Laporan Tpp Blok 9
description
Transcript of Laporan Tpp Blok 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang adalah kurikulum berbasis kompetensi dimana kurikulum berbasis
kompetensi ini mengharuskan mahasiswa harus aktif dalam belajar, dimana
mahasiswa diharuskan lebih tanggap dan cekatan dalam belajar ataupun mencari
sumber pembelajaran yang lain selain yang diajarkan dosen itu sendiri. Mengacu
pada sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang terdapat kegiatan Tugas
Pengenalan Profesi (TPP) dimana kegiatan ini bertujuan agar setiap mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang bisa lebih terampil
sehingga nanti pada saat dia berprofesi sebagai dokter, mahasiswa itu sendiri bisa
lebih cekatan dan terbiasa sehingga lulusan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang bisa meluluskan dokter yang kompeten karena mereka
sudah dibiasakan terampil dalam kegiatan pengenalan profesi itu sendiri.
Pada pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi Blok IX “Neuro-Muskulo-Skeletal”,
kelompok TPP 9 mendapatkan tugas untuk melakukan evaluasi kasus Congenital
Talipes Equino Varus (CTEV).
Congenital Talipes Equinovarus atau lebih sering dikenal dengan nama
club foot merupakan suatu penyakit congenital pada bayi baru lahir, dimana
penyakit ini sebenarnya mudah diobati bila didiagnosis dalam usia yang sangat
dini, namun sering kali pasien datang pada saat sudah beranjak dewasa, dimana
pengobatan menjadi lebih sukar dilakukan. (Campbell, 1995)
Penyakit CTEV ini merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan
suatu deformitas yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan pada kemampuan
kaki untuk melakukan fleksi baik pada bagian pergelangan kaki, inversi pada
tungkai, adduksi pada kaki depan, maupun rotasi pada bagian tibia. (Campbell,
1995)
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 1
Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu
kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-
nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (berbentuk seperti ekor kuda) +
varus (bengkok ke arah dalam/medial). Beberapa dari deformitas kaki termasuk
deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya
ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle tergantung dari
posisi kelainan ankle dan kaki. Deformitas talipes diantaranya :
- Talipes Varus : inversi atau membengkok ke dalam.
- Talipes Valgus : eversi atau membengkok ke luar.
- Talipes Equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendah daripada tumit.
- Talipes Calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit.
Kasus ini mengarah pada salah satu tujuan dari blok ini yaitu mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep penyakit yang berkaitan dengan Neuro-
Muskulo-Skeletal. Berdasarkan tujuan dari blok tersebut, maka kami dari
kelompok 9 bermaksud untuk melakukan kegiatan Tugas Pengenalan Profesi
(TPP) dengan judul yaitu “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus
(CTEV)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa etiologi congenital talipes equino varus ?
2. Bagaimana manifestasi klinis congenital talipes equino varus ?
3. Bagaimana upaya penatalaksanaan terhadap congenital talipes equino varus ?
4. Apa komplikasi yang dialami pasien setelah mengalami congenital talipes
equino varus ?
5. Bagaimana prognosis congenital talipes equino varus ?
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Tugas Pengenalan Profesi Blok IX “Neuro-Muskulo-Skeletal”
dan mengevaluasi kasus congenital talipes equino varus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui etiologi congenital talipes equino varus
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis congenital talipes equino varus
3. Untuk mengetahui upaya penatalaksanaan terhadap congenital talipes equino
varus
4. Untuk mengetahui komplikasi yang dialami pasien setelah mengalami
congenital talipes equino varus
5. Untuk mengetahui prognosis congenital talipes equino varus
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan Tugas Pengenalan
Profesi kali ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi congenital talipes equino varus
2. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis congenital talipes equino
varus
3. Mahasiswa mampu mengetahui upaya penatalaksanaan terhadap congenital
talipes equino varus
4. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang dialami pasien setelah
mengalami congenital talipes equino varus
5. Mahasiswa mampu mengetahui prognosis congenital talipes equino varus
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung dari orang yang pernah
menderita congenital talipes equino varus.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CTEV
CTEV adalah salah satu anomali orthopaedic kongenital yang paling sering
terjadi seperti dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran
klinis tumit yang bergeser kebagian dalam dan kebawah, forefoot juga berputar
kedalam. Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1:700 sampai 1:1000
kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan.
Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar
dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika. Insidensi pada laki-laki
65% kasus, sedangkan pada perempuan 30-40% kasus. (Shepherd, 1974)
Tanpa terapi, pasien dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar
kakinya, yang mungkin menimbulkan nyeri dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal
ini masih menjadi tantangan bagi keterampilan para ahli bedah orthopaedic anak
akibat adanya kecenderungan kelainan ini menjadi relaps, tanpa memperdulikan
apakah kelainan tersebut diterapi secara operatif maupun konservatif. Salah satu
alasan terjadinya relaps antara lain adalah kegagalan ahli bedah dalam mengenali
kelainan patoanatomi yang mendasarinya. clubfoot seringkali secara otomatis
diangggap sebagai deformitas equinovarus, namun ternyata terdapat pemutasi dan
kombinasi lainnya, seperti Calcaneovalgus, Equinovalgus dan Calcaneovarus yang
mungkin saja terjadi. (Shepherd, 1974)
2.2 Klasifikasi
Pada dasarnya CTEV diklasifikasikan dalam 2 kelompok:
a. Tipe ekstrinsik/fleksibel
Tipe yang kadang-kadang disebut juga tipe konvensional ini merupakan tipe
yang mudah ditangani dan memberi respon terhadap terapi konservatif. Kaki dalam
posisi equinoverus akan tetapi fleksibel dan mudah di koreksi dengan tekanan manuil.
Tipe ini merupakan tipe postural yang dihubungkan dengan postur intrauterin.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 4
Kelaian pada tulang tidak menyeluruh, tidak terdapat pemendekan jaringan lunak
yang berat. Tampak tumit yang normal dan terdapat lipatan kulit pada sisi luar
pergelangan kaki.
b. Tipe intrinsik/rigid
Terjadi pada insiden kurang lebih 40% deformitas. Merupakan kasus resisten,
kurang memberi respon terhadap terapi konservatif dan kambuh lagi dengan cepat.
Jenis ini ditandai dengan betis yang kurus, tumit kecil dan tinggi, kaki lebih kaku dan
deformitas yang hanya dapat dikoreksi sebagian atau sedikit dengan deformitas yang
hanya dapat dikoreksi sebagian atau sedikit dengan tekanan manual dan tulang
abnormal tampak waktu dilahirkan. Tampak lipatan kulit di sisi medial kaki.
2.3 Etiologi
Terdapat beberapa teori yang telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini,
termasuk faktor genetic, defek sel germinativum primer, anomali vascular, faktor
jaringan lunak, faktor intrauterine dan faktor miogenik. Telah diketahui bahwa
kebanyakan anak dengan CTEV memiliki atrofi otot betis, yang tidak hilang setelah
terapi, karenanya mungkin terdapat hubungan antara patologi otot dan deformitas ini.
Beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab clubfoot. Mechanical factor in
utero Ini adalah teori tertua dan pertama diusulkan oleh Hippocrates. Dia percaya
bahwa kaki diposisikan dalam posisi equinovarus karena kompresi keadaan eksternal
rahim . Namun, Parker 1824 dan Browne pada tahun 1939 percaya bahwa penurunan
cairan ketuban, seperti dalam oligohidramnion, mencegah gerakan janin dan
membuat janin rentan terhadap tekanan ekstrinsik. (Ponseti, 2000)
a. Neuromuscular defect
Beberapa peneliti masih mempertahankan pendapat bahwa kaki equinovarus
selalu merupakan hasil dari defek dari neuromuskuler. Di sisi lain, Telah banyak
ditemukan bukti bukti bahwa tidak ada kelainan pada bagian histology dan
electromyographic pada pasien dengan kelainan ini.(Ponseti, 2000)
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 5
b. Primary Germ Plasma Defect
Irani dan Sherman telah melakukan operasi terhadap 11 orang pasien dengan
kelainan kaki CTEV dan 14 kaki normal. Teori embrionik ini membahas antara lain
defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan
Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-
12 kehamilan. Dimana pada pasien dengan kelaian club foot mereka menemukan
kalau bagian leher dari talus selalu lebih pendek begitu pula juga dengan bagian
anterior yang berputar kearah medial dan plantar. Dimana Berdasarkan penelitian ini
mereka berhipotesis kelainan CTEV ini bisa disebabkan karena kelaianan pada
bagian primary germ plasma defek. (Bor, 2006)
c. Arrested fetal development
1) Intrauterine Enviroment
Pada tahun 1863, Heuter dan Von Volkman pertama mengusulkan bahwa fetal
development early dalam kehidupan embrio adalah penyebab clubfoot bawaan. Teori
ini kemudian dekembangkan oleh Bohm pada tahun 1929. Namun, para penentang
teori ini adalah Mau dan Bessel-Hagen. (Noonan, 2003)
2) Enviromental influences
Pengaruh berbahaya dari agen teratogenik terbukti berbahaya bagi
perkembangan janin baik dimana hal ini biasa disebabkan karena pengaruh rubella
dan thalidomide pada kehamilan. Banyak penulis percaya bahwa ada berbagai faktor
lingkungan bertanggung jawab atas penampilan club foot , seperti salah satu
contohnya adalah gangguan dari prose’s temporary growth arrest. (Docker, 2007)
d. Herediter
Clubfoot cenderung merupakan penyakit yang biasa disebabkan karena
herediter, dimana hal ini biasa diwariskan sebagai suatu kelainan yang memiliki sifat
multifaktorial polygenic . Wynne-Davis menyatakan bahwa warisan poligenik lebih
rentan terhadap pengaruh environmetal. Teori ini berhubungan dengan Teori
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 6
kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan muncul
sebelum fertilisasi.
e. Otogenik
Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain
hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7
sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitas clubfoot yang jelas,
namun bila hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot
yang ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan
perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”. “Cronon” ini
memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa
perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal
maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon). (Docker,
2007)
2.4 Manifestasi Klinis
Deformitas ini mudah dikenali dan terlihat nyata pada waktu lahir. Kaki
terputar dan terbelit sehingga telapak kaki menghadap posteromedial. Gejala-gejala
lokalnya adalah sebagai berikut :
Inspeksi
Betis terlihat kurus, deformitas berupa equinus pada pergelangan
kaki, varus pada hindfoot/tumit dan adduksi dan supinasi pada
forefoot.
pemeriksaan palpasi tidak memiliki banyak arti
Palpasi Deformitas terfiksir dan tidak dapat dikoreksi secara pasif.
Meskipun kaki pada bayi normal dapat terlihat dalam posisi
equinovarus, tetapi dapat didorsofleksikan sampai jari - jari
menyentuh bagian depan tungkai bawahnya.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 7
Saat digerakkan
Tehnik pemotretan sangat penting agar kaki dapat dinilai secara
akurat. Beatson dan Pearson mendeskripsikan suatu metoda untuk
memperoleh rontgen posisi AP dan lateral yang sederhana dan
mudah dilakukan.Cara: sendi panggul anak fleksi 90º dan lutut
fleksi 45º-60º. Untuk posisi AP, ke-2 kaki dipegang berdekatan
dan taruh pada posisi plantarfleksi 30º di atas film. Posisi lateral,
kaki harus plantarfleksi 35º and tabung sinar-x dipusatkan pada
pergelangan kaki dan hindfoot.
Röntgen
Hasil foto menunjukkan bentuk dan posisi talus yang berguna untuk
penilaian penanganan. Pusat osifikasi pada talus, calcaneus dan
cuboid terhambat dan mungkin naviculare tidak tampak sampai
tahun ketiga.
Biasanya deformitas ini disertai adanya torsi tibia.
Kasus deformitas bilateral terjadi pada sepertiga-separuh kasus. Pada kasus
bilateral, salah satu kaki biasanya mempunyai deformitas lebih berat daripada kaki
lainnya. Pada kasus unilateral, kaki yang sakit lebih kecil dan kurang berkembang
dibandingkan kaki lainnya dan biasanya kaki kanan lebih sering terkena daripada kiri.
(Bor, 2006)
2.5 Epidemiologi
Insidens congenital talipes equinovarus yaitu 1 dari setiap 1000 kelahiran
hidup. Lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki daripada perempuan (2:1). 50%
bersifat bilateral. Insiden clubfeet sendiri sangat bervariasi tergantung dari ras dan
jenis kelamin. Insiden keseluruhan clubfoot adalah 1 sampai 2 per seribu kelahiran
hidup . Kejadian di Amerika Serikat adalah sekitar 2,29 per 1000 kelahiran hidup ;
1,6 per seribu kelahiran hidup pada Kaukasia ; 0,57 per seribu di Orientals; 6,5
menjadi 7,5 per seribu di Maoris ; 0,35 per seribu dalam bahasa Cina; 6,81 per seribu
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 8
di Polinesia dan setinggi 49 per seribu kelahiran hidup pada fullblooded Hawaii.
(Chairuddin, 2009)
2.6 Anatomi
Penderita CTEV mengalami pemanjangan pada ligamen di bawah maleollus
literalis yakni ligamen calcaneofibulare,sehingga sendi diantara tulang-tulang tarsal
tidak bisa bergerak seperti seharusnya dan tulang-tulang pedis mengalami deformitas.
Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu
jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki
cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian
belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit
transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot
betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. (Freedman, 2006)
Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan
dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang
kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau
positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi
normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat
didorsofleksikan ke posisi netral, bila didorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya
deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi
tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi
dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat
tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya.
Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior
tulang calkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan
terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis
dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85°
menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial. (Tachdjian, 2008)
Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-M.tibialis
anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 9
peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot extensor jari kaki normal kekuatannya
tetapi otot-otot flexor jari kaki memendek. M.triceps surae mempunyai kekuatan yang
normal.
Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina
bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk
melihat adanya subluxasio atau dislocasi. Pemeriksaan penderita harus selengkap
mungkin secara sistematis seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut
sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan malformasi multiple.
2.7 Patofisiologi
Clubfoot bukan merupakan malformasi embrionik. Kaki yang pada mulanya
normal akan menjadi clubfoot selama trimester kedua kehamilan. Clubfoot jarang
terdeteksi pada janin yang berumur dibawah 16 minggu. Oleh karena itu, seperti
developmental hip dysplasia dan idiopathic scoliosis, clubfoot merupakan deformasi
pertumbuhan (developmental deformation). Bentuk sendi-sendi tarsal relative
berubah karena perubahan posisi tulang tarsal. Forefoot yang pronasi, menyebabkan
arcus plantaris menjadi lebih konkaf (cavus). Tulang-tulang metatarsal tampak flexi
dan makin ke medial makin bertambah flexi. (Sutherland, 1984)
2.8 Diagnosis
Tujuan pemeriksaan orthopedic check list ini adalah :
Menemukan kalainan bawaan sedini mungkin
Penanganan dan perencanaan terapi yang memerlukan tindakan segera dan
lama (sampai selesai pertumbuhan 16 17 tahun)
Genetic councelling untuk menyatakan apakah keadaan kelainan tersebut
dominant atau resesive / mutasi atau herediter. Dalam kaitan kemungkinan
mempunyai anak berikutnya. Apabila dapat dideteksi dini, maka banyak kelainan
bawaan yang memberi akibat buruk di usia lanjut dapat dihindari, seperti misalnya
CTEV atau pada keturunannya seperti muscular distrofi progressive. Dalam kata lain,
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 10
pencegahan kelainan bentuk pada keadaan dewasa terletak pada perbaikan,
pengaturan perkembangan anak secara baik. (Herbsthofer, 1998)
Untuk dapat mengenal keadaan abnormal, penting mengetahui apa yang
disebut ³dalam batas normal´, sehingga apabila dalam pemeriksaan diragukan normal
atau tidak, pemeriksaan perlu di ulang pada jangka waktu tertentu secara periodic.
Hal ini disebabkan karena definisi kelainan bawaan adalah ³kelainan bentuk dan
fungsi yang didapat sejak lahir´ (Salter). Disebut orthopedic check list, karena
pemeriksaan dilakukan secara teratur dari cranial turun ke kaudal, dimulai dari kepala
sampai ujung jari kaki, untuk mencari kelainan musculo skeletal. (Mcglynn,1995)
a. Anamnesa:
Keadaan kehamilan ibu (masa dalam kandungan)
Riwayat persalinan : normal atau tidak, langsung menangis atau tidak,
Berat badan dan panjang badan
Adanya riwayat penyakit yang menurun, baik dari pihak ayah atau ibu
(pedigree / silsilah / keturunan)
Perkembangan anak.
b. Pemeriksaan Fisik
Look--Memperlihatkan keadaan anatomi, perhatikan anak dalam posisi pasif,
bayi tiduran telanjang dimeja operasi, dilihat mulai dari kepala sampai dengan
anggota bawah (kaki).
1) Kepala----Mata : juling, biru (blue sclerae), Mulut : terbelah (schiziis),
terbuka (open bite), Bentuk / perbandingan kepala ± badan : kecil
(microcephal), besar (macrocephal).
2) Leher---Bayi yang batu lahir, yang tiduran telentang, tak terlihat leher
bagian depan, oleh karena itu tidak banyak dapat dilihat kecuali
memperhatikan posisi kepala.
3) Anggota gerak atas--Perlu diperhatikan lengkap atau tidak, bentuk dan
gerakannya.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 11
4) Anggota gerak bawah--Juga seperti anggota gerak atas, lihat juga
perbedaan panjang dan bentuk serta gerakan ± gerakan aktif. Adakah
perbedaan kulit antara sisi kanan dan kiri, bila terdapat selisih panjang.
5) Bagian punggung, dilihat ketika pasien dibalik.
Feel---Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada.
Move
1) Kepala---Periksa apakah ubun´ masih terbuka (pada microcephal, ubun ±
ubun cepat menutup.
2) Leher : Kalau melihat posisi kepala terpaku, (fixed) pada sutu jurusan,
maka perlu dilihat dan diperhatikan apakah betul gerakannya terhambat.
Apabila tampak pendek dan gerakan terbatas, maka perhatian khusus
pada pemeriksaan otot sternocleidomastoideus. Untuk itu, maka bayi
diangkat dengan mengangkat punggung, sehingga kepala menengadah.
Perhatikan kembali kelainan yang tampak, benjolan yang fusiform di otot
sternocleidomastoideus disebut spindlelike tumor. Selain itu raba
ketegangan otot, kemudian gerakan kepala ke kanan, kekiri dan rotasi.
Kelainan yang ada didaerah ini pada umumnya perlu diperkirakan untuk
diagnosis banding dari keadaan leher pendek (brevii collis). Anggota
gerak atas, mulai dengan meraba daerah clavicula---Absen clavicula
(agenesis / aplasia clavicula), Craniocleido disostosis, Fraktur
clavicula,Bahu biasanya tak banyak kelainan, kecuali bila ada
kelumpuhan.,Siku Bayi baru lahir biasanya posisi siku flexi, akibat
kedudukan dalam rahim (foetal position), sehingga ekstensi tak pernah
maksimal, tetapi pronasi dan supinasi dapat penuh.
3) Antebrachii (lengan bawah)
Kelainan yang tampak adalah keadaan aplasia atau displasia dari
radius, sehingga tampak tangan deviasi kearah radius,tau disebut
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 12
radial club hand, yaitu suatu inkomplite / partial amputasi,
agenesis / aplasia tulang radius sebagian atau keseluruhan.
Madellung Deformity, adalah suatu keadaan congenital dislokasi
sendi radioulnar distal.
4) Tangan (Palydactyli,Syndactyli,X-ray)---yang penting pada pemeriksaan
tangan adalah memperhatikan ibu jari yang pada waktu jari di ekstensi
selalu dalam keadaan fleksi, perlu dicoba untuk ekstensi.
5) Tulang Belakang---bayi perlu dibalik, caranya adalah dengan memegang
leher bayi dari depan dan dibalik, dimana kedua anggota gerak bawah
disisi radius atau ulna lengan bawah pemeriksa.
6) Anggota Gerak Bawah--pada waktu bayi telungkup (prone) sekaligus
perhatikan keadaan sendi panggul dengan memperhatikan daerah
bokong dan perineum (simetri / jarak melebar), lipatan kulit paha,
panjang kedua ekstremitas
7) Panggul--diperiksa bersamaan antara sisi kanan & kiri untuk
membandingkan gerak kanan & kiri dgn memegang paha bayi.
8) Lutut--Seperti pada siku, posisi normal adalah flexi dan tidak bisa
ekstensi maksimal
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
Tiga komponen utama pada deformitas dapat terlihat pada pemeriksaan
radiologi. Equinus kaki belakang adalah plantar flexi dari calcaneus anterior (serupa
dengan kuku kuda) seperti sudut antara axis panjang dari tibia dan axis panjang dari
calcaneus (sudut tibiocalcaneal) lebih dari 90°
Pada varus kaki belakang, talus terkesan tidak bergerak terhadap tibia. Pada
penampang lateral, sudut antara axis panjang talus dan sudut panjang dari kalkaneus
(sudut talocalcaneal) adalah kurang dari 25°, dan kedua tulang mendekati sejajar
dibandingkan posisi normal.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 13
Pada penampang dorso plantar, sudut talocalcaneal adalah kurang dari 15°,
dan kedua tulang tampak melampaui normal. Juga axis longitudinal yang melewati
talus bagian tengah (midtalar line) melewati bagian lateral ke bagian dasar dari
metatarsal pertama, dikarenakan bagian depan kaki terdeviasi kearah medial.
Pada penampang lateral, tulang metatarsal tampak menyerupai tangga.
Pengukuran Kaki Normal Clubfoot
Sudut tibiocalcaneal60-90° on lateral view>90° (hindfoot equinus) on lateral
view
Sudut Talocalcaneal25-45° on lateral view, 15-40°
on DP view<25° (hindfoot varus) on lateral view, <15° (hindfoot varus) on DP view
Metatarsal
convergence
Slight on lateral view, slight
on DP view
None (forefoot supination) on lateral view, increased (forefoot
supination) on DP view
- X – ray
Diperlukan terutama untuk evaluasi terapi
Posisi AP diambil dengan kaki 30º plantar flexi & tabung (beam)
membentuk sudut 30º.
Tarik garis melalui axis memanjang talus sejajar batas medial &
melalui axis memanjang calcaneus sejajar tepi lateral. Normal sudut
talocalcaneal 20º.
Pada Clubfoot normal sejajar
Posisi lateral diambil dengan kaki dalam forced dorsi flexi.
Garis ditarik melalui axis mid longitudinal talus dan tepi bawah
calcaneus. Normalnya 40°.
2.9 Diagnosis banding
Diagnosa CTEV sangat mudah karena bentuknya yang khas. Akan tetapi ada
beberapa kelainan yang secara anatomis menyerupainya. Sedangkan untuk memberi
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 14
penanganan yang sesuai dengan kelainan ini, perlu mengetahui kelainan-kelainan lain
yang serupa untuk membedakannya. Beberapa diantaranya adalah:
a. Absensi atau hipoplasia tibia congenital
b. dislokasi pergelangan kaki kongenital
Pada keduanya, kaki tampak seperti clubfoot. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosa adalah:
a. Palpasi secara teliti hubungan anatomik hindfoot dengan maleolus lateral dan
medial
b. Pemeriksaan radiografi.
- Acquired type of clubfoot
Pada bayi baru lahir biasanya tipe ini mudah dibedakan dengan tipe
kongenital, tetapi pada anak yang lebih besar lebih sulit. Biasanya sering terjadi
karena penyakit paralitik karena itu disebut juga paralytic clubfoot, antara lain:
myelomeningocele, tumor intraspinal, diasmatomyelia, poliomyelitis, atrofi muskular
progresif tipe distal, cerebral palsy dan penyakit Guillain-Barré. Pemeriksaan:
1) Periksa vertebra secara teliti untuk mencari abnormalitas
2) Muscle testing
3) Radiogram seluruh kolum vertebra
4) Nilai sistem neuromuskular dengan teliti untuk menyingkirkan penyalit
paralitik
5) Pada poliomyelitis kaki teraba dingin dan biru, bukti paralisa (+)
6) Pada spina bifida terdapat gangguan sensasi dan perubahan trofi
Ada pula beberapa anomali lain yang ditemukan bersamaan dengan CTEV,
antara lain:
a. Arthroghyposis multipleks kongenital
Anomali ini sering disertai CTEV, oleh karena itu untuk mendiagnosanya
perlu pemeriksaan:
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 15
- Sendi panggul, lutut, siku dan bahu perlu diperiksa dengan teliti untuk
mencari adanya subluksasi atau dislokasi.
- Periksa LGS sendi-sendi perifer
- Kontraktur yang menyebabkan fleksi atau ekstensi abnormal
Yang khas pada arthroghyposis multipleks kongenital adalah penurunan
massa otot dan fibrosis.
b. Amputasi congenital
c. Konstriksi pita annular kongenital (Streeter’s dysplasia)
d. Diasthrophic dwarfism
Bentuk tubuh kecil, masa kistik lunak pada daun telinga, palatum terbelah,
pemendekan metacarpal V dengan ibu jari yang hipermobil, kontraktur fleksi dan
berbagai derajat webbing pada sendi lutut, panggul, siku, bahu dan interphalangeal.
Deformitas equinovarus kaki derajat berat dan bilateral.
e. Displasia craniocarpotarsal (Freeman-Sheldon syndrome)
Wajah anak sangat khas. Dahi penuh, mata cekung kedalam, wajah bagian
tengah datar, mulut kecil dengan bibir maju seperti ‘bersiul’. Lipatan kulit berbentuk
huruf H pada dagu. Palatum tinggi dan suara sengau karena pergerakan palatum
terbatas. Jari-jari tangan berdeviasi keatas. Deformitas equinus disebabkan karena
kontraktur fleksi jari-jari kaki.
f. Larsen’s syndrome
Ditandai dengan dislokasi sendi multipel (terutama lutut, sendi panggul dan
siku), wajah datar, tulang hidung terdorong kedalam, dahi menonjol, jarak antar mata
lebar, metacarpal pendek dengan ibu jari tangan berbentuk sendok.
g. Möbius syndrome
Yang khas adalah wajah seperti topeng dengan abduksi kedua mata dan
paralisis nervus fasialis parsial atau komplit. Anomali lain adalah syndactyly dengan
ankilosis tulang sendi interphalangeal proksimal, absensi M.pectoralis mayor,
microdactylia dan kegagalan pembentukan semua phalanx.
h. Long arm 18 deletion syndrome
i. Aminopterine-induced syndrome
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 16
Jika CTEV dihubungkan dengan anomali-anomali lain, atau bayi terlihat tidak
normal, perlu disarankan untuk mendapatkan konsultasi genetik. Pengelolaan awal
talipes equinovarus pada sindrome-sindroma ini prinsipnya sama dengan CTEV tanpa
anomali lain. Umumnya, mempunyai prognosis yang lebih buruk dan deteksi dini
akan membantu mengurangi keanehan di masa depan.
2.10 Penatalaksana
Tujuan penatalaksanaan CTEV adalah:
a. Mencapai reduksi konsentrik dislocation atau subluxatio sendi
talocalcaneonavikular
b. Mempertahankan reduksi
c. Mengembalikan alignment persendian tarsal dan pergelangan kaki yang
normal
d. Mewujudkan keseimbangan otot antara evertor dan invertor; dan otot
dorsiflexor dan plantarflexor
e. Mendapatkan kaki yang mobile dengan fungsi dan weight bearing yang
normal
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 17
Gambar 19. Macam macam pengobatan CTEV
Penatalaksanaan harus dimulai sedini mungkin, lebih baik segera sesudah
lahir. Tiga minggu pertama setelah lahir merupakan periode emas/golden period,
sebab jaringan ligamentosa bayi baru lahir masih kendor karena pengaruh hormon
maternal. Fase ini adalah fase kritis dimana jaringan lunak yang kontraktur dapat
dielongasi dengan manipulasi berulang setiap hari. Jika mengharapkan metoda
reduksi tertutup akan mencapai keberhasilan, inilah waktu yang tepat.(Perugia, 1976)
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 18
Segera setelah bayi lahir, dokter harus menjelaskan kepada orangtuanya sasaran/goal,
sifat dan hakekat CTEV serta tahap-tahap penanganan. Mereka harus diberi
pengertian bahwa pengelolaan CTEV sangat lama, dapat berlanjut dalam periode
bertahun-tahun sampai dewasa, saat maturitas skeletal kaki terjadi, dan keharusan
perawatan serta perhatian yang terus menerus dibutuhkan sepanjang stadium
pertumbuhan tulang.
Penatalaksanaan ada 2 cara, yaitu:
Konservatif
Operatif
a. Terapi Konservatif
Tehnik reduksi dengan manipulasi tertutup ini terutama dilakukan untuk tipe
postural, dimana deformitas dapat dikoreksi dengan manipulasi pasif. Program
rehabilitasi medik dibagi dalam beberapa fase, yaitu:
- Fisioterapi
1) Mobilisasi/manipulasi pasif
Tehnik mobilisasi bertujuan untuk melakukan elongasi pada jaringan lunak
yang kontraktur. Mobilisasi tidak boleh dilakukan oleh terapis yang tidak mempunyai
pengetahuan mendetail tentang anatomi normal dan patologi kaki, ditambah
kewaspadaan akan plastisitas kaki bayi.
Aturan utamanya adalah dilakukan dengan lembut dan hati-hati. Jaringan
lunak, yaitu ligamen dan kapsul, bersifat kuat sedangkan jaringan keras, yaitu
kartilago persendian, bersifat lembut dan rentan terhadap trauma iatrogenik.
Manipulasi yang kasar dan cast untuk stretching lebih radikal daripada pembedahan.
Elongasi otot triceps Surae, kapsul posterior dan lig. pergelangan kaki dan
sendi subtalar
Tehnik manipulasi adalah sebagai berikut: terapis memegang os calcanueus
dengan telunjuk dan ibu jari dari 1 tangan, lalu tarik ke arah distal, sehingga tumit
tertarik ke bawah dan terdorong menjauhi medial maleolus fibular. Dengan tangan
yang lain, area calcaneocuboid didorong ke posisi dorsofleksi sehingga seluruh
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 19
bagian kaki inversi ringan. Tidak boleh melakukan stretching bagian tengah kaki
dengan memaksakan posisi dorsofleksi forefoot atau deformitas ‘rocker-bottom’
karena akan menyebabkan ‘patah’ sendi secara transversal. Posisi yang telah diregang
dipertahankan dalam hitungan 10, kemudian dilepaskan. Stretching pasif ini diulang
20-30 kali tiap sesi.
Elongasi otot tibia posterior dan ligamen tibionavicularis
Navicular teregang kearah maleolus medial karena kontraktur otot tibia
posterior dan calcaneonavicular plantaris dan ligamen tibionavicularis. Untuk
melakukan stretching, os calcaneus dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari 1
tangan dan ditarik ke bawah ke arah distal, sedangkan tangan yang lain menjepit
navicular dengan jari telunjuk dan ibu jari lalu menarik navicular dan midfoot kearah
distal ibu jari kaki kemudian di abduksi. Corpus os.talus dipegang si tempat pada
lekukan pergelangan kaki. Penting untuk tidak melakukan rotasi lateral di lekukan
pergelangan kaki pada talus, karena dapat menyebabkan ‘patah’ sendi secara
horisontal.
Elongasi ligamen calcaneonavular plantaris (atau pegas) dan jaringan lunak
plantar
Lebih dari 100 tahun yang lalu, Hugh Owens Thomas menekankan
pentingnya jaringan lunak plantar sebagai penghalang koreksi CTEV. Akan tetapi,
baru akhir-akhir ini kita menaruh perhatian tentang pendapat itu melalui ajaran
Wilbur Westin. Ligamen calcaneonavular plantaris harus dielongasi jika tulang
navicular harus diposisi diatas caput talus. Tehnik stretching manipulatifnya
sederhana saja: Dengan 1 tangan, tumit didorong naik, dan dengan tangan yang lain,
midfoot didorong ke arah dorsofleksi. (Gambar 8D) Ibu jari 1 tangan berada diatas
maleolus medialis dan ibu jari tangan yang lain di atas navicular. Dan, harus dijaga
untuk tidak melakukan tindakan yang menyebabkan rotasi lateral talus pada lekuk
pergelangan kaki. Deformitas iatrogenik berupa celah horisontal harus dihindari.
Seperti pada elongasi triceps surae, tiap posisi teregang dipertahankan dalam hitungan
10, kemudian dilepaskan dan diulang 20-30 kali.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 20
Saat manipulasi, semua elemen jaringan lunak yang kontraktur
dielongasi. Hal ini bertentangan dengan tehnik tradisional Kite yang menyatakan
bahwa clubfoot harus dikoreksi bertahap dari depan ke belakang dan terapis tidak
boleh meneruskan tahap selanjutnya sampai deformitas distalnya telah benar-benar
terkoreksi. Yang pertama dikoreksi adalah varus pada forefoot, kemudian inversi
pada hindfoot dan terakhir equinus pergelangan kaki dan sendi subtalar. Dia
memperingatkan akan bahaya dorsofleksi prematur sebagai penyebab celah
transversal sendi midtarsal yang berakibat terjadinya ‘rocker-bottom’, yaitu
terbaliknya arkus longitudinal sehingga permukaan plantar berbentuk konveks,
bukannya konkav. Kontroversi yang lain adalah pendapat Lloyd-Roberts (1971) yang
menyatakan koreksi dini ditekankan pada equinus hindfoot. Sesuai dengannya adalah
observasi Attenborough (1996) bahwa tumit bayi tidak dapat diposisikan valgus atau
eversi jika masih dalam posisi equinus.
Yang perlu diperhatikan dalam setiap tindakan mobilisasi adalah lutut sisi
yang sedang dimanipulasi harus dipegang dalam keadaan fleksi. Hal ini untuk
menghindari terjadinya strain ligamentum medialis pada lutut. Jika kaki dieversi
dalam keadaan tungkai ekstensi, dapat berakibat strain ligamentum medialis lutut
sehingga terjadi deformitas valgus.Resiko mencoba mengkoreksi terlalu kasar pada
elemen plantarfleksi akan cenderung menyebabkan ‘pecahnya’ sendi midtarsal,
sehingga kaki akan berbentuk ‘rocker-shaped’. Pseudokoreksi ini dapat dihindari jika
terapis bermaksud untuk mendapatkan perbaikan sedikit demi sedikit pada hindfoot
dan peningkatan mobilitas daripada terburu-buru mencoba mendapatkan derajat
koreksi yang terlalu besar.
Reduksi tertutup dislokasi medial dan plantar sendi talocalcaneonavikular
Jika jaringan lunak yang kontraktur telah cukup terelongasi, langkah
selanjutnya adalah reduksi tertutup dislokasi medial dan plantar pada sendi
talocalcaneonavicular. Prinsip dasarnya adalah memberikan traksi kearah distal garis
deformitas. Tehnik: genggam hindfoot dengan 1 tangan, jari telunjuk diatas korpus
talus, sebelah anterior dan distal dari maleolus lateral dan ibu jari tangan yang sama
di anterior maleolus medial, mendorong navicular ke distal. Dengan tangan yang lain,
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 21
genggam forefoot dan midfoot dengan ibu jari dan telunjuk dan berikan traksi
longitudinal ke arah distal garis deformitas, yaitu posisi kaki equinus dan inversi.
Manipulasi ini akan menyebabkan distraksi forefoot dan midfoot dari hindfoot dan
elongasi kaki. (Gambar 8F). Selanjutnya reduksi dislocasi talocalcaneonacikular
didapatkan dengan mengabduksikan midfoot, memindahkan navicular ke lateral dan
mendorong ujung anterior talus ke medial dengan ibujari lainnya. (Gambar 8G).
Calcaneus di rotasi ke lateral os cuboid saat kaki didorsofleksi pada pergelangan kaki
dan sendi subtalarnya. Secara klinis, reduksi menunjukkan kontur eksternal kaki yang
normal pada postur istirahat.
Keberhasilan reduksi dikonfirmasi dengan radiografi posisi anteroposterior
dan lateral yang dibuat dengan posisi standar. Dari anteroposterior menunjukkan
sudut talocalcaneus harus lebih besar dari 20º dan sudut talo-metatarsal I kurang dari
15º; Dari foto lateral, sudut talocalcaneus harus 30º-45º. Posisi kaki dan tehnik
radiografi yang benar sangat menentukan.
Metoda apapun yang dipakai, manipulasi pasif selalu dilakukan terlebih dahulu
segera sesudah lahir. Biasanya dilakukan pada hari ke-2 atau ke-3. Kombinasi
manipulasi dengan metoda strapping yang diulang tiap minggu, biasanya
menampakkan hasil dalam 3-6 minggu, tanpa memandang tipe deformitas mudah
atau resisten.
2) Koreksi aktif
Koreksi ini adalah aspek terpenting dalam penatalaksanaan CTEV. Mobilisasi
kaki bayi diikuti dengan usaha menstimulasi eversi dan dorsofleksi aktif dengan
menepuk-nepuk sisi lateral kaki dengan ujung jari mengarah ke tumit. Jika kaki dapat
menapak, bayi mungkin dapat diberdirikan sebentar dengan berat badan dtumpukan
pada kaki yang sakit dan tumit didorong kebawah, gerakkan dengan lembut dari sisi
ke sisi dan kedepan-belakang untuk menstimulasi kontrol muskular aktif melalui
eversi dan dorsofleksi. Pada usia 5 bulan, bayi normal akan menjangkau dan
memegang serta mempermainkan jari-jari kaki dengan posisi telentang, hal ini harus
diupayakan oleh ibu untuk mendapatkan koreksi aktif. Perlu distimulasi untuk
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 22
memegang jari-jari sisi lateral untuk merangsang eversi. Saat mulai duduk pada usia
6-7 bulan, dia dirangsang bermain dengan kakinya. Menstimulasi sisi anterolateral
kaki akan menrangsang eversi dan dorsofleksi aktif. Banyak metoda lain yang dapat
dipakai untuk menstimulasi gerakan yang diinginkan, karena itu perlu eksplorasi oleh
terapisnya.
- Ortotik prostetik
1) Strapping dengan perban adhesif
Metode ini bertujuan untuk mempertahankan hasil reduksi yang telah dicapai
dan dikonfirmasi dengan radiografi.
2) Imobilisasi dengan Plaster of Paris cast
Plaster of Paris cast merupakan alat retensi statis.Aplikasi plaster cast yang
benar pada kaki bayi membutuhkan ketrampilan karena harus dipasang dengan akurat
dan detail yang tepat.
Dibutuhkan kerjasama 3 orang, yaitu ayah/ibu yang memegang bayi agar
diam (karena mungkin bayi meronta-ronta), seorang asisten yang akan membantu
menggulung lembaran kapas dan ‘plaster of Paris cast’ dan dokter yang memegang
dan membentuk gips.Gips harus terpasang sepanjang tungkai, dari jari kaki sampai ke
lipat paha dengan lutut fleksi 60º-80º untuk mengontrol tumit dan mencegah gips
tergelincir. Tungkai dioles tinktura benzoin lalu ditutup dengan lembaran kapas
selebar 1-1½ inci pada kaki dan tungkai bawah dan selebar 2 inci pada tungkai atas,
lutut dan paha. Lembaran digulung rapi melawan deformitas varus, tidak terlalu
kencang ataupun longgar. Gulungan harus licin dan tidak berkerut. Kemudian dokter
memegang kaki dan pergelangan kaki pada posisi koreksi yang diinginkan dan asisten
menggulungkan plaster of Paris cast, digulung melawan deformitas varus, dimulai
dari sisi lateral kaki, kedorsal, kemudian keplantar dan kembali ke lateral. Cast
diganti dengan interval 1 minggu pada bayi baru lahir, karena pertumbuhan kaki yang
cepat.
Yang perlu diingat, plaster of Paris cast adalah alat retentif, bukan korektif.
3) Tehnik dari Sir Robert Jones (1900) berupa above-knee cast
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 23
Gips atas lutut ini menggunakan perban ortopedik adhesif yang diganti 2-3
hari sekali. Pembalutan ini merupakan splint nonrigid dan dinamis yang mencegah
atrofi disuse dan mendukung berfungsinya otot peroneus dan dorsoflexor pergelangan
kaki pada minggu-minggu pertama setelah lahir.
Tehnik: pertama, sepanjang extremitas dicuci dengan air dan sabun,
kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan alkohol. Tinktura benzoin dioleskan
pada kaki dan seluruh tungkai (antara lutut dan maleolus) dan paha bagian distal yaitu
3-5cm diatas lutut. Tinktura ini akan melindungi kulit dan memperbaiki pelekatan
strapping. Kemudian kain perban adhesif selebar 3-5cm digulung dengan lembut
melingkar, tetapi tidak semuanya, sekitar kaki dengan tepi 1cm dari garis tengah
dorsum kaki. Strapping sirkumferensial (Jones) relatif aman pada bayi usia 1-3
minggu. Penting untuk menempatkan tepi distal dari lembaran kapas (dan strap
adhesif) di ujung basis jari kaki untuk menopang caput metatarsal dan secara dinamis
meregang forefoot keluar dari posisi equinus.
4) Tehnik strapping dan gesper
Tehnik ini untuk memegang kaki dalam posisi terkoreksi, derajat koreksi
dapat diubah dengan menyesuaikan tarikan pada gesper. Jika kaki dapat
dipertahankan dalam posisi eversi, akan memfasilitasi kontraksi aktif otot evertor dan
dorsoflexor tiap kali bayi melakukan gerakan exstensi tungkai.
Metoda pemasangan: Strap dipotong menjadi beberapa bagian, gesper
dipasang, lalu strap dijahit. Sebelum memasang strap, terapis memobilisasi kaki.
Tinktura benzoin dioleskan ke kulit dengan kapas dan dibiarkan mengering sebelum
strapping.
Tahap I
Potongan A dipasang pada kaki. Harus cukup lebar dan memanjang dari belakang
tumit sampai ujung proksimal. jari-jari. Potongan ini juga harus cukup panjang
sehingga menutupi dorsum pedis, melingkari sisi medial, permukaan plantar dan naik
lutut.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 24
Tahap II
Potongan B dipasang pada dorsum pedis, mulai dari sisi medial melewati dorsum
pedis sampai bertemu potongan A di sisi lateral. Potongan ini disatukan dengan
potongan A didekat permukaan plantar untuk menarik kaki ke posisi dorsofleksi dan
eversi.
Tahap III
Potongan C dipasang. Titik dimana kedua potongan strap dijahit dipasang pada sisi
medial calcaneus dengan potongan horisontal lewat dari ibu jari melingkari tumit
sampai ke basis jari V. Potongan vertikal kemudian di taruh dibawah tumit dan
dilekatkan pada pertemuan potongan A dan B. Potongan ini memperkuat tarikan
dorsofleksi dan eversi.
Tahap IV
Potongan D dipasang pada sisi lateral paha dengan gesper tepat dibawah lutut. Posisi
tepatnya tergantung pada sudut tarikan yang dibutuhkan untuk mengkoreksi kaki.
Tahap V
Potongan E dan F dipasang disekitar paha bagian atas dan tungkai bawah bagian atas
untuk menahan potongan D pada posisinya. Pemasangan harus hati-hati, tanpa
tekanan, untuk menghindari oklusi sirkulasi. Potongan F tidak boleh dipasang di atas
fossa poplitea.
Tahap VI
Strap yang terlalu lebar untuk melewati gesper, harus dipotong bagian anterior
secukupnya. Karena tarikan ini diperlukan khususnya dari hindfoot, maka bukan
bagian posterior yang dipotong.
Tahap VII
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 25
Gabungan potongan A, B dan C dikaitkan pada gesper setelah kaki tertarik pada
posisi koreksi.
Pada metoda ini, ibu harus diajari cara membuka gesper untuk memobilisasi kaki
setiap hari dan bagaimana memasangnya kembali tanpa terlalu banyak menekan kaki.
Sirkulasi kaki harus diperiksa secara teliti dengan mengobservasi respons kapiler
terhadap tekanan pada jari-jari. Jika jari menjadi berwarna gelap, sirkulasi normal
dikembalikan dengan melonggarkan strapping. Instruksi diberikan pada ibu bayi
untuk merawat strapping dan kulit dan tujuan strapping dijelaskan. Harus dihindarkan
strapping basah saat ibu memandikan bayi, dan harus memasang popok dengan
kencang dan menggantinya secara teratur agar tidak bocor dan basah.
Jika kulit bayi alergi terhadap strapping, pertimbangkan metoda lain.
5) Splinting
- Split logam tipe Dennis Browne
Splint ini terdiri dari 2 potong aluminium yang dibentuk menjadi foot plate
dengan bagian memanjang pada sisi lateral tungkai. Foot plate harus sesuai ukuran
kaki bayi, jika terlalu lebar, strapping tidak dapat mengontrol adduksi. Sedangkan
pemanjangan bagian lateral harus setinggi tungkai bawah. Jika terlalu pendek akan
mengurangi kekuatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan posisi eversi.
Pada deformitas unilateral, kaki yang normalpun harus dipasang splint. Splint
kanan dan kiri disatukan dengan palang melintang yang dapat digerakkan. Palang ini
ditempelkan pada foot plate dengan sekrup kupu-kupu . Palang dapat ditekuk
membentuk sudut kecil dan jika tungkai dan kaki dalam posisi rotasi eksterna maka
foot plate akan memfasilitasi eversi dan dorsofleksi saat tungkai bayi ekstensi.
Metoda: splint dilapisi dengan lembaran kapas. Ganjal/wedge kecil dari
lembaran kapas dipasang dibawah cuboid sepanjang tepi lateral permukaan plantar
kaki. Banyaknya potongan lembaran kapas yang menentukan ketebalan wedge,
tergantung pada derajat koreksi yang diinginkan.
Sepotong kapas tipis yang cukup panjang untuk dipasang pada sisi medial
kaki dari ibu jari sampai calcaneus.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 26
Untuk memasangnya butuh bantuan. Ibu bayi memegang kaki dengan
kencang pada splint untuk memperoleh koreksi yang diinginkan, terapis memasang
splint. Saat pemasangan tidak boleh ada pemaksaan tekanan. Terapis memegang kaki
dengan 1 tangan pada jari-jari sedangkan tangan lain pada lutut. Lutut yang
difleksikan dan ditekan ke bawah dengan lembut, akan menjaga dorsofleksi maksimal
pergelangan kaki.Sesudah tinktura benzoin dioleskan dari ujung proksimal jari kaki
sampai lutut, wedge dipasang pada splint atau kaki, memanjang ke lateral dari cuboid
sampai jari-jari untuk menahan kaki tetap eversi. Strapping diputar melingkar, tanpa
celah dimulai dari ujung proksimal jari-jari. Strapping dilakukan sedemikian rupa
hingga tercapai dorsofleksi maksimal pergelangan kaki, caranya dengan melilitkan
strap berulang kali melingkari pergelangan kaki dan dibawah tumit, dilanjutkan ke
atas menuju tungkai dan ujung atas splint.
Potongan lembaran kapas tipis yang berada di medial dililitkan dari tumit
sampai ibu jari untuk mencegah adduksi kaki terhadap splint. Sekrup dibawah foot
plate harus bebas dari strapping. Palang ditempelkan (jika melengkung, lengkungan
harus konveks ke bawah) dengan sekrup pada tungkai yang rotasi external
maksimal.Sekrup kupu-kupu kemudian dikencangkan.
Saat aplikasi mudah terjadi oklusi sirkulasi, karena itu harus diperhatikan
warna jari-jari, dan harus diperiksa sampai periode 10 menit. Ibu bayi dianjurkan
untuk terus memeriksanya secara periodik sampai beberapa jam setelah pemasangan.
Jika tampak adanya oklusi sirkulasi, jika obstruksi tidak dapat dikurangi, splint harus
dibuka dan dipasang kembali.
Splint dipasang selama 1 minggu. Di akhir minggu pertama, splint dilepas
dengan memotong strap sisi lateral. Bayi dapat dimandikan dan diperbolehkan bebas
selama beberapa jam sebelum splint dipasang kembali.
Anjuran pada ibu tentang perawatan splint dan cara membuka serta memasang
palang kembali perlu diberikan, karena hal tersebut harus dilakukan jika ibu melepas
atau memakaikan pakaian bayi .
- Medial plaster splint
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 27
Splint ini berguna jika deformitas kaki sangat berat dan tidak dapat
dimobilisasi sehingga strapping maupun splint tipe Dennis Browne tidak efektif dan
aman, yaitu saat metoda splint yang lain tidak dapat dipergunakan tanpa ancaman
kerusakan pada kaki bayi.
Splint ini mulai dipakai beberapa hari setelah awal terapi sampai koreksi
elemen adduksi dan inversi diperoleh dan segera dilanjutkan dengan splinting yang
membantu koreksi aktif.
Metoda: Sepotong busa plastik dan plaster/gips tebal dipotong-potong sesuai
dengan permukaan anterior, medial dan posterior kaki dan tungkai, dari bawah
tuberculum tibia sampai ujung jari-jari. Satu potongan yang menuruni sisi lateral
dibiarkan bebas. Kaki dimobilisasi sebelum aplikasi plaster. Plaster tebal dibasahi dan
ditaruh diatas busa, lalu kerutan dihaluskan. Gabungan plaster dan busa ini
menempatkan busa di sisi yang menghadap kulit tungkai dan kaki. Deformitas
adduksi dan inversi dikoreksi dengan hati-hati seperti pada tehnik mobilisasi dan
ditahan sampai plaster terpasang. Indentasi karena tekanan jari harus dihindari. Saat
plaster masih basah, perban dicelupkan dalam air kemudian dililitkan disekeliling
splint dan kaki. Jari-jari dibiarkan terbuka.
- Posterior plaster splint
Plaster splint berbantalan dibuat untuk menahan kaki pada midposisi atau
inversi dan dorsofleksi. Tipe ini tidak berguna untuk CTEV berat karena ada tendensi
relaps, meskipun dengan pembalutan, tidak dapat mengontrol tendensi kembali ke
posisi equinovarus. Akan tetapi, splint ini berguna pada deformitas postural yang
ringan untuk mempertahankan koreksi sampai anak dapat mengkoreksi sendiri, pada
bayi dengan meningocele dimana tungkai flaksid, keseimbangan otot tidak ada, dan
koreksi harus dipertahankan sampai operasi stabilisasi untuk koreksi dapat dilakukan.
- Dennis Browne night splint
Splint ini kadang-kadang diberikan sebagai alat untuk mempertahankan
koreksi yang telah didapatkan dari strapping atau splint logam Denis Browne. Terdiri
dari sepasang sepatu boot yang ditempelkan pada piringan logam diatas palang
melintang (Gambar 12)
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 28
Prinsipnya mirip dengan splint logam. Tungkai dipegang pada posisi rotasi
eksternal dan kaki dieversi dan dorsofleksikan. Splint ini dipakai siang dan malam
atau saat malam hari hanya jika anak berjalan.
- Bell-Grice splint
Konstruksi splint ini mirip dengan Dennis Browne tetapi memiliki
keunggulan tertentu, yaitu logam pada foot plate terbentuk dengan baik sehingga
pembalutan dengan lembaran kapas tidak diperlukan dan ‘boating’ pada kaki tidak
terjadi. Keuntungan lain adalah tidak ada pemanjangan metal ke lateral untuk
menekan sisi luar tungkai, sehingga kelemahan otot, antara lain evertor dapat
dihindari.
Foot plate dan splint terpisah dari palang melintang dan dilapisi dengan
lapisan adhesif lipis lembaran kapas, 2 potong strap selebar 2cm dipasang pada
sol/bagian belakang sepatu diatas sekrup, 1 diantaranya lewat dari dalam keluar
melalui sisi bawah, yang lain dari dalam keluar melalui sisi atas. Seorang asisten
menahan ekstremitas dan kaki bayi diletakkan pada bagian sol. Lalu dilakukan
strapping, melewati dorsum pedis keatas dan kebawah melewati pergelangan kaki.
Potongan strap yang kedua dipasang dengan cara yang sama. Potongan ketiga
digunakan untuk menahan tumit pada foot plate lalu dikencangkan dengan sepotong
strap yang melingkari ekstremitas. Kaki akan berposisi eversi maksimal dan terkunci
pada foot plate.
Aplikasi plaster seperti biasa. Tekanan diberikan pada sendi cacaneocuboid.
Pada anak, lutut difleksikan pada sudut yang tepat dan dipasang elastoplast seputar
tungkai dibawah ujung atas below-knee plaster, untuk mencegah anak menendang
plaster hingga lepas. Jika perlu, plaster diganti.
6) Koreksi Clobfoot dengan Gips Ponseti
Mulailah sedapat mungkin segera setelah lahir. Buat penderita dan keluarga
nyaman.
Menentukan letak kaput talus dengan tepat
Tahap ini sangat penting . Pertama, palpasi kedua malleoli (garis biru) dengan ibu jari
dan jari telunjuk dari tangan A sementara jari-jari dan metatarsal dipegang dengan
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 29
tangan B. Kemudian , geser ibu jari dan jari telunjuktangan A ke depan untuk dapat
meraba caput talus (garis merah) di depanpergelangan kaki. Karena navicular
bergeser ke medial dan tuberositasnyahampir menyentuh malleolus medialis, kita
dapat meraba penonjolan bagianlateral dari caput talus (merah) yang hanya tertutup
kulit di depan malleolus lateralis. Bagian anterior calcaneus dapat diraba dibawah
caput talus. Dengan menggerakkan forefoot dalam posisi supinasi kearah lateral, kita
dapat meraba navicular bergeser -- meskipun sedikit -- didepan caput talussedangkan
tulang calcaneus akan bergerak ke lateral di bawah caput talus.
[3]
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 30
[4]
Manipulasi
Tindakan manipulasi adalah melakukan abduksi dari kaki dibawah caput talus yang
telah distabilkan. Tentukan letak talus. Seluruh deformitas kaki pengkor, kecuali
equinus ankle, terkoreksi secara bersamaan. Agar dapat mengoreksi kelainan ini, kita
harus dapat menentukan letak caput talus,yang menjadi titik tumpu koreksi.
Mengoreksi (memperbaiki) cavus
Bagian pertama metode Ponseti adalah mengoreksi cavus dengan memposisikan kaki
depan ( forefoot ) dalam alignment yang tepat dengan kaki belakang ( hindfoot).
Cavus, yang merupakan lengkungan tinggi di bagian tengah kaki [ 1 garislengkung
kuning], disebabkan oleh pronasi forefoot terhadap hindfoot. Cavus ini hampir selalu
supel pada bayi baru lahir dan dengan mengelevasikan jari pertama dan metatarsal
pertama maka arcus longitudinal kaki kembali normal [2 dan 3].
Forefoot disupinasikan sampai secara visual kita dapat melihat arcus plantar pedis
yang normal -- tidak terlalu tinggi ataupun terlalu datar. Alignment (kesegarisan)
forefoot dan hindfoot untuk mencapai arcus plantaris yang normal sangat penting
agar abduksi -- yang dilakukan untuk mengoreksi adduksi dan varus -- dapat efektif.
Langkah-langkah Pemasangan Gips
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 31
Dr. Ponseti merekomendasikan penggunaan bahan gips karena lebih murah dan
molding lebih presisi dibanding dengan fiberglass.
a) Manipulasi Awal Sebelum gips dipasang, kaki dimanipulasi lebih dahulu.
Tumit tidak disentuh sedikitpun agar calcaneus bisa abduksi bersama-sama
dengan kaki.
b) Memasang padding Pasang padding yang tipis saja [5] untuk memudahkan
molding. Pertahankan kaki dalam posisi koreksi yang maksimal dengan cara
memegang jari-jari dan counter pressure pada caput talus selama pemasangan
gips.
c) Pemasangan Gips Pasang gips di bawah lutut lebih dulukemudian lanjutkan
gips sampai paha atas. Mulai dengan tiga atauempat putaran disekeliling jari-
jari kaki [6] kemudian ke proksimal sampai lutut [7]. Pasang gips dengan
cermat. Saat memasang gips diatas tumit, gips dikencangkan sedikit. Kaki
harus dipegang pada jari-jari, gips ”dilingkarkan” di atas jari-jari pemegang
agar tersedia ruang yang cukup untuk pergerakan jari-jari.
[1]
[2]
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 32
[6]
[7]
7) Molding gips
Koreksi tidak boleh dilakukan secara paksa dengan menggunakan gips.
Gunakanlah penekanan yang ringan saja. Jangan menekan caput talus dengan ibu jari
terus menerus, tapi ”tekan-lepas-tekan” berulangkali untuk mencegah pressure sore.
Molding gips di atas caput talus sambil mempertahankan kaki pada posisi koreksi [1].
Perhatikan ibu jari tangan kiri melakukan molding gips di atas caput talus sedangkan
tangan kanan molding forefoot (dalam posisi supinasi). Arcus plantaris dimolding
dengan baik untuk mencegah terjadinya flatfoot atau rocker-bottom deformity. Tumit
dimolding dengan baik dengan ”membentuk” gips di atas tuberositas posterior
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 34
calcaneus. Malleolus dimolding dengan baik. Proses molding ini hendaknya
merupakan proses yang dinamik, sehingga jari-jari harus sering digerakkan untuk
menghindari tekanan yang berlebihan pada satu tempat. Molding dilanjutkan sambil
menunggu gips keras.
Lanjutankan gips sampai paha Gunakan padding yang tebal pada proksimal
paha untuk mencegah iritasi kulit. Gips dapat dipasang berulang bolak-balik pada sisi
anterior lutut untuk memperkuat gips disisi anterior dan untuk mencegah terlalu
tebalnya gips di fossa poplitea, yang akan mempersulit pelepasan gips.
Potong gips Biarkan gips pada sisi plantar pedis untuk menahan jari-jari dan
potong gips dibagian dorsal sampai mencapai sendimetatarsophalangeal. Potong gips
dibagian tengah dulu kemudian dilanjutkan kemedial dan lateral dengan
menggunakan pisau gips. Biarkan bagian dorsal semua jari-jari bebas sehingga dapat
ekstensi penuh. Perhatikan bentuk gips yang pertama . Kaki equinus, dan forefoot
dalam keadaan supinasi.
Ciri dari abduksi yang adekuat
a) Pastikan abduksi kaki cukup adekuat terlebih dulu agar kita dapat melakukan
dorsofleksi kaki 0 sampai 5 derajat dengan aman sebelum melakukan
tenotomi.
b) Tanda terbaik abduksi yang adekuat adalah kita dapat meraba processus
anterior calcaneus yang terabduksi keluar dari bawah talus.
c) Kaki dapat diabduksi sekitar 60 derajat terhadap bidang frontaltibia.
d) Calcaneus neutral atau sedikit valgus. Hal ini ditentukan dengan meraba
bagian posterior dari calcaneus.
e) Ingat ini merupakan deformitas tiga dimensi dan deformitas inidikoreksi
bersamaan. Koreksi dicapai dengan mengabduksi kaki dibawah caput talus.
Kaki samasekali tidak boleh dipronasikan.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 35
Hasil akhir
Setelah pemasangan gips selesai, kaki akan tampak over-koreksi dalam posisi
abduksi dibandingkan kaki normal saat berjalan. Hal ini bukan suatu over-koreksi.
Namun merupakan koreksi penuh kaki dalam posisi abduksi maksimal. Koreksi kaki
hingga mencapai abduksi yang penuh, lengkap dan dalam batas normal ini,
membantu mencegah rekurensi dan tidak menciptakan over-koreksi atau kaki pronasi.
[1]
[2]
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 36
BRACE
Pada akhir penggipan, kaki dalam posisi sangat abduksi sekitar 60-700 setelah
gips terakhir dipakai selama 5 minggu. Selanjutnya memakai brace untuk
mempertahankan kaki dalam posisi abduksi dan dorsofleksi. Brace berupa bar
(batang) logam direkatkan pada sepatu yang bertelapak kakilurus dengan ujung
terbuka (straight-last open-toe shoe). Abduksi kaki dengan sudut 60-700 untuk
mempertahankan abduksi calcaneus dan forefoot serta mencegah kekambuhan.
Dengan menggunakan brace lutut tetap bebas sehingga anak dapat menendangkan
kaki kedepan sehingga meregangkan otot gastrosoleus. Abduksi kaki dalam brace
ditambah dengan bar yang sedikit melengkung akan membuat kaki dorsofleksi
sehingga membantu mempertahankan regangan pada otot gastrocnemius dan tendo
Achilles.
Penyebab tersering dari relaps dalah bracing yang tidak berjalan baik. Jika
relaps muncul pada anak bayi yang masih memakai brace maka penyebabnya adalah
ketidak seimbangan otot kaki yang dapat menyababkan kekakuan dan relaps.
Transfer Tendon Tibialis Anterior
- Indikasi
Transfer dilakukan jika anak telah berusia lebih dari 30 bulan dan mengalami relaps
yang kedua kalinya. Indikasinya adalah varus yang persisten dan supinasi kaki saat
berjalan dan terdapat penebalan kulit disisi lateral telapak kaki.
- Koreksi deformitas
Sebelum melakukan transfer, pastikan bahwa setiap deformitas yang menetap telah
dikoreksi dengan dua atau tiga gips. Biasanya varus dapat terkoreksi sedangkan
equines mungkin masih ada. Jika kaki mudah didorsofleksi sampai 100 hanya
dilakukan tendon transfer saja. Bila tidak maka dilakukan tenotomi Achilles.
Tindakan dilakukan dibawah anastesi umum, pasien telentang dengan tourniquet
paha. Dilakukan insisidorsilateral, dipusatkan pada cuneiform lateral. Lokasinya kira-
kira pada proyeksiproksimal metatarsal tiga di depan caput talus. Insisi dorsomedial
dilakukan diatas insersi tendo tibialis anterior. Buka tendo dan potong pada
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 38
insersinya. Hindari mengiris terlalu jauh ke distal untuk menghindari cedera pada
fisis metatarsal satu. Membuat anchoring suture dengan benang absorbable ukuran 0.
Lakukan penjahitan yang banyak sepanjang tendo agar dapat difiksasi yang kuat.
Tendo ditransfer secara subkutan ke insisi dorsolateral. Tendo tetap berada dibawah
retinakulum dan tendo ekstensor. Bebaskan jaringan subkutan sehingga tendo dapat
berjalan ke lateral secara langsung. Dengan mata bor membuat lubang ditengah
cuneiform lateral yang cukup untuk dilalui tendo. Ditiap-tiap ujung anchoring suture
dpasang jarum yang lurus. Masukkan jarum pertama ke dalam lubang. Dengan jarum
pertama masih didalam lubang, masukkan jarum kedua untuk menghindari
tertusuknya benang pertama oleh jarum kedua. Dengan kaki dalam posisi dorsofleksi,
tarik tendo kedalam lubang bor dengan menarik benang fiksasi kemudian diikatkan
benang-benang tersebut dengan multiple knots. Perkuat fiksasi dengan menjahitkan
tendo ke periosteum pada tempat masuknya tendo kedalam cuneiforme dengan
menggunakan benang absorbable yang besar. Tutup luka dengan jahitan subkutan
denagn benang absorbable. Perkuat dengan plester dan kassa serta pasang long leg
cast. Kaki tetap pada posisi abduksi dan dorsofleksi.
b. Perawatan pasca pembedahan
Biasanya pasien dirawat inap semalam. Lepas gips setelah 6 minggu. Anak
adapat berjalan dengan kaki menumpu berat badan sesuai toleransi. Setelah operasi
penderita tidak perlu menggunakan brace. Periksa pasien 6 bulan kemudian untuk
menilai efek dari transfer tendo. Pada beberapa kasus diperlukan fisioterapi untuk
memulihkan kembali kekuatan dan cara jalan yang normal.
- Okupasi Terapi
Okupasi terapis memberi latihan berupa koreksi aktif dengan aktivitas atau
permainan.
- Sosial Medik
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 39
1) Petugas sosial medik memberikan pengertian pada orang tua penderita
mengenai
2) Kelainan apa yang terjadi pada CTEV serta kemungkinan faktor penyebab.
3) Pengelolaan CTEV membutuhkan waktu yang cukup lama dan bila tidak
ditangani akan berakibat buruk.
4) Kemungkinan akan terjadi kekambuhan.
- Psikologis
Psikolog memberikan pengertian pada orang tua penderita mengenai keadaan
anaknya dan memberi support mental bahwa kelainan tersebut dapat disembuhkan
apabila ditangani secara dini dan terus menerus sampai usia pertumbuhan.
c. Perawatan Selama Terapi Konservatif
Metoda fiksasi apapun yang dipilih, perawatan yang perlu diingat dan
dilakukan adalah:
Karena penderita biasanya menjalani rawat jalan, maka jangan pernah
memperbolehkan anak meninggalkan rumah sakit atau klinik sampai yakin betul
bahwa sirkulasi jari kaki adekuat.Instruksikan ibu untuk mengamati jari kaki dan
segera menghubungi bila sesuatu yang tidak biasa terjadi. Perlu antisipasi
pembengkakan jari kaki yang ditandai dengan jari berwarna kemerahan saat jepitan
digital pada jari kaki dilepaskan. Pembengkakan menyeluruh bersama dengan
hilangnya warna yang harus diwaspadai. Fiksasi mungkin harus diperbarui, tapi tidak
boleh dilepas seluruhnya karena akan kehilangan posisi koreksi. Dinding plaster
posterior pada posisi koreksi dapat dipasang untuk sementara.
- Kaki harus terjaga kebersihannya dan kering. Saat penggantian splint, cuci
kaki dan tungkai dengan hati-hati, pertahankan posisi koreksi. Beri perhatian
khusus pada area-area yang menerima tekanan. Usahakan menjaga
pemasangan splint tetap kering. Sepotong lembaran kapas dapat dipakai untuk
melindungi basis ibu jari atau jari V dari tekanan. Strapping yang baru tidak
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 40
dipasang pada area kulit yang sama dengan sebelumnya. Jangan
menghentikan splinting karena ulkus dekubitus atau iritasi kulit. Melepaskan
kaki yang telah terkoreksi sebagian akan menjadi lebih resisten terhadap
penanganan daripada yang belum pernah dikoreksi sama sekali. Dinding
plaster posterior dapat dipakai untuk mempertahankan posisi koreksi.
- Splinting harus dikombinasi dengan stretching pasif yang teratur oleh orang
tua bayi. Setelah anak dapat berjalan dengan baik dan sepatu Dennis Browne
terakhir yang dipakai bereversi 10º, splint dapat dihentikan tetapi stretching
pasif dilanjutkan sampai kurang lebih usia 2 atau 3 tahun dan tidak tampak
tanda-tanda rekurensi.
- Jika rekurensi deformitas terjadi, dokter harus memutuskan apakah akan
diberikan tanbahan casting atau koreksi operatif.
d. Komplikasi Terapi Konservatif
Masalah dan komplikasi yang mungkin terjadi pada sendi pergelangan kaki
dan kaki karena tindakan dalam terapi konservatif, antara lain sebagai berikut:
- Kegagalan koreksi deformitas equinovarus
- Gangguan pertumbuhan tulang tibia anterior distal
- Flat-top talus, yaitu atap talus yang tampak datar pada radiografi posisi lateral.
Disebabkan oleh karena manipulasi yang berlebihan
- Kontraktur pergelangan kaki anterior yang disebabkan pemakaian cast terlalu
lama dalam posisi kaki dorsofleksi maksimal
- Deformitas rocker-bottom
- Subluksasi sendi cuboid
e. Terapi Operatif
Indikasi pemilihan pelaksanaan terapi operatif adalah adanya komplikasi
yang terjadi setelah terapi konservatif. Pada kasus resisten, terapi operatif paling baik
dilakukan pada over ten rule , ketika tidak tampak adanya perbaikan yang signifikan
setelah menjalani terapi konservatif yang teratur.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 41
Ada beberapa macam prosedur operatif untuk koreksi CTEV. Pemilihan
prosedur dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Usia anak
- Derajat rigiditas
- Deformitas yang ditemukan
Komplikasi yang didapat dari penanganan sebelumnya
Prosedur terapi operatif adalah:
- Koreksi jaringan lunak
Koreksi jaringan lunak dilakukan pada bayi dan anak dibawah 5 tahun. Pada
usia ini, biasanya belum ada deformitas pada tulang-tulang kaki, bila dilakukan
operasi pada tulang dikhawatirkan malah merusak tulang dan sendi kartilago anak
yang masih rentan.
Koreksi dilakukan pada:
otot dan tendon
Achilles : tehnik pemanjangan tendo (Z-lengthening)
Tendon M.tibialis posterior: tehnik pemanjangan tendo atau transfer
Tendon M.Abduktor hallucis longus: tehnik reseksi atai eksisi
Tendon M.Fleksor hallucis longus dan fleksor digitorum longus: tehnik
pemanjangan atau reseksi muskulotendineus
Tendon M.Fleksor digitorum brevis
Kapsul dan ligamen
Talonavicular
Subtalar
Sendi calcaneocuboid
Kapsul pergelangan kaki, antara lain bagian dari lig. deltoid
Ligamen yang kontraktur pada sisi posterolateral pergelangan kaki dan sendi
subtalar:
Lig. calcaneofibular
Lig. Talofibular posterior
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 42
Retinakulum peroneal superior
Ligamen interoseus talocalcaneal
- Koreksi jaringan keras
Operasi pada tulang atau osteotomi dilakukan setelah usia anak 5-10 tahun.
Karena pada usia ini biasanya telah terjadi deformitas struktur tulang dan koreksi
yang diharapkan tidak mungkin berhasil tanpa pembenahan tulang. Tindakan berupa:
Osteotomi calcaneus untuk koreksi inversi
Wedge reseksi sendi calcaneocuboid
Osteotomi cuboid
Osteotomi cuneiformis untuk koreksi adduksi yang berlebihan
Osteotomi tibia dan fibula, jika torsi tibia berlebihan (jarang terjadi)
Tindakan pada anak dengan usia lebih tua, lebih dari 10 tahun, biasanya:
Rekonstuksi tarsal, termasuk triple arthrodesis. Dilakukan pada kaki yang rigid dan
seringkali diserta nyeri serta tidak berespon pada gips serial atau prosedur operasi
yang lain.
Osteotomi femur
f. Rehabilitasi
- Ortotik prostetik
1) Ortose
Pemasangan long leg cast/above knee cast dengan lutut ekstensi selama 2-3
minggu. Saat cast diganti, luka diperiksa, jahitan diangkat, koreksi posisi, pasang
kembali short leg cast selama 3 minggu. Total imobilisasi kaki adalah 6 minggu.
Selanjutnya pasang splint Dennis Browne.
Jika dilakukan prosedur wedge dengan bonegraft maka perlu waktu 10
minggu, untuk konsolidasi bonegraft, sebelum weight bearing. Karena jika weight
bearing terlalu dini akan terjadi kolaps graft dan koreksi menjadi berubah.
Dilakukan follow-up tiap bulan. Jika anak sudah dapat berdiri dan berjalan,
dipasang sepatu biasa atau sepatu sudut membuka keluar dengan thomas heel
terbalik.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 43
2) Sepatu Koreksi
Pada dasarnya maksud pemberian sepatu koreksi adalah untuk membantu kaki
memperbaiki keseimbangan pada waktu berdiri dan berjalan dengan cara antara lain
modifikasi sepatu:
Outflare last
High shoes
High and long lateral counter
Heel and sole modification
g. Fisioterapi
Dilakukan stretching tendo achilles secara hati-hati.
2.11 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi
konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan
koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan
setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan
dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit
menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian
kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu,
dan jarang memerlukan cangkok kulit.
Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi
setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan
untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan
saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh
tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki.
Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia
2.12. Prognosis
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 44
Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki;
walaupun demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering rekuren ,
terutama pada bayi dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit
neuromuskuler. Beberapa kasus menunjukkan respon yang positif terhadap
penanganan, sedangkan beberapa kasus lain menunjukkan respon yang lama atau
tidak berespon samasekali terhadap treatment. Orangtua harus diberikan informasi
bahwa hasil dari treatment tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung pada tingkat
keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot dan
syaraf. Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study
menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih
kecil dari biasanya.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 45
3.1 Lokasi Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi akan dilaksanakan di Dusun Pipa Putih, Palembang.
3.2 Waktu Pelaksanaan
Tugas Pengenalan Profesi telah dilaksanakan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 15 November 2014
Pukul : 13.00 - selesai
3.3 Subjek Tugas Kelompok
Subjek tugas kelompok pada pelaksanaan TPP ini adalah adalah penderita
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV).
3.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada Tugas Pengenalan profesi kali ini
adalah panduan / check list, alat tulis, dan alat perekam.
3.5 Langkah-Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan adalah:
1. Membuat proposal Tugas Pengenalan Profesi.
2. Menyiapkan daftar tilikan dalam melakukan observasi.
3. Konsultasi kepada pembimbing.
4. Menyiapkan surat permohonan izin melakukan kegiatan Tugas Pengenalan
Profesi ke Poliklinik
5. Membuat janji dengan pihak Poliklinik.
6. Melakukan evaluasi.
7. Mencatat kembali hasil evaluasi.
8. Membuat laporan hasil Tugas Pengenalan Profesi.
9. Membuat kesimpulan.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 47
4.1 Hasil
1) Nama : Fadil Anugerah Putra
Usia : 3 bulan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Dusun 5 Pipa Putih RT 01, Palembang
Pemeriksaan Ya Tidak Keterangan
1. Look Deformitas
berupa
equinus pada
pergelangan
kaki
Abnormal
Atrofi otot
betis
Normal
Ukuran
ekstremitas
bawah
(Apakah
sama antara
kanan dan
kiri ?)
Normal
2. Feel Raba
benjolan
yang ada
Normal
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 48
3. Move Leher yang
pendek
Normal
Ibu jari
tangan yang
normal
Normal
Jarak lebar /
simetri
bokong
Normal
Jarak lebar /
simetri
panggul
Normal
Lutut yang
flexi
Normal
2) Nama : Trisari
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dusun 5 Pipa Putih RT 01, Palembang
Status : Ibu dari pasien
Hasil Wawancara :
a) Riwayat Kehamilan
- Saat hamil menginjak usia 8 bulan, ibu Sari mengalami trauma (jatuh) dan
menyebabkan seluruh ekstremitas kanannya kebiruan
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 49
- Selama hamil tidak pernah menderita penyakit dan tidak pernah
mengkonsumsi obat
b) Riwayat Persalinan
- Ibu Sari melahirkan secara caesar dan mengaku bayinya lahir dalam keadaan
sungsang (kaki di bawah, kepala di atas) serta tertelan cairan ketuban
- Kepala bayi mengalami pembesaran
- Berat badan dan panjang badan bayi
Berat badan : 31 kg
Panjang badan : 45 cm
c) Riwayat Penyakit Menurun (Herediter)
- Tidak ada kelainan yang sama pada keluarga
4.2 Pembahasan
Dari hasil evaluasi yang kami lakukan tentang kasus Congenital Talipes
Equino Varus (CTEV) yang dilaksanakan hari Sabtu tanggal 15 November 2014 di
Dusun Pipa Putih Palembang, didapatkan 1 anak dengan kelainan CTEV.
Hasil evaluasi menunjukkan Fadil (3 bulan) mengalami deformitas berupa
equinus pada pergelangan kaki bagian kanan. Dari wawancara, diketahui bahwa Ibu
dari pasien mengalami trauma pada saat usia kehamilan menginjak 8 bulan dan
menyebabkan ekstremitas bawah bagian kanannya juga kebiruan. Hal tersebut sesuai
dengan teori dimana salah satu penyebab dari CTEV adalah lingkungan dari
intrauterine sendiri yang dimana hal tersebut bisa terganggu akibat trauma yang
dialami ibu dari pasien.
Fadil juga lahir dalam kondisi belum genap 9 bulan disertai dengan keadaan
tertelannya air ketuban sehingga harus masuk ke ruangan khusus di RS. Selain itu,
Fadil lahir secara caesar dan dalam keadaan sungsang dimana kaki berada di bawah
dan kepala berada di atas.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 50
Pada saat lahir, didapati bahwa Fadil mempunyai ukuran kepala yang lebih
dari normal namun sekarang kondisi kepala Fadil sudah normal. Bentuk pergelangan
kaki sebelah kanan Fadil mengalami pembengkokan ke dalam dan bentuknya melebar
seperti tangan.
Selama hamil, Ibu dari pasien mengaku bahwa tidak pernah menderita
penyakit maupun mengkonsumsi obat-obatan. Didapati juga tidak adanya keluarga
dengan kelainan yang serupa.
Saat kami mendatangi kediaman Ibu Sari, kami melihat kaki kanan Fadil
dalam kondisi di gips. Ibunya menceritakan bahwa setiap 1x seminggu mereka harus
ke RS. Lebih tepatnya setiap senin pagi kaki Fadil harus dilepas gips dari minggu
sebelumnya dan dipasang kembali. Minggu depan merupakan minggu terakhir dari
Fadil untuk di gips. Bila masih belum normal, dokter menyarankan Ibu Sari agar
membeli sepatu khusus untuk Fadil. Namun dari pengamatan yang kami lakukan,
kaki Fadil tidak terlalu mengalami pembengkokan yang dalam. Hal tersebut mungkin
dikarenakan penatalaksanaan dini pada Fadil sehingga cepat membaik. Bila
penanganan terlambat ataupun dilakukan saat dewasa maka kemungkinan
prognosisnya buruk sedangkan penatalaksanaan lebih dini yang dilakukan terhadap
Fadil dapat memberikan prognosis yang baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 51
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di dusun Pipa Putih
Palembang mengenai evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus
(CTEV) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa teori yang diajukan sebagai penyebab dari Congenital
Talipes Equino Varus (CTEV). Namun yang kami temui pada kasus
adalah CTEV dikarenakan trauma pada ibu dari pasien.
2. Gejala pasti yang didapati pada CTEV adalah adanya deformitas atau
pembengkokan ke bagian dalam pada kaki.
3. Kebanyakan tatalaksana yang diberikan pada pasien CTEV adalah di gips.
4. Komplikasi jarang terjadi pada pasien dengan CTEV dikarenakan
komplikasi terjadi selama dan sesudah operasi dimana operasi dilakukan
bila pasien sudah dewasa karena pengobatan lebih sukar untuk dilakukan.
5. Bila penanganan terlambat ataupun dilakukan saat dewasa maka
kemungkinan prognosisnya buruk sedangkan penatalaksanaan lebih dini
yang dilakukan terhadap Fadil dapat memberikan prognosis yang baik.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi Blok IX kelompok TPP
9 memberikan saran sebagai berikut:
1. Mahasiswa diharapkan mempersiapkan dengan baik segala keperluan
yang dibutuhkan beberapa hari sebelum melakukan kegiatan TPP.
2. Untuk Tugas Pengenalan Profesi berikutnya diharapkan mahasiswa bisa
mengambil setiap pelajaran maupun ilmu pengetahuan yang didapatkan
dari observasi yang telah dilakukan.
3. Mahasiswa sebaiknya memikirkan segala hambatan yang mungkin terjadi
pada saat melakukakan kegiatan TPP.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 52
LAMPIRAN
1) CHECKLIST TPP
Nama :
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 53
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2) Meminta izin untuk melakukan anamnesis
Pemeriksaan Ya Tidak Keterangan
4. Look Deformitas
berupa
equinus pada
pergelangan
kaki
Atrofi otot
betis
Ukuran
ekstremitas
bawah
(Apakah
sama antara
kanan dan
kiri ?)
5. Feel Raba
benjolan
yang ada
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 54
6. Move Leher yang
pendek
Ibu jari
tangan yang
normal
Jarak lebar /
simetri
bokong
Jarak lebar /
simetri
panggul
Lutut yang
flexi
2) CHECKLIST WAWANCARA UNTUK IBU PASIEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Status :
a) Riwayat Kehamilan
b) Riwayat Persalinan
c) Riwayat Penyakit Menurun (Herediter)
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 55
3) DOKUMENTASI
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 56
Gambar kelainan pada kasus CTEV
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 57
Gambar penetalaksanaan
Gambar surat rujukan pasien
Gambar Rontgen
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B.C. 2012. Congenital Talipes Equivano Varus (CTEV). CDK-191/vol 39
no.3. Fakultas Kedokteran Universitas Jember : Jember
Departemen Kesehatan RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 58
Dorland, Newman., 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
Isselbacher, Braundwald and Wilson dkk., 2012. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Katzung, B. G., 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta, Salemba Medika.
Miedzybrodzka Z. 2003. Congenital talipes Equino-Varus (Clubfoot): a disorder of the foot but not the hand. J Anat 202:37–2.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Sudoyo, aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing.
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3, 2009. Jakarta : PT. Yarsif Watampone
Roye BD, Hyman J, Roye DP Jr. 2004. Congenital idiopathic talipes equino-varus. Pediatri Rev ;25:124–30.
Laporan TPP Blok IX “Evaluasi kasus Congenital Talipes Equino Varus (CTEV)” 59