power point blok 9
-
Upload
melda-erivhani -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
description
Transcript of power point blok 9
Struktur serta Peran Hepar dan Lien pada Sistem Cerna
Melda Erivhani
102012081- BP17
PENDAHULUAN
Sistem pencernaan berlangsung pada beberapa struktur tubuh manusia. Struktur
tersebutlah yang berperan dalam proses mekanisme kerja pencernaan yang terjadi secara
continue dari mulut hingga ke anus, sehingga satu struktur dengan struktur lainnya saling
berhubungan dan memiliki fungsi yang saling melengkapi satu sama lain. 1
Dengan memahami struktur dan fungsi organ-organ yang berhubungan dengan
pencernaan, beserta mekanisme yang terjadi didalamnya,pembaca diharapkan dapat memahami
secara lebih dalam mengenai fungsi hepar pada sistem pencernaan.
A. Struktur Makro dan Mikro
Alat-alat intra abdomen terbagi dua oleh mesocolon transversum menjadi :
1.Alat-alat supra mesocolica adalah alat-alat yang terletak antara diaphragma dan
mesocolon transversum, yang terdiri dari gaster, duodenum, pancreas, hepar,
vesica fellea, lien
2.Alat- alat infra mesocolica adalah alat- alat yang terletak di bawah mesocolon
transversum.Alat- alat yang terletak antara mesocolon transversum dan linea
terminalis pada panggul, yaitu:
a. intestinum tenuae (usus halus)
b. intestinum crassum (usus besar) 2,3,4
1. Hepar
Hepar menempati sebagian besar rongga abdomen kanan atas.Hepar ini sendiri dibedakan
menjadi dua lobus. yaitu lobus kanan dan kiri. Batas lobus kanan dan kiri adalah sebuah alur
berbentuk huruf H yang ditempati oleh lig. teres hepatis dan lig. venosum Arantii di sebelah
caudal, dan lig. falciforme hepatis di sebelah cranial.Secara anatomis dan fungsional batas lobus
kanan dan kiri sesuai bidang yang melalui alur yang dibentuk oleh kantung empedu dan v. cava
inferior (tidak terlihat dari luar).Lobus kanan terbagi menjadi lobus caudatus dan quadratus oleh
porta hepatis dan fossa sagitalis dextra.
Batas-batas hepar:
• Atas : diaphragma
• Kanan : perpotongan sela iga 4 dengan linea midclavicula, menuju ke bawah sampai iga
7 kanan
• Kiri : sela iga 5 dan rawan iga 6 sampai pertengahan garis para sternal - garis
midclavicular kiri.
• Bawah : sesuai tepi tajam hati ,sebagai garis dari kanan ± 1 cm di bawah arcus costa
sampai rawan iga 9 menuju kiri atas memotong linea mediana pada jarak pertengahan
processus xyphoideus-umbilicus berakhir pada batas ujung kiri atas.
Dari luar hepar terlihat sebagai berikut :
• Bagian yang berhubungan dengan diafragma = facies diaphragmatica.
• Bagian yang menghadap cavum abdomen = facies visceralis = facies inferior.
Facies Inferior Hepatis
Pada facies inferior hepatis dapat dijumpai alur berbentuk H, dengan deskripsi sebagai
berikut:alur melintang sesuai pintu masuk pembuluh darah dan saluran empedu ke dalam hepar
yaituporta hepatis. Di sebelah kanan terdapat alur besar = fossa sagitalis dextra, yang
ditempati v. cava inferior di sebelah atas dan vesica fellea di sebelah bawah depan.Bagian
anterior fossa sagitalis dextra disebut fossa vesica fellea sedangkan bagian posteriornya disebut
fossa vena cava.di sebelah kiri terdapat alur = fossa sagitalis sinistra, yang ditempati oleh : Lig.
Venosum Arantii di sebelah posterior, dan lig. Teres Hepatis di sebelah anterior.
Pada facies inferior hepatis, lobus sinister hepatis berbatasan dengan:
• Oesophagus, menimbulkan jejas = impressio oesophagea
2 | P a g e
•
lengkung curvatura minor yang masuk ke dalam bursa omentale yaitu
tuberomentale.
Sedangkan lobus dexter hepatis berbatasan dengan :
• duodenum dan pylorus, menimbulkan jejas = impressio duodenali
• colon, menimbulkan jejas = impressio colica
• kanan belakang berbatasan dengan ginjal, menimbulkan jejas : impressio renalis,
berbatasan dengan anak ginjal, menimbulkan jejas yang disebut impressio supra
renalis.
Facies diaphragmatica hepatis
Facies diaphragmatica hepatis berbatasan dengan permukaan bawah paru dan jantung, tentpat
berbatasan dengan jantung sedikit tertekan dan menimbulkan lekukan yang disebjut impressio
cardiaca
Fiksasi hepar
• Terutama dengan diaphragma dan V. cava inferior, lig. falciforme hepatis
(menghubungkan dinding depan abdomen dengan diaphragmai
• Dengan umbilicus (dinding depan )lig. teres hepatis yang berjalan pada tepi bebas
lig. falcifonne hepatis
• Lig. triangulare hepatis merupakan lipatan peritoneum pada kedua ujung kanan
dan kiri hepar, melekat juga pada diafragma, terletak pada pennukaan belakang
hati.o lig. triangulare kiri lebih tebal dan kuat, disebut appendix fibrosa hepatis
o lig. triangulare dexter perkembangannya kurang baik, jadi lebih tipis.
• Lipatan peritoneum yang melapisi hepar di facies diaphragmatica memisahkan diri
membentuk lig. coronarium hepatis.
Lembardepan jaringan ikat ini akan melanjutkan diri menjadi lig.falciforme
hepatis.
3 | P a g e
Lembarbelakang melanjutkan diri ke arah ginjal ikat ini di bawahnya
membatasi suatu kantung : recessus hepato renalis : recessus hepato reno
colica : fossa renalis dextra (Morison), kantung ini penting karena ikut
meradang yang disebabkan tertimbunnya cairan yang berasal dari perforasi
appendicitis/perforasi duodénum.
Pendarahan Hepar
• Pembuluh nadi
a. hepatica communis: merupakan cabang a.Coeliaca
a. hepatica propria:
• merupakan cabang a. hepatica communis
• berjalan dalam lig. hepatoduodenale (bersama-sama dengan V. porta
a.hepatica dextra dan sinistra: merupakan cabang A. hepatica propia
• Pembuluh balik
Menampung darah balik dari alat-alat tractus gastro intestinal melalui V. porta. V.
porta merupakan bagian dari pembuluh balik sistema portal yang mengumpulkan
darah dari alat-alat gastrointestinal untuk dialirkan ke hepar.
Getah Bening
• Permukaan atas hepar: melalui lig. falciforme hepatis disalurkan ke lig. sternale —>
getah bening sepanjang a. mammaria interna, berakhir pada ductus lymphaticus
dexter.
• Bagian dalam hepar: dialirkan sepanjang v. Hepatica —» v. cava inferior —»
menembus diaphragma —> nnll. mediastinales-anteriores —► ductus thoracicus
—» mengikuti V. porta —> nnll. pancreatico lienales—► nll. coeliacae
2. VESICA FELLEA
Letak: sesuai perpotongan batas lateral M. rectus abdomims dan arcus costae dextra. Batas-
batas.
• Depan : hepar dan dinding depan rongga perut.
•
Blakang: flexura coli dextra/colon transversum dan pars superior duodeni.
Vesica fellea diliputi peritoneum, kecuali bagian yang melekat pada hepar. Bagian-bagian:
4 | P a g e
• fundus vesica fellea
• corpus vesica fellea
• collum vesica fellea
Saluran empedu: ductus cysticus
Mukosa ductus-cysticus mempunyai lipatan berbentuk spiral = válvula spiralis Heisteri.
Ductus cysticus bersama-sama saluran empedu intrahepatal membentuk ductus choledochus.
Ductus choledochus berjalan dalam lig. hepatoduodenale bersama-sama v. porta dan a. hepática
propia.
Pendarahan : a.cystica dan v.cystica
3. LIEN
Lien terletak pada intra peritoneal, pada regio hypochondrica sinistra setinggi Iga 9,10, 11.
Sumbu panjang sesuai iga 10. Proyeksi pada dinding abdomen kira- kira 4 cm sebelah kiri garis
tengahsetinggi ujung processus spinosus vertebra Th 9 - Ll sampai linea axillaris media sinistra.
Bagian-bagian:
Facies diaphragmatica yang menghadap dinding perut serta berbatasan dengan
diafragma,tepi bawah paru kiri, dan sinus phrenico costalis
Faciesvisceralis yang menghadap rongga perut, berbatasan dengan:
• depan : fondus ventriculi.
• Belakang : ren sinister, flexura coli sinistra.
• Bawah : caudapancreas
• Atas : lig. phrenicolienale, lig. Gastrolienal
Fungsi lien:
• membersihkan darah
• reservoir darah
• alat reticulo endothelial yang di dalamnya terdapat jaringan limfoid yang berbeda
dengan jaringan jaringan limfoid lain karena lien berhubungan dengan aliran darah.
5 | P a g e
B. Proses dan Mekanisme Pencernaan
Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar aksesoris
yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam saluran itu melalui duktus (saluran). Peristalsis,
gelombang kontraksi berirama oleh otot polos pada dinding saluran pencernaan, akan mendorong
makanan di sepanjang saluran tersebut. Pada beberapa persambungan antara segmen-segmen
terspesialisasi (khusus) pada pipa pencernaan, lapisan otot dimodifikasi menjadi katup berbentuk
cincin yang disebut sfingter (sphincter), yang menutup pipa pencernaan tersebut seperti tali
pengikat, dan mengatur aliran materi di antara ruangan-ruangan dalam saluran itu.
Kelenjar aksesoris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang kelenjar ludah(salivary
gland), pankreas, hati(liver), dan organ penyimpanannya, kantung empedu (galibladder).
Empat proses pencernaan dasar adalah motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan. Aktivitas
pencernaan diatur secara cermat oleh mekanisme-mekanisme hormon dan saraf otonom (baik
intrinsik maupun ekstrinsik) yang sinergistik. Pengaturan ini untuk memastikan bahwa makanan
yang masuk disajikan secara maksimal pada tubuh untuk digunakan sebagai bahan baku atau
untuk menghasilkan energi. Saluran pencernaan terdiri dan suatu saluran kontinu yang berjalan
dari mulut sampai anus, dengan modifikasi lokal yang mencerminkan spesialisasi regional untuk
menjalankan fungsi pencernaan. Lumen saluran pencernaan berhubungan langsung dengan
lingkungan eksternal, sehingga isinya secara teknis berada di luar tubuh, susunan semacam ini
memungkinkan tubuh mencerna makanan tanpa mencerna dirinya sendiri. 1,5,6
Mulut, Faring, dan Esofagus
Makanan memasuki sistem pencernaan melalui mulut, tempat makanan dikunyah dan
dicampur dengan air liur untuk mempermudah proses menelan. Enzim liur, amilase, memulai
pencernaan polisakarida, suatu proses yang berlanjut di lambung setelah makanan ditelan sampai
amilase akhirnya diinaktifkan oleh getah lambung yang asam. Dibandingkan dengan fungsi
pencernaannya yang sekedarnya, air liur lebih penting untuk mempermudah kita berbicara dan
berperan kunci dalam kesehatan gigi. Sekresi air liur dikontrol oleh pusat saliva di medula,
diperantarai oleh persarafan otonom ke kelenjar liur.
Setelah dikunyah, bolus makanan didorong oleh lidah ke bagian belakang tenggorokan, yang
memicu refleks menelan. Pusat menelan di medula mengkoordinasikan sekelompok aktivitas
6 | P a g e
yang menyebabkan penutupan saluran pemapasan dan terdorongnya makanan melalui faring dan
esofagus ke dalam lambung.
Sekresi esofagus, mukus, bersifat protektif. Di mulut, faring, dan esofagus tidak terjadi
penyerapan zat gizi. 5
Rongga Mulut
Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut. Selama pengunyahan,
geligi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan menggerus makanan, yang
membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan luas permukaannya.
Kehadiran makanan dalam rongga mulut (oralcavity) akan memicu refleks saraf yang menyebab-
kan kelenjar ludah mengeluarkan ludah melalui duktus (saluran) ke rongga mulut. Bahkan
sebelum makanan sesungguhnya berada dalam mulut, ludah bisa dihasilkan sebagai antisipasi
karena adanya hubungan yang telah diketahui antara makan dan waktu dalam satu hari, aroma
masakan, atau rangsangan lain. Pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam
rongga mulut setiap hari. Terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat-
protein) yang disebu musin, yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari rusakan akibat
gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah mengandung buffer (dapar
atau penyaringan) yang membantu mencegah pembusukan geligi dengan menetralkan asam
dalam mulut. Zat antibakteri dalam ludah juga akan membunuh banyak bakteri yang memasuki
mulut melalui makanan.
Yang terakhir, pencernaan karbohidrat, sumber energi utama tubuh, dimulai dalam rongga
mulut. Ludah mengandung amilase ludah (salivary amylase), enzim pencernaan yang me-
hidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan) dan glikoj (polimer glukosa dari hewan). Produk
utama dari pencen oleh enzim ini adalah polisakarida yang lebih kecil dan disal maltosa.
Lidah akan mengecap makanan, memanipulasinya sel; pengunyahan, dan membantu
membentuk makanan menjadi sebuah bola yang disebut bolus. Selama penelanan, lidah
mendorong bolus ke bagian belakang rongga mulut dan akhirnya ke dalam faring.1
Fa r ing
Daerah yang kita sebut kerongkongan adalah faring (pharynx), persimpangan yang
menuju ke esofagus dan trakea. Ketika kita menelan, bagian atas batang tenggorokan akan
bergerak ke atas sehingga lubang pembukaannya, glotis, tertutup oleh penutup dari tulang rawan,
yaitu epiglotis. Anda dapat melihat pergerakan ini dalam naik turunnya jakun selama penelanan.
7 | P a g e
Penutupan lubang batang tenggorokan akan melindungi sistem respirasi terhadap masuknya
makanan atau cairan selama penelanan. Mekanisme penelanan secara normal akan menjamin
bahwa bolus akan dipandu ke dalam jalan masuk esofagus.1
Esofagus
Esofagus mengalirkan makanan dari faring turun ke lambung. Peristalsis akan
mendorong bolus sepanjang esofagus yang sempit. Otot pada bagian paling atas esofagus adalah
otot lurik (otot sadar). Dengan demikian, undakan penelanan dimulai secara sadar, tetapi
kemudian gelombang kontraksi tak sadar oleh otot polos pada sisa esofagus selanjutnya akan
menggantikannya. Amilase ludah terus meng-hidrolisis pati dan glikogen sementara bolus
makanan lewat melalui esofagus. 1
Lambung
Lambung, suatu struktur berbentuk seperti kantung yang terletak antara esofagus dan
usus halus, menyimpan makanan yang masuk dalam waktu yang bervariasi sampai usus halus
siap mengolahnya lebih lanjut untuk kemudian diserap. Empat aspek pada motilitas lambung
adalah pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan lambung. Pengisian lambung
dipermudah oleh relaksasi reseptif otot lambung yang diperantarai oleh saraf vagus.
Penyimpanan makanan di lambung berlangsung di daerah korpus, tempat kontraksi peristaltik
yang sedemikian lemah untuk mencampur makanan karena tipisnya lapisan otot. Pencampuran
makanan berlangsung di antrum yang berotot tebal akibat kontraksi peristaltik yang kuat.
Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor-faktor di lambung maupun duodenum.
Peningkatan volume dan fluiditas kimus dalam lambung cenderung mempercepat pengosongan
isi lambung. Faktor duodenum, yaitu faktor dominan yang mengontrol pengosongan lambung,
cenderung pengosongan isi lambung sampai duodenum siap untuk menerima dan mengolah
kimus. Faktor-faktor spesifik di duodenum yang menunda pengosongan lambung dengan
menghambat aktivitas peristaltik lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan.
Pencernaan karbohidrat berlanjut di korpus lambung di bawah pengaruh amilase liur yang ikut
tertelan: pencernaan protein dimulai di antrum lambung, tempat peristaltik yang kuat mencampur
aduk makanan dengan getah lambung. Campuran makanan dan getah lambung tersebut berupa
cairan kental yang disebut kimus. Sekresi lambung kedalam lumen lambung mencakup (1) HC1,
yang mengaktifkan pepsinogen, menyebabkan denaturasi protein, dan mematikan bakteri; (2)
8 | P a g e
pepsinogen, yang jika telah diaktifkan, memulai pencernaan protein; (3) mukus, yang
membentuk lapisan pelindung untuk membantu sawar mukosa lambung, sehingga lambung
mampu menampung isi lumennya yang "keras" tanpa ia sendiri ikut tercerna; dan (4) faktor
intrinsik, yang berperan penting dalam penyerapan vitamin B12,suatu konstituen esensial untuk
membentuk sel darah merah. Lambung juga mengeluarkan hormon gastrin kedalam darah, yang
berperan dominan dalam mengatur sekresi lambung. Histamin, suatu stimulan lambung yang
kuat dan secara normal tidak disekresikan, dilepaskan kedalam lambung sewaktu terjadi
pembentukan ulkus.
Baik motilitas maupun sekresi lambung berada di bawah mekanisme kontrol yang kompleks,
yang melibatkan tidak saja gastrin tetapi juga respons vagus dan saraf intrinsik serta hormon
enterogastron (sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptidé) yang disekresikan oleh
mukosa usus halus. Pengaturan lambung ditujukan untuk menyeimbangkan aktivitas lambung
dengan kemampuan usus halus dalam mengatasi datangnya isi lambung yang asam dan penuh-
lemak. Di lambung tidak terjadi penyerapan zat gizi apapun. 1,5
Sekresi Pankreas dan Empedu
Baik sekresi pankreas eksokrin maupun empedu dari hati masuk ke lumen duodenum.
Sekresi pankreas terdiri dari (1)enzim-enzim pencernaan poten dari sel-sel asinus, yang
mencerna ketiga golongan makanan, dan (2) larutan NaHC03 encer dari sel-sel duktus, yang
menetralkan cairan asam yang datang dari lambung. Netralisasi ini penting untuk melindungi
duodenum dari kerusakan oleh asam dan agar enzim-enzim pankreas, yang akan menjadi inaktif
bila ada asam, melaksanakan tugas pencernaan mereka. Sekresi pankreas terutama berada di
bawah kontrol hormon, yang mencocokkan komposisi getah pankreas dengan kebutuhan di
lumen duodenum.
Hati, organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh, melaksanakan bermacam fungsi.
Kontribusinya untuk pencernaan adalah sekresi empedu, yang mengandung garam-garam
empedu. Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui efek deterjen mereka dan mem-
permudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel yang larut air yang dapat mengangkut
produk pencernaan lemak ke tempat penyerapan. Di antara waktu makan, empedu disimpan dan
dipekatkan di kandung empedu, yang selama pencernaan makanan dirangsang secara hormonal
untuk berkontraksi dan mengalirkan empedu ke duodenum. Setelah berpartisipasi dalam
pencernaan dan penyerapan lemak, garam-garam empedu direabsorpsi dan dikembalikan melalui
9 | P a g e
sistem porta hepatis ke hati, mereka tidak saja disekresi kembali, tetapi juga berfungsi sebagai
koleretik kuat untuk merangsang sekresi lebih banyak empedu. Empedu juga mengandung
bilirubin, suatu hasil penguraian (degradasi) hemoglobin, yang merupakan produk ekskretorik
utama dalam feses. 1,5
Usus Halus
Usushalus adalah tempat utama pencernaan dan penye-sapan. Segmentasi, motilitas usus
halus yang utama, secara meratamencampur makanan dengan getah pankreas, empedu, dan usus
halus untuk mempermudah pencernaan; motilitas tersebut juga memajankan produk pencernaan
ke permukaan absorptif. Di antara waktu makan, terjadi kompleks mnfintas migratif yang
menyapu lumen menjadi bersih.
Getah yang dikeluarkan oleh usus halus tidak mengandung enzim pencernaan apapun. Enzim-
enzim yang disintesis oleh usus halus bekerja secara intrasel di dalam membran brush border sel
epitel. Enzim-enzim ini menyelesaikan pencernaan karbohidrat dan protein sebelum kedua jenis
zat gizi tersebutmasuk ke dalam darah. Proses penyerapan Na+ yang bergantung pada energi
menghasilkan gaya yang mendorong penyerapan Cl-, air, glukosa, dan asam amino. Pencernaan
lemak seluruhnya dilaksanakan di lumen usus halus oleh lipase pankreas. Karena tidak larut air,
produk-produk pencernaan lemak harus menjalani serangkaian transformasi yang
memungkinkan mereka diserap secara pasif dan akhirnya masuk ke limfe. Usus halus menyerap
hampir semua yang disajikan kepadanya, dari makanan yang masuk ke sekresi pencernaan
sampai sel-sel epitel yang terlepas. Hanya sejumlah kecil cairan dan residu makanan yang tidak
dapat dicerna yang mengalir ke usus besar.
Lapisan dalam usus halus memiliki adaptasi tinggi terhadap fungsi pencernaan dan
penyerapan. Lapisan ini membentuk lipatan-lipatan yang mengandung banyak tonjolan
berbentuk jari, vilus, yang juga dilengkapi oleh sejumlah besar tonjolan berbentuk rambut yang
lebih halus, mikrovilus. Secara keseluruhan, modifikasi-modifikasi permukaan ini sangat
meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk menyimpan enzim-enzim dan untuk
melaksanakan penyerapan aktif dan pasif. Lapisan dalam yang luar biasa ini diganti setiap sekitar
tiga hari untuk memastikan adanya sel-sel epitel yang sehat dan fungsional walaupun kondisi di
dalam lumen sangat "keras".5,6
10 | P a g e
Usus Besar
Kolon terutama berfungsi untuk memekatkan dan menyimpan residu makanan yang tidak
dicerna dan produk sisa empedu sampai mereka dapat dieliminasi dari tubuh sebagai feses. Di
kolon tidak terjadi sekresi enzim pencernaan atau penyerapan zat gizi; pencernaan dan
penyerapan semua zat gizi sudah selesai di usus halus. Kontraksi haustra secara lambat
mengaduk-aduk isi kolon maju-mundur untuk menyelesaikan penyerapan sisa cairan atau
elektrolit. Gerakan massa terjadi beberapa kali sehari, biasanya setelah makan, yang mendorong
feses dalam jarak jauh. Datangnya feses ke dalam rektum memicu refleks defekasi, yang dapat
secara sengaja dihentikan dengan kontraksi sfingter anus eksternus apabila saat untuk
mengeluarkan feses tidak memungkinkan. Sekresi mukus yang bersifat basa dari usus besar
terutama berfungsi sebagai pelindung alamiah. 5,6
C. Enzim-Enzim Pencernaan
Pencernaan Karbohidrat
Pencernaan karbohidrat, yaitu pati dan glikogen, dimulai oleh amilase ludah dalam
rongga mulut yang terus berlanjut dalam usus halus. Amilase pankreas menghidrolisis pati,
glikogen, dan polisakarida yang lebih kecil menjadi disakarida, termasuk maltosa. Enzim maltase
menyempurnakan dan menyelesaikan pencernaan maltosa dan memecahnya menjadi dua
molekul glukosa, suatu gula sederhana. Maltase merupakan salah satu anggota keluarga
disakaridase, dan masing-masing enzim adalah spesifik untuk menghidrolisis disakarida yang
berbeda. Sukrase, misalnya, menghidrolisis sukrosa, dan laktase mencerna laktosa. (Secara
umum, orang dewasa memiliki enzim laktase yang lebih rendah dan dengan demikian
kemampuan orang dewasa lebih rendah untuk mencerna laktosa dibandingkan dengan anak-
anak.) Disakaridase itu dibuat dan berada dalam membran dan matriks ekstraseluler yang
menutupi epitelium usus halus, yang juga merupakan tempat penyerapan gula. Dengan demikian,
tahapan akhir dalam pencernaan karbohidrat tahapan yang menghasilkan monomer yang kaya
energi terjadi di mana monomer-monomer ini sesungguhnya diserap ke dalam darah. 1,5
11 | P a g e
Pencernaan Protein
Pencernaan protein dalam usus halus melibatkan penyelesaian pekerjaan yang dimulai
oleh pepsin dalam lambung. Enzim dalam duodenum membongkar polipeptida menjadi
komponen asam aminonya atau menjadi peptida kecil (fragmen yang panjangnya hanya dua atau
tiga asam amino). Tripsin dan kimotripsin bersifat spesifik untuk ikatan peptida yang berdekatan
dengan asam amino tertentu, dan dengan demikian, seperti pepsin, memutuskan polipeptida
besar menjadi rantai-rantai yang lebih pendek. Karboksipeptidase akan memecah asam amino
satu per satu, yang dimulai pada ujung polipeptida yang memiliki gugus karboksil yang bebas.
Aminopeptidase bekerja dalam arah sebaliknya. Baik aminopeptidase atau karboksipeptidase
sendiri dapat menyempurnakan pencernaan protein. Akan tetapi, kerjasama di antara enzim-
enzim tersebut, serta tripsin dan kimotripsin yang menyerang bagian dalam protein akan sangat
mempercepat hidrolisis protein. Enzim lainnya yang disebut dipeptidase, yang melekat pada
dinding usus, selanjutnya akan mempercepat pencernaan dengan cara memecah peptida-peptida
kecil.
Banyak di antara enzim pencerna protein, seperti aminopeptidase, disekresi oleh epitelium usus
halus. Sebaliknya, tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase disekresikan dalam bentuk inaktif
oleh pankreas. Enzim usus halus lainnya yang disebut enteropeptidase secara langsung atau tidak
langsung memicu aktivasi enzim-enzim ini di dalam lumen usus halus. 1,5
Pencernaan Asam Nukleat
Pencernaan asam nukleat melibatkan serangan hidrolitik yang mirip dengan yang terjadi
pada protein. Sekelompok enzim yang disebut nuklease menghidrolisis DNA dan RNA dalam
makanan menjadi nukleotida komponennya. Enzim hidrolitik lainnya kemudian akan merombak
nukleotida menjadi nukleosida, basa nitrogen, gula, dan fosfat. 1,5
Pencernaan Lemak
Hampir semua lemak dalam suatu hidangan mencapai usus halus dalam kondisi
sepenuhnya belum tercerna. Hidrolisis lemak adalah permasalahan khusus, karena molekul
lemak tidak larut dalam air. Garam empedu dari kantung empedu yang disekresikan ke dalam
lapisan duodenum akan melapisi droplet-droplet lemak yang sangat kecil dan mencegahnya agar
tidak menyatu, suatu proses yang disebut emulsifikasi. Karena droplet itu kecil, maka luas
permukaan lemak yang besar menjadi terpapar ke lipase, enzim yang menghidrolisis molekul
12 | P a g e
lemak. Dengan demikian, makromolekul dari makanan secara sempurna dihidrolisis menjadi
monomer komponen penyusunnya ketika peristalsis menggerakkan campuran kim dan getah
pencernaan di sepanjang usus halus. Sebagian besar pencernaan diselesaikan lebih awal dalam
perjalanan ini, sementara kim masih berada di dalam duodenum. Daerah dalam usus halus
sisanya, jejunum dan ileum, terutama berfungsi dalam penyerapan nutrien dan air. 1,5
Penyerapan Nutrien
Untuk memasuki tubuh, nutrien yang terakumulasi dalam lumen ketika makanan dicerna
harus melewati atau menembus dinding saluran pencernaan. Nutrien dalam jumlah terbatas di-
serap dalam lambung dan usus besar, tetapi sebagian besar penyerapan terjadi dalam usus halus.
Dinding usus halus memiliki luas permukaan yang sangat besar, sekitar 300 m2, secara kasar
seukuran lapangan tenis. Lipatan sirkuler besar dalam lapis; itu mengandung penjuluran mirip
jari yang disebut vili dan masing-masing sel epitelium vili itu memiliki banyak penjuluran
mikroskopis yang disebut mikrovili, yang menjulu ke lumen usus. Permukaan mikrovili yang
sangat besar merupakan suatu adaptasi yang sangat cocok dengan tugas penyerapan nutrien
Yang menembus inti masing-masing vili adalah suatu anyaman pembuluh darah
mikroskopis (kapiler) dan sebuah pembuluh kecil sistem limfatik yang disebut lakteal. (Selain
sistem sirkulasinya yang membawa darah, vertebrata mempunyai sistem pembuluh tambahan-
sistem limfatik-yang membawa cairan jernih yang disebut limfa (getah bening). Nutrien diserap
melewati epitelium usus halus dan kemudian melewati epitelium uniseluler pada kapiler atau
lakteal. Dengan demikian, hanya dua lapisan tunggal sel epitelium yang memisahkan nutrien
dalam lumen usus dari aliran darah. Pada beberapa kasus, transpor nutrien melewati sel-sel
epitelium bersifat pasif. Gula sederhana fruktosa, misalnya, sebenaryu diserap oleh difusi
menuruni gradien konsentrasinya dari lumen usus halus ke dalam sel epitelium, kemudian keluar
dari sel epitelium ke dalam kapiler. Nutrien lain, termasuk asam amino, peptida kecil, vitamin,
glukosa, dan beberapa macam gula sederhana lainnya, dipompa melawan gradien konsentrasi
melalui membran epitelium.
Asam amino dan gula lewat melalui epitelium, memasuki kapiler, dan dibawa menjauhi
usus halus oleh aliran darah. Setelah gliserol dan asam lemak diserap oleh sel epitelium,
keduanya kemudian digabungkan kembali di dalam sel itu untuk membentuk lemak lagi. Lemak
itu kemudian dicampur dengan kolesterol dan dilapisi dengan protein khusus, membentuk
globula kecil yang disebut kilomikron (chylomicron), yang sebagian besar di antaranya diangkut
13 | P a g e
melalui eksositosis keluar dari sel epitelium dan masuk ke dalam lakteal. Lakteal akan menyatu
dengan pembuluh sistem limfatik yang lebih besar. Limfa yang mengandung kilomikron,
akhirnya dialirkan dari sistem limfatik ke dalam vena besar yang mengembalikan darah ke
jantung.
Berlawanan dengan lakteal, kapiler dan vena yang mengalirkan nutrien menjauhi vili
semuanya akan menyatu ke dalam sebuah saluran sirkulasi tunggal, pembuluh portal hati (hepatic
portal vessel), yang secara langsung menuju ke hati. Laju aliran dalam pembuluh besar ini,
sekitar 1 liter per menit, menjamin bahwa hati, yang memiliki kemampuan metabolik untuk
mengubah berbagai molekul organik menjadi bentuk lain, memiliki akses pertama ke asam
amino dan gula yang diserap setelah makanan dicerna. Darah yang meninggalkan hati bisa
memiliki keseimbangan dalam hal nutrien-nutrien tersebut yang sangat berbeda dengan darah
yang masuk melalui pembuluh portal hati. Sebagai contoh, hati memainkan peranan penting
dalam pengaturan kadar molekul bahan bakar glukosa di dalam darah. Darah yang keluar
meninggalkan hati umumnya memiliki konsentrasi glukosa yang sangat mendekati 0,1%,
terlepas dari kandungan karbohidrat makanan yang dimakan. Dari hati, darah akan mengalir ke
jantung, yang akan memompakan darah dan nutrien yang dikandungnya ke seluruh bagian
tubuh.5,6
Kesimpulan
Hati mempunyai peran penting dalam metabolik tubuh termasuk dalam sistem pencernaan
sedangkan sistem pembuluh limfatik akan bergabung dengan lakteal dalam proses transportasi
nutrien.
14 | P a g e
Daftar Pustaka
1. Campbell NA, Recee JB, Mitchell LG. Manalu W,alih bahasa. Biologi. Edisi 5. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2000.p.29-36
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC ; 2003.h.281-95
3. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta : Erlangga;2003.p.40-3
4. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Edisi 12. Jakarta : EGC;2002.h.264-74
5. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta:EGC;2011.h.537-88
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta:EGC;2008.
15 | P a g e