lapsus Mata
-
Upload
anonymous-jvzrnyxmd -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of lapsus Mata
CASE PRESENTATION II
Traumatic Optic Neuropathy OD
OLEH
Baiq Rizky Arfianti
H1A 011 011
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Traumatic Optic Neuropathy (TON) merupakan sekumpulan gejala
neuropati optik yang timbul setelah terjadinya trauma pada daerah mata atau
kepala tanpa adanya penyebab lain. Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu
penyebab terbanyak TON yaitu sekitar 17 – 63% dari jumlah kasus. TON juga
dapat disebabkan oleh jatuh dari ketinggian yaitu sekitar 14 – 50% dari jumlah
kasus.
Seperti halnya neuropati optik, TON memiliki gejala dan tanda seperti
penurunan tajam penglihatan, penyempitan lapang pandang, dan defek pupil
aferen. Dalam beberapa kasus, keluhan gangguan penglihatan muncul setelah
beberapa jam atau hari setelah trauma okuler atau trauma kepala. TON merupakan
ancaman serius penglihatan yang dapat terjadi secara langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect). Dikatakan sebagai direct traumatic optic neuropathy apabila
terdapat penetrasi pada nervus optikus oleh benda asing atau lainnya yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat dengan kemungkinan
perbaikan yang sedikit. Sebaliknya, dikatakan indirect traumatic optic neuropthy
apabila terdapat neuropati optik tanpa adanya penetrasi langsung pada nervus
optikus, biasanya disebabkan oleh tekanan akibat trauma yang diteruskan ke
nervus optikus.
.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. H
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ampenan
Pekerjaan : Pegawai Hotel
Suku : Sasak
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 27 Juli 2015
II. SUBYEKTIF
Keluhan Utama
Penglihatan kabur pada mata kanan
Keluhan tambahan
Mata kanan terasa seperti berair
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh penglihatan pada mata kanan kabur sejak 1,5 bulan yang
lalu, tepatnya 1 hari setelah kecelakaan lalu lintas yang dialami pasien. Pasien
juga mengeluh mata kanan terasa seperti berair. Rasa mengganjal pada mata
tidak dirasakan pasien. Rasa nyeri pada mata (-), silau (-), keluhan pusing
atau sakit kepala (-), mual muntah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku pernah mengalami trauma pada bagian kepala
sebelah kanan akibat kecelakaan lalu lintas 1,5 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit mata sebelumnya atau mengalami keluhan yang
sama seperti saat ini disangkal oleh pasien.
3
Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.
Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, serta penyakit mata dan
sistemik lain dalam keluarga disangkal.
Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah berobat ke rumah sakit 1 bulan lalu, keluhan masih
tetap ada
Riwayat Pribadi dan Sosial:
Pasien bekerja sebagai pegawai hotel
III. OBYEKTIF
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Vital Sign
o Tekanan Darah : 110/70 mmHg
o Nadi : 92 x/menit, reguler dan kuat angkat
o Frekuensi Nafas : 22 x/menit, regular
o Suhu : 36,7ºC, suhu aksiler
4
Status Lokalis Mata:
No. Pemeriksaan Mata Okuler Dekstra
(OD)
Okuler Sinistra
(OS)
1. Visus Naturalis (sinne
correctio)
Pinhole
2/60
Tidak membaik
6/6
2. Posisi Bola
Mata
Hirschberg Ortoforia Ortoforia
Cover-uncover Ortotropia Ortotropia
3. Pergerakan Bola Mata Gerakan lancar ke
segala arah,
jangkauan penuh,
nyeri (-)
Gerakan lancar ke
segala arah,
jangkauan penuh,
nyeri (-)
4. Lapang Pandang
(Konfrontasi)
Menyempit ke arah
temporal
Normal, tidak
menyempit
5. Palpebra
Superior
Edema (-) (-)
Hematoma (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
6. Palpebra
Inferior
Edema (-) (-)
Hematoma (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Adneksa (alis mata) Scar (+) Scar (-)
Fissura Palpebra ± 11 mm ± 11 mm
8. Konjungtiva
Palpebra
Superior
Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
9. Konjungtiva
Palpebra
Hiperemia (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
5
Inferior
10. Konjungtiva
Bulbi
Injeksi
konjungtiva
(-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Perdarahan
subkonjungtiva
(-) (-)
Edema (-) (-)
11. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Keutuhan Utuh Utuh
Sikatrik (-) (-)
12. Bilik Mata
Depan
Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
13. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular
Sinekia anterior (-) (-)
Sinekia
posterior
(-) (-)
14. Pupil Bentuk Bulat Ø 4 mm Bulat Ø 4 mm
Refleks pupil
langsung
(-) (+)
Refleks pupil
tidak langsung
(+) (-)
15. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
Iris Shadow (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Dislokasi (-) (-)
16. Tekanan
Intraokuler
Palpasi Kesan normal Kesan normal
Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
6
17. Funduskopi Refleks fundus (+) (+)
Papil Batas tegas dan
sedikit pucat, C/D
Ratio 0,3
Batas tegas, C/D
Ratio 0,3
Retina Pembuluh darah
terlihat jelas
Perdarahan (-)
Pembuluh darah
terlihat jelas
Perdarahan (-)
7
IDENTIFIKASI MASALAH
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik antara lain:
I. SUBYEKTIF
Penglihatan kabur pada mata kanan
II. OBYEKTIF
Visus OD 2/60
Lapang pandang OD menyempit ke arah temporal
Refleks pupil langsung OD (-) dan refleks pupil tidak langsung OS (-)
Papil nervus optikus sedikit pucat
BAB IV
9
ANALISA KASUS
SUBYEKTIF
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan pada pasien ini, didapatkan
keluhan, yaitu penglihatan kabur pada mata kanan sejak 1,5 bulan yang lalu.
Keluhan mata kanan dengan penglihatan kabur ini dapat disebabkan karena
gangguan pada media refraksi ataupun kerusakan pada nervus optikus. Pada
pasien ini kemungkinan penyebabnya adalah kerusakan nervus optikus.
Kerusakan ini dapat disebabkan oleh trauma kepala yang pernah dialami pasien.
Trauma kepala dapat menyebabkan kerusakan pada nervus optikus secara
langsung maupun secara tidak langsung. Hal inilah yang menyebabkan
terganggunya fungsi penglihatan pada mata kanan pasien.
OBYEKTIF
Pada pemeriksaan oftalmologi, beberapa hasil pemeriksaan yang
didapatkan antara lain; visus yang menurun pada mata kanan (visus naturalis OD
2/60, tidak membaik dengan pinhole), lapang pandang OD menyempit ke arah
temporal, refleks pupil langsung OD (-) dan refleks pupil tidak langsung OS (-),
serta papil nervus optikus yang tampak sedikit pucat.
Hasil pemeriksaan visus yang menurun pada mata kanan pasien ini sesuai
dengan keluhan yang dialami pasien saat ini yaitu penglihatan pada mata kanan
yang kabur. Hal ini bisa disebabkan karena terdapat gangguan pada nervus
optikus yang berfungsi sebagai jaras penglihatan. Hal ini juga mendukung
terjadinya penyempitan lapang pandang ke arah temporal, yang berarti terdapat
kerusakan pada nervus optikus di bagian nasal yang berfungsi dalam penglihatan
temporal.
Pada pemeriksaan refleks pupil mata kanan, tidak didapatkan adanya pupil
yang miosis (refleks pupil langsung (-)). Hal ini dapat terjadi oleh karena
lemahnya refleks pupil langsung pada mata kanan akibat kerusakan pada nervus
10
optikus yang menyebabkan penghentian stimulus dari mata normal, sehingga akan
didapatkan hasil pemeriksaan refleks pupil tidak langsung atau refleks konsensual
mata kiri negatif. Fenomena ini seringkali disebut sebagai defek aferen pupil
relatif atau relative afferent pupillary defect (RAPD). Penyebab kerusakan nervus
optikus yang paling mungkin pada pasien ini adalah trauma pada kepala karena
pasien mengaku pernah mengalami trauma pada kepala akibat kecelakaan lalu
lintas yang dialaminya 1,5 bulan yang lalu.
ASSESSMENT
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarah pada diagnosis traumatic optic neuropathy okuli dekstra.
DIAGNOSIS KERJA
Traumatic Optic Neuropathy OD
PLANNING
1. Diagnostik
Perimetri
Pemeriksaan perimetri dapat berfungsi untuk mengetahui luas lapang
pandang secara lebih jelas sehingga dapat melihat luasnya kerusakan
saraf.
Pemeriksaan CT scan atau MRI
Indikasi pemeriksaan CT scan atau MRI pada pasien ini adalah karena
terjadinya kerusakan pada nervus optikus akibat trauma kepala.
Pemeriksaan CT scan dapat mendeteksi adanya fraktur pada kepala,
11
sehingga mekanisme terjadinya TON menjadi jelas. Pemeriksaan
dengan magnetic resonance imaging (MRI) dapat mendeteksi letak lesi
pada nervus optikus karena kemampuannya dalam pencitraan jaringan
lunak.
2. Tatalaksana
Secara umum, belum ada tatalaksana untuk memperbaiki fungsi nervus
optikus yang telah mengalami kerusakan. Tatalaksana pada neuropati
optik dibagi menjadi dua, yaitu tatalaksana operatif atau non operatif.
Tatalaksana pada pasien ini adalah non operatif yaitu dengan
pemberian kortikosteroid
3. KIE
Memberikan penjelasan bahwa keluhan yang dialaminya disebabkan
oleh kerusakan pada saraf optikus akibat trauma kepala yang
dialaminya.
PROGNOSIS
Prognosis pasien bergantung pada mekanisme trauma yang dialami pasien.
Jika mekanisme trauma yang dialaminya adalah trauma langsung, maka
prognosisnya dapat menjadi lebih buruk dibandingkan jika mekanisme trauma
yang dialaminya ada trauma tidak langsung.
BAB V
RINGKASAN AKHIR
12
Seorang laki-laki “Tn. H” berumur 25 tahun datang dengan keluhan mata
kanan kabur sejak 1,5 bulan yang lalu. Pasien mengaku pernah mengalami trauma
pada kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang pernah dialaminya 1,5 bulan yang
lalu. Pasien adalah seorang pegawai hotel.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil antara lain visus yang menurun
pada mata kanan (visus naturalis OD 2/60, tidak membaik dengan pinhole),
lapang pandang menyempit ke arah temporal, refleks pupil langsung OD (-) dan
refleks pupil tidak langsung OS (-). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada pasien ini, didapatkan diagnosis mengarah traumatic optic neuropathy okuli
dekstra.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan perimetri dan
pemeriksaan CT scan atau MRI. Tatalaksana pada pasien ini adalah non operatif
antara lain pemberian obat kortikosteroid.
13