Lapsus
-
Upload
sulistya-ningsih -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Lapsus
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada tanggal 8 Agustus
2015 pukul 11.30 WIB di Poli Anak Puskemas Talang Bakung Kota Jambi.
a. Nama : An. B
b. Umur : 2 tahun 3 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. BB : 13 Kg
e. PB : 72 cm
f. Alamat : RT 16 Tanjung Pasir
g. Nama Ayah : Tn. H
h. Umur : 32 tahun
i. Pekerjaan : Karyawan swasta
j. Nama Ibu : Ny. Y
k. Umur : 31 tahun
l. Pekerjaan : IRT
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : 2 bersaudara, Os anak kedua
c. Status ekonomi keluarga : Pasien berobat dengan kartu BPJS,
ayah Os bekerja swasta sebagai karyawan perusahaan kertas, sedangkan
ibu Os seorang IRT sambilan bekerja menjual minuman dingin.
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di rumah neneknya dengan ukuran rumah tipe 46,
memiliki 4 kamar tidur yang dilengkapi dengan jendela dan ventilasi,
memiliki ruang tamu, ruang keluarga, 1 dapur, kamar mandi
mengggunakan wc jongkok. Air bekas mandi dan limbah keluarga
dialirkan keselokan belakang rumah.
1
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama kedua orangtua, kakek, nenek, serta kakak
perempuannya. Rumah pasien cukup tertata dengan rapi, namun ada juga
beberapa barang berserakan disamping rumah. Jarak antar rumah 1 dan
rumah lainnya ± 1 meter. Sampah keluarga dibuang ketempat
pembuangan sampah yang berjarak ±500 meter dari rumah.
III. Aspek Psikologis di Keluarga
Os tinggal bersama kedua orang tuanya dan 1 orang kakaknya serta nenek.
Hubungan antara Os dan keluarganya baik. Os mendapatkan perhatian dan
kasih sayang yang cukup dari keluarganya.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Keluhan yang sama sebelumnya/dalam keluarga disangkal
- Tidak ada anggota keluarga yang sakit diare saat ini.
- Sebelumnya os juga pernah mengalami diare saat usia 6 bulan, namun
setelah berobat kepuskesmas sembuh.
- Adapun riwayat penyakit yang pernah diderita DBD, dan Batuk pilek.
V. Keluhan Utama :
Mencret sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang : (alloanamnesa dengan ibu pasien)
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari yang lalu , pasien
mencret sebanyak 4 kali dalam sehari berbentuk cair, sebanyak ± ½ gelas
belimbing, berwarna kuning, lendir (-), darah (-), bau busuk (-). Kadang
disertai muntah, isinya makanan dan minuman yang dimakan, lendir (-),
darah (-) muntah sebanyak 2 kali sekitar ± ½ gelas belimbing, sebelumnya
timbul muntah terlebih dahulu kemudian baru mencret. Pasien masih mau
minum, Pasien tidak mengeluhkan panas, batuk, pilek maupun perut
kembung. Riwayat keracunan makanan (-), Riwayat ganti susu formula (-),
riwayat jajan makanan dan minuman (Berupa : Kerupuk ciki-ciki dan Ale-
2
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
ale), riwayat lingkungan dalam 1 RT mengalami seperti pasien tidak
diketahui oleh ibu.
VI. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Suhu : 36,5°C
4. Nadi : 97 x/menit
5. Pernafasan
- Frekuensi : 28 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : torakoabdominal
6. Kulit : turgor baik
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : normal
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Gerakan bola mata : baik
3. Hidung : tak ada kelainan, bentuk simetris, hiperemis (-)
4. Telinga : tak ada kelainan, bentuk simetris, hiperemis (-)
5. Mulut : tak ada kelainan, bentuk simetris, hiperemis (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax : simetris
3
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis:
simetris
Statis & dinamis :
simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Normal,
Wheezing (-), rhonki
(-)
Vesikuler (+) normal.
Wheezing (-), rhonki
(-)
Jantung
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula
kiri, tidak kuat angkat
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS IV linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans
musculer (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Turgor baik
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus meningkat
4
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
9. Ekstremitas
Edema (-), akral hangat
VII. Laboratorium dan Usulan Pemeriksaan
- Darah rutin
- Pemeriksaan feses
VIII.Diagnosis Banding
1. Diare akut
2. Disentri
3. Kolera
4. Intoksikasi makanan
5. Alergi susu sapi
6. Demam thypoid
IX. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi
X. Manajemen
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai perjalanan penyakit diare
- Menghindari faktor-faktor yang memperberat
- Menjelaskan kepada ibu pemberian zink selama 10 hari
b. Preventif :
- Menjaga kebersihan makanan dan minuman
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan
- Mencuci peralatan makan dengan bersih
- Merebus botol dot setelah dicuci bersih
- Penyediaan air minum yang bersih
- Selalu masak makanan
5
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
c. Kuratif :
Non Medikamentosa
Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan
Jangan makan sembarangan makanan
Merebus botol dot setelah dicuci
Medikamentosa
Oralit 100ml- 200ml setiap kali BAB
Zink 20 mg 1x1 (selama 10 hari)
B komplek 2 x ½ tab
d. Rehabilitatif
- Meningkatkan daya tahan tubuh.
- Mengatur pola makan yang gizi seimbang
- Menjaga higienitas pasien.
6
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
DINAS KESEHATAN KOTA JAMBI
PUSKESMAS TALANG BAKUNG
Dokter : dr. Sulistya Ningsih
SIP : G1A213075
Jambi, Agustus 2015
R /
Pro :
Umur
Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
7
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar yang lebih sering dari biasa dan dengan
konsistensi yang lebih encer dari biasanya, menurut dari lamanya dibedakan
menjadi diare akut adalah buang air besar pada bayi dan anak lebih dari 3x
belangsung paling lama 3-5 hari, diare berkepanjangan lebih dari 7 hari, diare
kronis berlangsung lebih dari 14 hari.Penyebab terbanyak pada usia 0-2 tahun
adalah infeksi rotavirus, selain virus diare juga dapat disebabkan oleh infeksi dari
bakteri maupun parasit.1-5
Berdasarkan patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori,
yaitu diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare
osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus
sehingga akan difermentasikan oleh bakteri usus yang menyebabkan tekanan
osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare sekretorik
terjadi karena toksin darri bakteri akan menstimulasi cAMP dan cGMP yang akan
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan
motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik, misalnya
pada diabetik neuropati, post vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.6
2.2 Epidemiologi
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia
data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke
empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.7
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar
200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap
8
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun
dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.8
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta
episode diare pada orang dewasa per tahun.9 Dari laporan surveilan terpadu tahun
1989 jumlah kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat
0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama
disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni,
Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan
oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella
flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).10
Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang untuk mendekati pasien
diare akut yang disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi,
berpergian, penggunaan antibiotik, HIV positif atau AIDS, merupakan petunjuk
penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare infeksi.
2.3 Etiologi
1. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum
2. Infeksi berbagai macam virus, penyebab diare terbanyak pada balita
adalah diare karena virus
3. Alergi makanan khususnya susu atau laktosa
4. Parasit yang masuk ketubuh melalui makanan dan minuman yang
kotor
Penyebab utama disentri di Indonesia ada adalah shigella,
salmonela, campylobacter jejuni, E.coli dan entamamoeba histolytica.
Disentri berat umumnya disebabkan oleh shigella dysentery, kadang-
kadang juga dapat disebabkan oleh shigella flexneri, salmonela dan
Enteroinvasive E.coli.
9
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Tabel 2.1. Penyebab utama terjadinya diare
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Gejala klinis:
Massa tunas
Panas
Mual, Muntah
Nyeri Perut
Nyeri kepala
Lamanya
Sakit
17-72 jam
+
Sering
Tanesmus
-
5-7 hari
24-48jam
++
Jarang
Tanesmus,
Kramp
+
>7 hari
6-72 jam
++
Sering
Tanesmus,
kolik
+
3-7 hari
6-72 jam
-
+
-
-
2-3 hari
6-72 jam
++
-
Tanesmus,
Kramp
-
Variasi
48-72jam
-
Sering
Kramp
-
3 hari
Sifat Tinja:
Volume
Frekuensi
Konsistensi
Darah
Bau
Sedang
5-10x/hari
Cair
-
Langu
Sedikit
>10 hari
Lembek
+
-
Sedikit
Sering
Lembek
Kadang
Busuk
Banyak
Sering
Cair
-
-
Sedikit
Sering
Lembek
+
-
Banyak
Terus
menerus
Cair
-
Amis Khas
10
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Warna
Leukosit
Lain-lain
Kuning
kehijaun
-
Anorexia
Merah-
hijau
-
Kejang ±
Kehijauan
+
Sepsis±
Tak
berwarna
-
Meteoris
mus
Merah-
hijau
-
Infeksi
sistemik±
Seperti air
cucian beras
-
-
2. 4 Patofisiologi
70-90% penyebab diare saat ini sudah dapat diketahui dengan pasti.
Penyebab diare ini dapat dibagi menjadi 2 bagian ialah penyebab tidak
langsung atau faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat
terjadinya diare. Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat
dibagi dalam 2 golongan:
1. Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air
dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara
lumen usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap,
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal
tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat
perbedaan tekanan osmotik antara lumen usus dan darah maka pada
segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir kearah
jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan
mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul
cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil
cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di
11
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa,
sukrosa, laktosa, maltosa di segmen ileum dan melebihi kemampuan
absorbsi kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan
jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan
akan memberikan dampak yang sama.5
2. Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam
usus halus yang terjadi akibat gangguan absorbsi natrium oleh vilus
saluran cerna, sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau
meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh
sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh
infeksi bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin
E.coli atau V. cholera.01.6
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma.
Beda osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja.
Karena Natrium ( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam
tinja, osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan
K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja
konstan 290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotik 290-2
(Na++K+). Pada diare osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50
mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare
sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan
perbedaan osmotik kurang dari 20 mOsm/L.8
Tabel 2.2 Perbedaan Diare Osmotik dan Sekretorik
Osmotik Sekretorik
Volume tinja <200 ml/hari >200 ml/hari
Puasa Diare berhenti Diare berlanjut
Na+ tinja <70 mEq/L >70 mEq/L
Reduksi (+) (-)
pH tinja <5 >6
12
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun
motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi perubahan
motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbsi. Baik peningkatan
ataupun penurunan motilitas keduanya dapat menyebabkan diare.
Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang
menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan
meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan
statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan
malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery
diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable
pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada
Tirotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai penyakit lain.5
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada
beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight
junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik
menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan seringkali sel darah merah
dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat
inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan
sekretorik. 5
2.5 Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta
gejala lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi
neurologik. Gejala gastrointestinal biasa berupa diare, kram perut, dan
muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada
penyebabnya.5
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit
ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga akan meningkat
bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik,
dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya
13
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan
kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut
tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
( hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya
bias tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.5
Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik
patogen antara lain: vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis,
osteomyelitis, meningitis, pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septik
tromboplebitis. Gejala neurolgik dari infeksi usus bias berupa parestesia
(akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate), hipotoni dan
kelemahan otot.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau
akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan diare
inflammatory. Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada
perut bagian bawah serta rektum menunjukan terkenanya usus besar. Mual
dan muntah adalah symptom yang nonspesifik akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi
saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi
enterotoksin, giardia, dan cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada diare non inflammatory. Biasanya
penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perutperiumbilikal tidak
berat, watery diare, menunjukan bahwa saluran makan bagian atas yang
terkena. Oleh karena pasien immunokompromise memerlukan perhatian
khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit.
2.6 Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi
tinja, lendir dan atau darah dalam tinja.
- Banyaknya/ volumenya ( berapa banyak tiap kali buang air besar,
misalnya berapa ml/ sendok/gelas/ dsb)
- Baunya ( amis, asam, busuk)
14
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, kejang, sesak, kembung.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengkonsumsi makanan yang tidak biasa.
- Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.
- Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)
2. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital
- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/ letargi/
koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun.
- Tanda tambahan : ubun-ubun besar cekung, kelopak mata, air mata,
mukosa bibir, mulut dan lidah terlihat kering.
- Tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti
napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia),
kejang (hipo atau hipernatremia)
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
- Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
- Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%
- Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
- Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan lebih 10
b. Skor Maurice King
15
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Tabel 2.3 Tabel penentuan dehidrasi berdasarkan Skor Maurice
King
Bagian tubuh
yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan Umum
Kekenyalan
kulit
Mata
UUB
Mulut
Nadi/menit
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120
Gelisah, cengeng,
apatis,
mengantuk.
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
Mengigau,
koma atau
syok.
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering dan
sianosis
Lemah > 140
Keterangan :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dijepit” anatar
ibu jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian di lepas. Jika
kulit kembali normal dalam waktu :
- 1 detik : turgor agak kurang ( dehidrasi ringan)
- 1-2 detik : turgor kurang ( dehidrasi sedang)
- 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
2. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat
ditemukan derajat dehidrasinya:
- Nilai 0-2 : dehidrasi ringan
- Nilai 3-6 : dehidrasi sedang
- Nilai 7-12 : dehidrasi berat
(Nilai/ gejala tersebut adalah nilai/gejala yang terlihat pada
dehidrasi isotonik dan hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling
banyak terdapat, masing-masing 77,8% dan 9,5%)
3. Pada anak-anak dengan UUB sudah menutup, nilai untuk UUB
diganti dengan banyaknya/ frekuensi kencing.
16
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
2.7 Derajat Dehidrasi
Tabel 2.4 Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian Tanpa
dehidrasi
Dehidrasi
ringan-sedang
Dehidrasi berat
Lihat:
Keadaan umum
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Baik,sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa,
tidak haus
*Gelisah,rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
*haus ingin
minum banyak
*lesu,lunglai/tidak
sadar
Sangat cekung
Kering
Sangat kering
*malas minum atau
tidak bisa minum
Periksa: turgor
kulit
Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
lambat
Hasil
pemeriksaanTanpa dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang
Bila ada 1 tanda*
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda*
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Terapi Rencana terapi
A
Rencana terapi B Rencana terapi C
Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:7
dehidrasi isotonik, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L
dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L
Tabel 2.5 Gejala dehidrasi menurut tonisitas
17
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus - + +
Berat badan Menurun sekali Menurun Menurun
Turgor kulit Menurun sekali Menurun Tidak jelas
Kulit/ selaput
lendir
Basah Kering Kering sekali
Gejala SSP Apatis Koma Irritable, apatis,
hiperfleksi
Sirkulasi Jelek sekali Jelek Relatif masih baik
Nadi Sangat lemah Cepat dan lemah Cepat, dan keras
Tekanan darah Sangat rendah Rendah Rendah
Banyaknya kasus 20-30% 70% 10-20%
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urin
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada diare akut:5
a. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
b. Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
c. Tinja:
- Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak
dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya
disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh
18
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah
atau mucus biasanya disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan
sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa
atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi
dengan E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan
pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan
Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi
tinja, bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja
tidak terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau
tua berhubungan dengan adanya warna empedu akibat garam empedu
yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial
overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat
yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin.
Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa
menunjukan adanya gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja
yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan adanya lemak
dalam tinja. Lendir dalam tinja menggambarkan kelainan di kolon,
khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang sangatberbau
menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon.
Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan
untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja tersebut
adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi
laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar
yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6 dapat
dianggap sebagai malabsorbsi laktosa.6
- Pemeriksaan Mikroskopik
Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah
besar leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi.
Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang
19
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau NaCl lalu dilihat
dengan mikroskop cahaya:7
bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negatif
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+
++)
bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (+++
+)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan
sudan III yang mengandung alkohol untuk mengeluarkan lemak agar
dapat diwarnai secara mikroskopis dengan pembesaran 40 kali dicari
butiran lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan
3 kriteria:10
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½
lapang pandang
(++) bila tampak sel lemak dengan jumlah lebih 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang
(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang
pandang.
Pemeriksaan parasit paling baik dilakukan pada tinja segar.
Dengan memakai batang lidi atau tusuk gigi, ambilah sedikit tinja dan
emulsikan delam tetesan NaCl fisiologis, demikian juga dilakukan
dengan larutan Yodium. Pengambilan tinja cukup sedikit saja agar
kaca penutup tidak mengapung tetapi menutupi sediaan sehingga tidak
terdapat gelembung udara. Periksalah dahulu sediaan tak berwarna
(NaCL fisiologis), karena telur cacing dan bentuk trofozoid dan
protozoa akan lebih mudah dilihat. Bentuk kista lebih mudah dilihat
dengan perwanaan yodium. Pemeriksaan dimulai dengan pembesaran
objektif 10x, lalu 40x untuk menentukan spesiesnya.
20
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
2.9 Tatalaksana
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,
dukungan nutrisi, pemberian obat sesuaiindikasi dan edukasi pada orang tua.
Tujuan pengobatan:6
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan
setelah diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare,
dengan memberikan suplemen zinc
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana
terapi yang sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:6
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah
Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah:
a. Beri cairan lebih banyak dari biasanya.
Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
Anak yang mendapat ASI ekslusif, beri air matang atau oralit
sebagai tambahan.
Anak yang tidak mendapat ASI ekslusif, beri susu yang biasa
diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan
(kuah sayur, air tajin, air matang)
Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit,
- Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml tiap kali berak
- Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml tiap kali berak.
Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200ml) dirumah bila :
- Telah diobati dengan rencana terapi B atau C
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare
memburuk.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
21
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
b. Beri obat Zinc
Beri obat zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti.
Diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air
matang atau ASI.
- Umur < 6 bulan diberi 10 mg ( ½ tablet perhari )
- Umur > 6 bulan diberi 20 mg ( 1 tablet perhari )
c. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Beri makanan sesuai umur anak dengan menu yang sama dengan
waktu anak sehat
Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap persi makan
Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air
kelapa hijau.
Beri makanan lebih sering dari biasa dengan porsi lebih kecil (tiap
3-4 jam)
Setelah diare berhenti beri makanan yang sama dan makanan
tambahan selama 2 minggu.
d. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi, misalnya kolera, disentri.
e. Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
Berak cair lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan dan minum sangat sedikit
Timbul demam
Berak berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
22
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan
adalah 75ml/kgBB/3jam
Tabel 2.6 Pemberian oralit jika BB tidak diketahui
Usia 4 bulan 4-12
bulan
12-24
bulan
2-5Tahun
Berat
badan
<6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah
(ml)
200-400 400-700 700-800 900-1400
Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali
derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan
pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan
cara menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang
harus diberikan dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus
oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai
yang dianjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak menginginkan oralit lebih
banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,
beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah memberi makan
segera setelah anak ingin makan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada
ibu cara memberikan larutan oralit. Berikan tablet zinc selama 10 hari.
3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infus disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau
ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai
berikut.
Tabel 2.7 Pemberian cairan intravena pada dehidrasi berat
Umur Pemberian pertama Pemberian berikut
23
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
30ml/kgBB selama 70ml/kgBB selama
Bayi (bibawah
umur 12 bulan)
1 jam* 5 jam
Anak (12 bulan
sampai 5 tahun)
30 menit* 2 ½ jam
*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba
Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum
membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira
5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam
(bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal
yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam
(klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan
penggunaan.
Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit
ditujukan untuk memberikan pada penderita:
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.
Pengobatan Dietetik
Memuasakan penderita diare (hanya memberi air teh) sudah tidak
dilakukan lagi karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia
dan atau KKP. Sebagai pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetik
dipakai singkatan O-B-E-S-E, sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early
Feeding, Simultaneously with Education.
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan
setelah sembuh. Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak
anak mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya
timbul kembali setelah dehidrasi teratasi. Makanan yang diberikan pada anak
diare tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum
sakit serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare
sama dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat.
24
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak
mau. Peranan ASI selain memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05
SIgA/hari yang berperan memberikan perlindungan terhadap kuman patogen.
Bayi yang tidak minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling
tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu atau penggunaan susu rendah atau bebas
laktosa mungkin diperlukan untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan
diare timbul kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau
dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH<6) dan terdapat
bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%. Setelah diare berhenti, pemberian tetap
dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula
biasanya diminum secara bertahap selama 2-3 hari.
Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan
lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari energi diit
harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6 kali
atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan.
Zinc
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam
pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran
cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air
dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,
meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen di usus. Pemberian zinc dapat menurunkan
risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc untuk anak-anak:
- anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
- anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
25
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk
anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
Antibiotik
Antbiotik pada umunya tidak diperlukan pada semua daire akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan
tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V,cholera, Shigella, Enterotoksigenik
E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,6
Tabel 2.8 Pemberian antibiotik berdasarkan penyebab
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 50 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Erythromycin 12,5
mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Shigella Disentri Ampicillin 100
mg/kgBB/hari
4x sehari selama 5 hari
Trimetropin (TMP)
10mg/kgBB/ hari 2 x sehari
selama 5 hari
Nalidixic Acid 55
mg/kgBB/ hari
4x sehari selama 5 hari
Tetracycline 50 mg/kgBB
4x sehari selama 5 hari
Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Pada kasus yang sangat
berat: Dehydroemetine HCl
secara im 1-1,5
mg/kgBB, maksimal 90 mg
sampai 5 hari tergantung
reaksi badan.
Obat antidiare
26
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan
praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. Beberapa
dari obat-obat ini berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:6,7
Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine).
Obat-obat ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar
kemampuanya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau
bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai
kemampuan melindungi mukosa usus.
Antimotilitas
Contoh: Loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture
opiii, paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare
pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.
Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat
fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi
dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis normal.
Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak
dengan diare.
Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja
pada anak dengan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang
digunakan.
Probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan
mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan
pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak
minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam pencegahan diare melalui
perubahan lingkungan mikrolumen usus, kompetisi nutrien, mencegah adhesi
27
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik
terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan imunomodulasi.
Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri
patogen dalam mukosa usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan
menunjukan adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel
epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat
lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam
mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen.
2.10 Komplikasi
1. Gangguan elektrolit
2. Hipernatremia
3. Hiponatremia
4. Hiperkalemia
5. Hipokalemia
6. Demam
7. Edema/overhidrasi
8. Asidosis metabolic
9. Ileus paralitik
10. Akut kidney injury
2.11 Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada
cara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif
meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
28
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI eksklusif paling tidak sampai usia 6 bulan
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status, gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare berhubungan
dengan campak, dan diare yang terjadi umunya lebih berat dan lebih
lama (susah diobati, cenderung menjadi kronis) karena adanya
kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak yang
mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60%
kasus campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian karena
diare pada balita
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi
alamiah, tetapi infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan,
manifestasi diare. Di dunia telah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang
diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberiian dengan
interval 4-6 minggu. 8
2.12 Edukasi Orang Tua
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan dan minum sedikit, sangat haus, diare makin
sering atau belum membaik dalam 3 hari.
29
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
Indikasi rawat inap pada diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang
dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan
disentri yang datang sudah dengan komplikasi.
2.13 Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar
(90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian
kecil (5%) akan menjadi diare persisten.8
30
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien An.B, 2 tahun 3 bulan datang dengan keluhan mencret sejak 1 hari
yang lalu, pasien mencret dengan frekuensi 4 kali dalam sehari dengan konsistensi
cair, sebanyak ± ½ gelas belimbing, berwarna kuning, lendir (-), darah (-), bau
busuk (-).Kadang disertai muntah, isinya makanan dan minuman yang dimakan,
lendir (-), darah (-) muntah sebanyak 2 kali sekitar ± ½ gelas belimbing,
sebelumnya timbul muntah terlebih dahulu kemudian baru mencret. Pasien masih
mau minum, Pasien tidak mengeluhkan panas, batuk, pilek maupun perut
kembung. Riwayat keracunan makanan (-), Riwayat ganti susu formula (-),
riwayat jajan makanan dan minuman (Berupa : Kerupuk ciki-ciki dan Ale-ale),
riwayat lingkungan dalam 1 RT mengalami seperti pasien tidak diketahui oleh
ibu.
Dari pemeriksaan fisik: tanda vital dalam batas normal, tidak ada tanda-
tanda dehidrasi. Berdasarkan teori
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kulit menurun
- Akral hangat
Dari Anamnesis, pemeriksaan fisik didapatkan diagnosa penyakit yang di
derita pasien yaitu Diare akut tanpa dehidrasi.
a. Hubungan diagnosis dengan rumah dan lingkungan sekitar
Pasien tinggal di lingkungan rumah yang padat penduduk. Kebersihan rumah
dan lingkungan sekitar kurang terjaga, serta keadaan social ekonomi yang
tergolong cukup mampu.
Dengan lingkungan rumah yang padat akan dengan mudah terjadinya
penularan diantara orang sekitar. Ditambah lagi dengan kebersihan rumah
31
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
yang kurang terjaga termasuk salah satu factor predisposisi terinfeksinya
penyakit yang dialami pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Dari alloanamnesis diketahui bahwa tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Tidak ada hubungan diagnosis
dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Untuk kebersihan badan, ibu pasien mengaku bahwa pasien mandi dua kali
sehari. Pasien sering bermain tanah dipekarangan rumah tetangga. Pasien juga
sering mengkonsumsi jajanan seperti ciki-ciki dan minuman ale-ale yang
dapat memicu timbulnya diare. Pasien selalu mencuci tangan sebelum makan
dengan air bersih, namun pasien mencuci tangan hanya menggunakan air saja
tanpa menggunakan sabun. Pasien tidak mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air. Dirumah pasien minum dengan menggunakan air isi ulang. Dapat
disimpulkan kebersihan atau higienitas pasien kurang begitu terjaga sehingga
terjadi keluhan yang dialami pasien.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor resiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
Kemungkinan penyebab penyakit pada pasien ini karena sering
mengkonsumsi jajanan, sehingga besar kemungkinan terjadinya diare akibat
dari pengaruh jajanan tersebut. Pasien tidak mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan setetlah buang air, sehingga saat makan ia hanya mencuci
tangan menggunakan air saja tanpa menggunakan sabun, hal tersebutlah yang
dapat memicu perkembangan koloni bakteri di tangan yang dapat memicu
diare karena kurangnya higienitas.
32
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutuskan rantai penularan
dengan factor resiko atau etiologi pada pasien ini
Menjaga kebersihan diri.
Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
Jangan makan makanan yang tidak bisa dijamin kebersihannya.
Makan makanan bergizi, lengkap dengan sayur dan lauk pauk serta buah
dan susu.
Memberi makanan penyapihan yang benar
33
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
DAFTAR PUSTAKA
1. Deddy PS. Upaya mengurangi kejadian komplikasi diare akut. Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Aifin Achmad.Riau:2008. (skripsi)
2. Pudjiaji AH, Hegar B, Handyastuti S,dkk. Diare akut dalam: Pedoman
pelayanan medis IDAI, jilid I. Jakarta. Badan Penerbit IDAI:2010. hal.58-
61
3. Orenstein DM. Diare akut dalam :Behman, Kliegman, Arvin,editor.
Nelson.Ilmu Kesehatan Anak.ed ke-15.Jakarta.EGC.2000.hal.889-92
4. Hendarwanto. Diare akut karena infeksi, dalam: Waspadji S, Rachman
AM, Lesmana LA, dkk. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Ed.ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:1996.hal.451-57.
5. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi. Dalam: Suharto,
Hadi U, Nasronudin, editor. Seri penyakit triopik infeksi. Perkembangan
terkini dalam pengelolaan beberapa penyakit tropik
infeksi.Surabaya:Airlangga University Press.2002.hal.34-40.
6. Rani HAA. Maslah dalam penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa.
Dalam Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk.editor. Current diagnosis and
treatment in internal medicine.Jakarta: Balai penerbit FKUI.2002.hal.49-
56.
7. Tatalaksana diare. (diakses tanggal 5 Agustus 2015)
Diunduh dari : http://www.depkes.go.id/downloads/diare.pdf.
8. Pusponegoro HD,dkk. Diare akut dalam: Standar pelayanan medis
kesehatan anak.ed ke-1.Jakarta.Badan penerbit IDAI.2004.49-52
9. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi.Jakarta: PT.Aneka cipta. 2004
10. Ardhani P.Art of therapy dalam: ilmu penyakit anak.Pustaka cendikia
press.Jogjakarta.2008
34
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
LAMPIRAN
35
Created : Sulistya NingsihNIM : G1A213075
36