Makalah OA

54
BAB I PENDAHULUAN Penyakit degeneratifsendi yang lebih dikenal dengan osteoarthritis ( OA ) umumnya mengenai satu atau lebih sendi, di mulai dengan kerusakan local dari tulang rawan sendi dan digambarkan oleh degenerasi yang progresif tulang rawan, hipertrofi, remodeling tulang subkondral, dan inflamasi sekunder dari membrane synovial. Merupakan penyakit yang bersifat lokal tanpa ada efek sistemik. 1, 2 Penyakit ini bersifat progresif lambat, umumnya terjadi pada usia lanjut, walaupun usia bukan satu-satunya faktor risiko. Osteoarthritis menyerang terutama sendi tangan atausendi penyokong berat badan termasuk sendi lutut. Sendi lutut merupakan sendi penopang berat badan yang sering terkena osteoarthritis. Osteoarthritis sendi lutut ditandai oleh nyeri pada pergerakan yang hilang bila istirahat, kaku sendi terutama setelah istirahat latna atau bangun tidur, krepitasi dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi cairan sendi. Bila pasien hanya bersifat pasif, tidak melakukan latihan, dapat terjadi atrofi otot yang akan memperburuk stabilitas dan fungsi sendi. Akibat lain ialah genu varum atau genu valgus dan subluksasi, terutama bila telah terjadi kekenduran ligamen. Umumnya penderita OA lutut datang berobat karena rasa nyeri lutut yang mengganggu aktifitas sehari-hari. 1

description

OA

Transcript of Makalah OA

Page 1: Makalah OA

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit degeneratifsendi yang lebih dikenal dengan osteoarthritis ( OA ) umumnya

mengenai satu atau lebih sendi, di mulai dengan kerusakan local dari tulang rawan sendi dan

digambarkan oleh degenerasi yang progresif tulang rawan, hipertrofi, remodeling tulang

subkondral, dan inflamasi sekunder dari membrane synovial. Merupakan penyakit yang bersifat

lokal tanpa ada efek sistemik. 1, 2

Penyakit ini bersifat progresif lambat, umumnya terjadi pada usia lanjut, walaupun usia

bukan satu-satunya faktor risiko. Osteoarthritis menyerang terutama sendi tangan atausendi

penyokong berat badan termasuk sendi lutut. Sendi lutut merupakan sendi penopang berat badan

yang sering terkena osteoarthritis. Osteoarthritis sendi lutut ditandai oleh nyeri pada pergerakan

yang hilang bila istirahat, kaku sendi terutama setelah istirahat latna atau bangun tidur, krepitasi

dan dapat disertai sinovitis dengan atau tanpa efusi cairan sendi. Bila pasien hanya bersifat pasif,

tidak melakukan latihan, dapat terjadi atrofi otot yang akan memperburuk stabilitas dan fungsi

sendi. Akibat lain ialah genu varum atau genu valgus dan subluksasi, terutama bila telah terjadi

kekenduran ligamen. Umumnya penderita OA lutut datang berobat karena rasa nyeri lutut yang

mengganggu aktifitas sehari-hari.

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang paling banyak terjadi di

seluruh dunia. Di negara-negara Asia-Pasifik seperti juga halnya dengan negara-negara di Afrika

meningkatnya urbanisasi, pekerjaan dengan resiko tinggi, stress tinggi dan obesitas akan

menyebabkan terjadinya OA.

BAB II

1

Page 2: Makalah OA

LAPORAN KASUS

Seorang wanita usia 60 tahun, datang ke tempat praktek anda sebagai dokter umum, mengeluh

nyeri pada ke dua lutut, terutama lutut kanan.

Nama : Ny.Siti

Usia : 60 tahun

Pekerjaan : pensiunan guru SMP

Perkawinan : janda, 4 anak, 8 cucu

Alamat : Jl. Pala, Jakarta Selatan

Nyeri dirasakan sejak 6 bulan terakhir,meningkat jika berjalan lama, atau saat dari duduk ke

berdiri, dan berkurang saat istirahat. Jika nyeri mengganggu, penderita minum obat anti nyeri

yng dijual bebas di warung. Sejak 5 hari yang lalu, lutut kanan mulai membengkak dan

kemerahan. Penderita mengaku banyak berdiri dan berjalan 7 hari yang lalu, karena menerima

pesanan catering untuk 100 orang. Pada pagi hari saat bangun tidur terasa kaku pada lutut selama

10 menit, setelah itu rasa kaku berangsur berkurang setelah aktivitas. Tidak ada riwayat cedera.

Nyeri sendi tidak ditemukan di bagian tubuh yang lain. Tidak ada riwayat hipertensi, penyakit

jantung, dan kencing manis.

Status generalis

Kesadaran compos mentis

Tampak kesakitan saat berjalan sehingga agak pincang (antalgic gait)

Tidak tampak pucat

Tanda vital:

Tekakan darah: 130/80 mmHg

Nadi : 90x/mnt

2

Page 3: Makalah OA

Suhu : 360C

RR : 20x/mnt

BB: 75 kg

TB: 150cm

Satus lokalis

look:

ke dua lutut membesar, tampak deformitas valgus pada ke dua lutut, pada lutut kanan

tampak kemerahan dan oedem.

Feel :

Didapatkan nyeri tekan pada lutut kanan, saat dilakukan pengukuran didapatkan diameter lutut

kanan 42cm, sedangkan lutut kiri 40cm. Pada pemeriksaan “ballotemen” ditemukan adanya efusi

pada sendi lutut kanan.pemeriksaan valgus dan varus didapatkan kesan sendi lutut tidak stabil

terutama pada pemeriksaan valgus.

Move:

Lingkup gerak sendi aktif ke dua lutut normal, tetapi terdapat suara krepitasi saat di gerakkan,

kekuatan otot normal.

Hasil Radiologi

3

Page 4: Makalah OA

Dari aspirasi cairan sendi didapatkan:

- Makroskopis : jernih, kekuningan, viscositas kental

- Mikroskopis : leukosit < 200/µL, eritrosit, differential < 25% pmn, culture (-)

Laboratorium darah rutin

Leukosit : N

Eritrosit : N

LED : N

Rheumatoid factor : (-)

C-reactive protein : (-)

Asam urat : 4

4

Page 5: Makalah OA

BABIII

PEMBAHASAN

I. Anamnesis

Identitas Pasien

Nama : Ny.Siti

Usia : 60 tahun

Pekerjaan : pensiunan guru SMP

Perkawinan : janda, 4 anak, 8 cucu

Alamat : Jl. Pala, Jakarta Selatan

Keluhan Utama:

Nyeri pada ke dua lutut, terutama lutut kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Nyeri dirasakan sejak 6 bulan terakhir,meningkat jika berjalan lama, atau saat dari duduk

ke berdiri, dan berkurang saat istirahat

- Sejak 5 hari yang lalu, lutut kanan mulai membengkak dan kemerahan. Penderita

mengaku banyak berdiri dan berjalan 7 hari yang lalu, karena menerima pesanan catering

untuk 100 orang.

- saat bangun tidur terasa kaku pada lutut selama 10 menit, setelah itu rasa kaku berangsur

berkurang setelah aktivitas

- Nyeri sendi tidak ditemukan di bagian tubuh yang lain

Riwayat Penyakit Keluarga: -

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat hipertensi, penyakit jantung, dan kencing manis

Riwayat Medikamentosa: Penderita minum obat anti nyeri yng dijual bebas di warung.

5

Page 6: Makalah OA

I. Pembahasan Masalah

a. Permasalahan yang didapat dari anamnesis

Keluhan Utama:

Nyeri pada ke dua lutut, terutama lutut kanan. Nyeri pada ke dua lutut dapat timbul akibat

sinovium yang mengalami inflamasi, kapsul sendi yang mengalami distensi dan instabilitas,

otot/ligamen yang spasme/strain, tulang yang mengalami hipertensi medular atau fraktur

subkhondral, dan osteofit yang mengalami reaksi periosteal atau penekanan serabut saraf. Pada

pasien yang berumur 60 tahun ini mungkin telah terjadi degenerasi pada tulang rawan sendi lutut

akibat proses penuaan.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Nyeri dirasakan sejak 6 bulan terakhir,meningkat jika berjalan lama, atau saat dari duduk

ke berdiri, dan berkurang saat istirahat. Nyeri meningkat saat melakukan aktivitas karena

terjadi pembebanan pada lutut yang berlebih.

- Sejak 5 hari yang lalu, lutut kanan mulai membengkak dan kemerahan. Penderita

mengaku banyak berdiri dan berjalan 7 hari yang lalu, karena menerima pesanan catering

untuk 100 orang. Aktivitas pada pasien yang meningkat menyebabkan sendi pada lutut

mengalami inflamasi.

- Saat bangun tidur terasa kaku pada lutut selama 10 menit, setelah itu rasa kaku berangsur

berkurang setelah aktivitas. Kekakuan sendi terjadi karena tidak adanya gerakan, maka

rawan sendi akan menipis dan mengering yang menyebabkan mudah rusak.

- Nyeri sendi tidak ditemukan di bagian tubuh yang lain.

b. Permasalahan yang didapat dari pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan pasien Nilai Normal Interpretasi 4,5,6,7

tampak kesakitan saat berjalan dan agak

pincang.

tampak sakit sedang

menunjukkan bahwa terdapat

gangguan / kelainan

mekanisme tubuh yang harus

ditangani dalam hal ini

6

Page 7: Makalah OA

diakibatkan adanya gangguan

pada sendi lutut akibat proses

degenerasi.

Kesadaran compos mentis Kesadaran baik, pasien sadar

sepunuhnya.

BB 75 kg; TB 150 cm

(BMI = 33,3)

BMI 18,5 -25 Obesitas

TD 130/80 mmHg Sistol <130 dan <

diastole 85 mmHg

Normal

Nadi 90 x/menit 70-110x/menit Normal

Suhu 36° C 36,5oC-37,2°C Normal .

RR 20 x/menit 16 – 30 x/menit Normal

Kepala: Normal

Mata: Normal

Telinga: Normal

Hidung: Normal

Mulut: Normal

Tenggorokan: Normal

Leher: Normal

Paru-paru Normal

Jantung: Normal

Abdomen: Normal

Punggung: Normal

Genitalia eksterna: Normal

Ekstremitas:

Regio genu

Inspeksi : kedua lutut membesar disertai

deformitas valgus, lutut kanan tampak

kemerahan dan oedem.

Palpasi: nyeri tekan pada lutut kanan,

diameter lutut kanan 42 cm dan kiri 40

oedema (-),

ballotemen (-),

sendi lutut stabil,

suara krepitasi (-)

- inspeksi:

terlihat tanda-tanda

peradangan sendi berupa

warna kemerahan, oedem,

serta pembesaran sendi lutut.

Deformitas valgus

menandakan adanya

7

Page 8: Makalah OA

cm. Ballotemen: ditemukan efusi pada

sendi kanan. Pemeriksaan valgus dan

varus: kesan sendi lutut tidak stabil

terutama pada pemeriksaan valgus.

Move: lingkup gerak sendi aktif ke

kedua lutut normal, kekuatan otot

normal.

Terdapat suara krepitasi saat digerakkan.

kelemahan pada ligamen

kolateral medial

Palpasi:

Nyeri tekan dan pembesaran

sendi lutut terjadi akibat

proses inflamasi.

Ballotemen: terdapat efusi

pada sendi akibat proses

inflamasi pada sendi yang

menyebabkan cairan sinovial

bertambah.

Valgus + : kelemahan pada

ligamen kolateral media.

Move:

Suara krepitasi terjadi akibat

gesekan antara dua

permukaan tulang saat sendi

digerakkan.

Interpretasi hasil pemeriksaan fisik

8

Page 9: Makalah OA

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status generalis yang baik, kesadaran, suhu, nadi,

denyut jantung, serta laju pernafasan normal menandakan tidak ada masalah sistemik. Berat

badan pasien yang melebihi BMI menandakan pasien dalam keadaan obesitas.

Pada pemeriksaan status lokalis yaitu daerah lutut, diadapatkan:

Inspeksi : Terlihat tanda-tanda peradangan (inflamasi) sendi berupa warna kemerahan, oedem,

serta pembesaran lutut. Pembesaran lutut dapat terjadi akibat adanya penambahan cairan sendi

akibat proses inflamasi atau karena adanya pembengkakan pada tulang. Deformitas valgus

menandakan adanya kelemahan pada ligamen kolateral medial akibat kerusakan pada tulang

rawan.

Palpasi: nyeri tekan pada lutut kanan menandakan adanya proses inflamasi, diameter lutut kanan

yang lebih besar dari lutut kiri menandakan adanya peradangan pada lutut serta lutut kanan lebih

banyak mendapatkan beban untuk menumpu tubuh dari pada lutut kiri. Pada pemeriksaan

Ballotemen: ditemukan efusi pada sendi kanan yang disebkan oleh adanya inflamasi akut.

Pemeriksaan valgus dan varus: kesan sendi lutut tidak stabil terutama pada pemeriksaan valgus

akibat kelemahan ligamen kolateral medial.

Move: lingkup gerak sendi aktif ke kedua lutut normal, kekuatan otot normal.

Terdapat suara krepitasi saat digerakkan disebabkan oleh kerusakan rawan sendi sehingga tulang

dapat bergesekan.

II. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

1.Laboratorium darah rutin

2. Aspirasi cairan sendi

3.pemeriksaan radiologi

1. Pemeriksaan Laboratorium darah rutin

Pemeriksaan darah yang diperiksa meliputi:

Laboratorium klinik

yang diperiksaNilai normal

Hasil yang

didapatInterpretasi

Eritrosit - Normal

9

Page 10: Makalah OA

Leukosit 5000-10000/µl - Normal

Asam urat 2,5-9,0 mg/dl 4 Normal

Rheumatoid factor

C-reactive protein

-

-

-

-

Normal

Normal

LED 0-15 mm/jam - Normal

Interpretasi Hasil Laboratorium

Dari hasil laboratorium didapatkan kadar eritrosit, leukosit dan C-reactive protein normal

menandakan tidak ada suatu proses infeksi yang menyebabkan inflamasi. LED normal

menandakan tidak adanya suati penyakit kronis, dan asam urat normal yang menandakan tidak

ada gangguan dalam metabolisme asam urat.

2.Aspirasi cairan sendi

Makroskopis : jernih, kekuningan, visicositas kental

Mikroskopis: leukosit < 2000/µl, eritrosit (-), differential , 25% pmn, culture (-)

Interpretasi hasil aspirasi cairan sendi:

Dari hasil aspirasi sendi didapatkan warna cairan sendi yang jernih kekuningan serta visikositas

kental yang merupakan ciri dari cairan sendi yang normal. Jumlah leukosit serta jumlah PMN

normal menandakan tidak ada suatu infeksi.

3.Hasil Radiologi

10

Page 11: Makalah OA

Interpretasi: Pada hasil radiografi ter dapat Densitas tulang meninggi, penyempitan ruang sendi

yang asimetris, sklerosis tulang subkondral, serta osteofit pada tepi sendi.

11

Page 12: Makalah OA

III. Diagnosis kerja

Osteoarthritis

Diagnosis osteoarthritis ditegakkan berdasarkan atas hasil anamnenis yaitu adanya keluhan nyeri pada

sendi besar yaitu lutut terutama pada saat melakukan aktivitas dan hilang saat istirahat, serta kekakuan

sendi yang timbul pada pagi hari dalam waktu 10 menit. Umur dan berat badan pasien juga menjadi

faktor resiko dari Osteoarthritis. Diagnosis juga ditunjang dengan hasil pemiriksaan fisik berupa adanya

sendi yang terkena  terasa hangat, bengkak dan sakit bila ditekan akibat inflamasi akut, terdengar suara

krepitasi dan dilihat pembesaran lutut serta adanya deformitas tulang valgus yang merupakan gejala

klinik dari osteoarthritis. Hasil pemeriksaan radiologi jga menunjang penegakkan diagnosis dengan

ditemukannya densitas tulang meninggi, penyempitan ruang sendi yang asimetris, sklerosis tulang

subkondral, serta osteofit pada tepi sendi.

IV. Diagnosis banding

Rheumatoid Artritis (RA)

Kriteria RA adalah:

No. Kriteria Definisi1. Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya,

sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.2. Arthritis pada 3 daerah

persendian atau lebihPembengkakan jaringan lunak atau persendianatau lebih efusi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan.

3. arthritis pada persendian tangan

Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan.

4. Arthritis simetris Keterlibatan sendi yang sama seperti kriteria 2 5. Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan

ekstensor atau daerah juksta artikuler.6. Faktor reumatoid

seruam positifTerdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa.

7. Perubahan gambaran radiologi

Yang khas pada pemeriksaan sinar-x tangan posterior atau pergelangan tangan yang menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

12

Page 13: Makalah OA

Gout akut

radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur

tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi hari terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan.

Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah

dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi paling sering adalah MTP-1,

apabila proses berlanjut dapat terkena pada sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut dan siku.

Arthritis pirei

Gejala klasik artritis septik adalah demam yang mendadak, malaise, nyeri lokal pada sendi yang

terinfeksi, pembengkakan sendi, dan penurunan kemampuan ruang lingkup gerak sendi. Nyeri pada

artritis septik khasnya adalah nyeri berat dan terjadi saat istirahat maupun dengan gerakan aktif maupun

pasif. Terjadi peningkatan lekosit dengan predominan neutrofil segmental, peningkatan laju endap darah

dan C-reactive Protein (CRP). Cairan sendi tampak keruh, atau purulen, leukosit cairan sendi lebih dari

50.000 sel/mm3 predominan PMN, sering mencapai 75%-80%. Ditemukannya kuman patogen dalam

cairan sendi

V. Patogenesis kasus

Osteartritis di mulai dengan kerusakan lokal dari tulang rawan sendi dan digambarkan oleh degenerasi

yang progresif tulang rawan, hipertrofi, remodeling tulang subkondral, dan inflamasi sekunder dari

membran synovial. Jejas mekanis dan kimiawi (dalam kasus ini yang berperan adah umur dan berat

badan berlebih) diduga menjadi faktor yang merangsang terbentuknya produk degradasi kartilago dalam

cairan sinovial yang mengakibatkan terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri. Produk

tersebut antara lain : Interleukin-1 (IL-1), Nitric Oxide (NO) dan Prostaglandin E2 (PGE2). Jumlah

mediator ini termasuk Cytokinase meningkat didalam cairan sinovial yang akan meningkatkan reksi

inflamasi sehingga terjadi sinovitis serta kerusakan sendi.

13

Page 14: Makalah OA

VI . Penatalaksanaan

- Terapi non farmakologis

1.Edukasi

Pasien OA termasuk keluarganya perlu diberi penjelasan mengenai perjalanan penyakitnya yang

disebabkan oleh proses degenerasi oleh adanya faktor-faktor kerja sendi yang diperberat oleh faktor usia,

berat badan, pekerjaan, trauma, merokok yang memudahkan timbulnya OA.

2. Terapi fisik dan rehabilitasi

Dengan melakukan olah raga yang teratur dapat membakar kalori yang tertimbun dalam tubuh, sehingga

dapat mengurangi berat badan. Juga apabila dilakukan tidak berlebihan dan dengan cara yang benar dapat

mempertahankan sendi tetap sehat dan terlindung dari OA, karena akan membuat cairan sendi bergerak

14

Page 15: Makalah OA

kesegala arah karena tekanan dan terkumpul kembali waktu relaksasi. Fisioterapi, yang berguna untuk

mengurangi nyeri, menguatkan otot, dan menambah luas pergerakan sendi.

3. Menurunkan berat badan

Setiap kelebihan berat badan akan membebani sendi penyangga berat badan. Hal ini akan menimbulkan

degenerasi yang prematur. Oleh karena itu pengendalian berat badan merupakan upaya yang baik untuk

pencegahan dan pengobatan OA.

- Terapi farmakologis

1.Penggunaan obat-obatan analgetik

OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) memiliki efek analgetik serta inflamasi. Oleh karena pasien

OA kebanyakan berusia lanjut maka pemberian obat ini harus berhati-hati. Pilihlah obat golongan ini

yang mempunyai efek samping rendah cetaminofen merupakan obat analgetik yang bekerja cukup baik

pada stadium awal.

2. Memperbaiki rawan sendi yang rusak

Saat ini dikenal pula obat yang lain yang termasuk “chondro protective” disebut sebagai Disease

Modifyng Osteoarthritis Drugs (DMOAD ) yang meliputi : glukosamin dan kondroitin sulfat, asam

hialuronat (bentuk injeksi sendi sebagai  “pelumas sendi” ) penghambat interleukin -1 (IL-1 reseptor

antagonist). Glukosamin bersama-sama dengan Chondroitin sulfat dapat mencegah kerusakan rawan

sendi karena OA. Bahkan kedua suplemen tersebut dapat memperbaiki kerusakan sendi terbatas yang

sudah terjadi .

VII . Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

Ad fungtionam : dubia ad malam

15

Page 16: Makalah OA

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan histologi sendi

Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik, juga

merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua

tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.

Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan

matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam bahan dasar

amorf. Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu : (1) tulang rawan hialin,

yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan ujung-ujung persendian; (2) tulang rawan

elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan (3) tulang rawan fibrosa yang terdapat

pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin

menutupi bagian tulang yang menanggung beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen

tipe II dan proteoglikan yang sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan

kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan

proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau penambahan usia. 3

Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk

melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta

sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan matriks

rawan yang baik pula.

Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu :

• Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal inilah yang

menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastis

• Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap tarikan. Makin

kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap

tarikan

Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.

16

Page 17: Makalah OA

Klasifikasi Sendi

1. Secara struktural : 4

Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:

(a). Sendi fibrosa dimana tidak terdapat rongga sendi dan lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan

dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis

(b) Sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, sedikit

pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis

(c). Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan, memiliki rongga

sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon

yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan

cairan sinovial yang berwarna kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam

hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial.

Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.

2. Menurut fungsinya :

1. Sendi sinartosis (sendi mati), sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.

Sendi jenis ini antara lain adalah :

a. Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat yang hanya ditemukan pada

tulang tengkorak. Contoh: sutura sagital dan parietal.

b. Sinkondrosis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago hialin. Contoh:

lempeng epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang anak.

2. Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas)

Sendi ini memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan kompresi. Sendi jenis ini

antara lain adalah:

a. Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago, yang menjadi

bantalan sendi dan memungkinkan terjadi sedikit gerakan. Contoh: simpisis pubis

17

Page 18: Makalah OA

b. Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat-serat jaringan

ikat kolagen. Contoh: ditemukan pada tulang yang bersisihan seperti radius dan ulna, serta tibia dan

fibula

c. Gomposis, adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam kantong tulang,

seperti pada gigi yang tertanam pada tulang rahang

3. Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi synovial

Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinofial.

Klasifikasi persendian synovial terdiri dari:

a. Sendi sferoidal, yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam rongga berbentuk cangkir pada

tulang lain.

Contoh: sendi panggul dan bahu

b. Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada permukaan konkaf tulang kedua,

sehingga memungkinkan gerakan kesatu arah.

Contoh: sendi lutut dan siku.

c. Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan tulang kedua dan dapat berputar

kesemua arah.

Contoh: tulang atas, persendian bagian kepala

d. Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial, yang memungkinkan gerakan kedua arah disudut kanan

setiap tulang.

Contoh: sendi antara tulang radius dan tulang karpal

e. Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf disatu sisi dan konkaf pada sisi

lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang saling menyatu. Satu-satunya sendi

pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah persendian antara tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.

f. Sendi peluru, adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang berartikulasi berbentuk datar,

sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan tulang yang lainnya. Persendian

semacam ini disebut sendi nonaksia.

Misalnya: Persendian intervertebra, dan persendian antara tulang-tulang karpa dan tulang-tulang tarsal.

18

Page 19: Makalah OA

B Sendi pada Lutut

Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint ), yaitu sendi yang

mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu pergerakan antara dua buah tulang yang

bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis persendian ini lebih kompleks daripada jenis sendi fibrous

dan sendi cartilaginosa.

Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan hyaline cartilage

yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan bantalan pada persambungan tulang. Pada

daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi merupakan

pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan.

19

Page 20: Makalah OA

Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan :

1. Lapisan luar

Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat yang tidak teratur dan akan

berlanjut menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan

menebal dan membentuk ligamentum.

2. Lapisan dalam

Disebut juga synovial membran, bagian dalam membatasi cavum sendi dan bagian luar merupakan

bagian dari articular cartilage.. Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan connective.

Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi dari sel

synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks dari polisakarida protein , lemak dan

sel sel lainnya. Polisakarida ini mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu kualitas dari cairan

synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi mudah digerakkan

Menurut arah gerakannya sendi lutut termasuk dalam sendi engsel ( mono axial joints )yaitu sendi

yang mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada

tulang yang satu yang digunakan untuk berhubungan dengan bentuk yang concave pada tulang lainnya.

C. Anatomi Sendi Lutut

Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak pada

kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio

condylaris diantara condylus femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah

sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris. 4

Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat, pada bagian bawah

terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian bawah terdapat articulatio antara ujung

bawah femur dengan patella.

Fascies articularis femoris . tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies articularis

condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai plateau tibialis medialis dan

lateralis.

20

Page 21: Makalah OA

LIGAMENTUM PADA SENDI LUTUT A. LIGAMENTUM EXTRACAPSULAR 4

1. Ligamentum Patellae

Melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae.

Ligamentum patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon bersama m.

quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella dan

dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis memisahkan

ligamentum ini dari kulit.

2. Ligamentum Collaterale Fibulare

Ligamentum ini menyerupai tali dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan dibagian

bawah melekat pada capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan

lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui bursa m. poplitei.

3. Ligamentum Collaterale Tibiae

Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus

medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini

menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada

margo infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendon m. semimembranosus dan a. inferior medialis

genu .

4. Ligamentum Popliteum Obliquum

Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya

membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun

pada dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendon m.

semimembranosus.

5. Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus , terdiri dari jaringan connective,

kadang- kadang ligamentum ini tertinggal dalam perkembangannya , sehingga sering tidak dijumpai pada

sebagian orang.

21

Page 22: Makalah OA

B. LIGAMENTUM INTRA CAPSULAR 4

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat, saling menyilang

didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan

perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan

tibiae. Bila sendi lutut berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah tibiae

tertarik ke posterior. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah femur ke anterior

terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum posterior akan mencegah

tibiae tertarik ke posterior.

CARTILAGO SEMILUNARIS (MENISCUS )

1. Cartilago Semilunaris Medialis 4

Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian depannya.

Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan cartilago

22

Page 23: Makalah OA

semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut ligamentum transversum. Cornu posterior

melekat pada area intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan

ligamentum collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.

2. Cartilago Semilunaris Lateralis 4

Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area

intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area

intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa

biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus

medialis femoris.

Pergerakan pada sendi lutut

Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi , ekstensi , dan sedikit rotasi.

Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris , semimembranosus, dan semitendinosus,

serta dbantu oleh m.gracilis , m.sartorius dan m. popliteus. Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya

tungkai bawah bagian belakang dengan paha.

Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula oleh ligamentum

cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur

dan tibia serta ligamentum collaterale mediale dan lateral serta ligamentum popliteum obliquum menjadi

tegang , serat-serat posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan. Sehingga sewaktu sendi

lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiper-ekstensi , rotasi medial dari femur mengakibatkan

pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari sendi, dan lutut berubah menjadi struktur yang

secara mekanis kaku.

Rotasio femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia , dan cartilago semilunaris dipadatkan

mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-

ekstensi dikatakan dalam keadaan terkunci.

23

Page 24: Makalah OA

Osteoartritis

Definisi Osteoartritis

Osteoartritis ( OA ) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis, disertai kerusakan tulang rawan

sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi

tulang dan tulang rawan sendi, yang disebut osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan

ini timbul akibat mekanisme abnormal pada proses penuaan , trauma atau akibat kelainan lain yang

menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan dengan faktor sitemik ataupun

infeksi .2

Klasifikasi Osteoartritis

1. Osteoartritis Primer

  Penyebab tidak diketahui dengan pasti dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi, mengenai satu atau banyak sendi,bersifat progresif. Terutama

ditemukan pada wanita dengan nyeri yang akut disertai rasa panas pada bagian distal interfalangeal yang

selanjutnya terjadi pembengkakan tulang yang disebut nodus Heberden. Biasanya mengenai sendi lutut

dan panggul.  1,2

2. Osteoartritis Sekunder

  Disebabkan penyakit yang menyebabkan kerusakan pada synovial sehingga menimbulkan  osteoarthritis

sekunder. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan osteoarthritis sekunder, adalah : 1,2

  - Trauma atau Instabilitas: Terutama terjadi akibat fraktur, post menisektomi, tungkai bawah yang tidak

sama panjang, hipermobilitas dan instabilitas sendi, tidak sejajar dan serasinya permukaan sendi.

  - Faktor Genetik atau Perkembangan: Adanya kelainan genetic dan perkembangan seperti dysplasia

epifisial, dysplasia acetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan slipped

epiphysis.

  - Penyakit Metabolik/ Endokrin : Penyakit metabolik seperti okronosis, akromegali,

mukopolisakaridosis, deposisi Kristal, dsb

24

Page 25: Makalah OA

Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya osteoarthritis dipengaruhi oleh: 1,2

1. Umur

Dari semua factor resiko untuk timbulnya osteoarthritis ( OA ), factor penuaan adalah yang terkuat.

Prevalensi, dan beratnya osteoarthritis ( OA ) semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Osteoarthritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada usia di bawah 40 tahun dan sering pada

umur di atas 60 tahun.

2. Jenis Kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA bayak sendi, dan lelaki lebih sering terkena OA paha,

pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah umur 45 tahun frekuensi OA kurang lebih

sama pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun ( setelah menopause ) frekuensi OA lebih

banyak pada wanita. Hal ini menunjukan adanya peranan hormonal pada pathogenesis OA

3. Ras

OA pada paha lebih sering pada orang kaukasia daripada orang kulit hitam atau asia. OA lebih sering

dijumpai pada orang amerika asli ( Indian ) daripada orang kulit putih.

4. Faktor Keturunan

Ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal ( nodus Heberden ) terdapat 2 kali

lebih sering, dan anak-anaknya yang perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, dari pada ibu

dan anak-anak perempuan dari wanita tanpa OA.

5. Faktor Metabolik dan Endokrin

Berat badan yang berlebih secara nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbul OA baik pada

wanita maupun pria.

6. Trauma dan Faktor Okupasi

Trauma yang hebat terutama fraktur intra-artikuler atau dislokasi sendi.

25

Page 26: Makalah OA

Etiopatogenesis

OA adalah penyakit yang mengenai kartilago/rawan sendi dan tulang subkhondral. Masalah yang

mendahului terjadinya OA ini belum jelas benar, tetapi dipikirkan sebagai hasil dari ketidak seimbangan

antara proses anabolik dan katabolic di khondrosit. Karakteristik pada OA adalah terjadi degradasi secara

progresif dari komponen ekstra selular (ECM) rawan sendi yang berhubungan dengan faktor inflamasi

sekunder.

Banyak faktor yang berperanan sehingga timbulnya proses inflamasi di sinovium : pecahan rawan

sendi, pecahan dari permukaan sendi yang mengalami fibrilasi, semuanya akan terkumpul di sinovium

yang kemudian menimbulkan reaksi inflamasi. Produkasinya antara lain : Interleukin-1 (IL-1), Nitric

Oxide (NO) dan Prostaglandin E2 (PGE2). Menyebabkan terjadinya perubahan katabolik yang progresif

pada OA. Jumlah mediator ini termasuk Cytokinase meningkat didalam cairan sinovial yang akan

meningkatkan reksi inflamasinya pula. Kristal juga akan menyebabkan sinovitis pada OA. Cairan sinovial

penderita OA mengandung kristal-kristal Calcium pyrophosphate dihydrate, Calcium hydroxyapatite atau

keduanya bersamaan. 1,2,5

OA terjadi karena adanya multi faktor. Etiologi yang spesifik tidak diketahui, tetapi berhubungan

dengan beban berlebihan, ketidak mampuan khondrosit untuk mengontrol sistim remodeling internal, dan

faktor diluar sendi seperti perubahan pada sinovium dan vaskuler.

Patogenesis OA dapat dibagi dalam 4 stadium :

1.     Stadium “Initial repair” : Secara histologis terdapat proliferasi Khondrosit. Secara biokimia

terdapat peningkatan sintesa komponen ECM dan DNA yang dipakai untuk proliferasi, mitosis, dan

peningkatan aktivitas Khondrosit.

2.       OA stadium awal : Sintesa komponen ECM jumlahnya dilampaui oleh degradasi karena adanya

sintesa dan aktivitas Protease yang meningkat. Sehingga terjadilah berkurangnya rawan sendi. Secara

histologis ditandai oleh pembengkakan rawan sendi dan permukaan kartilago yang tidak teratur/irregular.

Secara biokimia ditemukan peningkatan sintesa komponen ECM dan DNA dan dilepaskannya enzim

Proteolitik dan berkurangnya sintesa enzim Protease inhibitor.

26

Page 27: Makalah OA

3.       OA Stadium intermediate : Ditandai dengan kegagalan sintesa komponen ECM sedangkan sintesa

dan aktivitas Protease tetap meningkat, menyebabkan degradasi progresif dan makin berkurangnya rawan

sendi. Secara histologis tampak fibrilasi (vertical splitting), pelepasan (horizontal splitting) dan penipisan

kartilago/rawan sendi .

4.     OA stadium ahir :  Komponen ECM termasuk cairan, proteoglikan dan kolagen lebih berkurang lagi.

Sintesa dan aktivitas Protease tetap tinggi  atau menurun bila rawan sendi sudah sangat tipis atau hampir

seluruhnya sudah dirusak dan osteofit sudah terjadi pada bagian tepi menimbulkan : residual OA. Secara

histologis tampak fibrilasi hebat dan denudasi tulang subkhondral. Yang secara klinis dimanifestasikan

dengan nyeri dan limitassi gerak sendi serta krepitasi.

27

Page 28: Makalah OA

Gejala klinis

Osteoarthritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Gejala-gejala klinis yang ditemukan

berhubungan dengan fase inflamasi synovial, penggunaan sendi, serta inflamasi dan degenerasi yang

terjadi di sekitar sendi. Gejala-gejala klinis tersebut terdiri dari : 1,2,3,6

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya

bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Kemudian nyeri menjadi lebih berat,

hilang timbul, bertambah dengan gerakan dan berkurang dengan istirahat. Dalam keadaan ringan ,sendi

baru akan terasa sakit setelah melakukan aktifitas berat seperti mengangkat beban berat atau naik turun

tangga. Pada keadaan parah hanya dengan melakukan aktifitas ringan seperti jalan kaki sendi sudah terasa

sakit. Bahkan saat duduk atau tiduran nyeripun terasa. Nyeri pada OA dapat bersifat penjalaran atau

akibat radikulopati misalnya pada OA servikal dan lumbal. Karena tidak adanya manifestasi sistemik

pada OA maka gejala-gejala dan tanda-tanda terbatas pada masing-masing sendi.

Rasa nyeri dapat berasal dari :

- Sinovium : inflamasi

- Kapsul sendi : distensi dan instabilitas

- Otot/ligamen : spasme, strain

- Tulang : hipertensi medular, fraktur subkhondral

- Osteofit : reaksi periosteal, penekanan serabut saraf

2. Kekakuan

Nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas seperti duduk lama atau setelah bangun tidur pagi.

Kekakuan sendi berlangsung kurang dari 30 menit.

3. Pembengkakan

Terutama pada lutut dan siku yang dapat disebabkan oleh cairan dalam sendi ( waktu stadium akut ) atau

28

Page 29: Makalah OA

karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Dapat juga oleh karena pembengkakan dan

penebalan pada sinovia yang berupa kista.

4. Gangguan Pergerakan

Disebabkan oleh adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Dapat

ditemukan adanya krepitasi.

5. Deformitas

Akibat kontraktur kapsul serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.

6. Nodus Heberden dan Bouchard

Nodus Heberden itemukan pada bagian dorsal sendi interfalang distal, sedangkan nodus Bouchard pada

interfalang proksimal tangan, terutama pada wanita dengan osteoarthritis primer. Nodus Heberden

kadang tanpa disertai rasa nyeri tapi sering disertai perestesia dan kekakuan sendi jari-jari tangan ( pada

stadium lanjut ) disertai deviasi jari ke lateral.

7. Perubahan gaya berjalan

Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri, terutama pada osteoarthritis yang dijumpai pada lutut,

sendi paha, dan tulang belakang yang menjadi tumpuan berat badan. Hampir sebagian besar pasien

berjalan dengan cara pincang.

Gradasi beratnya OA

Sistim gradasi yang paling banyak dipakai adalah berdasarkan gambaran radiologis seperti yang dibuat oleh Kellgren dan Lawrence ;

Grade 0 : Normal.

Grade 1 : Meragukan/tidak jelas.

Grade 2 : OA minimal :

- osteofit , minimal pada 2 tempat.

- Sklerosis subkhondral minimal

- Kista subkhondral samar-samar

29

Page 30: Makalah OA

- Celah sendi normal

- Tidak ada deformitas diujung tulang

Grade 3 : OA sedang / moderate

- Osteofit sedang

- Ada deformitas diujung tulang.

- Celah sendi menyempit

Grade 4 : OA berat / severe

- Osteofit besar

- Ada deformitas diujung tulang

- Celah sendi hilang.

- Ada sklerosis

Diagnosis

A.Pemeriksaan fisik

Sendi yang terkena  terasa hangat, bengkak dan sakit bila ditekan pada keadaan yang akut, sedangkan

pada yang kronik tanda-tandanya tidak begitu jelas, mungkin hanya keluhan nyeri saja yang dirasakan

penderita. Pada sendi besar misalnya lutut bila digerakkan atau ditekuk terdengar suara krepitasi dan

30

Page 31: Makalah OA

osteoartritis yang lanjut dapat dilihat pembesaran tulang  (bony enlargment) , deformitas tulang bentuk

hurup L  (valgus ) dan hurup O (varus ) serta keterbatasan gerak sendi. 1,2,

B Pemeriksaan laboratorium 1,2

1. Darah tepi ( hemoglobin, leukosit, Laju endap darah) biasanya normal.

2. Serum kholesterol sedikit meninggi

3. Pemeriksaan Rhematoid Factor negative

C. Pemeriksaan radiologis 1,2

Pemeriksaan Radiologis dilakukan dengan :

1. Foto Polos

  Gambaran yang khas pada foto polos adalah :

  - Densitas tulang normal atau meninggi

  - Penyempitan ruang sendi yang asimetris, lebih berat pada bagian yang menanggung beban karena

hilangnya tulang rawan sendi.

  - Sklerosis tulang subkondral

  - Kista tulang pada permukaan sendi, terutama subkondral

  - Osteofit pada tepi sendi

  Gambaran diatas teruatama lebih jelas pada sendi-sendi besar.

31

Page 32: Makalah OA

D. Cairan sinovium

Pada osteoarthritis analisis cairan sinovium memperlihatkan : 1,2,

- leukositosis ringan (sel darah putih kurang dari 2000 per mikroliter), dengan predominansi sel mononukleus.

- Viskositas tinggi, String sign positif.

- Warna kuning-jernih.

Analisis cairan sendi

Kriteria Noninflamasi(grup I)

Inflamasi(grup II)

Purulen(grup 3)

Warna Xantokrom Xantokrom/putih PutihKejernihan Transparan Opaque OpaqueViskositas Tinggi Rendah Sangat rendahBekuan musin Sedang-baik Sedang-buruk BurukJumlah leukosit <3000 3000-50000 50000-300000Polimorfonuklear (%)

<25% >70% >90%

Diagnosa banding

1. Arthritis reumatoid

Merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang

walaupun terutama mengenai jaringan persendian, sering kali juga melibatkan organ tubuh lainnya.

Gejala klinis

Gejala klinis terutama AR adalah poliarthritis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan

sendi dan tulang sekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki yang

umumnya bersifat simetris.

32

Page 33: Makalah OA

Kriteria menurut American Rheumatism Association 1,

No. Kriteria Definisi

1. Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya,

sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal.

2. Arthritis pada 3 daerah

persendian atau lebih

Pembengkakan jaringan lunak atau persendianatau lebih efusi

pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan.

3. arthritis pada

persendian tangan

Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian

tangan.

4. Arthritis simetris Keterlibatan sendi yang sama seperti kriteria 2

5. Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan

ekstensor atau daerah juksta artikuler.

6. Faktor reumatoid

seruam positif

Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang

diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang

dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa.

7. Perubahan gambaran

radiologi

Yang khas pada pemeriksaan sinar-x tangan posterior atau

pergelangan tangan yang menunjukkan adanya erosi atau

dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada sendi atau daerah

yang berdekatan dengan sendi.

2.Arthritis pirei

Gejala klasik artritis septik adalah demam yang mendadak, malaise, nyeri lokal pada sendi yang

terinfeksi, pembengkakan sendi, dan penurunan kemampuan ruang lingkup gerak sendi. Nyeri pada

artritis septik khasnya adalah nyeri berat dan terjadi saat istirahat maupun dengan gerakan aktif maupun

pasif. Terjadi peningkatan lekosit dengan predominan neutrofil segmental, peningkatan laju endap darah

dan C-reactive Protein (CRP). Cairan sendi tampak keruh, atau purulen, leukosit cairan sendi lebih dari

50.000 sel/mm3 predominan PMN, sering mencapai 75%-80%. Ditemukannya kuman patogen dalam

cairan sendi

33

Page 34: Makalah OA

3. Stadium arthritis gout akut

Merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan

atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraartikuler. Manifestasi klinik (yang mirip dengan

OA). Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat.

Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi hari terasa sakit yang hebat dan tidak dapat

berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat,

merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Lokasi paling sering adalah

MTP-1, apabila proses berlanjut dapat terkena pada sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut dan

siku. Pada serangan akut yang ringan keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan

akut yang berat keluhan dapat hilang dalam beberapa hari atau minggu

Penatalaksanaan

Pengobatan terdiri atas :

Terapi non farmakologis 1

1.Edukasi

Pasien OA termasuk keluarganya perlu diberi penjelasan mengenai perjalanan penyakitnya yang

disebabkan oleh proses degenerasi oleh adanya faktor-faktor kerja sendi yang tidak semestinya yang

diperberat poleh faktor usia, berat badan, pekerjaan, trauma, merokok dan pada keluarga-keluarga

tertentu terdapat suatu kelemahan yang memudahkan timbulnya OA. Bahwa penyakit ini bersifat

setempat dan bila belum terjadi perubahan sendi yang berat/derajat kerusakan sendi ringan, masih dapat

diperbaiki atau dicegah makin bertambah berat asalkan mendapat penanganan yang tepat.

2. Terapi fisik dan rehabilitasi

Dengan melakukan olah raga yang teratur dapat membakar kalori yang tertimbun dalam tubuh, sehingga

dapat mengurangi berat badan. Juga apabila dilakukan tidak berlebihan dan dengan cara yang benar dapat

mempertahankan sendi tetap sehat dan terlindung dari OA, karena akan membuat cairan sendi bergerak

kesegala arah karena tekanan dan terkumpul kembali waktu relaksasi. Gerakan tersebut akan memberi

makanan pada rawan sendi dari cairan sendi yang bergerak-gerak. Bila tidak ada gerakan,rawan sendi

34

Page 35: Makalah OA

akan menipis dan mengering yang menyebabkan mudah rusak. Fisioterapi, yang berguna untuk

mengurangi nyeri, menguatkan otot, dan menambah luas pergerakan sendi.

3. Menurunkan berat badan

Setiap kelebihan berat badan akan membebani sendi penyangga berat badan. Hal ini akan menimbulkan

degenerasi yang prematur. Oleh karena itu pengendalian berat badan merupakan upaya yang baik untuk

pencegahan dan pengobatan OA.

Terapi farmakologis 1,2

Pemberian obat-obatan

Penggunaan obat-obatan analgetik

OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) memiliki efek analgetik serta inflamasi. Oleh karena pasien

OA kebanyakan berusia lanjut maka pemberian obat ini harus berhati-hati. Pilihlah obat golongan ini

yang mempunyai efek samping rendah cetaminofen merupakan obat analgetik yang bekerja cukup baik

pada stadium awal.

Memperbaiki rawan sendi yang rusak

Saat ini dikenal pula obat yang lain yang termasuk “chondro protective” disebut sebagai Disease

Modifyng Osteoarthritis Drugs (DMOAD ) yang meliputi : glukosamin dan kondroitin sulfat, asam

hialuronat (bentuk injeksi sendi sebagai  “pelumas sendi” ) penghambat interleukin -1 (IL-1 reseptor

antagonist). Glukosamin bersama-sama dengan Chondroitin sulfat dapat mencegah kerusakan rawan

sendi karena OA. Bahkan kedua suplemen tersebut dapat memperbaiki kerusakan sendi terbatas yang

sudah terjadi .

35

Page 36: Makalah OA

Tindakan operasi

Pembedahan.

Jenis tindakan bedah yang dilakukan ada bermacam-macam, tergantung kepada derajat kerusakan sendi

yang terjadi. Tindakan dapat bertujuan profilaksis untuk menghilangkan/memperbaiki kelainan yang

dapat menimbulkan OA atau mengurangi progresivitasnya bila OA sudah terjadi. Misalnya koreksi

terhadap genu varus atau genu valgum. Tindakan lainnya bertujuan terapeutik yaitu untuk mengurangi

rasa nyeri dan menambah gerakan sendi.

Tindakan operasi dilakukan apabila :2

• Nyeri tidak dapat diatasi dengan obat

• Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas pada sendi

• Kerusakan sendi tingkat lanjut

• Mengoreksi beban pada sendi agar distribusi beban terbagi rata

Tindakan pembedahan yang paling ringan adalah debridement dan lavage yang dilakukan secara terbuka

atau memakai arthroscope. Dilakukan bila kerusakan sendi belum terlalu berat, dan mampu

menghilangkan keluhan sampai 1 - 2 tahun. Bila rawan sendi sudah sangat rusak dilakukan tindakan yang

lebih besar lagi.

Jenis tindakan operasi :

o   Debridement dan lavase

o   Osteotomi, memperbaiki biomekanik sendi.

o   Arthroplasty ,rekonstruksi sendi :

-     Resection Arthroplasty

-          Interposition Arthroplasty

-          Replacement Arthroplasty

o   Arthrodesis. Mengkakukan sendi

o   Operasi pada jaringan lunak.

36

Page 37: Makalah OA

37

Page 38: Makalah OA

BAB VI

KESIMPULAN

Kesimpulan

Osteoartritis adalah salah satu dari penyakit reumatik yang paling banyak dijumpai khususnya

pada golongan umur lebih dari 50 tahun, angka prevalensi dan insidennya antara pria dan wanita

sebanding. Pada osteoartritis yang terserang ialah pada tulang rawan sendi dan sendi yang terkena

umumnya pada sendi besar penyokong berat badan  dan mengenai satu sendi atau banyak sendi       ( pada

osteoartritis primer ). .Osteoartrosis merupakan kelainan yang bersifat progresif lambat yang mengenai

rawan sendi. Kelainan ini akan mengganggu aktifitas sehari-hari penderitanya, terutama bila mengenai

sendi lutut. Banyak faktor yang merupakan predisposisi osteoartrosis sendi lutut, seperti umur, jenis

kelamin, ras, obesitas, merokok dan beberapa penyakit metabolik. Diagnosis ditegakkan dengan

anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik serta foto rongent polos umumnya sudah dapat ditegakkan,

Sedangkan terapinya bersifat komprenhensif  yaitu  dengan   tanpa obat (non farmakologik ), dengan obat

(farmakologik ), program fisioterapi dan tindakan bedah bila terapi konservatif gagal  . Keberhasilan

Pengobatan osteoartritis tergantung derajat sakitnya pada osteoartritis yang awal dengan pengobatan yang

tepat dapat dicegah progresifitas penyakitnya, sedangkan kasus –kasus yang berat dimana pengobatan

konservatif gagal dapat dilakukkan tindakan bedah.

38

Page 39: Makalah OA

Daftar Pustaka

1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, dkk. Osteoartritis. Dalam: Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;

2009 .p. 2538.

2. Rasjad C. kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ke-2.

Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue; 2003. p. 196-204

3. Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.

4. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta:EGC;2006

5. Poole R, Guilak F, Abramson SB: Etiopathogenesis of  osteoarthritis . In Osteoarthritis diagnosis and

medical or surgical  management. Edited by  Moskowitz RW,Altmant RD,Hochberg MC et al. 4 th

edition. Lippincott William and Wilkin 2007:27-49.

6. Salter RB. Degenerative Disorder of Joints and Related Tissues in Textbook of Disorders and Injuries

of Musculoskeletal System. 3ed. William & Wilkins. Baltimore-Maryland, 1999 : 213-251

39

Page 40: Makalah OA

40