Lapsus

53
Created : Sulistya Ningsih NIM : G1A213075 BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien Alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada tanggal 8 Agustus 2015 pukul 11.30 WIB di Poli Anak Puskemas Talang Bakung Kota Jambi. a. Nama : An. B b. Umur : 2 tahun 3 bulan c. Jenis Kelamin : Laki-laki d. BB : 13 Kg e. PB : 72 cm f. Alamat : RT 16 Tanjung Pasir g. Nama Ayah : Tn. H h. Umur : 32 tahun i. Pekerjaan : Karyawan swasta j. Nama Ibu : Ny. Y k. Umur : 31 tahun l. Pekerjaan : IRT II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan- keluarga a. Status Perkawinan : Belum menikah b. Jumlah anak/saudara : 2 bersaudara, Os anak kedua 1

description

Diare Akut Tanpa Dehidrasi

Transcript of Lapsus

Page 1: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

Alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada tanggal 8 Agustus

2015 pukul 11.30 WIB di Poli Anak Puskemas Talang Bakung Kota Jambi.

a. Nama : An. B

b. Umur : 2 tahun 3 bulan

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. BB : 13 Kg

e. PB : 72 cm

f. Alamat : RT 16 Tanjung Pasir

g. Nama Ayah : Tn. H

h. Umur : 32 tahun

i. Pekerjaan : Karyawan swasta

j. Nama Ibu : Ny. Y

k. Umur : 31 tahun

l. Pekerjaan : IRT

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Belum menikah

b. Jumlah anak/saudara : 2 bersaudara, Os anak kedua

c. Status ekonomi keluarga : Pasien berobat dengan kartu BPJS,

ayah Os bekerja swasta sebagai karyawan perusahaan kertas, sedangkan

ibu Os seorang IRT sambilan bekerja menjual minuman dingin.

d. Kondisi Rumah :

Pasien tinggal di rumah neneknya dengan ukuran rumah tipe 46,

memiliki 4 kamar tidur yang dilengkapi dengan jendela dan ventilasi,

memiliki ruang tamu, ruang keluarga, 1 dapur, kamar mandi

mengggunakan wc jongkok. Air bekas mandi dan limbah keluarga

dialirkan keselokan belakang rumah.

1

Page 2: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

e. Kondisi Lingkungan Keluarga :

Pasien tinggal bersama kedua orangtua, kakek, nenek, serta kakak

perempuannya. Rumah pasien cukup tertata dengan rapi, namun ada juga

beberapa barang berserakan disamping rumah. Jarak antar rumah 1 dan

rumah lainnya ± 1 meter. Sampah keluarga dibuang ketempat

pembuangan sampah yang berjarak ±500 meter dari rumah.

III. Aspek Psikologis di Keluarga

Os tinggal bersama kedua orang tuanya dan 1 orang kakaknya serta nenek.

Hubungan antara Os dan keluarganya baik. Os mendapatkan perhatian dan

kasih sayang yang cukup dari keluarganya.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :

- Keluhan yang sama sebelumnya/dalam keluarga disangkal

- Tidak ada anggota keluarga yang sakit diare saat ini.

- Sebelumnya os juga pernah mengalami diare saat usia 6 bulan, namun

setelah berobat kepuskesmas sembuh.

- Adapun riwayat penyakit yang pernah diderita DBD, dan Batuk pilek.

V. Keluhan Utama :

Mencret sejak 1 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang : (alloanamnesa dengan ibu pasien)

Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu , pasien

mencret sebanyak 4 kali dalam sehari berbentuk cair, sebanyak ± ½ gelas

belimbing, berwarna kuning, lendir (-), darah (-), bau busuk (-). Kadang

disertai muntah, isinya makanan dan minuman yang dimakan, lendir (-),

darah (-) muntah sebanyak 2 kali sekitar ± ½ gelas belimbing, sebelumnya

timbul muntah terlebih dahulu kemudian baru mencret. Pasien masih mau

minum, Pasien tidak mengeluhkan panas, batuk, pilek maupun perut

kembung. Riwayat keracunan makanan (-), Riwayat ganti susu formula (-),

riwayat jajan makanan dan minuman (Berupa : Kerupuk ciki-ciki dan Ale-

2

Page 3: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

ale), riwayat lingkungan dalam 1 RT mengalami seperti pasien tidak

diketahui oleh ibu.

VI. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum

1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan

2. Kesadaran : compos mentis

3. Suhu : 36,5°C

4. Nadi : 97 x/menit

5. Pernafasan

- Frekuensi : 28 x/menit

- Irama : reguler

- Tipe : torakoabdominal

6. Kulit : turgor baik

Pemeriksaan Organ

1. Kepala Bentuk : normocephal

Simetri : simetris

2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)

Kelopak : normal

Conjungtiva : anemis (-)

Sklera : ikterik (-)

Kornea : normal

Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+

Gerakan bola mata : baik

3. Hidung : tak ada kelainan, bentuk simetris, hiperemis (-)

4. Telinga : tak ada kelainan, bentuk simetris, hiperemis (-)

5. Mulut : tak ada kelainan, bentuk simetris, hiperemis (-)

6. Leher KGB : tak ada pembengkakan

Kel.tiroid : tak ada pembesaran

7. Thorax : simetris

3

Page 4: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri

Inspeksi Statis & dinamis:

simetris

Statis & dinamis :

simetris

Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal

Perkusi Sonor

Batas paru-hepar :ICS

VI kanan

Sonor

Auskultasi Vesikuler (+) Normal,

Wheezing (-), rhonki

(-)

Vesikuler (+) normal.

Wheezing (-), rhonki

(-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula

kiri, tidak kuat angkat

Perkusi Batas-batas jantung :

Atas : ICS II kiri

Kanan : linea sternalis kanan

Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri

Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen

Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)

Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans

musculer (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

Turgor baik

Perkusi Timpani

Auskultasi Bising usus meningkat

4

Page 5: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

9. Ekstremitas

Edema (-), akral hangat

VII. Laboratorium dan Usulan Pemeriksaan

- Darah rutin

- Pemeriksaan feses

VIII.Diagnosis Banding

1. Diare akut

2. Disentri

3. Kolera

4. Intoksikasi makanan

5. Alergi susu sapi

6. Demam thypoid

IX. Diagnosis Kerja

Diare akut tanpa dehidrasi

X. Manajemen

a. Promotif :

- Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai perjalanan penyakit diare

- Menghindari faktor-faktor yang memperberat

- Menjelaskan kepada ibu pemberian zink selama 10 hari

b. Preventif :

- Menjaga kebersihan makanan dan minuman

- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

- Mencuci peralatan makan dengan bersih

- Merebus botol dot setelah dicuci bersih

- Penyediaan air minum yang bersih

- Selalu masak makanan

5

Page 6: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

c. Kuratif :

Non Medikamentosa

Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

Jangan makan sembarangan makanan

Merebus botol dot setelah dicuci

Medikamentosa

Oralit 100ml- 200ml setiap kali BAB

Zink 20 mg 1x1 (selama 10 hari)

B komplek 2 x ½ tab

d. Rehabilitatif

- Meningkatkan daya tahan tubuh.

- Mengatur pola makan yang gizi seimbang

- Menjaga higienitas pasien.

6

Page 7: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI

PUSKESMAS TALANG BAKUNG

Dokter : dr. Sulistya Ningsih

SIP : G1A213075

Jambi, Agustus 2015

R /

Pro :

Umur

Alamat :

Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

7

Page 8: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diare adalah buang air besar yang lebih sering dari biasa dan dengan

konsistensi yang lebih encer dari biasanya, menurut dari lamanya dibedakan

menjadi diare akut adalah buang air besar pada bayi dan anak lebih dari 3x

belangsung paling lama 3-5 hari, diare berkepanjangan lebih dari 7 hari, diare

kronis berlangsung lebih dari 14 hari.Penyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun

adalah infeksi rotavirus, selain virus diare juga dapat disebabkan oleh infeksi dari

bakteri maupun parasit.1-5

Berdasarkan patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori,

yaitu diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare

osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus

sehingga akan difermentasikan oleh bakteri usus yang menyebabkan tekanan

osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik

terjadi karena toksin darri bakteri akan menstimulasi cAMP dan cGMP yang akan

menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan

motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik, misalnya

pada diabetik neuropati, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.6

2.2 Epidemiologi

Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di

Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan

pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia

data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke

empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.7

Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun

sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar

200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap

8

Page 9: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun

dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.8

Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta

episode diare pada orang dewasa per tahun.9 Dari laporan surveilan terpadu tahun

1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat

0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama

disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni,

Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan

oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella

flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).10

Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien

diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi,

berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk

penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.

2.3 Etiologi

1. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi

makanan maupun air minum

2. Infeksi berbagai macam virus, penyebab diare terbanyak pada balita

adalah diare karena virus

3. Alergi makanan khususnya susu atau laktosa

4. Parasit yang masuk ketubuh melalui makanan dan minuman yang

kotor

Penyebab utama disentri di Indonesia ada adalah shigella,

salmonela, campylobacter jejuni, E.coli dan entamamoeba histolytica.

Disentri berat umumnya disebabkan oleh shigella dysentery, kadang-

kadang juga dapat disebabkan oleh shigella flexneri, salmonela dan

Enteroinvasive E.coli.

9

Page 10: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Tabel 2.1. Penyebab utama terjadinya diare

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Gejala klinis:

Massa tunas

Panas

Mual, Muntah

Nyeri Perut

Nyeri kepala

Lamanya

Sakit

17-72 jam

+

Sering

Tanesmus

-

5-7 hari

24-48jam

++

Jarang

Tanesmus,

Kramp

+

>7 hari

6-72 jam

++

Sering

Tanesmus,

kolik

+

3-7 hari

6-72 jam

-

+

-

-

2-3 hari

6-72 jam

++

-

Tanesmus,

Kramp

-

Variasi

48-72jam

-

Sering

Kramp

-

3 hari

Sifat Tinja:

Volume

Frekuensi

Konsistensi

Darah

Bau

Sedang

5-10x/hari

Cair

-

Langu

Sedikit

>10 hari

Lembek

+

-

Sedikit

Sering

Lembek

Kadang

Busuk

Banyak

Sering

Cair

-

-

Sedikit

Sering

Lembek

+

-

Banyak

Terus

menerus

Cair

-

Amis Khas

10

Page 11: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Warna

Leukosit

Lain-lain

Kuning

kehijaun

-

Anorexia

Merah-

hijau

-

Kejang ±

Kehijauan

+

Sepsis±

Tak

berwarna

-

Meteoris

mus

Merah-

hijau

-

Infeksi

sistemik±

Seperti air

cucian beras

-

-

2. 4 Patofisiologi

70-90% penyebab diare saat ini sudah dapat diketahui dengan pasti.

Penyebab diare ini dapat dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab tidak

langsung atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat

terjadinya diare. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat

dibagi dalam 2 golongan:

1. Diare Osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air

dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara

lumen usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap,

menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal

tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat

perbedaan tekanan osmotik antara lumen usus dan darah maka pada

segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir kearah

jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan

mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul

cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil

cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di

11

Page 12: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,

sukrosa, laktosa, maltosa di segmen ileum dan melebihi kemampuan

absorbsi kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan

jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan

akan memberikan dampak yang sama.5

2. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam

usus halus yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus

saluran cerna, sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau

meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh

sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh

infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin

E.coli atau V. cholera.01.6

Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma.

Beda osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja.

Karena Natrium ( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam

tinja, osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan

K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja

konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotik 290-2

(Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50

mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare

sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan

perbedaan osmotik kurang dari 20 mOsm/L.8

Tabel 2.2 Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik

Osmotik Sekretorik

Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari

Puasa Diare berhenti Diare berlanjut

Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L

Reduksi (+) (-)

pH tinja <5 >6

12

Page 13: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun

motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi perubahan

motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbsi. Baik peningkatan

ataupun penurunan motilitas keduanya dapat menyebabkan diare.

Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang

menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan

meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan

statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan

malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery

diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable

pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada

Tirotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai penyakit lain.5

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada

beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight

junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik

menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan seringkali sel darah merah

dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat

inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan

sekretorik. 5

2.5 Manifestasi Klinis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta

gejala lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi

neurologik. Gejala gastrointestinal biasa berupa diare, kram perut, dan

muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada

penyebabnya.5

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung

sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit

ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat

bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik,

dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya

13

Page 14: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan

kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut

tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik

( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya

bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.5

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik

patogen antara lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis,

osteomyelitis, meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septik

tromboplebitis. Gejala neurolgik dari infeksi usus bias berupa parestesia

(akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan

kelemahan otot.

Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau

akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan diare

inflammatory. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada

perut bagian bawah serta rektum menunjukan terkenanya usus besar. Mual

dan muntah adalah symptom yang nonspesifik akan tetapi muntah

mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi

saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi

enterotoksin, giardia, dan cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada diare non inflammatory. Biasanya

penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perutperiumbilikal tidak

berat, watery diare, menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang

terkena. Oleh karena pasien immunokompromise memerlukan perhatian

khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.

2.6 Penegakan Diagnosis

1. Anamnesis

- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi

tinja, lendir dan atau darah dalam tinja.

- Banyaknya/ volumenya ( berapa banyak tiap kali buang air besar,

misalnya berapa ml/ sendok/gelas/ dsb)

- Baunya ( amis, asam, busuk)

14

Page 15: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air

kecil terakhir, demam, kejang, sesak, kembung.

- Jumlah cairan yang masuk selama diare

- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,

mengkonsumsi makanan yang tidak biasa.

- Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.

- Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)

2. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital

- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/ letargi/

koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun.

- Tanda tambahan : ubun-ubun besar cekung, kelopak mata, air mata,

mukosa bibir, mulut dan lidah terlihat kering.

- Tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti

napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia),

kejang (hipo atau hipernatremia)

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi

berdasarkan:

a. Kehilangan berat badan

- Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%

- Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%

- Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

- Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan lebih 10

b. Skor Maurice King

15

Page 16: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Tabel 2.3 Tabel penentuan dehidrasi berdasarkan Skor Maurice

King

Bagian tubuh

yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan Umum

Kekenyalan

kulit

Mata

UUB

Mulut

Nadi/menit

Sehat

Normal

Normal

Normal

Normal

Kuat < 120

Gelisah, cengeng,

apatis,

mengantuk.

Sedikit kurang

Sedikit cekung

Sedikit cekung

Kering

Sedang (120-140)

Mengigau,

koma atau

syok.

Sangat kurang

Sangat cekung

Sangat cekung

Kering dan

sianosis

Lemah > 140

Keterangan :

1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dijepit” anatar

ibu jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian di lepas. Jika

kulit kembali normal dalam waktu :

- 1 detik : turgor agak kurang ( dehidrasi ringan)

- 1-2 detik : turgor kurang ( dehidrasi sedang)

- 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

2. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat

ditemukan derajat dehidrasinya:

- Nilai 0-2 : dehidrasi ringan

- Nilai 3-6 : dehidrasi sedang

- Nilai 7-12 : dehidrasi berat

(Nilai/ gejala tersebut adalah nilai/gejala yang terlihat pada

dehidrasi isotonik dan hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling

banyak terdapat, masing-masing 77,8% dan 9,5%)

3. Pada anak-anak dengan UUB sudah menutup, nilai untuk UUB

diganti dengan banyaknya/ frekuensi kencing.

16

Page 17: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

2.7 Derajat Dehidrasi

Tabel 2.4 Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian Tanpa

dehidrasi

Dehidrasi

ringan-sedang

Dehidrasi berat

Lihat:

Keadaan umum

Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Baik,sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa,

tidak haus

*Gelisah,rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

*haus ingin

minum banyak

*lesu,lunglai/tidak

sadar

Sangat cekung

Kering

Sangat kering

*malas minum atau

tidak bisa minum

Periksa: turgor

kulit

Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat

lambat

Hasil

pemeriksaanTanpa dehidrasi Dehidrasi

ringan/sedang

Bila ada 1 tanda*

ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda*

ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi

A

Rencana terapi B Rencana terapi C

Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:7

dehidrasi isotonik, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L

dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L

dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L

Tabel 2.5 Gejala dehidrasi menurut tonisitas

17

Page 18: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik

Rasa haus - + +

Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun

Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas

Kulit/ selaput

lendir

Basah Kering Kering sekali

Gejala SSP Apatis Koma Irritable, apatis,

hiperfleksi

Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik

Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat, dan keras

Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah

Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada

penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urin

dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang

kadang-kadang diperlukan pada diare akut:5

a. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa

darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika

b. Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

c. Tinja:

- Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua

penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak

dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya

disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh

18

Page 19: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah

atau mucus biasanya disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan

sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa

atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila

terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi

dengan E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan

pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan

Strongyloides.

Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi

tinja, bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja

tidak terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau

tua berhubungan dengan adanya warna empedu akibat garam empedu

yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial

overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat

yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.

Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa

menunjukan adanya gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja

yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya lemak

dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di kolon,

khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang sangatberbau

menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.

Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan

untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut

adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi

laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar

yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat

dianggap sebagai malabsorbsi laktosa.6

- Pemeriksaan Mikroskopik

Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah

besar leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi.

Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang

19

Page 20: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau NaCl lalu dilihat

dengan mikroskop cahaya:7

bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negatif

bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)

bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)

bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+

++)

bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (+++

+)

Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan

sudan III yang mengandung alkohol untuk mengeluarkan lemak agar

dapat diwarnai secara mikroskopis dengan pembesaran 40 kali dicari

butiran lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan

3 kriteria:10

(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100

buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½

lapang pandang

(++) bila tampak sel lemak dengan jumlah lebih 100 per lapang

pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang

(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang

pandang.

Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar.

Dengan memakai batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan

emulsikan delam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan

dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar

kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak

terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna

(NaCL fisiologis), karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan

protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat

dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran

objektif 10x, lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.

20

Page 21: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

2.9 Tatalaksana

Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,

dukungan nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua.

Tujuan pengobatan:6

1. Mencegah dehidrasi

2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada

3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan

setelah diare

4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare,

dengan memberikan suplemen zinc

Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana

terapi yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:6

1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah

Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah:

a. Beri cairan lebih banyak dari biasanya.

Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama

Anak yang mendapat ASI ekslusif, beri air matang atau oralit

sebagai tambahan.

Anak yang tidak mendapat ASI ekslusif, beri susu yang biasa

diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan

(kuah sayur, air tajin, air matang)

Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan

dilanjutkan sedikit demi sedikit,

- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml tiap kali berak

- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml tiap kali berak.

Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200ml) dirumah bila :

- Telah diobati dengan rencana terapi B atau C

- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare

memburuk.

Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit

21

Page 22: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

b. Beri obat Zinc

Beri obat zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti.

Diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air

matang atau ASI.

- Umur < 6 bulan diberi 10 mg ( ½ tablet perhari )

- Umur > 6 bulan diberi 20 mg ( 1 tablet perhari )

c. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi

Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama dengan

waktu anak sehat

Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap persi makan

Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air

kelapa hijau.

Beri makanan lebih sering dari biasa dengan porsi lebih kecil (tiap

3-4 jam)

Setelah diare berhenti beri makanan yang sama dan makanan

tambahan selama 2 minggu.

d. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya kolera, disentri.

e. Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :

Berak cair lebih sering

Muntah berulang

Sangat haus

Makan dan minum sangat sedikit

Timbul demam

Berak berdarah

Tidak membaik dalam 3 hari

2. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik

sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.

22

Page 23: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan

adalah 75ml/kgBB/3jam

Tabel 2.6 Pemberian oralit jika BB tidak diketahui

Usia 4 bulan 4-12

bulan

12-24

bulan

2-5Tahun

Berat

badan

<6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg

Jumlah

(ml)

200-400 400-700 700-800 900-1400

Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali

derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan

pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan

cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang

harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus

oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai

yang dianjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih

banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang

berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,

beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah memberi makan

segera setelah anak ingin makan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada

ibu cara memberikan larutan oralit. Berikan tablet zinc selama 10 hari.

3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui

mulut, sementara infus disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau

ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai

berikut.

Tabel 2.7 Pemberian cairan intravena pada dehidrasi berat

Umur Pemberian pertama Pemberian berikut

23

Page 24: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

30ml/kgBB selama 70ml/kgBB selama

Bayi (bibawah

umur 12 bulan)

1 jam* 5 jam

Anak (12 bulan

sampai 5 tahun)

30 menit* 2 ½ jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum

membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira

5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam

(bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal

yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam

(klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan

penggunaan.

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit

ditujukan untuk memberikan pada penderita:

1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit

2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi

3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.

Pengobatan Dietetik

Memuasakan penderita diare (hanya memberi air teh) sudah tidak

dilakukan lagi karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia

dan atau KKP. Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik

dipakai singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early

Feeding, Simultaneously with Education.

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan

setelah sembuh. Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak

anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya

timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Makanan yang diberikan pada anak

diare tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum

sakit serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare

sama dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat.

24

Page 25: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak

mau. Peranan ASI selain memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05

SIgA/hari yang berperan memberikan perlindungan terhadap kuman patogen.

Bayi yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling

tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas

laktosa mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan

diare timbul kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau

dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH<6) dan terdapat

bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%. Setelah diare berhenti, pemberian tetap

dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula

biasanya diminum secara bertahap selama 2-3 hari.

Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan

lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diit

harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali

atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan.

Zinc

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan

nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk

memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam

pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap

struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran

cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air

dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,

meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang

mempercepat pembersihan patogen di usus. Pemberian zinc dapat menurunkan

risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc untuk anak-anak:

- anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

- anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

25

Page 26: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari

diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk

anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

Antibiotik

Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua daire akut oleh

karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan

tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang

disebabkan oleh bakteri patogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik

E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,6

Tabel 2.8 Pemberian antibiotik berdasarkan penyebab

Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline 50 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Erythromycin 12,5

mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri Ampicillin 100

mg/kgBB/hari

4x sehari selama 5 hari

Trimetropin (TMP)

10mg/kgBB/ hari 2 x sehari

selama 5 hari

Nalidixic Acid 55

mg/kgBB/ hari

4x sehari selama 5 hari

Tetracycline 50 mg/kgBB

4x sehari selama 5 hari

Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB

3xs ehari selama 5 hari (10

hari pada kasus berat)

Pada kasus yang sangat

berat: Dehydroemetine HCl

secara im 1-1,5

mg/kgBB, maksimal 90 mg

sampai 5 hari tergantung

reaksi badan.

Obat antidiare

26

Page 27: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan

praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa

dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:6,7

Adsorben

Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).

Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar

kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau

bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai

kemampuan melindungi mukosa usus.

Antimotilitas

Contoh: Loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture

opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare

pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.

Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat

fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi

dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal.

Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak

dengan diare.

Bismuth subsalicylate

Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja

pada anak dengan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang

digunakan.

Probiotik

Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang

difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan

mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan

pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak

minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui

perubahan lingkungan mikrolumen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi

27

Page 28: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik

terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan imunomodulasi.

Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri

patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan

menunjukan adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel

epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat

lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam

mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen.

2.10 Komplikasi

1. Gangguan elektrolit

2. Hipernatremia

3. Hiponatremia

4. Hiperkalemia

5. Hipokalemia

6. Demam

7. Edema/overhidrasi

8. Asidosis metabolic

9. Ileus paralitik

10. Akut kidney injury

2.11 Pencegahan

1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare

Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal

oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada

cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif

meliputi:

a. Pemberian ASI yang benar

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI

c. Menggunakan air bersih yang cukup

28

Page 29: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis

buang air besar dan sebelum makan

e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota

keluarga

f. Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:

a. Memberi ASI eksklusif paling tidak sampai usia 6 bulan

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi

makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status, gizi anak.

c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare berhubungan

dengan campak, dan diare yang terjadi umunya lebih berat dan lebih

lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya

kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak yang

mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60%

kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian karena

diare pada balita

d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi

alamiah, tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan,

manifestasi diare. Di dunia telah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang

diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberiian dengan

interval 4-6 minggu. 8

2.12 Edukasi Orang Tua

Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja

berdarah, muntah berulang, makan dan minum sedikit, sangat haus, diare makin

sering atau belum membaik dalam 3 hari.

29

Page 30: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

Indikasi rawat inap pada diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang

dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan

disentri yang datang sudah dengan komplikasi.

2.13 Prognosis

Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar

(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,

sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian

kecil (5%) akan menjadi diare persisten.8

30

Page 31: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

BAB III

ANALISA KASUS

Pasien An.B, 2 tahun 3 bulan datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari

yang lalu, pasien mencret dengan frekuensi 4 kali dalam sehari dengan konsistensi

cair, sebanyak ± ½ gelas belimbing, berwarna kuning, lendir (-), darah (-), bau

busuk (-).Kadang disertai muntah, isinya makanan dan minuman yang dimakan,

lendir (-), darah (-) muntah sebanyak 2 kali sekitar ± ½ gelas belimbing,

sebelumnya timbul muntah terlebih dahulu kemudian baru mencret. Pasien masih

mau minum, Pasien tidak mengeluhkan panas, batuk, pilek maupun perut

kembung. Riwayat keracunan makanan (-), Riwayat ganti susu formula (-),

riwayat jajan makanan dan minuman (Berupa : Kerupuk ciki-ciki dan Ale-ale),

riwayat lingkungan dalam 1 RT mengalami seperti pasien tidak diketahui oleh

ibu.

Dari pemeriksaan fisik: tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-

tanda dehidrasi. Berdasarkan teori

- Keadaan umum gelisah dan cengeng

- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,

mukosa mulut dan bibir sedikit kering

- Turgor kulit menurun

- Akral hangat

Dari Anamnesis, pemeriksaan fisik didapatkan diagnosa penyakit yang di

derita pasien yaitu Diare akut tanpa dehidrasi.

a. Hubungan diagnosis dengan rumah dan lingkungan sekitar

Pasien tinggal di lingkungan rumah yang padat penduduk. Kebersihan rumah

dan lingkungan sekitar kurang terjaga, serta keadaan social ekonomi yang

tergolong cukup mampu.

Dengan lingkungan rumah yang padat akan dengan mudah terjadinya

penularan diantara orang sekitar. Ditambah lagi dengan kebersihan rumah

31

Page 32: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

yang kurang terjaga termasuk salah satu factor predisposisi terinfeksinya

penyakit yang dialami pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Dari alloanamnesis diketahui bahwa tidak ada anggota keluarga yang

mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Tidak ada hubungan diagnosis

dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan

lingkungan sekitar

Untuk kebersihan badan, ibu pasien mengaku bahwa pasien mandi dua kali

sehari. Pasien sering bermain tanah dipekarangan rumah tetangga. Pasien juga

sering mengkonsumsi jajanan seperti ciki-ciki dan minuman ale-ale yang

dapat memicu timbulnya diare. Pasien selalu mencuci tangan sebelum makan

dengan air bersih, namun pasien mencuci tangan hanya menggunakan air saja

tanpa menggunakan sabun. Pasien tidak mencuci tangan dengan sabun setelah

buang air. Dirumah pasien minum dengan menggunakan air isi ulang. Dapat

disimpulkan kebersihan atau higienitas pasien kurang begitu terjaga sehingga

terjadi keluhan yang dialami pasien.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada

pasien ini

Kemungkinan penyebab penyakit pada pasien ini karena sering

mengkonsumsi jajanan, sehingga besar kemungkinan terjadinya diare akibat

dari pengaruh jajanan tersebut. Pasien tidak mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan dan setetlah buang air, sehingga saat makan ia hanya mencuci

tangan menggunakan air saja tanpa menggunakan sabun, hal tersebutlah yang

dapat memicu perkembangan koloni bakteri di tangan yang dapat memicu

diare karena kurangnya higienitas.

32

Page 33: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutuskan rantai penularan

dengan factor resiko atau etiologi pada pasien ini

Menjaga kebersihan diri.

Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.

Jangan makan makanan yang tidak bisa dijamin kebersihannya.

Makan makanan bergizi, lengkap dengan sayur dan lauk pauk serta buah

dan susu.

Memberi makanan penyapihan yang benar

33

Page 34: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

DAFTAR PUSTAKA

1. Deddy PS. Upaya mengurangi kejadian komplikasi diare akut. Ilmu

Kesehatan Anak RSUD Aifin Achmad.Riau:2008. (skripsi)

2. Pudjiaji AH, Hegar B, Handyastuti S,dkk. Diare akut dalam: Pedoman

pelayanan medis IDAI, jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI:2010. hal.58-

61

3. Orenstein DM. Diare akut dalam :Behman, Kliegman, Arvin,editor.

Nelson.Ilmu Kesehatan Anak.ed ke-15.Jakarta.EGC.2000.hal.889-92

4. Hendarwanto. Diare akut karena infeksi, dalam: Waspadji S, Rachman

AM, Lesmana LA, dkk. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.

Ed.ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:1996.hal.451-57.

5. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi. Dalam: Suharto,

Hadi U, Nasronudin, editor. Seri penyakit triopik infeksi. Perkembangan

terkini dalam pengelolaan beberapa penyakit tropik

infeksi.Surabaya:Airlangga University Press.2002.hal.34-40.

6. Rani HAA. Maslah dalam penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa.

Dalam Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk.editor. Current diagnosis and

treatment in internal medicine.Jakarta: Balai penerbit FKUI.2002.hal.49-

56.

7. Tatalaksana diare. (diakses tanggal 5 Agustus 2015)

Diunduh dari : http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.

8. Pusponegoro HD,dkk. Diare akut dalam: Standar pelayanan medis

kesehatan anak.ed ke-1.Jakarta.Badan penerbit IDAI.2004.49-52

9. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi.Jakarta: PT.Aneka cipta. 2004

10. Ardhani P.Art of therapy dalam: ilmu penyakit anak.Pustaka cendikia

press.Jogjakarta.2008

34

Page 35: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

LAMPIRAN

35

Page 36: Lapsus

Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075

36