Lapsus OA

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoartritis merupakan tipe paling umum dari arthritis, dan dijumpai khususnya pada orang usia lanjut atau sering disebut penyakit degeneratif. Kadang kadang kondisi ini disebut juga penyakit sendi degeneratif atau osteoarthrosis. Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat. Penyakit ini paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 50 tahun menderita osteoartritis. Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari osteoartritis sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan. Prevalensi osteoartritis total di indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia di atas 70 tahun menderita osteoartritis, dan 80% pasien osteoartritis mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai 1

description

OA

Transcript of Lapsus OA

Page 1: Lapsus OA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoartritis merupakan tipe paling umum dari arthritis, dan dijumpai khususnya pada

orang usia lanjut atau sering disebut penyakit degeneratif. Kadang kadang kondisi ini disebut

juga penyakit sendi degeneratif atau osteoarthrosis.

Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan

tetapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat. Penyakit ini paling

banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan

disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Osteoartritis

menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan

fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 –

15% orang dewasa lebih dari 50 tahun menderita osteoartritis. Dampak ekonomi, psikologi

dan sosial dari osteoartritis sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga

dan lingkungan.

Prevalensi osteoartritis total di indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai

36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari populasi usia di atas 70 tahun

menderita osteoartritis, dan 80% pasien osteoartritis mempunyai keterbatasan gerak dalam

berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya

karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik progresif, osteoartritis

mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di negara maju maupun di negara

berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat

karena osteoartritis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah osteoarthtitis itu ?

2. Apa penyebabnya dan bagaimana terbentuknya osteoarthritis ?

3. Bagaimana epidemiologi penyakit osteoarthritis ?

4. Apa tanda dan gejala dari osteoarthritis ?

5. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menunjang diagnose osteoarthritis ?

1

Page 2: Lapsus OA

6. Bagaimana penatalaksanaannya osteoarthritis ?

7. Bagaimana prognosis dari osteoarthritis ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui penyakit osteoarthritis

2. Mengetahui penyebab dan mekanisme terbentuknya penyakit osteoarthritis

3. Mengetahui epidemiologi penyakit osteoarthritis yang terjadi di masyarakat

4. Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit osteoarthritis

5. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang bisa dikerjakan untuk menegakkan diagnosis

Osteoarthritis

6. Mengetahui penatalaksanaan osteoarthritis

7. Mengetahui prognosis dari osteoarthritis

2

Page 3: Lapsus OA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif

lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai

dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada

permukaan sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing)

misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan,

dan pergelangan kaki.

2.2 Anatomi

Sendi lutut merupakan persendian yang

paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak

pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai

bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari

dua articulatio condylaris diantara condylus

femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae

yang terkait dan sebuah sendi pelana , diantara

patella dan fascies patellaris femoris.

Pada bagian atas sendi lutut terdapat

condylus femoris yang berbentuk bulat, pada

bagian bawah terdapat condylus tibiae dan

cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan

patella.

Fascies articularis femoris . tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies

articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis

medialis dan lateralis.

3

Page 4: Lapsus OA

Tulang pada sendi lutut

Tulang pembentuk sendi lutut antara lain :

1. Tulang femur : merupakan tulang panjang terbesar bagian tulang pangkal yang

berhubungan dengan acetabulum. Membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.

2. Tulang Tibia : Bentuknya lebih kecil pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada

bagian ujung membentuk persendiaan dengan tulang pangkal kaki dan terdapat tonjolan

yang disebut os maleolus medialis.

3. Tulang Fibula : Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang

membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya terdapat tonjolan

yang disebut os maleolus lateralis.

4. Tulang Patella : Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang

femur. Jarak patella dan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya

jarak patella dengan femur. Fungsi patella disamping sebagai perekat otot-otot atau

tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut . Pada fleksi lutut 90 derajat , kedudukan

patella diantara kedua condylus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada

permukaan anterior femur.

4

Page 5: Lapsus OA

Kapsul Sendi lutut

Kapsul sendi adalah struktur ligament tebal yang mengelilingi seluruh lutut. Di dalam

kapsul ini adalah membran khusus yang dikenal sebagai membrane synovial yang

menyediakan makanan untuk semua struktur di sekitarnya. Struktur lainnya termasuk

bantalan lemak infra patellar dan bursa yang berfungsi sebagai bantal untuk pasokan

eksterior pada lutut. Kapsul itu sendiri diperkuat oleh ligamen sekitarnya.

Ligamentum pada sendi lutut

Ligamentum extracapsular

1. Ligamentum Patellae

Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas

tibiae. Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon

bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan

lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra

patellaris superficialis memisahkan ligamentum ini dari kulit.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan

dibagian bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul

sendi melalui jaringan lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus

lateralis melalui bursa m. poplitei.

3. Ligamentum Collaterale Tibiae

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas

pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo

infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian

melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo infraglenoidalis,

ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis genu.

4. Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,

letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini

berjalan menurun pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi

membelok ke atas menutupi tendon m. semimembranosus.

5

Page 6: Lapsus OA

5. Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari

jaringan connective, kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya ,

sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.

Ligamentum intracapsular

1. Ligamentum Cruciata Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah

atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial

condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan

menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior berfungsi

untuk mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut berada

dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae tertarik ke

posterior.

2. Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris posterior dan berjalan

kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral

condylus medialis femoris. Serat-serat anterior akan mengendur bila lutut sedang

ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan fleksi. Serat-serat

posterior akan menjadi tegang dalam keadaan ekstensi. Ligamentum cruciatum posterior

berfungsi untuk mencegah femur ke anterior terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam

keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke

posterior.

Cartilago semilunaris (meniscus )

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada

potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat

pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya

cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis

untuk menerima condylus femoris yang cekung.

6

Page 7: Lapsus OA

Macam Cartilago Semilunaris:

1. Cartilago Semilunaris Medialis

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada

bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan

berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut

ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior

tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum collaterale sendi.

Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.

2. Cartilago Semilunaris Lateralis

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat

pada area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris. Cornu

posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia

intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan

mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis femoris.

Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh tendon m.

popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang

demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di

bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.

7

Page 8: Lapsus OA

Persarafan sendi lutut

Persarafan pada sendi lutut adalah melalui cabang-cabang dari nervus yang yang

mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan pada sendi

lutut. Sehingga sendi lutut disarafi oleh :

1. N. Femoralis

2. N. Obturatorius

3. N. Peroneus communis

4. N. Tibialis

Suplai darah

Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi

ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri femoralis,

cabang-cabang genicular arteri popliteal dan cabang descending arteri circumflexia

femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior.

Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan

memasuki vena femoralis.

Sistem lymph

System limfe pada sendi lutut terutama terdapat pada perbatasan fascia subcutaneous.

Kemudian selanjutnya akan bergabung dengan lymph node sub inguinal superficialis.

Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node popliteal, dimana aliran

lympe berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep inguinal lymph node.

Pergerakan sendi lutut

Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan sedikit rotasi.

Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris , semimembranosus, dan

semitendinosus, serta dbantu oleh m.gracilis , m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi

lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha. Ekstensi

dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum

cruciatum anterior yang menjadi tegang.

Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta

ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliquum

menjadi tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan.

8

Page 9: Lapsus OA

Sehingga sewaktu sendi lutut mengalami penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi, rotasi

medial dari femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama

dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku.

Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan cartilago

semilunaris dipadatkan mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus

tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci.

Selama tahap awal ekstensi , condylus femoris yang bulat menggelinding ke depan

mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis.

Bila sendi lutut di gerakkan ke depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum

posterior, gerak menggelinding condylus femoris diubah menjadi gerak memutar.

Sewaktu ekstensi berlanjut , bagian yang lebih rata pada condylus femoris bergerak

kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk

condylus femoris yang berubah. Selama tahap akhir ekstensi , bila femur mengalami

rotasi medial, condylus lateralis femoris bergerak ke depan, memaksa cartilago

semilunaris lateralis ikut bergerak ke depan.

Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung , ligamentum-ligamentum utama harus

mengurai kembali dan mengendur untuk memungkinkan terjadinya gerakan diantara

permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini dilaksanakan

oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateralis

femoris bergerak mundur , perlekatan m. popliteus pada cartilago semilunaris lateralis

akibatnya tertarik kebelakang. Sekali lagi cartilago semilunaris harus menyesuaikan

bentuknya pada garis bentuk condylus yang berubah.

Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat , maka kemungkinan rotasio sangat

luas. Rotasi medial dilakukan m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus. Rotasi

lateral dilakukan oleh m. biceps femoris. Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia

secara pasif dapat di gerakkan ke depan dan belakang terhadap femur , hal ini

dimungkinkan karena ligamentum utama , terutama ligamentum cruciatum sedang dalam

keadaan kendur.

Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan tonus otot

yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum.

9

Page 10: Lapsus OA

Dari faktor-faktor ini , tonus otot berperan sangat penting, dan menjadi tugas ahli

fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot ini , terutama m. quadriceps femoris,

setelah terjadi cedera pada sendi lutut.

2.3 Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia.

melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap

Osteoarthritis. Osteoartritis juga merupakan penyakit sendi yang menduduki rangking

pertama penyebab nyeri dan disabilitas (ketidakmampuan) pada lansia yang umumnya

menyerang sendi – sendi penopang berat badan terutama sendi lutut (Bambang,2003). OA

pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Prevelensi

OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria dan 12.7%

pada wanita. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang

dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok

umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya

didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi

merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak

24,7 %.

2.4 Etiologi

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenali sebagai idiopatik.

Osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan

neurologi dan metabolik. Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit ini, yaitu :

1. Usia lebih dari 40 tahun

2. Jenis kelamin, wanita lebih sering

3. Suku bangsa

4. Genetik

5. Kegemukan dari penyakit metabolik

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga

7. Kelainan pertumbuhan

10

Page 11: Lapsus OA

8. Kepadatan tulang

2.5 Patofisiologi dan Patogenesis

Osteoarthritis (OA) dianggap berpengaruh terutama pada tulang rawan artikular sendi

synovial, namun perubahan patofisiologis juga diketahui terjadi dalam cairan synovial, serta

didasari (sub-kondrium) tulang, kapsul sendi diatasnya dan jaringan sendi lainnya.

Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA

primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak

disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Meskipun OA primer

telah diklasifikasikan sebagai non inflamatori arthritis, penelitian menunjukkan bahwa

peradangan terjadi yang digambarkan dengan dilepaskannya sitokin dan metalloproteinase ke

11

Page 12: Lapsus OA

dalam sendi. Neurotransmiter ini terlibat dalam degradasi matriks yang berlebihan yang

mencirikan degenerasi kartilago pada OA.

Pada OA dini pembengkakan tulang rawan biasanya terjadi karena peningkatan sintesis

proteoglikan. Hal ini mencerminkan upaya dari kondrosit untuk memperbaiki kerusakan tulang

rawan. Fase ini berlangsung selama bertahun-tahun dan ditandai dengan perbaikan hipertrofik

dari sendi tulang rawan.

Selama OA berlangsung mengakibatkan pembentukan proteoglikan yang semakin hari

semakin menurun (sangat rendah), menyebabkan tulang rawan melunak dan kehilangan

elastisitas sehingga lebih mengorbankan integritas permukaan sendi. Pada pemeriksaan

mikroskopis terdapat penglupasan dan fibrilasi yang berkembang sepanjang sendi tulang rawan,

biasanya pada permukaan sendi yang mengalami OA ditemukan lebih halus. Seiring waktu

berkurangnya tulang rawan menyebabkan berkurangnya ruang gerak sendi.

Pada orang dengan OA, sendi yang mempunyai kerja utama sebagai penahan beban

mengalami penyempitan space terutama titik yang menyangga beban paling berat. Ini

berkebalikan dengan arthritis karena inflamasi yang mana penyempitan sendi terjadi secara

seragam.

Pada OA lutut contohnya, penyempitan joint space banyak terjadi pada medial dari

kompartemen femotibial, walaupun daerah lateral dan kompartemen patellofemoral juga terjadi

penyempitan. Kerusakan dari medial atau lateral nantinya akan menyebabkan deformitas varus

atau valgus.

12

Page 13: Lapsus OA

Erosi dari kartilago akan terjadi secara progresif sampai tampak dasar dari tulang. Tulang

yang tidak mempunyai kartilago sebagai pelindung akan terus bergesekan yang mengakibatkan

tekanan oleh beban tubuh meningkat melebihi kekuatan biomekanik dari tulang sendiri.

Subkondrium merespon dengan mengadakan invasi vascular dan selular sehingga subkondrium

menebal dan memadat (proses ini dikenal sebagai eburnasi) pada daerah tekanan.

Subkondrium yang mengalami trauma juga akan mengalami degenerasi kistik, yang

disebabkan nekrosis sekunder oleh karena impaksi kronis atau intrusi cairan synovial. Kista OA

disebut juga kista subkondrium, pseudochyst, atau geodes (Eropa), berukuran antara 2mm

sampai 20mm.

Pada daerah sepanang batas sendi, vaskularisasi subkondrium, metaplasi tuklang jaringan

ikat synovial, dan pengerasan tonjolan kartilaago mengakibatkan pembentukan tulang baru yang

tidak teratur (osteofit).

Selama terjadi kerusakan sendi, OA juga menimbulkan perubahan pada ligament dan

neomuscular. Contohnya, abnormalitas komplek ligament lateral dan medial biasa terjadi pada

OA.

Nyeri merupakan gejala utama OA diduga merupakan kombinasi dari beberapa mekanisme,

termasuk berikut :

Elevasi periostepit

Hambatan vascular tulang subchondral yang menyebabkan peningkatan tekanan

intraoseus

Kelelahan dari otot yang melewati sendi

Spasme otot periarticular

Faktor psikologi

Dari patofisiologi, OA dapat diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder sebagai berikut :

IDIOPATIK

Local

Tangan : nodus heberden dan bouchard (nodal), arthritis antarfalang erosive (nonnodal), karpal

metacarpal pertama.

Kaki : haluks valgus, halluks rigidus, jempol terkontraksi (jempol palu/cock-up), talonavikularis.

Lutut :

13

Page 14: Lapsus OA

Kompartemen medial, kompartemen lateral, kompartemen patelofemoralis.

Panggul :

Ekstrensik (superior), konsentrik (aksial, medial), difus (koksa senilis)

Tulang belakang :

Sendi apofisialis, antarvetebra (diskus), spondilosis (osteofit), ligamentosa (hyperostosis,

penyakit forestier, hyperostosis rangka, idiopatik difus)

Tempat tungkai lainnya misalnya glenohumeralis, okromnioklavikularis, tibiotalar, sakroiliaka,

temporomandibula)

Generalisata (OAG) : mencangkup tiga atau lebih daerah tercantum diatas ( Kellgren-Moore)

SEKUNDER

Trauma : akut, Kronik (pekerjaan, olahraga)

Congenital atau perkembangan

Penyakit local : Leg-Calve-Perthes, dislokasi panggul congenital, epifisis selip

Faktor mekanis : panjang ekstremitas inferior yang tidak sama, deformitas varus/valgus,

sindroma hipermobilitas,

Dysplasia tulang : dysplasia epifisis, dysplasia spondiloapofisis, osteokondrodistrofi

Metabolic

Okronosis, hemokromatisitosis, penyakit Wilson, penyakit Gaucher.

Endokrin

Akromegali, hipertiroidisme, DM, kegemukan, hipotiroidisme

Penyakit endapan kalsium

Endapan kalsium pirofosfat dihidrat, atropati apatit

Penyakit tulang dan sendi yang lain

Local : fraktur, nekrosis, avaskuler, infeksi, gout

Difus : arthritis rheumatoid, Paget disease, osteopetrosis, osteokondritis

Neuropatik (sendi Charchot)

Endemik

Kashin-beck, msleni

Lain – lain: frostbite, Penyakit Casson, Hemoglobinopati

14

Page 15: Lapsus OA

2.6 Tanda dan Gejala Klinis

1. Hambatan gerak

Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara radiologis).

Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya bisa

digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerak)

maupun eksentrik (salah satu gerakan saja) (Joewono Soeroso et al., 2006).

2. Krepitasi

Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hnya berupa

perasaan akan adanya suatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.

Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini

mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakan atau

secara pasif dimanipulasi (Joewono Soeroso et al., 2006).

3. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris

Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tidak

banyak (<100cc). Sebab lain ialah karena adanya ostefit, yang dapat mengubah permukaan sendi

(Joewono Soeroso et al., 2006).

4. Tanda tanda peradangan

Tanda tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang

merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya

tanda tanda ini tak menonjol dan timbul belakangan. Seringkali dijumpai di lutut, pergelangan

kaki dan sendi sendi kecil tangan dan kaki (Joewono Soeroso et al., 2006).

5. Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen

Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi,

berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi (Joewono

Soeroso et al., 2006).

6. Perubahan gaya berjalan

15

Page 16: Lapsus OA

Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan.

Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal.

Pada sendi sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan tangan, OA juga menimbulkan

gangguan fungsi (Joewono Soeroso et al., 2006).

Pada OA lanjut timbul kecacatan, hipertrofi tulang, subluksasi karena kelemahan ligament

dan berkurangnya gerakan sendi yang mencolok. Pada lutut dapat dijumpai varus atau valgus.

Anggapan bahwa OA merupakan proses yang selalu progresif tidak benar, banyak pasien

yang bersifat stabil, sebagian terjadi penurunan nyeri dan bahkan perbaikan radiografik.

Pemeriksaan fisik khusus :

Pada pemeriksaan OA yang perlu kita lakukan untuk mengetahui tanda khas OA berupa

krepitasi dan juga beberapa test untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang ditimbulkan

dengan memeriksa ligament disekitar sendi (untuk OA lutut)

1. Krepitasi

Dengan palpasi sendi lutut lalu kita gerakkan sendi fleksi ekstensi bisa secara aktif

maupun pasif. Positif bila terasa sensasi gesekan antar tulang.

2. Patella Grinding Test

Disebut juga tanda Shrug. Dilakukan dengan cara menekan patella secara manual kea rah

femur sewaktu kontraksi kuadrisep, positif bila terasa nyeri, menandakan adanya OA

patellofemoralis.

16

Page 17: Lapsus OA

3. Anterior Drower Test

Lutut kita fleksikan lalu tangan pemeriksa diletakkan di posterior lalu dorong kea rah

anterior. Positif bila ada penonjolan tibia ke anterior. Merupakan tanda kelemahan

ligament Anterior cruciata (ACL)

Posterior Drower Test

Merupakan kebalikan dari Anterior drower test, positif bila ada pergeseran kea rah

posterior. Merupakan tanda klemahan Posterior Cruciata Ligamen (PCL).

4. Varus Test

Dilakukan dengan cara menahan sendi di bagian lateral kemudian mendorong region

cruris dari arah medial ke lateral. Apabila ada pergeseran merupakan tanda kelamahan

Ligamen Collateral Lateral.

5. Valgus Test

Merupakan kebalikan dari varus test dengan menahan sendi pada bagian medial

kemudian mendorong cruris dari arah lateral ke medial. Apabila ada pergeseran

menandakan kelemahan ligament collateral medial.

17

Page 18: Lapsus OA

Kriteria Diagnosis dan Indeks Osteoartritis Sendi Lutut

Bila pada seorang penderita hanya ditemukan nyeri lutut, maka untuk diagnosis

osteoartrosis sendi lutut harus ditambah 3 kriteria dan 6 kriteria berikut, yaitu umur lebih

dari 50 tahun, kaku sendi kurang dari 30 menit, nyeri tekan pada tulang, pembesanan

tulang dan pada perabaan sendi lutut tidak panas. Kriteria ini memiliki sensitifitas 95%

dan spesifisitas 69%.

Bila selain nyeri lutut juga didapatkan gambaran osteofit pada foto sendi lutut,

maka untuk diagnosis osteoartrosis sendi lutut dibutuhkan 1 kriteria tambahan dan 3

kriteria berikut, yaitu: umur lebih dari 50 tahun, kaku sendi kurang dari 30 menit dan

krepitus. Kriteria ini mempunyai sensitifitas 91% dan spesifisitas 86%. Selain itu

dikembangkan pula kriteria untuk menilai berat ringannya osteoartrosis sendi lutut

dengan menggunakan index.

18

Page 19: Lapsus OA

Dengan sistem ini, maka bila indexnya ≥ 14, maka derajat osteoartrosisnya ekstrim berat; 11–13, sangat berat; 8–10, berat; 5–7, sedang dan 1–4, ringan.

2.7 Diagnosa Banding

Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya

inflamasi kronis pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti anemia ,

fatigue dan osteoporosis. Terutama terkena pada pergelangan tangan, serta

metacarpophalangeal dan proksimal interphalangeal.

Manifestasi klinisnya berdasarkan kriteria dari American Rheumatism

Association (ARA) yang direvisi tahun 1987,adalah:

1. Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian

dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam

sebelum perbaikan maksimal.

19

Page 20: Lapsus OA

2. Artritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian

(soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang

(hyperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan.

Terdapat 14 persendian yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal,

metakarpofalang, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan

metatarsofalang kiri dan kanan.

3. Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan

satu persendian tangan seperti tertera seperti diatas.

4. Arthritis simetris. Keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak harus simetris)

pada kedua sisi secara serentak.

5. Nodul rematoid. Yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

permukaan ekstensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang

dokter

6. Factor rematoid serum positif. Terdapat titer abnormal factor rematoid serum

yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5%

kelompok control.

7. Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar

rontgent tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus

menunjukkan adanya erosi atau dekalsofikasi tulang yang berlokalisasi pada

sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

Diagnosis arthritis rheumatoid ditegakkan jika sekurang-kurangnya terpenuhi 4

dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6

minggu.

2.8 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Radiologi

20

Page 21: Lapsus OA

Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografik. Pada tahap

awal mungkin radiografik tampak normal. Namun seiring dengan berkurangnya

kartilago sendi tampak penyempitan ruang sendi. Temuan radiografik lain yang khas

adalah sklerosis tulang subkondral, kista subkondral, dan osteofit mrginalis. Dapat

dijumpai perubahan kontur sendi, akibat remodeling tulang, dan subluksasi.

Pada pemeriksaan radiologis juga dapat diklasifikasikan derajat OA seperti berikut

menurut Kellgren-Lawrence (OA lutut) :

OA Severity Radiografik finding

Grade 0 None None feature of OA

Grade 1 Doubtfull Minute osteophyte, doubtful significant

Grade 2 Minimal Definite osteophyte, unpairment joint space

Grade 3 Moderate Moderate diminution of joint space

Grade 4 Severe Joint space gretly impaired with sclerosis of

subchondral bone.

21

Page 22: Lapsus OA

Walaupun penyempitan ruang sendi tibiofemoral dianggap sebagai pengganti

radiografik untuk penipisan tulang rawan sendi, pada pasien OA dini tidak ada bukti

radiografik penyempitan ruang sendi. Penyempitan ruang sendi saja tidak dapat

secara akurat memperkirakan status tulang rawan sendi. Demikian juga osteofit saja,

tanpa gambaran radiografik OA yang lain mungkin disebabkan oleh penuaan bukan

OA.

Pemeriksaan Laboratorium

Osteoarthritis biasanya didiagnosis berdasarkan gejala klinis dan radiografi.

Jarang ada kelainan dari laboratorium yang berhubungan dengan OA. Tetapi pemeriksaan

laboratorium spesifik dapat dilakukan pada OA sekunder karena OA primer bukan sistemik,

LED, penentua kimia serum, hitung darah, dan urinalisis member hasil normal.

2.9 Penatalaksanaan

1. Non Farmakologi

Tujuan penatalaksanaan osteoartritis sendi lutut adalah untuk menghilangkan

nyeri dan peradangan, menstabilkan sendi lutut dan mengurangi beban pada sendi lutut.

Penatalaksanaan sebaiknya dilakukan pada stadium dini, terutama sebelum deformitas sendi

dan instabilitas sendi terjadi.

Untuk mengurangi beban pada sendi lutut, maka dalam melakukan aktifitas

sehari-hari disarankan untuk memperhatikan hal-hal berikut :

1. Jangan berjalan atau jogging sebagai pilihan olah raga. Berenang dan bersepeda

merupakan alternatif pilihan yang baik.

22

Page 23: Lapsus OA

2. Hindari naik-turun tangga.

3. Duduk lebih baik daripada berdiri.

4. Duduk di kursi yang lebih tinggi lebih baik daripada duduk di sofa yang rendah.

5. Hindari berlutut dan jongkok.

6. Sebelum bangkit dan duduk, geserlah dudukan ke tepi kursi dengan posisi kaki di bawah

badan, kemudian gunakan tangan untuk mengangkat badan dan kursi.

Diet memegang peranan penting dalam penatalaksanaan penderita osteoantrosis sendi

lutut, terutama untuk menurunkan kelebihan berat badan penderita. Walaupun sampai saat ini

belum pernahditeliti penganuh penurunan berat badan terhadap nyeri lutut dan progresifitas

osteoartrosis sendi lutut, tetapi diharapkan beban terhadap sendi lutut akan berkurang. Evaluasi

psikologik sangat penting untuk diperhatikan, karena beratnya nyeri dan gangguan fungsional

berhubungan erat dengan keadaan psikologik penderita.

Terapi fisik memegang peranan yang sangat penting; latihan otot yang teratur akan

memperbaiki gangguan fungsional, mengurangi ketergantungan terhadap orang lain dan

mengurangi nyeri. Perbaikan tersebut mencapai 10–25% pada rehabilitasi selama 2–4 bulan dan

dapat bertahan sampai 8 bulan setelah rehabilitasi. Terapi fisik dapat berupa pemanasan atau

pendinginan Pemanasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya diaterini, ultrasound,

sinar inframerah dan lain sebagainya. Pemanasan selama 15–20 menit cukup efektif untuk

mengurangi nyeri dan kekakuan sendi.

Latihan-latihan otot yang dapat dilakukan untuk penderita osteoartrosis sendi hitut antara

lain adalah quadriceps setting exercise, straight leg raises, progressive resistive exercise (PRE)

dan hamstring exercise. Pada quadriceps setting exercise, pen- derita dalam posisi berbaring di

tempat tidur dengan lutut lurus, kemudian penderita disuruh menekan lututnya ke bawah.

Pertahankan selama 5 detik, kemudian istirahat selama 5 detik dan diulangi sampai 10–15 kali.

Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali perhari, kemudian dapat ditingkatkan sampai 10 kali

sehari. Pada straight leg raises, penderita dalam posisi berbaring telen- tang. Bila tungkai kanan

yang akan dilatih, maka tungkai kiri dipertahankan lurus, kemudian tungkai kanan diangkat lurus

setinggi-tingginya, kemudian turunkan perlahan-lahan sampai kira-kira 6 inchi dari alas dan

pertahankan selama 5 detik, lalu istirahat 5 detik. Ulangi sampai 5–10 kali dan latihan dilakukan

2–3 kali sehari. Pada progressive resistive exercise (PRE), pen- denta dalam posisi duduk dengan

lutut dalam keadaan fleksi dan tungkai bawah diberi beban. Kemudian lutut diekstensikan per-

23

Page 24: Lapsus OA

lahanlahan sampai tercapai ekstensi maksimal dan pertahankan selama 5 detik, kemudian

istirahat. Latihan diulangi sampai 10 kali dan dilakukan 3 kali perhari. Pada hamstring exercise,

penderita dalam posisi berdini kemudian lutut difleksikan 20 kali atau sampai penderita lelah.

2. Farmakologi

Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang timbul,

mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari

ketidakstabilan sendi ( Felson, 2006 ).

a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan

Asetaminofen.

Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS

dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun

karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap

menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk

mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannnya

dengan menggunakan inhibitor COX-2 . Jika parecetamol atau NSAID topikal tidak bisa

meredakan nyeri pada pasien dengan OA, maka direkomendasikan untuk menggunakan

analgesik opiod, dengan mempertimbangkan resiko dan keuntungannya, terutama pada

orang lanjut usia.

24

Page 25: Lapsus OA

NICE clinical guideline 59 – Osteoarthritis

1. Jika paracetamol atau topikal NSAID tidak efektif untuk meredakan nyeri, maka

dapat direkomendasikan untuk di ganti dengan oral NSAID/COX-2 inhibitor.

2. Jika paracetamol atau topical NSAID kurang efektif untuk meredakan nyeri, maka

direkomendasikan untuk menambahkan oral NSAID atau COX-2 inhibitor.

Semua jenis NSAID/COX-2 inhibitor oral mempunyai efek analgesik yang sama,

tetapi mempunyai perbedaan potensi toksisitas terhadap sistem gastrointestinal, hepar,

dan kardio-renal. Jadi setiap pemberian NSAID maupun COX-2 inhibitor harus

mempertimbangkan faktor resiko yang meliputi usia, dan riwayat gangguan

gastrointestinal (peptic ulcer, gastritis), hepar, dan kardio-renal (GGA). Pada pasien OA

yang mempunyai riwayat gangguan gastrointestinal misalnya peptic ulcer, harus

diberikan PPI atau H2 blocker atau sukralfat untuk melindungi mukosa lambung. Selain

itu untuk mengurangi efek toksik NSAID, dapat juga menyarankan pasien untuk minum

banyak air putih dan memakan obat setelah makan. Pada pasien OA dengan gangguan

hepar maupun kardio-renal, sebaiknya dosis obat di kurangi untuk mengurangi efek

toksiknya

b. Analgesik Topikal

1. NSAID topikal harus dipertimbangkan untuk meredakan nyeri sebagai tambahan

dari terapi inti untuk penderita OA tangan dan lutut.

2. NSAID topikal dan atau paracetamol harus dipertimbangkan sebelum pemberian

NSAID oral, COX 2 inhibitor atau opioid.

3. Capsaicin topikal harus dipertimbangkan sebagai terapi tambahan untuk OA

tangan dan lutut

c. Chondroprotective Agent

Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga atau

merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat – obatan yang termasuk

dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,

glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya.

25

Page 26: Lapsus OA

d. Injeksi Intra-artikular

1. Injeksi kortikosteroid intraartikular dapat di rekomendasikan sebagai terapi

tambahan untuk meredakan nyeri sedang sampai berat.

2. Injeksi intraartikular hyaluronan tidak direkomendasikan sebagai terapi utama

OA

3. Terapi pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi

rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang

mengganggu aktivitas sehari – hari.

Indikasi operasi :

a. Semakin meningkatnya nyeri

b. Restriksi aktivitas yang progresif

c. Deformitas yang jelas

d. Semakin hilangnya gerakan (abduksi)

e. Tanda – tanda destruksi sendi pada foto X-ray

Knee Total Replacement

26

Page 27: Lapsus OA

Hip Total Replacement

4. Ortesa

Digunakan untuk penguatan sendi dan proteksi sendi.

a. Penggunaan sepatu yang benar. Hindari memakai sepatu hak tinggi. Gunakan

sepatu yang sesuai dengan bentuk kaki.

b. Penanganan masalah psiososial dan vokasional

27

Page 28: Lapsus OA

2.10 Prognosis

Prognosis pada pasien OA tergantung pada sendi yang terlibat dan pada keparahan kondisi.

Tidak ada obat yang dapat memodifikasi struktur dari OA sehingga pengobatan farmakologi

ditujukan untuk mengurangi gejala. Secara sistematis gambaran klinis ini dapat dikaitkan dengan

kemajuan pada proses OA lutut :

Usia tua

BMI yang berlebih

Adanya deformitas

Melibatkan beberapa sendi

28

Page 29: Lapsus OA

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degenerative sendi yang mencerminkan

kegagalan sendi diartrodial (dapat digerakan, dilapisi oleh sinovium). Penyakit ini

merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan

dengan usia.

Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor resiko

yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :

1. Usia lebih dari 40 tahun

2. Jenis kelamin, wanita lebih sering

3. Suku bangsa

4. Genetik

5. Kegemukan dari penyakit metabolic

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga

7. Kelainan pertumbuhan

Kepadatan tulang

Kriteria Diagnostik OA Lutut :

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik : nyeri lutut dan 3 dari berikut ini :

Umur > dari 40 tahun

Kaku sendi <30 menit

Krepitasi pada gerakan aktif

Pembesaran sendi

Nyeri tulang

Tidak hangat pada perabaan

29

Page 30: Lapsus OA

Bedasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan radiologi nyeri lutut dan 1 dari berikut ini :

Umur >40 tahun

Kaku sendi <30 menit

Krepitus pada gerakan aktif

Osteofit

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium : nyeri lutut dan 5 diantara

berikut ini :

Umur > dari 40 tahun

Kaku sendi <30 menit

Krepitasi pada gerakan aktif

Pembesaran sendi

Nyeri tulang

Tidak hangat pada perabaan

LED < 40 mm/jam

Rematoid faktor < 1:40

Analisis cairan sendi menunjukkan OA

Penatalaksanaannya :

- Medikamentosa (analgesic / kortikosteroid)

- Edukasi (aktivitas dan pola hidup)

- Rehabilitasi medis dan fisioterapi

- Pembedahan

30

Page 31: Lapsus OA

IV. DAFTAR PUSTAKA

Isselbacher et al, 2000, Harrison Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4,

Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: Media

Aesculapius

Lozada, J.Carlos et al. 2013. Osteoarthritis Reference.

www.medscape.emedicine.com /article/330487-overview. Diakses Selasa, 30 Juli

2013

Konthen, Putu Gede et al. 2008. Pedoman Diagnostik dan Terapi Bag/SMF Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi III. Surabaya : Universitas Airlangga Surabaya

31

Page 32: Lapsus OA

LAPORAN KASUS

IDENTITASNama : Tn. Suhermanto

Umur : 61 tahun

Pekerjaan : pensiunan PNS

Alamat : Jl. Mulyo Rejo No. 28, Bojonegoro

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tinggi Badan : 158,5 cm

Berat Badan : 85 kg

2.2 Anamnesa

KU : Nyeri lutut sebelah kanan

RPS : Pasien mengeluh nyeri lutut pada kaki kanan dan kiri sejak 2 bulan terakhir,

nyeri lutut kanan lebih berat daripada lutut kiri. Nyeri terutama saat sholat dari sujud ke

posisi berdiri, dan saat berjalan jauh. Waktu pagi tidak ada nyeri, kaki terasa kaku kurang

lebih 15 menit sehabis bangun tidur, tidak nyeri saat dipakai berjalan.

RPD: Dua tahun yang lalu lutut sebelah kanan pernah sakit seperti ini lalu lutut kiri

mengalami nyeri yang serupa tapi sembuh setelah minum obat anti nyeri dan berobat ke

poli saraf. Riwayat HT disangkal, Diabetes Mellitus pasien tidak tahu.

RPSosial: Pasien pensiunan dan sekarang tidak bekerja.

RPKeluarga: Ibu kandung pasien menderita penyakit yang sama

2.3 Pemeriksaan

Keadaan Umum : Compos Mentis

Kesadaran: 4-5-6

Tekanan Darah: 160/100 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respiratory rate: 20x/menit

Suhu : 36,2 C

BMI: 34. (Obesitas)

32

Page 33: Lapsus OA

2.4 Pemeriksaan Fisik

Kepala : A/I/C/D : -/-/-/-

Leher: struma: -, pembesaran KGB: –

Thorax : Cor : S1 S2 tunggal regular

Pulmo : rh – wh –

Abdomen : soefl

Bising usus +

H/L tidak teraba

Ekstremitas : crt < 2 dtk

Ext.atas : normal.

Ext bawah : inspeksi : lutut kanan dan kiri tidak ada pembesaran

Palpasi : lutut kanan terdapat krepitasi, tidak terasa hangat,

lutut kiri terdapat krepitasi dan tidak terasa hangat.

Bagian Tubuh Gerakan sendi Kekuatan Otot

Gerakan Luas Gerak

Sendi

Otot MMT

Leher Fleksi

Ekstensi

Fleksi Lateral

Rotasi

Penuh

Penuh

Penuh

Penuh

Fleksor

Ekstensor

Fleksor lateral

Rotator

5

5

5/5

5/5

Batang Tubuh Fleksi

Ekstensi

Fleksi lateral

Rotasi

Penuh

Penuh

Penuh

Penuh

Fleksor

Ekstensor

Fleksor lateral

Rotator

5

5

5/5

5/5

Bahu Fleksi

Ekstensi

Abduksi

Adduksi

Rotasi masuk

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh

Penuh

Penuh/Penuh

Fleksor

Ekstensor

Abduktor

Adduktor

Rotator internal

5/5

5/5

5/5

5/5

5/5

33

Page 34: Lapsus OA

Rotasi keluar Penuh/Penuh Rotator eksternal 5/5

Siku Fleksi

Ekstensi

Pronasi

Supinasi

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Fleksor

Elstensor

Pronator

Supinator

5/5

5/5

5/5

5/5

Pergelangan tangan Fleksi

Ekstensi

Deviasi

Radial

Deviasi ulnar

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Fleksor

Ekstensor

Deviator radial

Deviator ulnar

5/5

5/5

5/5

5/5

Jari-jari tangan Fleksi

Ekstensi

Abduksi

Adduksi

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Fleksor

Ekstensor

Abduktor

Adduktor

5/5

5/5

5/5

5/5

Panggul Fleksi

Ekstensi

Abduksi

Adduksi

Rotasi masuk

Rotasi Keluar

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Fleksor

Ekstensor

Abduktor

Adduktor

Rotator Interna

Rotator Eksternal

5/5

5/5

5/5

5/5

5/5

5/5

Lutut Fleksi

Ekstensi

Dorso Fleksi

Plantar Fleksi

Eversi

Inversi

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Penuh/Penuh

Fleksor

Ektensor

Dorso Fleksi

Plantar Fleksi

Evertor

Invertor

5/5

5/5

5/5

5/5

5/5

5/5

34

Page 35: Lapsus OA

2.5 Pemeriksaan Neurologi

Meningeal Sign :

Kaku kuduk : -

Brudzinky I,II,III : -

Kernig : -

Lasegue : -

Saraf Kranialis:

N I-XII : Tidak dilakukan

Refeks Fisiologis:

BPR : + / +

TPR : + / +

KPR : - / -

APR : -/ -

Refleks Patologis :

Babinsky: - / -

Chaddock : - / -

Oppenheim : - / -

Gordon : - / -

Gonda : - / -

Rosolimo : - / -

Mendel bechthrew: - / -

Hoffman : - / -

Tromner : - / -

Status Lokalis Genu Joint

Inspeksi :

o Deformitas : - / -

35

Page 36: Lapsus OA

o Rubor : - / -

o Tumor: - / -

Palpasi:

Kalor : - / -

Dolor : - / -

Functiolaesa: - / -

Special Test

Krepitasi : + / +

Patella grinding test: - / -

Anterior drower test: - / -

Posterior drower test: - / -

Varus test (Ligament collateral lateral ): - / -

Vagus test (Ligament colateral medial ): - / -

Pemeriksaan Penunjang

Foto Genu Dekstra et Sinistra AP/ Lateral :

Alignment baik

Trabekulasi tulang normal

Tak tampak garis fraktur pada tulang

Tampak lipping di interminentia intercondylaris

36

Page 37: Lapsus OA

OS patella normal

Femurotibia sisi medial menyempit

Tak tampak jelas soft tissue swelling

Kesimpulan: Osteoarthritis Genu Dextra dan Sinistra

Assesment :

Osteoarthritis Genu Dekstra et Sinista

Planning:

Medikamentosa :

Analgesik non steroid

Rehabilitasi medik:

Kompres Dingin

TENS

Olahraga renang atau bersepeda

Orthesa

Edukasi

- Mengistirahatkan sendi yang sakit

- Mengurangi aktivitas berat yang berlebihan, seperti mengangkat beban berat,

- Larangan untuk duduk dilantai , jongkok, naik turun tangga (naik tangga dengan kaki

yang sehat, turun tangga dengan kaki yang sakit).

- Diharapkan buang air besar dengan duduk dan sholat dengan kursi.

- Pasien diharapkan untuk bersepeda atau berenang untuk mengurangi berat badan.

Prognosis

37

Page 38: Lapsus OA

Dubia at Bonam. Jika taat pada nasehat dokter dan melakukan latihan secara teratur.

Kesimpulan

Tn. Suhermanto, 61 tahun , seorang pensiunan datang ke poli rehabilitasi medik

dengan keluhan nyeri lutut sebelah kanan dan kiri.

Nyeri dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien tidak merasakan nyeri saat

bangun tidur, kaki terasa kaku kurang lebih 15 menit dan nyeri saat perubahan posisi dari

sujud ke berdiri pada waktu sholat dan saat berjalan jauh. Pada aktivitas tidak terasa

nyeri. Dua tahun yang lalu pernah mengalami hal yang serupa dilutut kanan dan kiri tapi

sembuh karena berobat dan minum anti nyeri. Ibu kandung pasien juga menderita

penyakit serupa.

Pemeriksaan Fisik pada Tn. Suhermanto didapatkan krepitasi pada lutut kanan

dan kiri, serta BMI yang menunjukkan tanda obesitas. Berdasarkan hasil foto rontgen

pada alignment tampak baik, trabekulasi tulang normal, tak tampak garis fraktur pada tulang,

tampak lipping di interminentia intercondylaris, OS patella normal, Femuro tibia sisi medial

genu dextra dan sinistra menyempit. Tak tampak jelas soft tissue swelling. Maka bisa

disimpulkan bahwa pasien menderita Osteoarthritis genu dextra et sinistra.

38