Lapsus Cika

34
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2015 UNIVERSITAS NUSA CENDANA KATARAK SENILIS OLEH : Lestari Wacika, S.Ked (1008012004) PEMBIMBING : dr. Eunike Cahyaningsih, Sp. M DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN

description

laporan kasus katarak senilis

Transcript of Lapsus Cika

Page 1: Lapsus Cika

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2015

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KATARAK SENILIS

OLEH :

Lestari Wacika, S.Ked

(1008012004)

PEMBIMBING :

dr. Eunike Cahyaningsih, Sp. M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2015

Page 2: Lapsus Cika

BAB 1

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhacies, Inggris Cataract, dan Latin

Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah

setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa dan denaturasi protein lensa, ataupun terjadi akibat

kedua-duanya.1 Sekitar 47,8% kasus kebutaan di dunia disebabkan oleh katarak.

Katarak dapat terjadi pada setiap usia, tetapi kebanyakan katarak terjadi pada usia

di atas 40 tahun dan dianggap sebagai penyakit mata terkait usia. Menurut WHO

(World Health Organization), katarak senilis lebih banyak terjadi pada usia di atas

50 tahun. Sebagian besar katarak diakibatkan oleh proses penuaan dan bila

berlanjut akan menyebabkan kebutaan.. Penyakit Katarak merupakan prioritas

pertama dari lima prioritas vision 2020 – The Right to Sight untuk menghilangkan

angka kebutaan pada tahun 2020.2 Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Nasional tahun 2007, didapatkan bahwa proporsi katarak di Indonesia

sekitar 1,8%, angka ini meningkat dari 1,2% berdasarkan Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) 2001. Patut diduga bahwa peningkatan jumlah kasus

katarak ini berkaitan erat dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk

Indonesia. Angka harapan hidup periode 2005-2010 meningkat hingga usia 69,1

tahun dibanding periode 2000-2005 yang hanya sampai usia 66,2 tahun.3

Ada berbagai faktor timbulnya katarak antara lain karena proses penuaan,

faktor genetik, kelaianan bawaan, penyakit metabolik seperti diabetes melitus,

darah tinggi, merokok, alkohol, sinar ultraviolet, dan infeksi yang biasanya

didapatkan karena trauma pada mata.5 Gangguan penglihatan yang disebabkan

oleh katarak dapat ditangani dengan penanganan bedah dan non bedah.4

BAB 2

Page 3: Lapsus Cika

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. BA

Umur : 64 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sesawi-Oepura

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Kristen Protestan

Status perkawinan : Sudah menikah

Bangsa/suku : Indonesia/ Sabu

No MR : 406529

2.2 Anamnesis

a. Keluhan utama

Pasien mengeluh mata kiri kabur sejak 1 tahun terakhir

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pasien perempuan usia 64 tahun datang ke poli mata dengan keluhan

mata kiri terasa kabur ketika melihat. Keluhan tersebut dialami sejak 1 tahun

lalu. Selain itu, menurut pasien ada bintik putih pada bagian mata kirinya yang

makin meluas dalam 1 tahun terkahir. Bintik putih tersebut terdapat pada

bagian yang berwarna hitam dari bola mata. Mulai saat itu pasien merasa

penglihatannya mulai menjadi kabur seperti berasap dan seiring berjalannya

waktu semakin terasa kabur. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, silau,

gatal, mata terasa berair,rasa seperti mengganjal pada mata baik itu pada

bagian mata kiri maupun kanan. Pada mata sebelah kanan, pasien mengaku

masih dapat melihat dengan jelas namun dengan jarak yang sangat dekat, tidak

seperti mata kiri. Pasien juga tidak menggunakan kacamata sejak merasa

matanya telah kabur karena pasien tidak terlalu aktif dalam membaca dan

sering meminta pertolongan orang lain. Pasien menyangkal bahwa sebelum

mata kirinya lebih bertambah kabur, pasien melihat suatu objek seperti

Page 4: Lapsus Cika

bergelombang atau melengkung maupun seperti ada bagian yang hilang. Saat

ini pasien tidak merasakan sakit kepala, demam maupun mual dan muntah.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien baru mengetahui kadar gula dalam darah tinggi setelah memeriksakan

diri ke poli penyakit dalam (29/02/2015), GDPP 286 mg/dl. Menurut pasien,

selama ini pasien tidak merasa sakit pada bagian tubuh tertentu kecuali mata

yang terasa kabur ketika melihat sejak 1 tahun terakir. Tanggal 02/02/2015,

GDPP 238 mg/dl. Data terakhir 10/02/2015, GDPP 127 mg/dl.

a. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak diketahui

b. Riwayat Pengobatan

Pasien saat ini rutin mengkonsumsi obat (Metformin) yang didapat dari rumah

sakit.

2.3 Pemeriksaan Tanda Vital dan Status Oftalmologis

TD : 130/90 mmHg

Nadi : 70 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,6 oC

MATA OD OS

Palpebra Edema (-), hiperemi (-),

benjolan (-), ptosis (-),

trikiasis (-), xantelasma (-),

nyeri tekan (-)

Edema (-), hiperemi (-),

benjolan (-), ptosis (-), trikiasis

(-), xantelasma (-), nyeri tekan

(-)

Konjungtiva Perdarahan (-), sekret (-),

jaringan fibrovaskuler (-)

Perdarahan (-), sekret (-),

jaringan fibrovaskuler (-)

Kornea Keruh (-), benda asing(-),

abrasi (-), sikatrik (-),

infiltrate (-), ulkus (-)

Keruh (-), benda asing(-),

abrasi (-), sikatrik (-), infiltrate

(-), ulkus (-)

Bilik mata depan Kedalaman (dangkal), Kedalaman  (N), hifema (-),

Page 5: Lapsus Cika

hifema (-), hipopion (-) hipopion (-)

Iris/pupil Intak, pupil di central,

reguler, refleks cahaya +

Intak, pupil di central,

reguler, refleks cahaya +

Lensa Sebagian keruh, dislokasi

lensa (-), pseudoafakia (-),

Shadow test +

Seluruh bagian keruh,

dislokasi lensa (-),

pseudoafakia (-), shadow test -

Vitreus humor Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Visus 4/60 S-2.00 5/60 1/300 +

proyeksi sinar baik + +

+

Gerakan bola

mata

Bebas kesegala arah, nyeri

gerak (-) + + +

+ +

+ + +

Bebas kesegala arah, nyeri

gerak (-) + + +

+ +

+ + +

Lapang pandang Normal ke segala arah

+ +

+ +

- -

- -

Tekanan bola

mata

N/Palpasi

17,3 / 5,5

N/Palpasi

15,9 / 5,5

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.4 Diagnosis

- Katarak Senil Matur OS

- Katarak Senil Imatur OD

2.5 Tatalaksana

Pembedahan Katarak Matur OS dengan Exstra Capsuler Cataract Extraction/

ECCE dan Intraocular Lens/IOL

BAB 3

PEMBAHASAN

Page 6: Lapsus Cika

3.1 Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan

transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa

digantung oleh zonula siliari yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di

sebelah anterior lensa terdapat humor aquous dan di sebelah posterior terdapat

vitreus.5 Struktur lensa terdiri dari :6

1. Kapsul : Tipis, transparan, dikelilingi oleh membran hialin yang lebih tebal

pada permukaan anterior dibanding posterior. Kapsul lensa merupakan

membran basal yang dihasilkan oleh sel epitel lensa, dimana komposisi

terbanyak adalah kolagen tipe IV. Kapsul lensa paling tebal di zona

preekuatorial anterior dan posterior dan paling tipis pada bagian posterior

sentral. Dengan pertambahan umur, kapsul anterior menebal sekitar 2 lipatan.

2. Epitel : Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapisan sel epitel.

Sel – sel ini aktif dalam metabolisme dan melakukan aktivitas-aktivitas sel,

termasuk biosintesis DNA, RNA, protein, dan lemak, juga ATP untuk

memberi energi yang dibutuhkan lensa. Di bagian ekuator, sel ini aktif

membelah dan membentuk serabut lensa baru sepanjang kehidupan. Dengan

pertambahan umur, tinggi sel epitel berkurang dan lebarnya bertambah.

Beberapa studi menunjukkan berkurangnya jumlah sel epitel terjadi pada

pembentukan katarak.

3. Nukleus dan Korteks

Nukleus : Bagian sentralnya terdiri serabut – serabut tua. Terdiri beberapa

zona berbeda, yang menumpuk ke bawah sejalan dengan perkembangan.

- Epinukleus adalah bagian nukleus terluar atau bagian korteks terdalam

- Nukleus dewasa adalah lapisan terdalam selanjutnya

- Nukleus fetal mengacu kepada area cotyledonous pada daerah penyebaran

cahaya pada lensa dewasa yang jernih

- Embrional nukleus adalah inti nukleus paling dalam

Page 7: Lapsus Cika

Korteks : Bagian perifer yang terdiri dari serabut – serabut lensa yang paling

muda. Bagian - bagian korteks lensa dewasa:

- Korteks perifer berada tepat dibawah epitel anterior atau kapsul posterior

- Korteks supranuklear dekat dengan nukleus

- Epinukleus sama dengan regio supranuklear

- Sutura adalah garis yang dibentuk oleh ujung serabut lensa

Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein dan sedikit sekali mineral yang biasa

ada dijaringan tubuh lainnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat

lamelar epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang

elastik.1,5

3.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa

sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas

cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda

dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa

yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh

Gambar 1. Anatomi mata

Page 8: Lapsus Cika

peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,

zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai

akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa

perlahan-lahan berkurang.5 Lensa dapat merefraksikan cahaya karena memiliki

indeks refraksi, normalnya sekitar 1,4 disentral dan 1,36 di perifer. Dalam

keadaan nonakomodasi kekuatannya 15-20 Dioptri.6

Gambar 2. Proses akomodasi pada mata

3.3 Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium

dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aquous dan vitreous. Kadar kalium

di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior dan kadar natrium di

bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke

aquous humor, dari luar Ion Na masuk sescara difusi dan bergerak ke bagian

anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase,

sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.5,6

Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (78%) dan hexose

monophosphate (HMP) shunt (5%), sebagian kecil melalui siklus Krebs. Jalur

HMP-shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga

untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktase adalah

enzim yag merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol diubah menjadi

fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase.5,6

Page 9: Lapsus Cika

3.4 Definisi Katarak

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhacies, Inggris Cataract, dan Latin

Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah

setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa dan denaturasi protein lensa, ataupun terjadi akibat

kedua-duanya. Katarak merupakan penyakit kekeruhan lensa yang mengakibatkan

lensa menjadi tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.1

Gambar 3. Katarak pada mata

Berbagai faktor timbulnya katarak lain karena proses penuaan, kelaianan

bawaan, penyakit metabolik seperti diabetes melitus, darah tinggi, merokok,

alkohol, sinar ultraviolet, dan infeksi yang biasanya didapatkan karena trauma

pada mata.4 Pada pasien ini yang dapat menjadi faktor timbulnya katarak yaitu

proses penuaan dimana usia pasien kini 64 tahun dan penyakit metabolik yaitu

diabetes melitus (kadar gula dalam darah tinggi). Pasien bukan perokok dan

peminum alkohol. Pasien juga tidak memiliki trauma pada bagian mata selama

hidupnya. Untuk paparan sinar matahari, sehari-hari pasien beraktifitas lebih

banyak berada dalam rumah sebagai ibu rumah tangga daripada berada diluar

rumah.

3.5 Klasifikasi katarak

Katarak dapat diklasifikasikan menurut 2 jenis, yaitu berdasarkan berdasarkan

usia timbulnya katarak dan letak kekeruhan lensa.1,5,6,7

Page 10: Lapsus Cika

Berdasarkan usia timbulnya katarak, katarak dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak kongenital, yaitu katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera

setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital

merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat

penanganan yang kurang tepat. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital

diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubella pada

kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-

kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau

hepatosplenomegali. Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu

dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes mellitus,

kalsium, dan fosfor. Hampir 50% katarak kongenital adalah sporadik dan tidak

diketahui penyebabnya.

2. Katarak juvenil, yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

Katarak juvenil terjadi pada orang muda yang mulai terbentuknya pada usia

kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya

merupakan kelanjutan katarak kongenital.1 Katarak juvenil biasanya

merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya,

seperti :

Katarak metabolik

- Katarak diabetik dan galaktosemia

- Katarak hipokalsemik

- Katarak defisiensi gizi

- Penyakit Wilson

- Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

Katarak traumatic

Katarak Komplikata

- Kelainan kongenital dan herediter

- Katarak degeneratif

- Katarak anoksik

- Toksik

- Katarak radiasi

Page 11: Lapsus Cika

3. Katarak senil, yaitu katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun

Pada katarak senilis juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa stadium,

yaitu :

1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji

menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal)

Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior

subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi

jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien

Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa

akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi

hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya

bertambah, yang akan memberikan miopisasi

2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak

yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan

lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga

terjadi glaukoma sekunder

3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh

lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.

Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar

sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa

yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak

matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali,

tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.1

4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses

degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa

yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil,

berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam

dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus

sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses

katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang

Page 12: Lapsus Cika

berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus

yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut

dinamakan katarak morgagni.

Bagan 1 Perbedaan stadium katarak senil

Pada pasien ditemukan katarak pada kedua mata setelah berusia 50

tahun sehingga dikategorikan sebagai katarak senil. Untuk melihat stadium

pada katarak senil didapatkan hasil pemeriksaan fisik mata yaitu, pada

mata kiri (OS) keruh pada seluruh lensa, bilik mata depan normal, shadow

test negatif dimana sesuai denga katarak senil matur. Sedangkan pada mata

kanan (OD) keruh pada sebagian lensa, bilik mata depan dangkal dan

shadow test positif sesui dengan katarak senil imatur.

3.6 Patofisiologi Katarak

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi

dan sklerosis:1,7

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa

yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan

Page 13: Lapsus Cika

dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan

osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.

2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut

kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di

tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga

terjadilah sklerosis nukleus lensa.

Patogenesis dari katarak terkait usia multifaktor dan belum sepenuhnya

dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta

menurunnya kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru, serat kortical

berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami penekanandan

pergeseran (nucleus sclerosis). Kristalisasi (protein lensa) adalah perubahan yang

terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-

weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba mengalami fluktuasi

refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan visus. Modifikasi

kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan progressive pigmentasi.

Perubahan lain pada katarak terkait usia pada lensa termasuk menggambarkan

konsentrasi glutatin dan potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan

kalsium. Epitelium lensa dipercaya mengalami perubahan seiring dengan

pertambahan usia, secara khusus melalui penurunan densitas epitelial dan

differensiasi abberan dari sel-sel serat lensa. Sekali pun epitel dari lensa katarak

mengalami kematian apoptotik yang rendah di mana menyebabkan penurunan

secara nyata pada densitas sel, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial

dapat menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan

akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan

bertambahnya usia lensa, penurunan ratio air dan mungkin metabolit larut air

dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui

epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan

antioksidan. Kerusakan oksidatif pada lensa pada pertambahan usia terjadi yang

mengarahkan pada perkembangan katarak senilis. Berbagai macam studi

menunjukkan peningkatan produk oksidasi (contohnya glutationnteroksidasi) dan

penurunan vitamin antioksidan serta enzim superoksida dismutase yang

Page 14: Lapsus Cika

menggaris-bawahi peranan yang penting dari proses oksidatif pada

kataraktogenesis.3

3.7 Manifestasi Klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Pada anamnesia,

pasien dapat mengeluhkan beberapa gejala, yaitu : 6,7,8

1. Penurunan tajam penglihatan

Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan paling umum pada

pasien dengan katarak. Keluhan berupa penglihatan berasap dan tajam

penglihatan yang menurun secara progresif. Visus mundur yang derajatnya

tergantung pada lokalisasi dan tipisnya kekeruhan. Bila kekeruhan lensa tipis,

kemunduran visus sedikit dan sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di equator,

penderita tidak mengalami keluhan penglihatan

2. Silau

Keluhan ini berupa menurunnya sensitivitas kontras pada cahaya terang

atau silau pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada malam hari.

Keluhan ini sering terjadi pada pasien dengan katarak subkapsular posterior

dan pada pasien dengan katarak kortikal. Rasa silau atau ketidakmampuan

menoleransi cahaya terang; misalnya sinar matahari langsung atau lampu

kendaraan bermotor. Derajat silau tergantung pada lokasi dan ukuran

kekeruhan lensa.

3. Myopic shift

Katarak seringkali menyebabkan peningkatan kekuatan dioptrik lensa yang

menyebabkan terjadinya myopia atau myopic shift derajat ringan hingga

sedang. Akibatnya, ada pasien presbiopik melaporkan peningkatan penglihatan

jarak dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca saat mereka mengalami hal

yang disebut second sight. Namun, munculnya sementara dan saat kualitas

optik lensa mengalami gangguan, maka second sight tersebut akan hilang.

4. Monocular diplopia

Page 15: Lapsus Cika

Dapat berupa melihat dua atau tiga bayangan objek. Hal ini juga

merupakan gejala dini dari katarak yang disebabkan oleh refraksi yang tidak

beraturan akibat indeks refraktif yang bervariasi sebagai hasil dari proses

kekeruhan lensa.

Berdasarkan pada anamnesis didapatkan keluhan utama berupa mata kiri kabur

sejak 1 taun terakhir. Penglihatan menjadi kabur seperti berasap dan berjalan

progresif. Pasien Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, silau, gatal, mata terasa

berair,rasa seperti mengganjal pada mata baik itu pada bagian mata kiri maupun

kanan. Pada mata sebelah kanan, pasien mengaku masih dapat melihat dengan

jelas namun dengan jarak yang sangat dekat, tidak seperti mata kiri.

Pemeriksaan pada penderita tersangka katarak adalah

1. Pemeriksaan Visus. dengan kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi

terbaik serta menggunakan pinhole.

2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior.

3. Tekanan intraokular (TIO)

4. Pemeriksaan pupil dengan menggunakan center, pupil disinar dari depan

kemudian diperhatikan warna pupil. Pupil berwarna hitam jika lensa jernih atau

bisa didapat pada afakia. Pupil kelihatan putih atau abu-abu akibat kekeruhan

atau katarak. Arah sinar diubah menjadi 45% dari samping kemudian

diperhatikan perubahan kekeruhan lensa. Jika terlihat seluruh lensa tetap putih,

bermakna katarak matura dengan Tes Shadow negatif. Jika sebahagian lensa

terlihat hitam, bermakna katarak immature dengan hasil Tes Shadow positif.

5. Pemeriksaan funduskopi menggunakan alat oftalmoskop, sebaiknya dilakukan

di ruang yang relative gelap, bila mata kanan pasien yang ingin diperiksa,

pemeriksa harus duduk di sebelah kanan, memegang oftalmoskop dengan

tangan kanan dan memeriksa dengan mata kanan dan sebaliknya. Diperhatikan

fundus okuli. Normalnya bila media refraksi jernih, refleks fundus berwarna

merah kekuningan di seluruh lingkaran pupil.

Page 16: Lapsus Cika

Pada pasien ini sudah dilakukan pemeriksaan visus, pemeriksaan dengan

slit lamp untuk melihat segmen anterior, pemeriksaan Tekanan intraokular

(TIO) , pemeriksaan pupil dengan menggunakan center.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Diagnosis katarak senilis dibuat pada dasarnya setelah riwayat

menyeluruh dan pemeriksaan fisik dilakukan. Pemeriksaan

laboratorium diminta sebagai bagian dari proses skrining preoperative

untuk mendeteksi penyakit yang sudah ada (seperti diabetes mellitus,

hipertensi, anomali kardiak). Studi menunjukkan bahwa

trombositopenia dapat mengarah ke peningkatan perdarahan

perioperative dan karena itu seharusnya dideteksi dan diatasi sebelum

operasi.7,9,10,11

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologis mata (seperti ultrasound, CT scan, MRI)

diminta saat terduga adanya patologis pada bagian posterior mata dan

pengamatan bagian belakang mata tertutup oleh katarak yang padat.

Hal ini membantu dalam merencanakan tindakan operasi dan untuk

memebrikan prognosis postoperasi yang lebih terjaga bagi

penyembuhan visual pasien.

Ultrasonografi dipakai untuk melihat struktur abnormal pada mata

dengan kepadatan kekeruhan media dimana tidak memungkinkan

melihat jaringan dalam mata secara langsung. Sinar ultrasonic

direkam yang kaan memberikan kesan keadaan jaringan yang

memantulkan getaran yang berbeda-beda. Ultrasonografi scan B

merupakan tindakan melihat dan memotret alat atau jaringan dalam

mata dengan menggunakan gelombang tidak terdengar. Alat ini sangat

penting untuk melihat susunan jaringan intraocular. Bila USG normal

dan terdapat defek aferen pupil maka operasi walaupun mudah, tetap

Page 17: Lapsus Cika

akan memberikan tajam penglihatan yang kurang. Kelainan USG

dapat disertai kelainan macula. USG juga merupakan pemeriksaan

khusus untuk katarak terutama monocular dimana akan terlihat

kelainan badan kaca seperti perdarahan, peradangan, ablasi retina, dan

kelainan kongenital ataupun adanya tumor intraocular. 7,9,10,11

3.8 Penatalaksanaan

Penanganan katarak dibagi menjadi dua garis besar, yaitu penanganan bedah

dan non-bedah.4,5,6,11

1. Penanganan non-bedah

Penanganan non-bedah dilakukan jika katarak yang terjadi pada pasien

masih minimal dan belum terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari.

Penanganan non-bedah ini dapat berupa penanganan kelainan refraksi atau

penggunaan kacamata dan penggunaan lampu baca khusus. Sampai saat ini

belum ada obat anti-katarak yang memiliki bukti yang kuat mampu

menghambat atau maniadakan pembentukan katarak. Namun beberapa

penelitian mengatakan pemberian antioksidan seperti vitamin C atau vitamin E

dapat membantu.

2. Penanganan bedah

Indikasi dilakukannya pembedahan dalam kasus katarak adalah pada

katarak yang sudah mengganggu aktivitas sehingga untuk memperbaiki

penglihatan harus dilakukan pembedahan dan indikasi estetika. Indikator

keberhasilan suatu pembedahan katarak adalah tajam penglihatan pasca bedah

adalah 6/12 atau lebih. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan dalam

penanganan katarak, yaitu :

1. Pengangkatan Lensa

Ada 3 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa :

1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE) atau ekstraksi ekstrakapsular

Jenis pembedahan yang sudah jarang dilakukan ini adalah mengangkat

lensa in toto, yaitu mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya,

melalui insisi limbus superior 140 hingga 160 derajat. Pembedahan ini

Page 18: Lapsus Cika

dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan

mudah putus. Pada ekstraksi ini tidak akan terjadi katarak sekunder.

2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) atau ekstraksi ekstrakapsular

Ekstraksi ini adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana

dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul

lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui

robekan tersebut. Jenis pembedahan ini sejak beberapa tahun silam telah

menjadi operasi pembedahan katarak yang paling sering dilakukan karena

apabila kapsul posterior utuh, maka lensa intraokuler dapat dimasukkan ke

dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi pasca-operatif lebih kecil

terjadi jika kapsul posteriornya utuh.

3. Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah

teknik ekstrakapsuler yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk

mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5

mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi.

2. Penanaman lensa baru

Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan

mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa

buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokular,

biasanya lensa intraokular dimasukan kedalam kapsul lensa di dalam mata.

3.8 Perawatan Pasca Bedah

Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk

bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda

berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan.

Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika

nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya

dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara

dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat

melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata

Page 19: Lapsus Cika

permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ).5 Selain itu juga akan diberikan

obat untuk:

1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat

maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul

benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.

2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan

perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan

yang tidak sempurna.

3. Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk

mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.

4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain :

1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat

3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki

keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :

1. Jangan menggosok mata

2. Jangan membungkuk terlalu dalam

3. Jangan menggendong yang berat

4. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

5. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

6. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

3.8 Komplikasi

Glaukoma dikatakan sebagai komplikasi katarak. Glaukoma ini dapat

timbul akibat intumesenensi atau pembengkakan lensa. Jika katarak ini muncul

dengan komplikasi glaukoma maka diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah.

Komplikasi yang dapat terjadi selama operasi adalah prolaps korpus vitreum,

iridodialisis, hifema dan perdarahan ekspulsif. Sedangkan komplikasi yang dapat

Page 20: Lapsus Cika

terjadi setelah operasi adalah edema kornea, prolaps iris, kekeruhan kapsul

posterior, residual lens material, hifema, endofthalmitis.4,6,7

3.9 Prognosis

Tidak adanya penyakit okular lain yang menyertai pada saat dilakukannya

operasi yang dapat mempengaruhi hasil dari operasi, seperti degenerasi makula

atau atropi nervus optikus memberikan hasil yang baik dengan operasi standar

yang sering dilakukan yaitu ECCE. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai

95%.

Page 21: Lapsus Cika

BAB IV

KESIMPULAN

Seorang perempuan usia 64 tahun, datang dengan keluhan mata kiri terasa

kabur ketika melihat. Keluhan tersebut dialami sejak 1 tahun lalu. Selain itu,

menurut pasien ada bintik putih pada bagian mata kirinya yang makin meluas

Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri, silau, gatal, mata terasa berair,rasa

seperti mengganjal pada mata baik itu pada bagian mata kiri maupun kanan. Pada

mata sebelah kanan, pasien mengaku masih dapat melihat dengan jelas namun

dengan jarak yang dekat. Dari hasil pemeriksaan didapatkan adanya penurunan

visus pada kedua mata, COA pada mata kanan dangkal, keruh seluruh lensa mata

(OS), keruh sebagian lensa (OD), shadow test positif pada OD dan negatif pada

OS. Dari gejala tersebut dapat dikategorikan sebagai katarak senilis matur OS dan

katarak imatur OD.

Pada kasus pasien telah mendapat terapi metformin untuk menjaga kadar gula

dalam darah pasien. Pada saat pemeriksaan tekanan intraokuler juga didapatkan

tekanan normal. Sehingga tatalaksana yang dapat diberikan untuk mata pasien

yaitu dengan ECCE dan IOL pada OS. Penanganan katarak OD dapat dilakukan

dengan koreksi kacamata dimana dapat diberikan setelah dilakukan ECCE dan

IOL pada OS. Untuk prognosis, pada pasien ini tidak adanya penyakit okular lain

yang menyertai pada saat dilakukannya operasi memberikan hasil yang baik dan

tentunya tetap menjaga kadar normal gula dalam darah.

Page 22: Lapsus Cika

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H.Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Edisi Keempat. 2012. Hal 204-216.

2. Hasmeinah, Iskandar ZA, Defer SM. Hubungan Angka Kejadian Katarak

Senilis dengan Hipertensi di Poliklinik Rawat Jalan RSMP Periode

Januari-Desember 2010. Syifa’ Med [Internet]. 2012;2(2):80–3.

3. Hasmeinah, Sadakata S, Doni SN. Hubungan Usia dan Diabetes Mellitus

dengan Katarak di Poliklinik Mata Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang. Syifa’ Med [Internet]. 2011;2(1):28–37.

4. Amindyta O. Katarak senilis imatur pada wanita umur 84 tahun. Medula

Unila [Internet]. 2013;1(5):58–64.

5. Mutiarasari D, Handayani F. Katarak juvenil. Inspirasi [Internet].

2011;14:37-49.

6. Hutasoit H. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli

selatam. Depertemen Ilmu Kesehatan Mata; Universitas Sumatera Utara

[Internet]. 2009

7. Arimbi A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan katarak degeneratif di

RSUD Budhi Asih tahun 2011. FKM UI. 2011

8. Vaughan, Daniel G., dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta.

2000.

9. Mitha RD, Siti FITS, Eka AY. Constraints and Supporting Factors to

Access Free Cataract Surgery. J Oftalmol Indones [Internet].

2010;7(4):14–149.

10. Wahyudi D, Rinayati. Hubungan kebiasaan merokok konsumsi vitamin E

dengan tingkat kematangan katarak. Semarang: Prosiding Seminar Ilmiah

Nasional Kesehatan; 2011. p. 13–7.

11. Felizio J. Makalah presentasi kasus katarak. UI Repository. 2013

Page 23: Lapsus Cika