Laporan Tekno Emulsi Fix

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat kekurangan Vitamin A akan meningkatkan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lainnya adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan. Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang memainkan peran dalam banyak fungsi tubuh penting. Vitamin D berperan penting dalam membangun dan mempertahankan kekuatan tulang serta berperan dalam mengatur sistem kekebalan tubuh dan sel dimana membantu mencegah kanker dan berbagai penyakit.

description

tekno

Transcript of Laporan Tekno Emulsi Fix

Page 1: Laporan Tekno Emulsi Fix

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak

dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi

dari luar (esensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat

gizi yang esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi

makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus

dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat kekurangan Vitamin A akan

meningkatkan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang

paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lainnya adalah buta senja

dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan.

Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang memainkan peran

dalam banyak fungsi tubuh penting. Vitamin D berperan penting dalam

membangun dan mempertahankan kekuatan tulang serta berperan dalam mengatur

sistem kekebalan tubuh dan sel dimana membantu mencegah kanker dan berbagai

penyakit.

Cod liver oil atau minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari

hati segar Gadus morhua L. dan spesies Gadus lainnya, dimurnikan dengan

penyaringan pada suhu 0 C. Potensi vitamin A tidak kurang dari 600 UI per gram,

dan potensi vitamin D tidak kurang dari 80 UI per gram.

Minyak ikan mengandung vitamin A dan D, gliserida trimalmitat dan

tristearat, kolesterol, gliserida dan asam-asam jenuh, yang disebut asam morrhuat,

berupa campuran berbagai asam yaitu asam yakoleat, asam terapiat, asam aselat,

asam gadinat, yodium, basa-basa aselin dan morrhuin.

Obat dibuat dalam skala besar dipabrik obat. Dibuat dengan sediaan tablet,

kapsul, sirup atau bentuk lainnya, bisa pula dibuat dalam berbagai bentuk

sekaligus. Pada proses pembuatannya, zat obat aktif tersebut biasanya akan

ditambahkan bahn-bahan lain yang yang dimaksudkan agar dapat membantu agar

Page 2: Laporan Tekno Emulsi Fix

obat tersebut mudah masuk dan berkhasiat didalam tubuh sesuai dengan yang

diharapkan.

Umumnya obat dalam bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat

karena mudahnya menelan cairan dan keleluasaan dalam pemberian dosis,

pemberian lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar, aman

dan juga mudah diatur penyesuaian dosis untuk anak.

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan

dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara

zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya

tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran

cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari

adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein

suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.Bebera contoh emulsi yang

lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi

gelatin.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana cara formulasi sediaan emulsi dengan bahan aktif cod liver oil?

b. Bagaimana proses pembuatan sediaan emulsi dengan bahan aktif cod liver

oil?

c. Bagaimana hasil evaluasi dari sediaan emulsi yang telah diformulasikan?

1.3. Tujuan

a. Untuk membuat sediaan emulsi dengan bahan aktif cod liver oil

b. Untuk mengetahui bahan-bahan tambahan yang sesuai dengan bahan aktif

yang digunakan, yaitu cod liver oil

1.4. Manfaat

a. Memberikan informasi sediaan yang cocok untuk cod liver oil

b. Memberikan informasi tentang metode yang digunakan dalam pembuatan

sediaan emulsi dengan bahan aktif cod liver oil

Page 3: Laporan Tekno Emulsi Fix

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil (Depkes RI, 1995).

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

disebut emulgator (emulsifying agent) atau surfaktan yang dapat mencegah

koalesensi yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya

menjadi satu fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan

cara menempati antar-permukaan tetesan dan fase eksternal dan dengan membuat

batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga dapat

mengurangi tegangan permukaan antarfase sehingga meningkatkan proses

emulsifikasi selama pencampuran.

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun

eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Emulsi tipe o/w (oil in water) atau m/a (minyak dalam air) adalah emulsi

yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air.

Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.

b. Emulsi tipe w/o (water in oil) atau a/m (air dalam minyak) adalah emulsi

yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak.

Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.

(Syamsuni, 2006)

Banyak teori yang telah dikembangkan dalam upaya untuk menjelaskan

bagaimana zat pengemulsi berkerja dalam meningkatkan emulsifikasi dan dalam

menjaga stabilitas dari emulsi yang dihasilkan, yaitu:

a. Teori tegangan permukaan

Menurut teori tegangan permukaan dari emulsifikasi penggunaan zat-zat ini

sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan

antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak

antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik-menarik antaramolekul

dari masing-masing cairan. Jadi, zat aktif permukaan membantu memecahkan

Page 4: Laporan Tekno Emulsi Fix

bola-bola besar menjadi bola-bola kecil, yang kemudian mempunyai

kecenderungan untuk bersatu yang lebih kecil daripada lazimnya.

b. Oriented-wedge theory

Teori ini menganggap lapisan monomolekuler dari zat pengemulsi

melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi. Teori tersebut berdasarkan

anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di sekitar dan

dalam suatu cairan yang merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.

Dalam suatu sistem yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur,

zat pengemulsi akan memilih larut dalam salah satu fase dan terikat dengan kuat

dan terbenam dalam di fase tersebut dibandingkan fase lainnya.

c. Teori plastik atau teori lapisan antarmuka

Teori ini menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antara minyak dan

air, mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang

diadsorbsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah

kontak dan bersatunya fase terdispersi, makin kuat dan makin lunak lapisan

tersebut, akan makin besar dan makin stabil emulsinya (Ansel, 1989).

Metode pembuatan emulsi ada tiga macam yaitu:

a. Metode gom kering atau metode continental

Dalam metode ini, zat pengemulsi dicampur dengan minyak terlebih dahulu,

kemudian ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan

dengan sisa air yang tersedia.

b. Metode gom basah atau metode inggris

Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air agar membentuk suatu mucilage,

kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi,

kemudian diencerkan dengan sisa air.

c. Metode botol atau metode botol forbes

Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan

mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke dalam

botol kering, ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran

tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil

dikocok (Syamsuni, 2006).

Page 5: Laporan Tekno Emulsi Fix

2.2. Monografi Bahan

2.2.1.Cod Liver Oil

Pemerian : Jernih, berwarna kekuningan, cairan kental

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam

alkohol, larut dalam minyak petroleum

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya,

jika tidak ditambahkan antioksidan maka harus

disimpan dibawah gas inert. Jika wadah telah dibuka,

isinya secepat mungkin harus digunakan dan isi yang

tidak digunakan harus dilindungi dengan gas inert

Kegunaan : Zat aktif

(British, 2009)

2.2.2.Acacia Gum

Berat molekul : 240.000-580.000

Pemerian : Serpihan tipis, berwarna putih atau putih kekuningan,

granul serbuk, tidak berbau dan hambar

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian gliserin, 20 bagian

propilenglikol, 2,7 bagian air, praktis tidak larut dalam

etanol (95%)

pH : 4,5-5,0

Higroskopisitas : Kelembaban relatif 25-65%, kelembaban diatas 70%

menyerap sejumlah besar air

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan amidopyrine, apomorphine,

kresol, etanol, garam besi, morfin, fenol,

physostigmine, tanin, timol dan vanili

Kegunaan : Pengemulsi

2.2.3.Sukrosa

Struktur molekul : C12H22O11

Berat molekul : 342,30

Pemerian : Serbuk putih, granul, kristal berwarna, butiran kasar

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, mudah larut

Page 6: Laporan Tekno Emulsi Fix

dalam air, larut dalam 400 bagian etanol

Densitas : Bulk 0,93 g/cm³ (sukrosa kristal)

Tapped 1,03 g/cm³ (sukrosa kristal)

Titik didih : 160-186 ºC

Stabilitas : Baik pada suhu kamar dan membentuk karamel jika

dipanaskan di atas suhu 160 ºC

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan logam berat, terkontaminasi

dengan sulfit sehingga akan berubah warna dan tidak

cocok dengan wadah aluminium

Kegunaan : Pemanis

2.2.4.Metil Paraben

Sinonim : Nipagin

Struktur molekul : C8H8O3

Pemerian : Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak

berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki sedikit

penambahan rasa

Kelarutan : Larut dalam etanol, eter, glisterin, minyak kacang,

propilenglikol, dan air, tidak larut dalam air mineral

Densitas : True 1,352 g/cm³

Titik lebur : 125-128 ºC

Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya

surfaktan non ionik seperti polisorbat 80.

Propilenglikol dapat meningkatkan aktivitas

antimikroba. Tidak kompatibel dengan bentonit, talk,

tragakan, minyak esensial, sorbitol dan dapat

menyerap plastik

Kegunaan : Pengawet

2.2.5.Propil Paraben

Sinonim : Nipasol

Pemerian : Berwarna putih, berbentuk kristal, tidak berbau dan

tidak berasa

Page 7: Laporan Tekno Emulsi Fix

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan

dalam eter, sukar larut dalam air mendidih

Titik lebur : 95-98 ºC

Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya

surfaktan non ionik seperti polisorbat 80.

Propilenglikol dapat meningkatkan aktivitas

antimikroba. Tidak kompatibel dengan bentonit, talk,

tragakan, minyak esensial, sorbitol dan dapat

menyerap plastik

Kegunaan : Pengawet

2.2.6.BHT

Pemerian : Kuning putih atau pucat, kristal padat atau serbuk,

karakteristik bau fenolik yang samar

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol,

larutan alkali hidroksida, dan cairan asam mineral.

Sangat mudah larut dalam aseton, benzene, etanol

(95%), eter, metanol, toluen, minyak murni dan

minyak mineral

Densitas : Bulk 0,48-0,60 g/cm³

True 1,031 g/cm³

Titik didih : 265 ºC

Titik nyala : 127 ºC

Titik lebur : 70 ºC

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan pengoksidasi kuat seperti

peroksida dan permanganat. Kontak dengan oksidator

dapat menyebabkan pembakaran spontan. Garam besi

menyebabkan perubahan warna dan hilangnya

aktivitas

Kegunaan : Antioksidan

2.2.7.Sunset Yellow FCF

Berat molekul : 452,37

Page 8: Laporan Tekno Emulsi Fix

Pemerian : Bubuk kuning kemerahan, larutan berair berwarna

oranye terang

Kelarutan : Larut dalam 38,5 bagian aseton, larut dalam 333

bagian etanol (75%), larut dalam 5 bagian gliserin,

larut dalam 5 bagian air, larut dalam 45,5 bagian

propilen glikol

Inkompatibilitas : Tidak kompatibel dengan asam sitrat, sukrosa dan

larutan jenuh natrium bikarbonat, asam askorbat,

gelatin dan glukosa

Kegunaan : Pewarna

(Rowe, 2006)

Page 9: Laporan Tekno Emulsi Fix

BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL

COD LIVER OIL

FORMULASI BENTUK SEDIAAN

DOSIS EVALUASI

Emulsi karena cod liver oil praktis tidak

larut dalam air sehingga

diperlukan emulsifying

agent agar dapat terdispersi dalam fase

pendispersinya

1.Dewasa: 3 x sehari 1 sendok makan

2.6-12 tahun: 2 x sehari 1 sendok makan

3.1-6 tahun: 1 x sehari 1 sendok makan

4.6 bulan-1 tahun: 1 x sehari ½ sendok makan

1. Organoleptis2. Tipe emulsi3. Volume terpindahkan

Cod liver oil 30% Acacia gum 10% Sukrosa 20% Metil paraben

0,2% Propil paraben

0,02% BHT 0,0% Sunset Yellow

FCF 0,05% Aquadest ad 100

mL

Page 10: Laporan Tekno Emulsi Fix

BAB IVMETODE PENELITIAN

4.1. Alat dan Bahan

4.1.1.Alat

a. Batang pengaduk

b. Botol coklat

c. Cawan porselin

d. Gelas kimia 100 mL

e. Gelas ukur 10 mL

f. Hot plate

g. Mortir dan stamper

h. Pipet tetes

i. Sendok tanduk

j. Timbangan analitik

4.1.2.Bahan

a. Acacia gum

b. Aquadest

c. BHT

d. Cod liver oil

e. Metil paraben

f. Propil paraben

g. Sukrosa

h. Sunset yellow FCF

Page 11: Laporan Tekno Emulsi Fix

4.2. Kerangka Operasional

4.2.1.Skala Laboratorium

Ditimbang semua bahan

Dikembangkan acacia gum dengan air

Ditambahkan cod liver oil sedikit demi sedikit

ad corpus emulsi

Dilarutkan BHT, sukrosa dan sunset yellow FCF dalam

aquadest dalam gelas kimia terpisah.

Sedangkan metil paraben, propil paraben

dilarutkan dalam air panas (80 ºC)

Dicampurkan

Ditambahkan sisa aquadest

Dievaluasi Dikemas

Organoleptis Tipe emulsi

Volume terpindahkan

Page 12: Laporan Tekno Emulsi Fix

4.2.2.Skala Industri

Ditimbang semua bahan

Dikembangkan acacia gum dengan air dalam

double jacket container (tangki 1) dan diaduk

1-3 menit

Ditambahkan cod liver oil, diaduk dengan alat

homogenizer ad corpus emulsi dan dilanjutkan pengadukan

selama 1-3 menit

Ditambahkan sisa aquadest dan diaduk menggunakan alat

homogenizer hingga volume yang diinginkan

Dievaluasi Dikemas

Organoleptis Tipe emulsi

Volume terpindahkan

Dicampurkan ke dalam double jacket container

(tangki 2) meliputi BHT, sukrosa, sunset yellow FCF yang larut dalam aquadest. Sedangkan

metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam

air panas (80 ºC)

Dicampurkan bahan pada tangki 1 dan tangki 2 pada alat

homogenizer

Page 13: Laporan Tekno Emulsi Fix

4.3. Metode Kerja

4.3.1.Skala Laboratorium

a. Disiapkan semua alat dan bahan

b. Ditimbang cod liver oil sebanyak 120 gram, acacia gum sebanyak 40 gram,

sukrosa sebanyak 80 gram, metil paraben sebanyak 0,8 gram, propil paraben

sebanyak 0,08 gram, BHT sebanyak 0,2 gram, dan sunset yellow FCF

sebanyak 0,2 gram

c. Dikembangkan acacia gum dengan air dan digerus sampai homogen

d. Ditambahkan cod liver oil dan digerus sampai terbentuk corpus emulsi

e. Ditambahkan BHT dan digerus sampai homogen

f. Dilarutkan sukrosa dengan air, ditambahkan ke dalam campuran dan digerus

sampai homogen

g. Ditambahkan metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam

air panas (80 ºC), digerus sampai homogen

h. Ditambahkan sunset yellow FCF yang telah dilarutkan dalam aquadest dan

digerus sampai homogen

i. Ditambahkan sisa aquades sampai 100 mL

j. Dievaluasi sediaan, dituang ke dalam botol coklat dan dikemas

4.3.2.Skala Industri

a. Disiapkan semua alat dan bahan

b. Dikembangkan acacia gum dalam double jacket container (tangki 1) dan

diaduk selama 1-3 menit

c. Ditambahkan cod liver oil, diaduk dengan alat homogenizer hingga

terbentuk corpus emulsi dan diteruskan pengadukan selama 1-3 menit

d. Dicampurkan ke dalam double jacket container (tangki 2) meliputi BHT,

sukrosa, sunset yellow FCF yang dilarutkan dalam aquadest. Sedangkan

metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam air panas (80 ºC)

e. Dicampurkan bahan pada tangki 1 dan tangki 2 pada alat homogenizer

f. Ditambahkan sisa aquadest dan diaduk menggunakan alat homogenizer

hingga volume yang diinginkan

g. Dievaluasi sediaan, dituang ke dalam botol coklat dan dikemas

Page 14: Laporan Tekno Emulsi Fix

4.3.3.Evaluasi

a. Organoleptis

1) Diamati bentuk dan warnanya

2) Dicium baunya dan dirasakan

b. Penentuan tipe emulsi

1) Diambil sedikit larutan emulsi

2) Dilarutkan dalam aquadest

c. Volume terpindahkan

1) Dituang sediaan ke dalam gelas ukur kering sebanyak 10 mL

2) Dipindahkan ke gelas ukur berikutnya dan diukur volume dari tiap gelas

ukur

Page 15: Laporan Tekno Emulsi Fix

BAB VHASIL PENELITIAN

5.1. Tabel pengamatan

5.1.1. Penimbangan bahan

Nama bahanJumlah1 botol

Jumlah 1 batch

Fungsi

Cod Liver Oil 30 gram 120 gram Zat AktifAcacia Gum 10 gram 40 gram PengemulsiSukrosa 20 gram 80 gram PemanisMetil Paraben 0,2 gram 0,8 gram PengawetPropil Paraben 0,02 gram 0,08 gram PengawetBHT 0,05 gram 0,2 gram AntioksidanSunset Yellow FCF 0,05 gram 0,2 gram PewarnaAquadest 24,68 gram 98,72 gram Pelarut

5.1.2. Evaluasi

a. Organoleptis

Bentuk : Larutan emulsi

Warna : Kuning

Bau : Khas minyak ikan

Rasa : Manis

b. Penentuan tipe emulsi

Emulsi tipe M/A dimana sediaan larut dalam air

c. Volume terpindahkan

Volume 1 : 10 mL

Volume 2 : 9,8 mL

Volume 3 : 8,5 mL

Volume 4 : 8,2 mL

Page 16: Laporan Tekno Emulsi Fix

5.2. Perhitungan

5.2.1.Jumlah 1 botol

Volume 1 botol 100 mL dengan jumlah 1 batch 400 mL

a. Cod liver oil (30%)

30100

× 100 mL = 30 gram

b. Acacia gum (10%)

10100

× 100 m L = 10 gram

Air untuk acacia gum = 15 mL

c. Sukrosa (20%)

20100

× 100 m L = 20 gram

d. Metil paraben (0,2%)

0,2100

× 100 mL = 0,2 gram

e. Propil paraben (0,02%)

0,02100

× 100 mL = 0,02 gram

f. BHT (0,05%)

0,05100

× 100 mL = 0,05 gram

g. Sunset yellow FCF (0,05%)

0,05100

× 100 mL = 0,05 gram

h. Aquadest

= 100 gram – (30 gram + 10 gram + 20 gram + 15 gram + 20 gram + 0,2

gram + 0,02 gram + 0,05 gram + 0,05 gram) = 100 gram

= 100 gram – 75,32 gram

= 24,68 gram

5.2.2.Jumlah 1 batch

a. Cod liver oil

Page 17: Laporan Tekno Emulsi Fix

30 gram × 4 bo tol = 120 gram

b. Acacia gum

10 gram × 4 botol = 40 gram

Air untuk acacia gum = 15 mL× 4 botol = 60 mL

c. Sukrosa

2 0 g ram × 4 botol = 80 gram

d. Metil paraben

0,2 gram × 4 botol = 0,8 gram

e. Propil paraben

0,02 gram × 4 botol = 0,08 gram

f. BHT

0,05 gram × 4 botol = 0,2 gram

g. Sunset yellow FCF

0,05 gram × 4 botol = 0,2 gram

h. Aquadest

24,68 gram × 4 botol = 98,72 gram

5.3. Analisis Hasil

Emulsi adalah sistem yang secara termodinamika tidak stabil dan

mengandung paling sedikit dua cairan yang tidak bercampur, dimana salah satu

cairan terdispersi (fase terdispersi) dalam cairan lainnya (fase kontinu atau

pendispersi) dalam bentuk globul-globul dan distabilkan oleh emulgator atau

bahan pengemulsi. Emulgator adalah suatu bahan yang memiliki bagian hidrofilik

dan lipofilik sehingga menyebabkan fase air dan fase minyak bercampur. Semua

emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir

tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi untuk mencegah terjadinya

koalesensi.

Percobaan ini mengenai pembuatan sediaan emulsi dengan bahan aktif cod

liver oil dengan volume perbotolnya adalah 100 mL dan akan dibuat dalam 4

botol. Sediaan ini mengandung minyak ikan yang kaya akan sumber vitamin A

Page 18: Laporan Tekno Emulsi Fix

dan D. Obat ini akan dibuat dalam bentuk sediaan emulsi dikarenakan bahan aktif

yang digunakan (cod liver oil) praktis tidak larut dalam air, sehingga untuk

memperoleh suatu sediaan yang dapat terdispersi pada fase pendispersinya

diperlukan suatu zat pengemulsi yang biasa disebut dengan emulsifying agent.

Pada percobaan ini dibuat emulsi minyak dalam air (m/a) karena sediaan ini

ditujukan untuk pemakaian oral sehingga dibuat dalam tipe minyak dalam air

(m/a). Selain itu karena bahan aktif yang digunakan yaitu cod liver oil memiliki

bau yang amis sehingga untuk menutupi bau dan rasanya dibuat emulsi minyak

dalam air (m/a) dan minyak dalam butir-butir halus lebih mudah dicerna.

Sedangkan emulsi tipe air dalam minyak biasanya digunakan untuk sediaan yang

digunakan secara topikal.

Bahan pengemulsi yang digunakan adalah golongan koloid hidrofil yaitu

acacia gum. Mekanisme kerja dari emulgator golongan koloid hidrofil adalah

membentuk lapisan film multimolekuler disekeliling globul yang terdispersi.

Lapisan film yang dibentuk bersifat rigid dan kuat. Golongan ini bersifat

mengembang dalam air sehingga dapat meningkatkan viskositas sediaan dan juga

meningkatkan kestabilan emulsi. Acacia gum umumnya digunakan pada sediaan

emulsi minyak dalam air. Fase minyak digunakan adalah cod liver oil atau yang

biasa disebut minyak ikan, minyak ini diperoleh dari hasil samping pengolahan

tepung ikan dan ikan kaleng. Bahan tambahan yang digunakan adalah sukrosa

sebagai pemanis, metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet, BHT

sebagai antioksidan, sunset yellow FCF sebagai pewarna dan aquadest sebagai

pelarut. Alasan penggunaan sukrosa karena sediaan ini ditujukan untuk anak-anak

sehingga dihindari penggunaan pemanis buatan seperti sakarin. Selain itu tidak

digunakan pemanis lain seperti gliserin dikarenakan gliserin memberikan rasa

yang kurang manis sehingga dimungkinkan tidak disukai anak-anak. Penggunaan

metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet karena memiliki rentang pH

yang besar, mempunyai aktivitas antimikroba yang luas, tidak toksik dan tidak

menyebabkan iritasi. Tujuan metil paraben dan propil paraben dikombinasikan

karena pada sediaan tipe emulsi yang memiliki dua atau lebih fase maka pengawet

yang lebih baik yaitu pengawet yang dapat larut dalam setiap fase sehingga dapat

Page 19: Laporan Tekno Emulsi Fix

melindungi kedua fase dari mikroba. Metil paraben dan propil paraben merupakan

pengawet golongan paraben, golongan ini akan efektif apabila semakin panjang

rantai alkil esternya, tetapi semakin panjang rantai esternya maka semakin sukar

kelarutannya dalam air. Metil paraben dan propil paraben merupakan paraben

lemah yang memiliki rantai ester pendek sehingga ketika dikombinasikan maka

akan menambah jumlah rantai ester dan meningkatkan efektivitasnya sebagai

pengawet. Penggunaan BHT sebagai antioksidan dikarenakan BHT larut dalam

minyak sehingga dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi dari cod liver oil yang

dapat menimbulkan ketengikan jika tidak diberikan antioksidan. Sedangkan

penggunaan sunset yellow FCF sebagai pewarna yaitu untuk memperbaiki

penampilan sediaan emulsi agar nantinya dapat disukai oleh anak-anak.

Metode yang digunakan dalam pembuatan emulsi ada dua macam yaitu

metode kontinental atau gom kering dan metode inggris atau gom basah. Namun

pada percobaan ini digunakan metode gom basah. Proses pembuatan emulsi yang

dilakukan adalah menimbang semua bahan, kemudian dikembangkan acacia gum

dengann 2 bagian air hingga terbentuk mucilago, ditambahkan cod liver oil sedikit

demi sedikit dan digerus hingga terbentuk corpus emulsi. Setelah itu ditambahkan

BHT, sukrosa, metil paraben dan propil paraben, sunset yellow FCF yang telah

dilarutkan terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan sisa aquadest hingga 400 mL.

Setelah itu dievaluasi, dituang dalam botol dan dikemas. Fungsi ditambahkan

antioksidan adalah untuk mencegah minyak ikan teroksidasi dimana dapat

menimbulkan ketengikan bila tidak diberi antioksidan. Sedangkan fungsi

penambahan pengawet pada sediaan ini karena mengandung air dalam jumlah

yang besar sehingga mudah ditumbuhi mikroorganisme yang dapat merusak

kestabilan emulsi.

Suatu sediaan emulsi perlu dilakukan kontrol kualitas untuk memastikan

bahwa sediaan yang dibuat telah memenuhi syarat. Dalam percobaan ini kontrol

kualitasnya meliputi organoleptis, penentuan tipe emulsi dan volume

terpindahkan. Evaluasi organoleptis bertujuan untuk menjamin emulsi yang dibuat

tidak mengalami perubahan bau, warna dan fase. Penentuan tipe emulsi bertujuan

untuk mengetahui kesesuaian tipe emulsi yang dibuat dengan tipe emulsi yang

Page 20: Laporan Tekno Emulsi Fix

telah diformulasikan sebelumnya dan melihat kemungkinan terjadinya inversi

fase. Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan metode uji pengenceran. Sedangkan

volume terpindahkan bertujuan untuk menjamin bahwa larutan emulsi yang

dikemas dalam wadah dosis ganda dengan volume yang tertera di etiket tidak

lebih dari 250 ml, jika dipindahkan dari wadahnya akan memberikan volume

sediaan seperti yang tertera pada etiket. Hasil yang diperoleh untuk organoleptis

adalah bentuk larutan emulsi, warna kuning, bau khas minyak ikan dan rasa

manis. Hasil yang diperoleh untuk penentuan tipe emulsi adalah emulsi tipe

minyak dalam air dimana sediaan emulsi yang dibuat larut dalam air. Hasil yang

diperoleh untuk volume terpindahkan adalah volume pertama sebanyak 10 mL

(100%), volume kedua sebanyak 9,8 mL (98%), volume ketiga sebanyak 8,5 mL

(85%) dan volume keempat sebanyak 8,2 mL (82%). Dari hasil yang diperoleh

dapat disimpulkan bahwa sediaan emulsi yang dibuat tidak memenuhi syarat.

Page 21: Laporan Tekno Emulsi Fix

s

BAB VIPENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

sediaan emulsi yang mengandung bahan aktif cod liver oil dan dibuat dengan

metode gom basah menghasilkan bentuk larutan emulsi, warna kuning, bau khas

minyak ikan dan rasanya manis. Selain itu sediaan emulsi yang dibuat merupakan

tipe minyak dalam air dan volume terpindahkan dari sediaan ini tidak memenuhi

syarat yang telah ditetapkan karena kurang dari 100%.

6.2. Saran

Pembuatan sediaan emulsi dengan menggunakan metode gom basah harus

dilakukan dengan baik dan benar. Formulasi dan pemilihan bahan yang tidak tepat

dapat menghasilkan sediaan emulsi yang buruk.

Page 22: Laporan Tekno Emulsi Fix
Page 23: Laporan Tekno Emulsi Fix

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Penerbit UI Press: Jakarta.

British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmacopoeia Volume I. Medicine and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA): London.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Rowe, Raymond. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th. Pharmaceutical Press: Washington.

Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. EGC: Jakarta.