematuritas dan penangan

persalinan yang kurang sempurna (Prawirohardjo, 2011).

Pada letak sungsang, sebab kematian perinatal yang terpenting ialah prematuritas

dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau

perdarahan di dalam tengkorak. hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala

dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang

dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Bahaya asfiksi janin juga

terjadi akibat tali pusat menumbung. (Prawirodiharjo, 2008).

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus,

abnormalitas janin, overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dan

obstruksi pelvis (Sari, 2008). Selain itu, kemampuan dari penolong persalinan merupakan

faktor penting yang menentukan keberhasilan kelahiran bayi dengan letak sungsang.

Diperlukan pemahaman dan perencanaan kelahiran bayi dengan baik supaya kelahiran bayi

dengan letak sungsang dapat berjalan baik (Gibbs, 2008).

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidaklah sulit. Dari pemeriksaan Leopold,

sebenarnya sudah dapat di diagnosis. Selain itu, biasanya ibu mengeluhkan bahwa

kehamilan yang sekrang ini dirasakan berbeda dengan kehamilan yang terdahulu, karena

terasa penuh dibagian atas, dan gerakan lebih sering dirasakan dibagian bawah. Dari

pemeriksaan DJJ juga biasanya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada

umbilicus. Namun begitu, juga terdapat penyulit dari penegakan diagnose dari letak

sungsang ini. Kondisi dinding perut yang tebal, uterus mudah berkontraksi, dan banyaknya

jumlah air ketuban. Pada kondisi seperti ini perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk

membantu penegakkan. Tetapi dika masih ada keragu-raguan, maka perlu dipertimbangkan

pemeriksaan ultrasonography ataupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) (Prawirohardjo,

2011).

Mengingat pentingnya pengetahuan tentang letak sungsang, mulai dari penyebab,

diagnosa secara klinis, serta penatalaksanaannya, maka kami menyusun laporan kasus ini

supaya dapat bermanfaat dalam menjalankan profesi kedokteran.

1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor predisposisi apa yang menyebabkan letak sungsang pada kasus ini?

2. Bagaimana cara mendiagnosis kehamilan letak sungsang?

3. Bagaimana cara penanganan kehamilan letak sungsang?

1.3 Tujuan

6

Page 7: Lapsus obg UB

1. Untuk mengetahui faktor predisposisi apa yang menyebabkan letak sungsang pada

kasus ini.

2. Mengetahui cara mendiagnosis kehamilan letak sungsang.

3. Mengetahui cara penanganan kehamilan letak sungsang.

7

Page 8: Lapsus obg UB

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi

Letak sungsang adalah posisi janin dalam rahim yang terletak memanjang dengan

kepala janin berada di fundus uteri dan bokong janin berada di bagian bawah kavum uteri

(Prawirohardjo, 2011).

Frank breech atau bokong murni(50-70%). Ekstremitas bawah dalam keadaan fleksi

pada sendi panggulnya dan keadaan ekstensi pada sendi lututnya, kepala

berdekatan dengan kaki.

Complete breech atau bokong sempurna (5-10%). Mirip dengan frank breech, kedua

lutut berada pada keadaan fleksi.

Semicomplete breech (5-10%). Mirip dengan frank breech, satu lutut berada pada

keadaan fleksi.

Footling breech atau incomplete atau presentasi kaki (10-30%). Satu atau kedua kaki

janin terletak di bawah bokong, dengan kata lain kaki bayi terletak paling bawah

pada jalan lahir. ( Cunningham, 2009)

Frank breech presentation

Tungkai kaki mengarah ke atas

Complete breech presentation

Tungkai kaki bersila sehingga kaki dekat

dengan bokong

8

Page 9: Lapsus obg UB

Semicomplete presentation

Satu kaku ke atas, satu kaki berada dekat

dengan bokong

Footling breech presentation

Kedua tungkai mengarah ke bawah dekat

dengan jalan lahir dan posisi bokong lebih

di atas dari tungkai

Gambar 1. Klasifikasi Letak Sungsang

2.2 Faktor Risiko dan Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan

didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif

lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian

janin dapat menempatkan diri dalama presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif

berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar di fundus uteri,

sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan

demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak

sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar

ditemukan dalam presentasi kepala ( Sekulić et al, 2013).

Menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada letak

longitudinal dengan presentasi puncak kepala. Faktor – faktor predisposisi untuk presentasi

bokong di luar usia gestasi adalah relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas, janin

multiple, hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, riwayat presentasi bokong,

anomaly uterus, dan berbagai tumor dalam panggul.

Fianu dan Vaclavinkova (1978) menunjukkan hasil USG yang menyatakan bahwa

terdapat prevalensi presentasi bokong yang jauh lebih tinggi pada implantasi plasenta di

daerah kornu fundus uteri (73%) dibandingkan dengan presentasi puncak kepala (5%).

Placenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak

sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.Dengan insiden 3-

4% dari seluruh kehamilan unggal pada usia kehamilan cukup bulan (>36 minggu), kasus

presentasi bokong merupakan malpresetasi yang sering dijumpai. Sebelum usia kehamilan

28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25 – 30% dan sebagian besar akan

9

Page 10: Lapsus obg UB

berubah menjadi presentasi kepala setelah usia kehamilan 34 minggu. Frekuensi presentasi

bokong juga meningkat pada plasenta previa, meskipun hanya sedikit kasus presentasi

bokong yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak terdapat korelasi yang kuat antara

presentasi bokong dengan panggul sempit. Ringkasnya, faktor yang menyebabkan

terjadinya letak sungsang dibagi menjadi faktor maternal dan faktor fetal (RCOG, 2012):

2.2.1 Faktor maternal

Polyhydramnion. Banyaknya air ketuban dapat membuat janin bisa bergerak leluasa

Oligohidramnion. Sedikitnya air ketuban dapat membuat janin tidak berputar ke pre-

sentasi kepala pada akhir masa kehamilan.

Kelainan uterus (bicornuate, septate)

Lesi yang menempati ruang

Kelainan placenta (placenta praevia)

Panggul ibu yang sempit

Multiparitas. Multiparitas menyebabkan uterus menjadi lebih kendor dan melar.

2.2.2 Faktor fetal

Prematur. Janin seringkali baru berputar menjadi presentasi kepala pada saat-saat

mendekati persalinan,

Kelainan fetus (hydrocephalus, anenecephaly)

Kehamilan multipel. Karena terbatasnya ruang di uterus.

IUFD

Tali pusat pendek

2.3 Diagnosis

Seringkali pasien akan mengeluh kehamilannya terasa lain daripada yang dahulu,

karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah

(Prawirohardjo, 2011).

2.3.1 Pemeriksaan Abdominal

Presentasi bokong dapat diketahui melalu pemeriksaan palpasi abdomen. Manuver

Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilan ≥

34 minggu. Biasanya dengan maneuver Leopold I, kepala janin yang keras, bulat, dan dapat

diraba dengan balotemen sudah menempati bagian fundus uteri. Maneuver Leopokd II,

menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian – bagian kecil

berada pada sisi yang lain. Pada maneuver Leopold III, bila engangement belum terjadi –

diameter intertrokanerika panggul janin belum melewati pintu atas panggul –bokong janin

masih dapat digerakkan di atas pinggu panggul. Setelah engangement, maneuver Leopold

IV menunjukkan posisi bokong yang mapan di bawah simfisis. Suara jantung biasanya

10

Page 11: Lapsus obg UB

terdengar paling keras pada daerah sedikit dia atas umbilicus, sedangkan bila telah terjadi

engagement kepala janin, suara jantung terdengan paling keras di bawah

umbilicus(Prawirohardjo, 2011).

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,

karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban,

maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam (Prawirohardjo, 2011).

2.3.2 Pemeriksaan Dalam (Vaginal Touche)

Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadika, sacrum, maupun anus

biasanya teraba, dan setelah penurunan lebih lanju, genitalia eksterna dapat dikenali.

Terutama pada parus lama, bokong dapat sangat membengkak sehingga menyebabkan

kesulitan untuk membedakan muka dengan bokong; anus bisa dikira mulut dan tuberositas

iskhiadika dapat disangka tulang pipi. Namun, dengan pemeriksaan yang cermat, kesalahan

tersebut dapat dihindari dengan jari tangan pemeriksa akan menghadap tahanan otot pada

anus, sedangkan rahang yang lebih keras dan kurang kenyal ketika diraba akan terasa ada

mulut. Selanjutnya, ketika jari tangan dikeluarkan dari anus, kadang – kadang jari tersebut

berlumuran mekoneum. Mulut dan kedua tonjolan tulang pipi akan membentuk bangunan

segitiga, sedangkan tuberositas iskiadika dan anus akan membentuk satu garis lurus. Akan

tetapi, petunjuk yang lebih tepat bisa diperoleh berdasarkan lokasi sacrum dan prosesus

spinosus, yang dapat menegakkan diagnosis dengan posisi dan macamnya(Prawirohardjo,

2011).

Pada presentasi bokong sempurna, kaki dapat diraba di sebelah bokong, sedangkan

pada presentasi kaki, letak salah satu keduan kaki lebih rendah daripada bokong. Pada

presentasi kaki, kaki kanan atau kiri dapat ditentukan berdasarkan hubungannya dengan ibu

jari kaki. Ketika bokong turun lebih jauh ke dalam rongga panggul genitalia dapat diraba.

(Prawirohardjo, 2011)

2.3.3 Pemeriksaan Tambahan atau Teknik Pencitraan

USG

USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong,

dan bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin (RCOG, 2012).

2.4 Prognosis

2.4.1 Morbiditas Maternal

Karena frekuensi persalinan dengan tindakan lebih tinggi – termasuk

didalamnya seksio caesarea, terdapat morbiditas maternal yang lebih tinggi dan mortalitas

yang sedikit lebih tinggi pada kehamilan yang dipersulit dengan presentasi bokong

11

Page 12: Lapsus obg UB

persisten. Risiko ini juga cenderung meningkat lebih tinggi lagi bila dilakukan seksio sesarea

darurat dan bukan seksio caesarea elektif(Prawirohardjo, 2011)

.

2.4.2 Morbiditas dan Mortalitas Janin dan Bayi

Prognosis bayi pada presentasi bokong jauh lebih buruk daripada presentasi

puncak kepala. Faktor penyebab utama kematian perinatal adalah kelahiran premature,

kelainan congenital, serta trauma lahir. Angka kematian total pada 1016 kelahiran sungsang

sebesar 25% dibandingkan 2,6% pada kelahiran bukan sungsang. Pada setiap tahap

kehailan, mereka menemukan bahwa kematian antepartum, intrapartum, serta kematian

neonatal secara bermakna lebih tinggi pada presentasi bokong. Kelainan congenital

diketahui sebesar 6,3% pada kehamilan sungsang dibandingkan 2,4% pada kehamilan

bukan sungsang.Laporan tersebut bertentangan dengan hasil penelitian terbaru yang

melakukan pengkajian teliti sebelum pelahiran pervaginam dicoba, dan angka seksio

caesareanya biasanya lebih dari 60%(Prawirohardjo, 2011).

2.5 Penanganan pada Masa Kehamilan

Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi pada

waktu persalinan. Pada saat ini ada 3 cara untuk mengubah presentasi bokong menjadi

presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan/atau akupuntur, dan posisi dada-lutut pada

ibu. Bukti – bukti tentang manfaat dan keamanan tindakan versi luar sudah cukup, tetapi

masih belum bagi tindakan moksibusi dan/atau akupuntur, dan posisi dada-lutut. Dengan

demikian, baru tindakan versi luar yang direkomendasikan(RCOG, 2012).

2.5.1 Versi Luar

Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadi pada

usia kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan adanya presentasi bokong mulai usia

kehamilan 34 minggu akan bermanfaat untuk pertimbangan melakukan tindakan versi luar.

Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dan manuver

tertentu pada perut ibu untuk mengubab presentasi janin menjadi presentasi kepala(RCOG,

2012).

Prosedur versi luar cukup aman dan efektif. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi

adalah bradikardi janin yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali

pusat, perdarahan feto-maternal dengan kemungkinan sensitisasi, dan ketuban pecah dini.

Kejadian bedah sesar atas indikasi gangguan denyut jantung janin atau solusia plasenta

setelah versi luar < 1 %. Tingkat keberhasilannya 50 – 70% (semakin meningkat pada

multiparitas, presentasi selain bokong murni, volume air ketuban normal, letak lintang, atau

oblik). Dari jumlah yang berhasil dilakukan versi luar, 40% nya akan berhasil melahirkan

12

Page 13: Lapsus obg UB

secara vaginal. Jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak dilakukan versi luar, terjadi

pengurangan 62% persalinan bukan presentasi kepala dan penurunan 45% bedah sesar

pada kelompok yang dilakukan versi luar. Oleh karena keamanan dan efektivitasnya,

dianjurkan agar semua perempuan dengan presentasi selain kepala yang memenuhi

persyaratan pada usia kehamilan mendekatu atau saat cukup bulan diberi tawaran untuk

dilakukan versi luar. Keadaan yang harus diketahui sebelum menawarkan versi luar adalah

perkiraan berat janin, volume air ketuban, letak plasenta, dan morfologi janin normal(RCOG,

2012).

Kontra indikasi dilakukannya versi luar adalah semua keadaan kontra indikasi

persalinan vaginal. Terdapat pula kontra indikasi relative, yaitu ketuban pecah dini,

oligohidramnion, perdarahan uterus yang tidak diketahui sebabnya, atau dalam persalinan

kala I fase aktif. Meskipun memiliki tingkat keberhasilan yang setara dengan perempuan

tanpa riwayat bedah sesar, keamanan versi luar pada perempuan dengan riwayat bedah

sesar masih belum cukup didukung bukti(RCOG, 2012).

Usia kehamilan terbaik untuk melakukan versi luar belum begitu jelas. Pada

dasarnya semakin tua usia kehamilan, akan semakin kecil tingkat keberhasilannya. Pada

umumnya versi luar efektif dilakukan pada usia kehamilan 34 – 36 minggu. Versi luar dapat

juga dilakukan sebelum umur kehamilan 34 minggu, tetapi kemungkinan untuk kembali lagi

menjadi presentasi bokong cukup besar, dan apabila terjadi komplikasi yang mengharuskan

dilahirkannya dengan segera, maka morbiditas karena prematuritasnya masih tinggi. Versi

luar dapat dipertimbangkan untuk diulang bila sebelumnya gagal atau sudah berhasil, tetapi

kembali menjadi presentasi bokong. Proses versi luar dapat dipermudah dan rasa tidak

nyaman bagi pasien dapat dikurangi dapat dikurangi dengan menggunakan tokolitik

(terbutalin 0.125 – 0.250 mg subkutan)(RCOG, 2012).

Untuk melakukan versi luar, mula – mula bokong dikeluarkan dari pelvis dan

diarahkan lateral sedikitnya sebesar 90°. Dengan langkah ini biasanya kepala akan

bergerak 90° ke arah yang berlawanan dengan bokong. Setelah itu dilakukan manuver

bersamaan pada kepala dan bokong untuk mengarahkan kepala ke arah kaudal dan bokong

ke arah cranial. Apabila digunakan tokolitik (pastikan tidak ada kontraindikasi

penggunaannya), pemberiannya antara 5 – 10 menit sebelum prosedur dilakukan. Dalam

satu kali sesi versi luar direkomendasikan dilakukan tidak lebih dari dua kali upaya versi luar.

Apabila belum berhasil dapat diulang pada sesi berikutnya, tergantung umur kehamilan dan

keadaan persalinan pada waktu itu(RCOG, 2012).

13

Page 14: Lapsus obg UB

Gambar 2 : Versi Luar

2.6 Mekanisme Persalinan

2.6.1 Persalinan dan Pelahiran Spontan

Untuk menentukan cara persalinan pada presentasi bokong diperlukan pertimbangan

berdasarkan ada tidaknya kontraindikasi persalinan vaginal, usia kehamilan, taksiran berat

janin, dan persetujuan pasien. Percobaan persalinan vaginal tidak dilakukan apabila

didapatkan kontraindikasi persalinan vaginal bagi ibu atau janin, presentasi kaki (dan

variannya), hiperekstensi kepala janin, berat bayi > 3600 gram, tidak adanya inform consent,

dan tidak adanya petugas yang berpengalaman melakukan pertolongan. Selain itu,

persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya bila didapatkan skor Zachtuchni

Andros ≤ 3 (Mauren, 2008).

Tabel 1 Skor Zachtuchni Andros

Arti nilai:≤ 3 : persalinan perabdominam4: evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetapdapat dilahirkan pervaginam.> 5 : dilahirkan pervaginam.

14

Page 15: Lapsus obg UB

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,persalinan

pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan

tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut dengan Spontan Bracht.

b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan

sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga

penolong.

c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan

memakai tenaga penolong.( Prawirohardjo, 2008)

Seksio sesarea biasanya dilakukan pada keadaan – keadaan berikut ini

(Cunningham, 2009):

a) Janin besar

b) Panggul sempit dalam derajat apapun serta bentuk panggul yang tidak memadai

c) Kepala hiperekstensi

d) Belum in partu, tetapi ada indikasi maternal maupun fetal untuk pelahiran, misalnya

hipertensi dalam kehamilan atau pecah ketuban sudah 12 jam atau lebih

e) Disfungsi uterus

f) Presentasi kaki

g) Janin yang tampak sehat tetapi preterm dengan usia gestasi 25 – 26 minggu atau lebih,

dan ibu dalam fase persalinan aktif atau bayi harus segera dilahirkan.

h) Pertumbuhan janin terhambat berat

i) Riwayat kematian perinatal atau anak sebelumnya mengalami trauma lahir

j) Permintaan sterilisasi.

Luaran yang buruk pada persalinan pervaginal bergantung pada beberapa hal yaitu

stimulasi persalinan, kala II > 60 menit, keterampilan penolong, persalinan kala I fase aktif

lambat (nuligravida < 1,2 cm/jam, multigravida < 1,5 cm/jam). Luaran tidak dipengaruhi oleh

induksi persalinan, paritas, penggunaan CTG, dan anestesi epidural(Cunningham, 2009).

Pada persalinan kala I perlu digunakan partograf untuk mendeteksi secara dini

adanya kelambatan kemajuan persalinan. Dalam hal terjadi kelambatan kemajuan

persalinan, stimulasi sebaiknya tidak dilakukan. Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali

pusat atau kegawatan pada janin perlu dilakukan dengan seksama. Meskipun pengeluaran

mekonium sering dijumpai pada presentasi bokong, mekonium yang keluar sebelum janin

memasuki panggul dapat merupakan indikasi terjadinya kegawatan janin. Pembukaan

serviks harus sudah benar – benar lengkap sebelum memimpin ibu untuk mengejang.

Sebelum pembukaan lengkap ibu juga diminta untuk tidak mengejan guna mencegah

15

Page 16: Lapsus obg UB

terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih kecil lahir sebelum pembukaan

lengkap(Cunningham, 2009).

2.6.2 Metode Pelahiran Pervaginam

Laporan penelitian multicenter Term Breech Trial menunjukkan manfaat bedah sesar

elektif dalam menurunkan risiko kematian perinatal atau morbiditas neonatal yang serius

dibandingkan persalinan vaginal. Meskipun demikian, persalinan vaginal masih memiliki

tempat sepanjang dipenuhi persyaratan untuk dilakukannya(RCOG, 2012).

Terdapat situasi – situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginal tidak dapat

dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan vaginal, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi

proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan di fasilitas yang tidak memungkinkan

dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II, dan

kelahiran janin kedua presentasi bokong pada kehamilan kembar. Dengan semakin

banyaknya kasus presentasi bokong yang dilakukan bedah sesar, maka keterampilan

petugas akan semakin kurang. Dalam keadaan demikian, persalinan vaginal menjadi kurang

aman (RCOG, 2012).

Terdapat beberapa teknik untuk membantu kelahiran presentasi bokong, tetapi

belum ada penelitian uji coba tentang teknik yang memberikan luaran terbaik. Prinsip untuk

melahirkan bayi presentasi bokong secara vaginal adalah tidak tergesa – gesa, tidak

melakukan tarikan, dan selalu menjaga agar punggung janin dalam posisi anterior. Siapkan

peralatan resusitasi bayi dan petugas yang siap melakukannya. Menjelang pembukaan

lengkap, kosongkan kandung kemih menggunakan kateter elastic. Ketika pembukaan

lengkap dan perineum mulai teregang, letakkan ibu dalam posisi litotomi(RCOG, 2012).

Prosedur melahirkan bokong dan kaki (dan kepala secara spontan)

1. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apa pun) hingga

bokong tampak di vulva.

2. Pastikan bahwa pembukaan sudah benar – benar lengkap sebelum memperkenankan

ibu mengejan.

3. Perhatikan hingga bokong membuka vulva.

4. Lakukan episiotomy bila perlu (pada perineum yang cukup elastic dengan introitus yang

sudah lebar, episiotomy mungkin tidak diperlukan). Gunakan anestesi local sebelumnya.

5. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak kendorkan. Perhatikan hingga tampak

tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas: jangan melakukan tarikan

atau tindakan apa pun pada tahap ini.

6. Dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar dengan

sumbu panggul, sedang jari – jari yang lain memegang belakang pinggul janin.

16

Page 17: Lapsus obg UB

7. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua tan-

gan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokranial ke

arah perut ibu) sehingga berturut – turut lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut,

dan seluruh kepala.

8. Bila pada langkah no.7 tidak ada kemajuan dan /atau tungkai tidak lahir secara spontan,

maka lahirkan kaki satu per satu dengan cara berikut:

Dengan jari telunjuk dan jari tengah di belakang paha sebagai bidai lakukan eksorotasi

paha sampai tungkai lahir.

9. Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di depan dada, di atas kepala,

atau di belakang leher.

10. Selanjutnya lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan(RCOG, 2012)..

Prosedur melahirkan lengan di depan dada

1. Biarkan bahu dan lengan anterior lahir sendirinya dengan cara bokong ditarik ke arah

berlawanan (posterior). Bila tidak bisa lahir spontan, keluarkan lengan dengan cara men-

gusap lengan atas janin menggunakan 2 jari penolong berfungsi sebagai bidai. Awasi

dan perhatikan cara melakukan yang benar untuk menghindari fraktur lengan atas.

2. Angkatlah bokong janin ke arah perut ibu untuk melahirkan bahu dan lengan posterior.

Teknik yang serupa dengan melahirkan bahu dan lengan anterior dapat dipakai bila bahu

dan lengan posterior tidak dapat lahir secara spontan. Apabila kesulitan dalam

melahirkan bahu dan lengan anterior, maka dilahirkan dahulu bahu dan lengan posteri-

ornya (Taillefer, 2010).

Prosedur melahirkan lengan di atas kepala atau dibelakang leher (Manuver Lovset)

1. Pegang janin pada pinggulnya (perhatikan cara pegang yang benar).

2. Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran mengupayakan punggung

yang berada di atas (anterior)

3. Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga lengan posterior

berubah menjadi anterior, dan melahirkannya dengan menggunakan dua jari penolong di

lengan atas bayi.

4. Putar kembali badan janin ke arah berlawanan (punggung tetap berada di atas) sambil

melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang awalnya adalah ante-

rior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahirkan dengan cara yang sama (Taillefer,

2010).

17

Page 18: Lapsus obg UB

Prosedur melahirkan kepala (Manuver Mauriceau-Smellie-Veit)

Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin. Kalau ada, tali pusat dipotong dulu di dekat

pusar janin.

1. Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah, letakkan tubuhnya di tangan dan

lengan penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut (atau bila janin

belum dalam posisi telungkup, gunakan tangan yang menghadap wajah janin).

2. Tempatkah jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin.

3. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan dipergu-

nakan untuk melakukan traksi.

4. Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan tulang pipi janin ke arah dadanya.

5. Bila belum terjadi putar paksi dalam, penolong melakukan gerakan putar paksi dengan

tetap menjaga kepala tetap fleksi dan traksi pada bahu mengikuti arah sumbu panggul.

6. Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan mempertahankan

fleksi kepala janin, dan mintalah asisten untuk menekan daerah suprasimfisis.

7. Setelah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan jani sedikit demi sedikit dielevasi ke

atas (ke arah perut ibu) dengan suboksiput sebagai hipomoklion. Berturut-turut akan

lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala (Kotaska, 2009).

Prosedur setelah bayi lahir (Kala III dan pascaprosedur)

1. Manajemen aktif kala III untuk melahirkan plasenta (oksitosin 10 unit IM, traksi terkendali

tali pusa, dan masase uterus setelah plasenta lahir).

2. Periksa robekan pada jalan lahir dan penjahitan luka episiotomy.

3. Sebelum melepas sarung tangan, buang semua sampah terkontaminasi di tempat

khusus yang tidak bocor.

4. Cuci tangan

5. Buat laporan tindakan di catatan medic pasien

6. Lakukan pengamatan pascapersalinan

2.7 Komplikasi

Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:

1. Anoxia karena kompresi tali pusat

2. Trauma lahir

a. Dilatasi servix parsial

b. Nuchal arm

c. Defleksi kepala (DeCherney et al, 2006).

18

Page 19: Lapsus obg UB

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Sa

Usia : 38 tahun

Alamat :Jalan Batu Amaril No. 1 RT 8/RW 4 Blimbing Malang

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status : Kawin

Pendidikan : 9 thn

Pekerjaan : IRT

Register : 11147055 / 1336242

Menikah 1 kali, lama menikah 22 tahun

3.1.2 Identitas Suami

Nama : Tn. Su

Usia : 43 tahun

Alamat : Jalan Batu Amaril No. 1 RT 8/RW 4 Blimbing Malang

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status : Kawin

Pendidikan : 15 th

Pekerjaan : PNS

3.2 Anamnesa

Keluhan utama: keluar cairan dari jalan lahir

15 Desember 2013

Pukul 18.30 :pasien merasakan keluar cairan dari jalan lahir tetap di rumah

16 Desember 2013

Pukul 08.00: keluar cairan makin banyak pasien ke poli hamil RSSA, dibilang

ketuban sudah dan letak sungsang MRS

Pasien mengetahui kehamilannya letak sungsang sejak usia

kehamilan 7 bulan, saat melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan

disarankan untuk memeriksakan kehamilan di Rumah Sakit.

19

Page 20: Lapsus obg UB

Riwayat Kehamilan dan Persalinan Lalu:

1. Aterm / 3500g / SptB / ditolong Bidan / Laki-laki / 21 tahun

2. Aterm / 3400g / SptB / ditolong Bidan / Perempunan / 15 tahun

3. Hamil ini

Riwayat ANC :

1. Bidan, 3x (terakhir kontrol 26 November 2013)

2. Poli hamil RSSA, 3x (terakhir 2 Desember 2013)

HPHT: 24 Maret 2013

TP: 1 Januari 2013 gravida 39 – 40 minggu

Riwayat Kontrasepsi: KB suntik tiap 3 bulan, berhenti 2 bulan yang lalu, tidak ada

kegagalan kontrasepsi

3.3 Obyektif

3.3.1 Pemeriksaan Fisik

Status Present

KU : baik

Kesadaran : compos mentis

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

T.axilla : 36,5ºC

T.rectal : 36,8ºC

Tinggi badan : 148 cm

Berat badan : 62 kg

Status Interna

Kepala :conj. an (-) , ict (-)

Thorax :C/ S1S2 single murmur (-), gallop (-)

P/ Napas vesikular, RhΞ Ξ WhΞ Ξ

Abd :FU 31 cm,letak W, DJJ 150x/m,

TBJ :2945gram, His (+) 10. 3. 30/ sedang kuat

Eks : anemis -/-, edema -/-, CRT <2detik

Pemeriksaan dalam

VT : Ø 2 cm, eff 25%,station -3,ketuban(+) jernih

presentasi: bokong

denominator: Sakrum

UPD :d.b.n.

20

Page 21: Lapsus obg UB

3.3.2 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

DL : 10,9/12.470/12.3/34.4/164.000

FH : 12,4 (11,8) /26,5 (27,1)

GDA : 135

SE : 138/ 4.14/ 112

USG

Tampak janin intrauterin T/H, letak bujur bokong dibawah

BPD :99,4mm(37w4d)

AC :33,9mm(37w6d)

FL :65,4mm(33w5d)

EFW : 3221gr

AFI :6,14

Plasenta implantasi di cornual fundal (D). Kelainan kongenital Mayor (-)

CTG

Baseline rate :140 bpm

Variability : 3 – 15 bpm

ACC : +

DEC : -

Kesimpulan : normal CTG

3.4 Assesment

G3 P2oo2Aboooo gravida 37 – 38 minggu T/H

+ PROM > 12 jam

+ Resentasi Bokong

+ Primi Tua Sekunder

+ Usia > 35 tahun

3.5 Planning

3.5.2 Planning terapi

Usul terminasi dengan SC cito + MOW

Persiapan operasi:

o IUFD RL 1000cc

o Inj Cefazoline1 gr IV

o Inj Ranitidin 50 mg IV

21

Page 22: Lapsus obg UB

o Inj Metoclopramide 10 mg IV

Pasang Dower Catheter

3.5.3 Planing monitoring

Observasi tanda-tanda vital, keluhan, his, DJJ, aliran ketuban

3.5.4 Planing Edukasi

Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga tentang kondisi kehamilan,

penatalaksanaan yang diberikan, dan komplikasi yang mungkin terjadi.

3.6 Outcome

Lahir bayi perempuan dengan berat 3350 gram panjang 49 cm. AS 7-9 pada tanggal

17 Desember 2013 jam 07.20.

22

Page 23: Lapsus obg UB

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi, Klasifikasi, dan Faktor Risiko Letak Sungsang

4.1.1 Definisi

Letak sungsang atau presentasi bokong adalah janin letak memanjang (longitudinal)

dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya (Prawirohardjo, 2011).

Pada Ny.Sa, letak janin bujur dan presentasi bokong pada perabaan Leopold. Pada

pemeriksaan dalam teraba bokong.

4.1.2 Klasifikasi

Letak sungsang dapat terjadi dalam salah satu dari tiga bentuk (Cunningham F et al.,

2009):

Presentasi bokong murni (frank breech).

Presentasi kaki (footling breech / incomplete breech) (25-35% kasus).

Presentasi bokong sempurna (complete breech) (5% kasus).

Dari pemeriksaan dalam, teraba sakrum arah jam 12.00. Sakrum adalah

denominator presentasi bokong murni. Diagnosa presentasi bokong murni dipastikan

dengan pemeriksaan USG. Sehingga disimpulkan janin letak sungsang dengan presentasi

bokong murni.

4.1.3 Faktor resiko

Faktor predisposisi yang bisa meningkatkan risiko kejadian letak sungsang menurut

Gibbs (2008) adalah kelainan pada janin yaitu kelainan kepala (anensefali, hidrosefalus),

prematuritas, kelainan plasenta, kelainan kromosom,dan makrosomia; kelainan pada uterus

yaitu septate, bicornuate, dan unicornuate; overdistensi pada uterus yaitu polihidramnion,

gestasi multipel, dan multipara; panggul sempit; riwayat persalinan dengan letak sungsang

sebelumnya; serta tumor pelvis.

Pada pasien ini, ditemukan faktor predisposisi dari anamnesa yang mendukung

terjadinya kehamilan dengan letak sungsang, yakni multiparitas. Sedangkan dari

pemeriksaan USG tampak janin letak bujur bokong di bawah dengan plasenta implantasi di

cornual funda tanpa ada kelainan mayor.

23

Page 24: Lapsus obg UB

4.2 Diagnosis Letak Sungsang

4.2.1 Anamnesa

Dari anamnesis, didapatkan data yang mendukung faktor predisposisi letak

sungsang, yakni multiparitas.

4.2.2 Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Abdomen

Pada Ny. Sa, dari manuver Leopold I didapatkan kepala fetus di fundus uteri ibu.

Dan juga didapatkan pengukuran tinggi fundus uteri 32 cm. Pada menuver Leopold II,

punggung janin teraba pada salah satu sisi abdomen ibu. Pada manuver Leopold III, bokong

janin dapat digerakkan di atas pintu panggul dengan limitasi gerakan. Dari manuver Leopold

III dapat diperkirakan perkiraan berat janin. Dalam pasien ini didapatkan taksiran berat janin

adalah 2900 gram. Dari manuver Leopold IV, didapatkan limitasi terbatas ketika

menggerakkan bokong janin, sehingga disimpulkan kepala janin tidak dalam posisi engaged.

B. Pemeriksaan Vagina

Pada presentasi bokong murni, tuberositas ischia, sakrum, dan anus umumnya

dapat dipalpasi, dan setelah penurunan fetus lebih jauh, genitalia eksterna dapat dibedakan

dengan lebih jelas. Dengan pemeriksaan yang teliti, jari pemeriksa dapat merasakan

resistensi muskular pada sfingter anus serta dapat merasakan tulang yang mengelilingi

mulut. Selain itu setelah dikeluarkan dari lubang anus, terkadang dapat ditemukan

mekonium. Presentasi bukan kepala pada pemeriksaan vagina harus dikonfirmasi dengan

ultrasonografi (Cunningham F et al., 2009).

Dari pemeriksaan dalam pasien ini didapatkan denominator sakrum arah jam 12.00.

Sakrum merupakan denominator presentasi bokong murni.

4.2.3 Teknik Pencitraan

Pemeriksaan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian risiko pada

presentasi bokong. Karena pada kebanyakan kasus letak sungsang, bokong fetus lebih kecil

daripada kepala (aftercoming head). Tidak seperti pada presentasi sefalik, kepala fetus pada

letak sungsang tidak dapat mengalami molding selama persalinan. Sehingga untuk

mencegah macetnya kepala selama persalinan, dimensi pelvis harus dapat dinilai sebelum

persalinan per vaginam (Cunningham F et al., 2009). Selain itu, taksiran berat janin,

penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta, klasifikasi presentasi bokong,

24

Page 25: Lapsus obg UB

keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa

menggunaan ultrasonografi.

Dari hasil USG yang dilakukan tanggal 16desember 2013, didapatkan tampak janin

tunggal hidup intrauterine, letak bujur bokong dibawah dan plasenta implantasi di cornual

fundal tanpa ada kelainan congenital mayor, dan TBJ 3221 gram.

4.3 Antenatal Care pada Kehamilan Letak Sungsang

Versi adalah prosedur dimana presentasi fetus dirubah dengan manipulasi fisik,

dengan merubah posisi letak transversal menjadi longitudinal, atau merubah kutub fetus

pada letak longitudinal menjadi kutub kontralateralnya (Cunningham F et al., 2009). Cara

yang dipakai yaitu versi luar dan posisi lutut-dada pada ibu. Tindakan versi luar

direkomendasikan (RCOG, 2012).

Berdasarkan anamnesa, Ny. Sa tidak pernah melakukan tindakan versi sebelumnya.

Pasien seharusnya pergi ke rumah sakit pada saat telah didiagnosa dengan letak sungsang

pada usia kehamilan 36 minggu. Karena pada usia kehamilan tersebut merupakan usia

kehamilan yang paling efektif untuk dilakukan penanganan yang lebih adekuat. Skor Pudji

Rochyati pada pasien ini adalah 14.

4.4 Pilihan Jenis Persalinan pada Letak Sungsang

Untuk menentukan cara persalinan, diperlukan pertimbangan ada tidaknya

kontraindikasi persalinan pervaginal, umur kehamilan, taksiran berat janin (2000 – 3600

gram) dan persetujuan pasien. Selain itu juga perlu dipertimbangkan faktor lain seperti

ukuran pelvis ibu, presentasi bokong murni (frank breech), posisi kepala bayi dalam

keadaan fleksi, kemajuan proses selama in partu, tenaga kesehatan yang berpengalaman

untuk menolong, dan skor Zatuchni-Andros ≥ 4 (Gibbs, 2008).

Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus

dilakukan per abdominam, antara lain (Cunningham F et al., 2009):

Primigravida tua

Nilai sosial janin tinggi (high social value baby)

Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history)

Janin besar, lebih dari 3,5 kg-4 kg

Dicurigai adanya kesempitan panggul

Kepala janin hiperekstensi

25

Page 26: Lapsus obg UB

Presentasi kaki

Prematuritas

Pada Ny. Sa, didapatkan indikasi dilakukannya persalinan SC, yaitu presentasi

bokong, PROM > 12 jam, primitua sekunder, dan Usia diatas 35 tahun. Hal tersebut

merupakan penyulit dilakukannya persalinan pervaginam sehingga direncanakan dilakukan

persalinan perabdominal. Skor Zatuchni-Andros pada pasien ini adalah 3 (multiparitas, tidak

pernah mengalami letak sungsang, TBJ < 3176 gram, Station -3, pembukaan serviks 2 cm).

4.5 Prognosis Kehamilan Letak Sungsang

Morbiditas maternal pada kehamilan dengan letak sungsang adalah after coming

head dengan dilatasi cervix inkomplete dapat menyebabkan ruptur uterus, laserasi cervix

dan dinding vaginal, maupun keduanya. Sedangkan, penyebab morbiditas fetus yang

berkaitan dengan kelahiran letak sungsang lainnya adalah terjepitnya kepala, cedera kepala,

perdarahan intra kranial, solusio placenta, dan asfiksia selama kelahiran (Gibbs, 2008).Pada

kasus ini tidak ditemukan mortalitas pada ibu maupun fetus, sehingga dapat disimpulkan

prognosis pada pasien ini baik.

26

Page 27: Lapsus obg UB

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Penegakan diagnosis letak sungsang padapasienini sudahtepat. Dari anamne-

sapasien telah mengatahui bahwa kehamilannya letak sungsang sejak usia kehami-

lan 7 bulan. Dari pemeriksaanfisik, dengan manuver Leopold diketahui bahwa bagian

teratas janin adalah kepala dengan bagian terendahnya adalah bokong. Sedangkan

dari hasil VT, bagian janin yang teraba adalah bokong.

2. Pasien ini merupakan pasien dengan indikasi absolute untuk SC presentasi bokong

dengan ZA score = 3, PROM > 12 jam, primitua sekunder, dan Usia diatas 35

tahun. Penatalaksanaan persalinan pada pasien ini sudah tepat sesuai dasar teori

yang telah dikemukan di tinjauan pustaka.

5.2 Saran

1. Pentingnya ANC serta pemeriksaan fisik yang jeli dan teliti pada ibu hamil agar dapat

menentukan apakah posisi janin sudah benar atau tidak.

2. Pentingya KIE (Komunikasi, Informasi, danEdukasi) padapasien yang mengalamike-

hamilan letak sungsang dengan baik dengan penyulit atau tidak untukmemeriksakan

diri ke pelayanankesehatan yang sesuai dengan Skor Pudjirochyatinyaagarmendap-

atkanpenanganan yang tepat.

27

Page 28: Lapsus obg UB

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kemenkes Indonesia. 2012. Survey dan demografi ke-

sehatan indonesia.Jakarta:kemenkes Indonesia

Cunningham, Leeno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. 2009. Williams Obstetrics: 23rd

Edition. McGraw-Hills Companies.

DeCherney AH, et al. Current Diagnosis and Treatment in Obstetrics, Gynecology,

Tenth edition. 2009. McGrawhills Company

Gibbs, RS., et al. 2008. Danforth’s Obstetrics and Gynecology. Edisi 10. LiMaya.

2011. KEHAMILAN LETAK SUNGSANG .

Kotaska A, Menticoglou S. 2009. Vaginal Delivery of Breech Presentation.SOGC

Clinical Practice Guide no. 226.

Mauren B, Michael, J; Creo. Keakuratan Persalinan.2008.Jakarta: ECG.111-28

Prawirohardjo S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Pustaka

SarwonoPrawirohardjo

Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) The Management of

Breech Presentation Guideline No. 20b December 2012 p1-13.

Sari NK. 2009. Hubungan Tingkat Paritas dan Kejadian Letak Sungsang pada Ibu

Bersalin di RSUD dr. R.Koesma Tuban Tahun 2008. Tuban.

Sekulić S, Ilinčić M, Radeka G, et al. 2013. Breech presentation and the cornual-

fundal location of the placenta. Croat Med J. 2013;54:198-202.

Taillefer C, Dube J. 2010. Singleton Breech at Term: two continents, two approach.

Obstet Gynaecol Can 2010;32(3):238–243

Wahid ID. 2008. Obstetric dan Ginekology. http://diyoyen.com (diakses pada 10

desember 2013).

28