Lapsus

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis disebabkan oleh berbagai hal diantaranya disebabkan oleh alergi. 1 Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasanya dan reaksi lambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Di negara-negara maju, 20-30% populasi mempunyai riwayat alergi, dan 50% individual tersebut mengidap konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi bisa berlangsung dari peradangan ringan seperti konjungtivitis alergi musiman atau bentuk kronik yang berat seperti keratokonjungtivitis alergi. 2,3 Konjungtivitis atopi merupakan salah satu bentuk konjungtivitis alergi. Konjungtivitis atopi biasanya ditandai adanya riwayat atopi sebelumnya seperti asma bronkiale, dermatitis atopi, rhinitis alergi. 1

description

konjungtivitis atopi

Transcript of Lapsus

Page 1: Lapsus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih

mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya

berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis disebabkan oleh

berbagai hal diantaranya disebabkan oleh alergi.1

Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi

terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasanya dan reaksi lambat

sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Di

negara-negara maju, 20-30% populasi mempunyai riwayat alergi, dan 50% individual

tersebut mengidap konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi bisa berlangsung dari

peradangan ringan seperti konjungtivitis alergi musiman atau bentuk kronik yang berat

seperti keratokonjungtivitis alergi.2,3

Konjungtivitis atopi merupakan salah satu bentuk konjungtivitis alergi.

Konjungtivitis atopi biasanya ditandai adanya riwayat atopi sebelumnya seperti asma

bronkiale, dermatitis atopi, rhinitis alergi.

Komplikasi pada konjungtivitis atopi jarang ditemukan. Penyulit yang bisa terjadi

adalah keratokonus dan tukak kornea. Konjungtivitis alergi jarang menyebabkan

kehilangan penglihatan. Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar

kasus dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun dapat pula prognosis penyakit

ini menjadi buruk bila terjadi komplikasi yang diakibatkan oleh penanganan yang kurang

baik.4

1

Page 2: Lapsus

BAB II

LAPORAN KASUS

2. 1. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. S

Umur : 14 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Lumbang - Pasuruan

Pekerjaan : Pelajar SMP

Tgl. Pemeriksaan : 02 November 2015

2.2. ANAMNESIS

(autoanamnesis pada 02 November 2015 di poli Mata RSUD Bangil)

Keluhan Utama : Kedua mata gatal

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli Mata RSUD Bangil dengan keluhan kedua mata terasa

gatal kurang lebih sudah satu tahun. Dalam satu tahun ini mata selalu gatal dan merah,

tidak pernah sembuh. Rasa gatal semakin parah terutama saat terkena sinar matahari

dan setelah mengkonsumsi mie instan, mata gatal disertai mata memerah dan berair

seperti molor, terasa sedikit mengganjal, silau jika terkena sinar matahari. Nyeri (-),

nerocoh (-), kabur (-), ngeres (-).

2

Page 3: Lapsus

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah sakit seperti ini sekitar dua tahun lalu. Pasien berobat ke

puskesmas mendapat obat tetes. Pasien lupa nama obat.

Riwayat Atopi:

Pasien mengatakan sering sesak dan bersin-bersin terutama saat

membersihkan rumah.

Riwayat trauma pada daerah mata (-)

Riwayat penyakit mata lainnya disangkal

Riwayat pemakaian kacamata (-)

Riwayat alergi obat (-)

Riwayat darah tinggi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluarga yang menderita keadaan seperti ini disangkal

Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal

Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien memiliki kebiasaan sering mengucek mata

Pasien memakai sepeda kayuh untuk pergi ke sekolah dan tidak menggunakan

pelindung mata

Kesan : pasien tergolong sosial menengah

3

Page 4: Lapsus

2.3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis (Tanggal 02 November 2015)

Keadaan umum : baik

Kesadaran : kompos mentis

Tanda vital : TD 110/80 mmHg suhu : 36,50C

nadi : 91x/menit RR : 20x/menit

Pemeriksaan fisik : kepala/leher : a/i/c/d -/-/-/-

thoraks : cor : DBN

paru : DBN

abdomen : DBN

ekstremitas : DBN

ODS : Mata tampak kemerahan

Injeksi Konjungtiva (+)

Hiperemis (+)

Oedem (+)

4

Page 5: Lapsus

2.4. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

PEMERIKSAAN OD OS

Visus 6/6 6/6

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Proyeksi Sinar Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Persepsi Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2.5. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN

1. Sekitar Mata

- Alis N N Kedudukan alis baik,

jaringan parut (-), simetris

- Silia N N Trikiasis (-),diskriasis (-)

madarosis (-)

2. Kelopak mata

- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)

- Gerakan N N Gangguan gerak membuka

dan menutup (-),

blefarospasme (-)

- Lebar rima 9 mm 9 mm Normal 9 - 14 mm

- Kulit N N Hiperemi (-), edema (-),

massa (-)

- Tepi kelopak N N Trichiasis (-), ektropion (-),

entropion (-)

5

Page 6: Lapsus

- Margo intermarginalis N N Tanda radang (-)

3. Apparatus Lakrimalis

- Sekitar glandula

lakrimalis

N N Tanda radang (-)

- Sekitar sakus

lakrimalis

N N Tanda radang (-)

- Uji flurosensi - - Tidak didapatkan kelainan

- Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4. Bola Mata

- Pasangan N N Simetris (orthophoria)

- Gerakan N

+ +

+ +

+ +

N

+ +

+ +

+ +

Tidak ada gangguan gerak

(syaraf dan otot penggerak

bola mata normal)

- Ukuran N N Normal, makroftalmos (-),

mikroftalmos (-)

5. TIO N N Palpasi kenyal (tidak ada

peningkatan dan penurunan

TIO)

6. Konjungtiva

- Palpebra superior Hiperemis (+), edem

minimal

Hiperemis (+), edem

minimal

Normal : Licin, warna pink

muda, mengkilap,

hiperemis (-), edem (-).

- Forniks N N Dalam6

Page 7: Lapsus

- Palpebra inferior Hiperemis (+) Hiperemis (+) Normal : Tenang,

mengkilap, hiperemis (-)

- Bulbi Hiperemis (+)

edem (+)

Injeksi Konjungtiva (+),

injeksi siliar (-)

Hiperemis (+)

Edem minimal

Injeksi Konjungtiva (+),

injeksi siliar (-)

Inj. konjungtiva (-), Inj.

Siliar (-)

7. Sclera N N Putih, Ikterik (-)

8. Kornea

- Ukuran N N Ø horizontal 12 mm, Ø

vertical 11 mm

- Kecembungan N N Lebih cembung dari sclera

- Limbus N N Benjolan (-)

Benda Asing (-)

- Permukaan N N Licin, mengkilap

- Uji flurosensi (-) (-) Tidak didapatkan kelainan

- Reflek kornea N N

9. Kamera Okuli Anterior

- Ukuran N N COA dalam

- Isi N N Jernih, flare (-), hifema (-),

hipopion (-)

10. Iris

- Warna Cokelat Cokelat

7

Page 8: Lapsus

- Pasangan N N Simetris

- Gambaran N N Kripte baik, Sinekia (-)

11. Pupil

- Ukuran Ø 4 mm Ø 4 mm Normal (Ø 3 - 6 mm) pada

ruangan dengan cahaya

cukup

- Bentuk Bulat Bulat Isokor

- Tempat N N Di tengah

- Tepi N N Reguler

- Refleks direct ( + ) ( + ) Positif

- Refleks indirect ( + ) ( + ) Positif

12. Lensa

- Ada/tidak Ada Ada Ada

- Kejernihan N N Jernih

- Letak N N Di tengah, di belakang iris

- Warna kekeruhan Tidak ada Tidak ada

13. Korpus Vitreum N N Jernih

OD OS

8

Page 9: Lapsus

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan menggunakan slit lamp : tampak hiperemi pada konjungtiva bulbi Oculi

dextra dan sinistra

2. Pemeriksaan Fluoresin test : negative pada kedua mata

3. Pemeriksaan visus : tidak didapatkan penurunan visus pada kedua mata

2.7. DIAGNOSIS BANDING

ODS Konjungtivitis Atopi DD : Konjungtivitis vernal

Konjungtivitis Viral

Konjungtivitis Bakteri

2.8. DIAGNOSA KERJA

ODS Konjungtivitis Atopi

2.9. TERAPI

Medikamentosa : Steroid/ NSAID Topikal ODS

Non medikamentosa : menghindari kontak dengan alergen

2.10. PROGNOSIS

Visum (Visam) : dubia ad bonam

Kesembuhan (Sanam) : dubia ad bonam

Jiwa (Vitam) : dubia ad bonam

Kosmetika (Kosmeticam) : dubia ad bonam

9

Page 10: Lapsus

2.11. EDUKASI

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya, penyebabnya dan

kemungkinan kekambuhan.

2. Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari paparan dengan bahan allergen,

pada kasus ini mie instan dan sinar matahari.

3. Melindungi mata dengan kaca mata saat melakukan aktivitas diluar rumah.

4. Menjelaskan kepada penderita mengenai pencegahan agar tidak timbul

komplikasi. Pasien tidak boleh mengucek-ngucek mata karena bisa menyebabkan

infeksi pada penyakit pasien.

5. Pasien diminta untuk meneteskan dan menggunakan obat secara teratur.

6. Menjelaskan kepada penderita bila semakin parah segera kontrol ke dokter.

10

Page 11: Lapsus

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian

putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan

timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Penyakit ini

bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat

dengan banyak sekret purulen kental. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus,

bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.5

Salah satu bentuk konjungtivitis adalah konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi

adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi atau hipersensitivitas

tipe humoral ataupun sellular. Konjungtivitis alergi biasanya terjadi dengan adanya

riwayat atopi. Konjungtiva sepuluh kali lebih sensitif terhadap alergen dibandingkan

dengan kulit.5

3.2. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan 11

Page 12: Lapsus

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan

dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea

limbus.2

Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet.

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari

tarsus.

Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.

Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan

konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan

jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

12

Page 13: Lapsus

Secara histologis, konjungtiva terdiri atas lapisan :

Lapisan epitel konjungtiva, terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder

bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas

karankula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri

dari sel-sel epitel skuamosa.

Sel-sel epitel supercial, mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi

mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi

lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna

lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat limbus dapat mengandung

pigmen.

Stroma konjungtiva, dibagi menjadi :

Lapisan adenoid (superficial)

Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat

mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan

adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini

menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler

bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler.

Lapisan fibrosa (profundus)

Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada

lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reksi papiler pada radang

konjungitiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.

Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya

mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause

berada di forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak

ditepi atas tarsus atas.2

13

Page 14: Lapsus

3.3. Epidemiologi

Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen musiman

yang tinggi. Keratokonjungtivitis vernal paling sering di daerah tropis dan panas

seperti daerah mediteranian, Timur Tengah, dan Afrika. Keratokonjungtivitis vernal

lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan, terutamanya usia muda

(4-20 tahun). Biasanya onset pada dekade pertama dan menetap selama 2 dekade.

Gejala paling jelas dijumpai sebelum onset pubertas dan kemudian berkurang.

Keratokonjungtivitis atopik umumnya lebih banyak pada dewasa muda.6

3.4. Klasifikasi Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi merupakan reaksi antibody humoral yang dimediasi oleh

IgE terhadap alergen, biasanya terjadi pada individu dengan riwayat atopi. Semua gejala

pada konjungtiva akibat dari konjungtiva bersifat rentan terhadap benda asing. Terdapat

beberapa jenis konjungtivitis yakni keratokonjungivitis atopik, konjungtivitis musiman,

vernal konjungtivitis, Giant papilary konjungtivitis dan konjungtivitis flikten.

Konjungtivitis dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya yakni konjungtivitis

yang bersifat akut yakni konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis parennial

sedangkan konjungtivitis kronis yakni keratokonjungtivitis vernal dan

keratokonjungtivitis atopik.1

Konjungtivitis vernal

Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang

(recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit ini juga

dikenal sebagai "konjungtivitis musiman" atau "konjungtivitis musim kemarau".

Sering terdapat pada musim panas di negeri dengan empat musim, atau sepanjang

tahun di negeri tropis (panas).1,2

Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang menyertai

meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah

ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang,

dan sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat

beraktivitas normal.1,2,7

14

Page 15: Lapsus

Terdapat dua bentuk klinik, yaitu :

Bentuk palpebra, terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat

pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang diliputi sekret yang

mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema, dengan kelainan

kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara klinik papil besar ini

tampak sebagai tonjolan bersegi banyak (polygonal) dengan permukaan

yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.1,2

Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat

membentuk jaringan hiperplastik gelatin (nodul mukoid), dengan Trantas

dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel

limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.1,2

Konjungtivitis flikten

Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi (hipersensitivitas tipe IV)

terhadap bakteri atau antigen tertentu, seperti tuberkuloprotein pada penyakit

tuberkolosis, infeksi bakteri (stafilokok, pneumokok, streptokok, dan Koch Weeks),

virus (herpes simplek), toksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo

palpebra, jamur (kandida albikan), cacing (askaris, tripanosomiasis), limfogranuloma

venereal, leismaniasis, infeksi parasit dan infeksi di tempat lain dalam tubuh. 15

Page 16: Lapsus

Kelainan ini biasanya ditemukan pada anak-anak di daerah padat, yang biasanya

dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran nafas.

Secara histopatologik terlihat kumpulan selleokosit neotrofil yang dikelilingi

slel limfosit, makrofag, dan kadang sel datia. Flikten merupakan infiltrasi seluler

subepitel yang terutama terdiri atas sel monokular limfosit. Biasanya konjungtivitis

flikten terlihat unilateral dan kadang-kadang mengenai kedua mata.b

Konjungtivitis flikten biassanya dimulai dengan munculnya lesi kecil

berdiameter 1-3 mm yang keras, merah, menimbul dan dikelilingi zona hiperemis. Di

limbus sering berbentuk segitiga dengan apeks mengarah kornea.1,2

Pada pasien akan terlihat kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu

tonjolan bulat dengan warna kuning kelabu seperti suatu mikroabses byang biasanya

terletak didekat limbus. Biasanya abses ini menjalar kearah sentral atau kornea dan

terdapat tidak hanya satu.

Gejala konjungtivitis flikten adalah:

Mata berair iritasi dengan rasa sakit

Fotofobi riangan hingga berat

Bila kornea terkena selain rasa sakit pasien juga akan merasa silau disertai

blefarospasme

Dapat sembuh dalam 2 minggu dengan kemungkinan terjadi kekambuhan.

Keadaan akan lebih berat bila terkena kornea.1

Konjungtivitis Iatrogenik

Konjungtivitis yang disebabkan oleh pengobatan yang diberikan dokter.

Berbagai obat dapat memberikan efek samping pada tubuh, demikian pula pada

mata. Efek tersebut berupa konjungtivitis.

Sindrom Steven Johnson

Sindrom steven Johnson adalah suatu penyakit eritema multiform yang berat

(mayor). Penyakit ini sering ditemukan pada usia sekitar 35 tahun. Penyebabnya

16

Page 17: Lapsus

diduga suatu reaksi alergi pada orang yang mempunyai presdiposisi alergi terhadap

obat-obatan seperti sulfonamide, barbiturate, salisilat. Ada yang beranggapan bahwa

penyakit ini idiopatik dan sering ditemukan sesudah infeksi herpes simplek.

Kelainannya ditandai dengan:

Lesi pada kulit dan mukosa berupa eritematus yang mendadak dan tersebar secara simetris

Mata merah dengan demam dan kelemahan umum dan sakit pada sendi

Terdapat gejala fesikel pada kulit, bula, dan stomatitis ulseratif

Terdapat vaskularisasi pada kornea, jaringan parut konjungtiva, konjungtiva kering,

simblefaron, ulkus dan perforasi kornea, serta dapat memberikan penyulit endoftalmitis.

Kelainan lain pada mukosa dapat berupa konjungtivitis pseudomembran

Pada kondisi lanjut dapat terjadi penurunan daya penglihatan.1

Konjungtivitis atopi

Konjungtivitis atopi merupakan peradangan konjungtiva yang berdasarkan

respon imunologik, bila terdapat kontak dengan suatu zat, yang biasanya untuk

kebanyakan orang tidak berbahaya. Alergennya dapat melalui jalan pernafasan atau

jalan makanan. Berupa tepung sari, debu, jamur, kulit binatang, ataupun makanan.

Penderita penyakit ini juga mempunyai stigmata lainnya, seperti dermatitis, asma

bronkiale. Biasanya di dalam keluarganya didapat alergi. Kekambuhan sering terjadi

pada musim hujan.

Keluhannya berupa mata perih, fotofobia, mata merah, terasa panas

Gejala objektif berupa:

Kulit palpebra kering dengan deskuamasi

Konjungtiva palpebra inferior terdapat papil-papil halus disertai sekret

mukoid, terkadang didapatkan papil-papil yang besar pada pasien yang

mengalami kekambuhan beberapa kali

Konjungtiva edema

Di kornea terdapat keratitis superficial yang disertai dengan neovaskularisasi.

17

Page 18: Lapsus

Pada kasus yang hebat bisa didapatkan seluruh kornea menjadi keruh dan

penuh dengan pembuluh darah.

Pemeriksaan histopatologi dari kerokan konjungtiva menunjukkan banyak sel

eosinofil.1, 7

3.5 Patofisiologi Konjungtivitis Atopi

Pada konjungtivitis atopi terjadi respon alergi dapat berupa reaksi

hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat) yang berlaku apabila individu yang sudah

tersentisisasi sebelumnya berkontak dengan antigen yang spesifik. Respon alergi pada

mata merupakan suatu rangkaian peristiwa yang dikoordinasi oleh sel mast. Beta

chemokins seperti eotaxin dan MIP-alpha diduga memulai aktifasi sel mast pada

permukaan mata. Ketika terdapat suatu alergen, akan terjadi sensitisasi yang akan

mempersiapkan sistem tubuh untuk memproduksi respon antigen spesifik. Sel T yang

berdiferensisasi menjadi sel TH2 akan melepaskan sitokin yang akan merangsang

produksi antigen spesifik imunoglobulin E (IgE). IgE akan berikatan dengan IgE

reseptor pada permukaan sel mast. Kemudian smemicu pelepasan sitokin,

prostaglandin dan platelet activating factor. Sel mast menyebabkan peradangan dan

gejala-gejala alergi yang diaktivasi oleh sel inflamasi. Ketika histamin dilepaskan oleh

sel mast. Histamin akan berikatan dengan reseptor H1 pada ujung saraf dan

menyebabkan gejala pada mata berupa gatal. Histamin juga akan akan berikatan

dengan reseptor H1 dan H2 pada pembuluh darah konjungtiva dan menyebabkan

vasodlatasi. Sitokin yang dipicu oleh sel mast seperti chemokin, interleukin IL-8

terlibat dalam memicu netrofil.Sitokin TH2 seperti IL-5 akan memicu eosinofil dan

IL-4, IL-6,IL-13 yang akan memicu peningkatan sensitivitas.5

3.6. Penatalaksanaan Konjungtivitis Atopi

Penanganan dari konjungtivitis atopi berupa medikamentosa dan

nonmedikamentosa.

Medikamentosa

18

Page 19: Lapsus

Pemberian korticosteroid local

Steroid topikal. Kortikosteroid menghambat proses inflamasi (misalnya,

edema, dilatasi kapiler, dan proliferasi fibroblast). Obat tersebut juga membatasi

migrasi makrofag dan neutrofil untuk daerah meradang serta memblokir

aktivitas fosfolipase A2 dan selanjutnya induksi asam arakidonat cascade. Obat

ini digunakan dalam pengobatan penyakit mata akut alergi, steroid efektif dalam

mengurangi gejala alergi akut, namun, penggunaannya harus dibatasi karena

potensi efek samping bila lama digunakan. Penggunaan kortikosteroid topikal

jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi: katarak subkapsular posterior

dan peningkatan tekanan intraokular (TIO).

Non-steroid anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) topikal.

Obat ini menghambat aktivitas siklooksigenase, salah satu yang

bertanggung jawab untuk konversi asam arakidonat ke enzim prostaglandins.

Ketorolac trometamin 0,5% dan diklofenak natrium 0,1% efektif dalam

mengurangi tanda-tanda dan gejala berhubungan dengan konjungtivitis alergi,

meskipun Makanan dan Drug Administration (FDA) telah menyetujui hanya

ketorolac untuk pengobatan konjungtivitis alergi.

Vasokonstriktor topikal / antihistamin.

Agen ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah, menurunkan

permeabilitas pembuluh darah, dan mengurangi mata gatal-gatal dengan

memblokir histamin H1 receptors.

Antihistamin topikal. Anithistamines kompetitif terikat dengan reseptor

histamin dan dapat mengurangi gatal dan vasodilatasi. Levocabastine

hidroklorida 0,05%, sebuah H1 selektif topikal antagonis reseptor histamin,

efektif dalam mengurangi tanda-tanda dan gejala alergi lain conjunctivitis. H1

selektif antagonis, azelastine hidroklorida 0,05%, efektif dalam mengurangi

gejala yang terkait dengan alergi, difumarate 0,05%, suatu antagonis H1

selektif, mungkin lebih efektif dibandingkan levocabastine dalam mengurangi

chemosis, kelopak mata bengkak,dan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan

dengan konjungtivitis alergi musiman pada pasien dewasa dan anak.

19

Page 20: Lapsus

Antihistamin sistemik berguna dalam kasus-kasus tertentu respon alergi

dengan edema, dermatitis, rinitis, atau sinusitis. Mereka harus digunakan

dengan hati-hati karena penenang yang dan efek antikolinergik dari beberapa

antihistamin generasi pertama obat-obatan. Pasien harus memperingatkan efek

samping potensial. Antihistamin baru yang jauh lebih kecil kemungkinannya

untuk menyebabkan sedasi, tetapi penggunaannya dapat mengakibatkan

kekeringan okular meningkat permukaan.3,4,6

Stabilisator sel mast topikal.

Agen ini menghambat degranulasi sel mast, sehingga membatasi

pelepasan inflamasi mediator, termasuk histamin, neutrofil dan eosinofil faktor

chemotactic, dan platelet-activating factor.

Imunosupresan.

Siklosporin A adalah agen imunosupresan sistemik ampuh digunakan

untuk mengobati berbagai immunemediated kondisi. Sistemik diberikan

siklosporin A dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk pasien dengan

keratokconjugtiviits atopik yang berat.

Antibiotik sebagai profilaksis dan pengobatan infeksi sekunder

Non Medikamentosa:

Menghindari paparan allergen agar tidak menimbulkan manifestasi klinis.

Pada kasus yang hebat yang dapat menimbulkan kerusakan kornea yang luas

dapat dilakukan keratoplasti untuk memperbaiki visus.

3.7. Komplikasi

20

Page 21: Lapsus

Komplikasi pada penyakit ini jarang ditemukan. Namun jika ada yang paling sering

adalah ulkus pada kornea dan infeksi sekunder. Meskipun konjungtivitis atopi bsering

berulang namun jarang menyebabkan penurunan visus.

3.8. Prognosis

Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh

spontan (self-limited disease), prognosis buruk apabila terjadi komplikasi yang tidak

ditangani dengan baik.2,6

BAB IV

21

Page 22: Lapsus

PEMBAHASAN

Anak S usia 14 tahun datang dengan keluhan kedua mata gatal, gatal saat setelah

mengkonsumsi mie instan dan jika terkena sinar matahari, keluhan ini sudah berlangsung

selama 1 tahun dan tidak pernah sembuh, selain itu pasien mengeluh matanya merah, berair,

terasa sedikit mengganjal, dan silau. Pada riwayat penyakit dahulu didapatkan pasien pernah

sakit seperti ini dua tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat penyakit atopi yaitu pasien

mengatakan sering sesak dan bersin-bersin terutama saat membersihkan rumah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Tidak didapat kelainan visus

Konjungtiva palpebral superior ODS hiperemi dan edem minimal

Konjungtiva palpebral inferior ODS hiperemis

Konjungtiva bulbi ODS hiperemi, edem, dan terdapa injeksi konjungtiva

Pada pemeriksaan penunjang dengan tes fluoresensi tidak didapatkan kelainan. Dari

anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjung diagnosa mengarah pada

konjungtivitis atopi, pasien mengalami keluhan ini sudah berjalan 1 tahun dan bersifat kronis

serta pasien memiliki riwayat atopi asma bronkiale dan rhinitis alergi.

Pada pasien ini diberikan terapi kortisteroid topikan untuk meredakan gejala

inflamasinya. Jika terdapat infeksi sekunder perlu dipertimbangkan antibiotik.

BAB V22

Page 23: Lapsus

PENUTUP

Konjungtiva merupakan membran yang tipis dan transparan yang melapisi bagian

anterior dari bola mata (konjungtiva bulbi), serta melapisi bagian posterior dari palpebra

(konjungtiva palpebrae). Oleh karena letaknya yang paling luar itulah sehingga konjungtiva

sering terpapar terhadap banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang

mengganggu. Salah satu penyakit konjungtiva yang paling sering adalah konjungtivitis.

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan

bagian dalam kelopak mata. Adapun, salah satu penyebab dari konjungtivitis adalah alergi.

Konjungtivitis alergi itu sendiri juga dibagi dalam klasifikasi dan salah satunya termasuk

konjungtivitis atopi.

Penanganan yang diberikan berupa steroid dan antihistamin topikal serta yang sistemik.

Biasanya konjungtivitis alergi dapat sembuh sendiri, namun bila terlalu berat perlu diberi

pengobatan secara benar. Jika penanganan tidak baik, maka akan timbul suatu komplikasi.

Oleh karena itu, perlu pencegahan sebelum terjadi konjungtivitis alergi berupa hindari dari

penyebab alergen tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Lapsus

Ilyas S. Mata merah dengan penglihatan normal. Ilyas S, editor. Dalam: Ilmu Penyakit

Mata Edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2014

Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi 14.

Jakarta: Widya Medika ; 2000. h. 5-6, 115

Scott, IU. Alergy Conjunctivitis. 2011. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall. 25 November 2012.

Greg M., Peter M. Classifying and Managing Allergic Conjunctivitis. Medicine Today.

Volume 8, Number 11. November 2011.

Khurana AK. Diseases of the conjunctiva. Dalam : Khurana AK, editor. Comprehensive

Ophtalmology. Ed. 4. New Delhi: New Age ; 2010. h. 51-88.

Ventocillia M, Roy H. Allergic Conjunctivitis. 2012. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview#a0104. 25 November 2012.

Wijana Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal. 1993.

24