LAPORAN SKILLAB

43
BAB I TINJAUAN PUSTAKA Pekerjaan dokter gigi yang memerlukan posisi khusus dan berbahaya dapat meningkatkan risiko penyakit muskuloskelatal. Namun hal ini dapat diminimalkan dengan memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry. Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai wajah/ muka jam dengan kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone, assistant’s zone, transfer zone dan static zone. Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s zone adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone adalah daerah tempat transfer 1

Transcript of LAPORAN SKILLAB

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Pekerjaan dokter gigi yang memerlukan posisi khusus dan berbahaya dapat

meningkatkan risiko penyakit muskuloskelatal. Namun hal ini dapat diminimalkan

dengan memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep

ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi

kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry.

Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan 4

tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep Four

Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang

disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai

wajah/ muka jam dengan kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di

belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone,

assistant’s zone, transfer zone dan static zone.

Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s zone

adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone adalah daerah

tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan tangan asisten. Instrumen

diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada pasien. Jangan memberikan alat di

atas mata pasien. Sedangkan static zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi

maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan

meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta

peralatan yang dapat membuat takut pasien.

A. Posisi kerja dalam Four Handed Dentostry

1. Pengertian Posisi kerja dalam Four Handed Dentistry

Posisi kerja operator dan asisten berdasarkan arah jarum jam baik

dalam keadaan duduk maupun berdiri.

2. Pembagian zona kerja

Ada 4 zona pada posisi kerja berdasarkan arah jarum jam:

1

1. Zona operator berada pada posisi arah jarum jam 7-12

2. Zona asisten berada pada posisi arah jarum jam 2-4

3. Zona statis (untuk instrumen dan bahan) berada pada posisi

arah jarum jam 12-2

4. Zona transfer berada pada posisi arah jarum jam 4-7

3. Posisi kerja sesuai arah jarum jam

3.1 Posisi kerja jam pada perawatan Exodontia

3.1.1 Posisi kerja jam pada perawatan Rahang Atas kanan

` Posisi operator yang nyaman pada jam 10, asisten pada jam 3,

sedangkan meja instrumen pada jam 2. Kepala pasien menoleh ke

kiri, jari telunjuk tangan kanan fixasi pada permukaan bukal Molar

1 Rahang Atas, kaca mulut posisi di dekat I1 atau I2 Rahang

Bawah. Bisa juga melakukan penambalan dengan posisi operator di

jam 11/12 dengan cara merangkul pasien/dibelakang pasien. Posisi

asisten dan meja instrumen menyesuaikan.

a. Posisi jam pada perawatan RA Kiri

Posisi operator di jam 9/10, kepala pasien menoleh menghadap

operator, kaca mulut agak jauh dari bagian oklusal gigi RA kiri,

dekat dengan bibir bawah. Daerah proksimal dan gingival akan

mudah terlihat. Fixasi jari pada gigi Molar 1, juga berfungsi untuk

membuka mukosa pipi dan bibir.

b. Posisi jam pada perawatan Rahang Bawah Kiri

Posisi operator di jam 9, kepala pasien menghadap kea rah

operator. Kaca mulut dekat dengan molar RB. Tangan operator

menyilang, tangan kiri yang memegang kaca mulut terletak

dibawah tangan kanan yang memegang instrument lain. Asistan

duduk di jam 3 dan meja instrument di jam 2. Sinar lampu

2

direfleksikan lewat kaca mulut.

c. Posisi jam pada Perawatan Rahang Bawah Kanan

Posisi operator yang nyaman adalah di jam 9. Sebaiknya pasien

tidak dalam posisi “supine” tetapi membentuk sudut 450 , kepala

pasien menghadap kearah operator, rahang pasien sejajar siku

operator. Fixasi dilakukan pada permukaan bukal gigi molar dengan

bantuan mirror dan gigi lain yang dekat dengan handpiece.

d. Posisi jam pada Perawatan Anterior RB dan RA

Biasanya posisi operator di jam 8. Bekerja dengan bantuan

operator terutama pada bagian lingual dan palatinal. Tetapi untuk

perawatan pada sebelah labial, pandangan langsung dengan mata,

kaca mulut digunakan untuk membuka mukosa labial

Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah:

Area Operator (Operator’s zone) : Jam 7 – 12 (Aktivitas Operator)

3

Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 2 – 4 (Aktivitas Asisten)

Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 – 7 (Instrumen diberikan)

Area Statis (Static zone) : Jam 12 – 2

Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:

Area Operator (Operator’s zone) : Jam 12 – 5 (Aktivitas Operator)

Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 8 – 10 (Aktivitas Asisten)

Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 – 8 (Instrumen diberikan)

Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12

2. Prosedur Penegakkan Diagnosa di Klinik

Diagnosis dalam kedokteran gigi merupakan suatu tindakan untuk menentukan

adanya penyakit yang berhubungan dengan gigi dan jaringan penyangganya.

Sedangkan gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis

klinis dan didefinisiskan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan

keadaan sakit yang normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai

berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien

kepada dokter; gejala objektif adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui

berbagai uji/tes. ( Louis I. Grossman, 1995 )

Sebelum menegakkan diagnosa, catat identitas pasien terlebih dahulu, meliputi :

nama, jenis kelamin, umur, alamat , pekerjaan dan elemen yang akan diperiksa

Cara Menegakan diagnosa

Tahap-tahap menegakan diagnosis:

Tentukan keluhan utama

Tentukan informasi penting yang berkaitan dengan riwayat medis dan

riwayat kesehatan pasien

Lakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan radiografis secara teliti

Lakukan analisis data yang diperoleh

Formulasikan diagnosis dan rencana perawatan dengan tepat

Pemeriksaan Subjektf

4

a. Keluhan utama/ anamnesa

Merupakan inforasi pertama yang diperoleh, berupa gejala atau

masalah yang diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang berkaitan

dengan kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang mencari

perawatan. Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai dengan

bahasa penderita , meliputi:

Tujuan penderita datang

Lokasi gigi yang dikeluhkan

Kapan pertama kali timbul rasa sakit

Bentuk rasa sakit

Berapa lama rasa sakit terasa

Penyebab rasa sakit (spontan, rangsangan, trauma)

Daerah yang terliat (loka/ setempat, menjalar )

Ada tidaknya pembengkakan

Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit ( obat, kumur air dingin)

Dari anamnesa ini sangat menunjang dalam menentukan diagnosa dan

patofisiologis ( proses perjalanan suatu penyakit)

b. Riwayat medis

Riwayat medis menyediakan informasi mengenai kerentanan dan

reaksi pasien terhadap infeksi, hala-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang

telah diberikan, dan status emosionalnya. Riwayat medis tidak dimaksudkan

sebagai pemeriksaan klinis lengkap, cukup formulir pemeriksaan secara

singkat yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah diderita, serta

pemedahan yang perbah dialami. Jika ditemukan penyakit fisik atau

psikologis yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang mungkin

mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan pemeriksaan lebih lanjut dan

dikonsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.

Keadaaan medis yang kontraindikasi bagi perawatan saluran akar

iridasi jaringan rongga mulut atau penyakit yang mengganggu system imun

5

pasien seperti AIDS. Daerah kepeduliaan lain yang mungkin memerlukan

perawatan khusus adalah meningkatnya insidens alergi terhadap lateks, terapi

pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostatis tertunda, kondisi

jamtung tertentu, dan penggantian sendi.

c. Riwayat dental

Merupakan ringkasa dari penyakit dental yang pernh dan sedang

diderita. Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula penyakit-

penyakit gigi yang pernah dialami oleh pasie pada masa lalu serta petunjuk

mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menjelaskan sejumlah

temuan klinis yang tidak jelas.

d. Perawatan yangg pernah dilakukan sebelumnya

Tanyakan pada penderita perawatan sebelumnya di bidang kedokteran

gigi, jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan

operator terdahulu kepadanya

e. Alergi

Alergi bahan kedokteran gigi dan obat yang terkait dengan

penggunaan bahan dan obat dalam perawatan bidang kedokteran gigi yang

akan dilkukan.

Pemeriksaan Objektif

- Pemeriksaan ekstra oral

penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan,

perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus,

pembengkakan kelenjar limfe.

- Pemeriksaan intra oral

Meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi.

Tes klinis

a. Pemeriksaan visual dan taktil

Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang

cermat mengandalakan pemeriksaan “three Cs”: color, contour, dan

6

consistency. Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer dan

prob (probe) periodontal.

b. Pemeriksaan fraktur, abrasi, atrisi

c. Pemeriksaan karies

1. Iritasi Pulpa

2. Hiperemia pulpa

3. Gangrene pulpa

4. Gangrene radiks

5. Resorpsi fisiologis

d. Tes perkusi

e. Tes palpasi

f. Tes mobilitas-depersibilitas

Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling

gigi. Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi atau

sebaliknya Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah

vertical. Caranya dengan bantuan jari atau instrumen

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan:

1. Mobiliti derajat 1 à adanya pergerakan ringan pd gigi dg soketnya

2. Mobiliti derajat 2 à gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1 mm

3. Mobiliti derajat 3 à gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm

atau gigi dapat ditekan (Perawatan endodontik tidak boleh

dilakukan pada gigi derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat

terlebih dahulu, cth abses apikalis akut)

g. Tes vitalitas

Stimulasi dentin langsung : dengan menggoreskan sonde pada dentin

yang terbuka. Karies disonde sampai dalam shg mencapai dentin yang

tidak karies. Jika timbul sensasi tajam dan tiba-tiba berarti pulpanya

berisi jaringan vital

Tes Termal

7

o Tes dingin : pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut

tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal.

Tes dingin dilakukan dg cara etil klorida yang disemprotkan

pada butiran kapas, atau pecahan es yang dimasukkan ke dalam

kavitas.

o Dapat juga digunakan salju karbondioksida (coz temperatur -78

derajat C à mampu menembus restorasi penuh pada gigi untuk

mendapatkan respon dari jaringan gigi yang terdapat

dibawahnya.

o Tes panas : rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di

tmp lain. Tes panas dilkkn dg menngunakan gutapercha yang

dipanaskan dan dimasukkan ke dalam kavitas atau kapas yang

dibasahi air panas lalu dimasukkan ke dalam kavitas, atau

dengan instrumen panas

Kemungkinan respon dari tes termal :

1. Tidak ada respon

gigi non vital atau vital tp false respon.

- respon negatif palsu : metamorfosis kalsium pd pulpa, mengenai gigi

tetangga, apeks imature, trauma, premedikasi pd pasien

- respon positif palsu : mengenai gingiva

2. Respon rasa sakit ringan – sedang è normal

3. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang dg cepat jk stimulus

disingkirkan dr gigi è reversible pulpitis

4. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang sec lambat jk stimulus

disingkirkan dr gigi è irreversible pulpitis

- Tes Kavitas

8

Untuk menentukan vitalitas pulpa, dilakukan bila tes termal hasilnya

meragukan dan belum pervorasi. Dilakukan dg mengebur sampai pertemuan

enamel-dentin dg kecepatan rendah è tanpa air pendingin è sensitivitas

nyeri mrp indikasi vitalitas pulpa.

Merupakam alternatif terakhir metode penegakkan diagnosa

Sering mengakibatkan kesalahan iatrogenik

- Tes jarum miller

Dilakukan bila kavitas sudah pervorasi pulpa, merupakan kelanjutan

dari tes kavitas. Bila gigi sudah karies profunda perforasi tes vitalitas yang

dilakukan adalah tes jarum miller. Dengan cara memasukkan miller kedalam

kavitas, bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan sampai panjang rata- rata

gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang foto

rontrgen

- Pengujian pulpa dengan elektrik.

Lebih cermat dalam menentukan vitalitas gigi

Tujuan è menstimulasi respon pulpa dengan menggunakan arus listrik yang

makin meningkat pada gigi.

(+) è bila ada respon è artinya masih vital

(-) è bila tidak ada respon è artinya gigi non vital

Pemeriksaan penunjang

- Radiografi

Radiograf berisi informasi mengenai adanya karies yang dpt

melibatkan pulpa .Radiografi tidak dapat menentukan apakah pulpa itu vital

atau tidak, tetapi daapt mendeteksi perubahan2 yg mungkin terjadi pada

perubahan degeneratif pulpa, lesi karies yg meluas, restorasi yang dalam dan

meluas, tanduk pulpa, pulpotomi, pulp stones, kalsifikasi saluran akar yang

meluas, resorbsi akar, radiolusensi area apeks, fraktur akar, menipisnya

ligamen periodonsium, melihat kedalam masuknya miller dan adanya lesi

periapikal.

9

3.3 Kunjungan Pertama Anak Ke Dokter Gigi

Perilaku anak pada saat pengelolaan perawatan gigi setiap usia itu

berbeda-beda. Sedangkan masalah yang dialami anak yang berhubungan

dengan masalah gigi bisa terjadi pada anak mulai usia 15 bulan. Dan setiap

anak memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda. Pasien anak

memerlukan pendekatan yang khusus dan berbeda dengan orang dewasa,

karena sedang paseien anak masih dalam proses perkembangan jiwa dan

diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dirawat dengan baik terutama

untuk anak yang kurang kooperatif. Kunci keberhasilan dokter gigi dan perawat

gigi dalam menanggulangi pasien anak adalah kemampuanyya untuk

berkomunikasi dengan mereka dan menanamkan kepercayaan diri pada anak

tersebut. Cara pendekatan anak yang digunakan oleh dikter gigi atau perawat

gigi adalah

a. Komunikasi

Berkomunikasi dengan anak merupakan kunci utama untuk

penanggulangan perilaku anak, untuk mengurangi rasa takut perlu

dipakai bahasa yang dapat dimengerti anak.

b. Modeling

Modeling meruapakn suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara

langsung maupun secara tidak langsung dalam interaksinya dalam

lingkungan sosial.

c. Home (Hand Over Mouth Exercise)

Metode ini bertujuan untuk :

Mencegah respon menolak terhadap perawatan gigi.

Menyadarkan anak bahwa yang mencemaskan anak

sebenarnya tidak begitu menakutkan seperti yang dibayangkan.

Mendapatkan perhatian anak agar diamendengar apa yang

dikatakan dokter dan menerima perawatan.

10

d. Reinforcement

Pada umumnya anak akan senang apabila prestasi yang telah

ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan

keberanian anak dan dipertahankan untuk perawatan ikemudian hari.

e. Sedasi

Sedasi berarti menghilangkan rasa cemas. Oleh karena itu

penggunaan lokal anastesi wajar diperlukan, tetapi biasanya tidak

menimbulkan masalah bila pasien sudah diberi penenang. Walaupun

demikian, sedasi dengan menggunakan nitrous oxide dapat

menyebabkan analgesik terhadap sedasi. Sedasi dapat diberikan secara

oral. Intra vena, inra muscular dan inhalsi.

TRIAD OF CONCERN

Dalam penanggulangan tingkah laku anak ada tiga komponen yang harus

dipertimbangkan yakni pasien anak, orang tua dan dokter gigi.

Orang Tua

Peranan orang tua ,erupakan salah satu faktor dalm keberhasilan

perawatan pasien anak oleh karena sikap orang tua akan mempengaruhi

tingkah laku anak. Pendekatan dengan orang tua dapat dilakukan dengan

cara memberikan nasehat ( counseling ) yaitu perawatan gigi yang harus

diperhatikan, kapan dimulai dan pengaruh lingkungan dimana hal ini

dapat disebarkan melalui berbagai media massa atau secara individu.

Doketr Gigi

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter gigi yaitu :

a. Kepribadian dokter gigi

Dalam merawat pasien anak, dokter gigi harus mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang psikologi anak agar dapat mengatasi

anak tanpa menimbulkan trauma psikologi pada anak tertentu.

11

b. Waktu dan lamanya kunjungan

Harus diusahakan untuk tidak membuat si anak di kursi gigi lebih

lama dari setengah jam. Oleh karena dapat menyebabkan si anak

bosan dan menangis. Waktu kunjungan yang baik itu adalah waktu

dimana anak dalam keadaan santai atau waktu bermain. Jangan waktu

anak pada anak berada di fase lelah.

c. Keterampilan dokter gigi

Seorang dokter gigi harus mampu melaksanakan tugasnya dengan

termapil dan sedikit tidak menimbulkan rasa sakit. Harus dapat

melakukan tindakan operatif, cara yang sederhana dan mudah.

d. Susunan ruang praktek gigi

Karena adanya rasa takut sewaktu pasien anak memasuki ruang

praktek maka untuk mengurangu rasa takut ini adalah dengan

membuat suasana ruang tunggu seperti suasana rumah. Kamar praktek

dapat dibuat lebih menarik dengan menggantungkan gambar-gamabr

dinding yang bersifat sugestif atau memberikan kesan santai

BAB II

PEMBAHASAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama penderita : An. Moh. Iqbal Ramadhani (Rama)

12

Tanggal lahir/umur : 9 Mei 2008/ 6 tahun

Alamat : Perum Istana Tidar 64/7 Jember

Telepon : -

Jenis kelamin : Laki-laki

Orang tua/ pengantar : Yusron Haries

Dokter : drg. Dyah Setyorini, M.Kes

Mahasiswa : Kelompok Tutorial 2

Dikirim oleh : -

Dikirim ke : -

Jika dilihat dari usia pasien yaitu 6 tahun, maka dalam hal ini pasien dalam

masa perkembangan gigi permanen dan lepasnya gigi sulung. Sebagian gigi

permanen sudah terlihat erupsi dan sebagian lagi masih tertanam dalam tulang

alveolar, sedangkan gigi sulung sebagian terlihat telah tanggal dan siap digantikan

oleh gigi permanen dibawahnya, tetapi ada juga gigi sulung yang belum tanggal.

Ditinjau dari tempat tinggalnya, pasien termasuk ke dalam lingkungan sosial yang

cukup baik. Di usia pasien yang masih tergolong anak-anak, prevalensi untuk

terjadinya karies cukup tinggi, hal ini dikarenakan pasien masih suka makan permen,

kue kering atau basah dan makan di waktu tidur, sehingga kondisi asam di rongga

mulut tidak bisa terkendali dengan baik, dan didukung dengan kurangnya kesadaran

untuk menggosok gigi minimal dua kali sehari, disini diketahui bahwa pasien hanya

menggosok gigi sekali dalam sehari.

B. CATATAN MEDIS

Pemeriksaan yang pertama yang kami lakukan adalah pemeriksaan catatan

medis, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien dan orangtua

pasien, hal ini dimaksudkan agar pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan bisa

terjawab dengan baik, karena mengingat usia pasien yang masih tergolong anak kecil,

dikhawatirkan pasien tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan dengan baik. Hasil

dari pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apakah anak ini sedang menerima perawatan medis

13

Untuk menegakkan diagnose sebelum melakukan rencana perawatan

dilakukan pengisisan terlebih dahulu beberapa kolom dalam catatan medis. Yang

pertama yaitu, apakah pasien sedang menerima perawatan medis. Yang dimaksud

dengan perawatan medis ini adalah pasien sedang dalam control dokter lain atau tim

medis lain yang menandakan bahwa si pasien mempunyai keluhan atau penyakit lain

yang harus kita perhatikan sebagai pertimbangan untuk melakukan perawatan. Lebih

baik pertanyaan-pertanyaan ini ditanyakan pada orang tua pasien agar mendapatkan

jawaban secara akurat. Pasien atas nama An.Rama, tidak sedang menerima perawatan

medis. Setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan yang kedua dan ketiga yaitu kapan

kunjungan terakhir pada dokternya dan apa tujuannya.

2. Penyakit- penyakit sebelumnya

Selain itu, ditanyakan pula kepada orang tua pasien bahwa apakah pasien

memiliki penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita. Yang pertama yaitu

penyakit jantung, untuk menanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit ini

dapat ditanyakan cirri-cirinya seperti apakah pasien pernah merasakan nyeri di dada,

keringat berlebih, atau nafas pendek, dll. Yang kedua yaitu alergi, apakah pasien

mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu, sehingga dokter bisa

memperkirakan obat-obatan apa yang harus dihindari. Yang ketiga yaitu penyakit

measles. Measles ini adalah penyakit campak yang dicirikan dengan munculnya

bintik-bintik merah pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh dan agak sedikit

gatal. Yang keempat adalah nephritis, penyakit ini ditandai dengan adanya darah

dalam urin yang disertai nyeri pinggang , mata kuning dll. Yang kelima adalah

diabetes, untuk mengetahui pasien menderita diabetes bisa ditanyakan berat badan

dan tinggi pasien dan dilakukan penghitungan berat badan ideal. Ditanyakan pula

apakah pasien senang makan-makanan manis dengan cirri-ciri penderita DM seperti

poliuri, polidipsi ataupun polifagia. Yang keenam adalah celiac (diarrheae), pasien

yang menderita penyakit ini ditandai dengan diare kronis yang berlangsung selama 3

minggu atau lebih sampai mempengaruhi berat badan pasien. Yang ketujuh yaitu

gangguan perdarahan, penyakit ini banyak macamnya seperti hemophilia,

14

trombositopenia, dll. Hal ini perlu ditanyakan karena mempengaruhi perawatan yang

nantinya akan dilakukan.

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada anak Mohammad Iqbal

Ramadhani tidak pernah menderita cacar air, rheumatic fever, asthma, epilepsy,

gangguan endokrin dan lain-lain.

3. Temperatur

Mengetahui temperature suhu badan bertujuan untuk mengetahui suhu badan

panas dan untuk mengetahui adanya kelainan pada tubuh dipergunakan sebagai salah

satu penyokong dalam membantu menentukan diagnosa. Berdasarkan pemeriksaan

yang telah dilakukan temperatur suhu badan anak normal pada saat dilakukan

diagnose.

4. Nafsu makan

Nafsu makan anak yaitu 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Nafsu

makan berhubungan dengan intake nutrisi pada pasien dan akan mempengaruhi

pertumbuhan giginya. Apakah lambat atau cepat.

5. Makan kue-kue kering/ basah

Salah satu pemeriksaan subjektif pada kartu status klinik pedodonsia yaitu

menanyakan kepada anak (sebagai pasien) ataupun orang tua anak tentang pola

makan anak tersebut. Hal ini penting untuk operator / dokter gigi dalam menentukan

diagnosa suatu kelainan didalam rongga mulut anak tersebut. Seperti kesukaan anak

dalam makan permen, makan kue-kue basah ataupun kering, dan kebiasaan makan

waktu tidur. Hal ini dikaitkan dengan peranan makanan tersebut mengandung

karbohidrat berlebih dan berada lama didalam rongga mulut pasien sehingga bisa

menyebabkan tingginya faktor resiko anak tersebut menderita karies gigi. Dari hasil

pemeriksaan didapatkan anak tersebut suka makan permen, makan kue-kue

basah/kering

6. Makan waktu tidur

15

Suka makan waktu tidur. Dari hasil ini kita bisa mengindikasikan bahwa oral

higine anak tersebut kurang baik.

7. Bentuk muka

Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan objektif bentuk muka. Asimetris

wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis misalnya

kebiasaan tidur anak sehingga meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen.

Asimetris wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus,

paralise saraf kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain

itu asimetris wajah patologis pada anak–anak sering juga disebabkan karenainfeksi

atau trauma. Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui untuk

menentukan diagnosa dan etiologi. Pada pemeriksaan yang kami laksanakan wajah

anak adalah simetris.

8. Kebiasaan-kebiasaan

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan objektif maupun subjektif

tentang oral habit anak. Seperti kebiasaan menggunakan tangan atau lengan sebagai

bantal, bernafas melalui mulut, maupun kebiasaan jelek menggigit bibir, kuku, dan

pipi. Kebiasaan buruk ini dapat menyebabkan gangguan dalam pola perkembangan

dentofasial serta dapat menyebabkan tekanan abnormal pada struktur dentofasial yang

menyebabkan malformasi pada struktur dan hubungan interstruktural. Pada hasil

pemeriksaan yang kami lakukan didapatkan hasil 0 atau anak tersebut tidak memiliki

oral habit.

Kesalahan yang terjadi saat pemeriksaan yang kita alami adalah anak tersebut

tidak didampingi orang tuanya sehingga kita sedikit kesulitan dalam berkomunikasi

dengan anak tersebut serta karena terlalu banyaknya operator yang memeriksa

membuat anak tersebut sedikit ketakutan dan menjawab pertanyaan yang kita ajukan

dengan ragu-ragu serta setiap operator mmiliki pendapatnya masing-masing sehingga

terjadi perdebatan pendapat.

9. Apakah pernah mengunjungi dokter gigi

16

Operator menanyakan kepada orangtua apakah pasien pernah mengunjungi

dokter gigi sebelumnya. Pertanyaan ini diajukan karena berhubungan dengan rencana

perawatan yang akan diberikan. Umumnya pasien yang belum pernah ke dokter gigi

akan merasa takut, sedangkan yang sudah pernah tidak merasa takut. Hal ini juga

berhubungan dengan perlakuan operator terhadap pasien yang merasa takut tersebut.

10. Apakah pernah dirawat di rumah sakit

Operator menanyakan kepada orangtua apakah pasien pernah dirawat dirumah

sakit sebelumnya. Jika pernah kapan terakhir pasien dirawat dirumah sakit. Hal ini

ditanyakan karena berhubungan dengan adakah penyakit sistemik yang diderita

pasien dan rencana perawatan yang akan dilakukan oleh operator.

11. Co-operative

Co-operative adalah pasien bisa diajak kerjasama dengan operator. Pasien co-

operative berhubungan dengan tingkat kesulitan operator memeriksa pasien. Semakin

cooperative pasien maka semakin mudah operator dalam memeriksa. Selain itu,

pasien akan menjawab segala pertanyaan operator dengan jujur, dan menunjukkan

sikap penerimaan terhadap operator yang bersangkutan saat diwawancara. Dan juga

bersedia untuk diperiksa, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang

lainnya.

C. PEMERIKSAAN RONGGA MULUT

1. Keadaan jaringan lunak

Berdasarkan pemeriksaan intra oral pada jaringan lunak rongga mulut, di

dapat hasil yang normal. Pada bibir dan mukosa lunak tidak ditemukan adanya

kelainan atau dalam kondisi normal. Pada gingiva juga tidak terjadi gingivitis karena

gingiva terlihat normal, baik warna; bentuk dan konsistensinya. Retraksi gingival

normal begitu juga dengan pemeriksaan lidah, dimana pada lidah tidak terdapat

candidiasis ataupun kelaianan lainnya.

2. Hygiene mulut baik/sedang/kurang

17

Penilaian oral hygiene pasien dinyatakan berdasarkan skala OHI-S (Oral

Hygiene Index Simplified) dari Green dan Vermillion. Kriteria penilaiannya adalah

0,0 – 1,2 (Good/Baik), 1,3 – 3,0 (Moderate/Sedang), 3,1 – 6,0 (Poor/Jelek). Hasilnya

diperoleh engan cara menjumlahkan Debris Index dan Calkulus Index ( OHI-S = DI +

CI). Pada pemeriksaan ini diperoleh hygiene mulut pasien adalah kategori sedang.

Berdasarkan pernyataan pasien diketahui bahwa pasien hanya menggosok gigi sekali

sehari.

3. Oklusi

3.1 Garis Median Normal : ( + )

Pemeriksaan garis median pada pasien yaitu didapati garis median gigi

normal.

3.2 Gigi muka protrusi / Berdesakan : ( 0 )

Pada pasien anak-anak ini, tidak ada kelainan gigi protrusi ataupun gigi

berdesakan.

3.3 Class I : ( - )

3.4 Class II : ( - )

3.5 Class III : ( - )

3.6 Gigitan silang : ( - )

3.7 Gigitan terbuka : ( - )

3.8 Gigitan dalam : ( - )

Untuk pemeriksaan 3.3 sampai dengan 3.8, kelompok kami tidak melakukan

pemeriksaan terhadap pasien tersebut.

4. X-Ray Foto

Pemeriksaan radiologi ini dilakukan pada gigi anterior rahang bawah. Pada hasil x-

ray foto, didapatkan gigi geminasi pada gigi 32.

5. Perawatan-Perawatan Gigi Sebelumnya

Pasien anak-anak ini tidak memiliki riwayat adanya perawatan-perawatan gigi

sebelumnya.

18

KEADAAN GIGI

UE E UE PE UE E UE

UE E UE E E UE E UE

Ket : = gigi sisa akar

= karies media / karies profunda

= gigi hilang

= karies superfisialis

Pemeriksaan keadaan gigi pada pasien dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui bagaimana kondisi gigi pasien untuk menentukan rencana perawatan

yang akan diberikan. Pada pemeriksaan keadaan gigi ini kita harus mengetahui

bagian gigi mana yang mengalami karies atau keluhan lain, gigi mana yang masih

tergolong gigi sulung atau apakah sudah ada yang tanggal ataupun tanggal prematur.

Pemeriksaan ini menggunakan kaca mulut sehingga kita dapat mengetahui bagaimana

19

kondisi di dalam rongga mulut pasien yang tidak mungkin terlihat jelas secara

langsung.

1. Rahang atas:

a. Kanan

- Gigi 51 telah tanggal dan gigi penggantinya 11 sudah mulai terlihat namun

hanya sebagian saja/parsial erupsi (PE). karena erupsi gigi insisiv sentral

normalnya adalah 7-9 tahun sedangkan pasien masih berumur 6 tahun.

- Gigi 52 juga sudah tanggal. Gigi 52 ini mengalami tanggal prematur, karena

normalnya gigi sulung insisivus kedua atas tanggal pada usia 8-9 tahun yang

kemudian akan digantikan oleh gigi 21. Hal ini terjadi mungkin bisa

disebabkan oleh gigi penggantinya yang berukuran lebih besar sehingga

membutuhkan space akibatnya gigi sebelahnya menjadi tanggal.

- Gigi 53 masih ada, karena gigi 53 akan tanggal pada usia 10-12 tahun, jadi

gigi penggantinya (13) masih un erupted.

- Pada gigi 54 juga masih dapat kita lihat sebab gigi tersebut akan tanggal pada

usia 9-11 tahun. gigi penggantinya 14 belum tumbuh karena akan erupsi pada

usia 10-11 tahun. Akan tetapi, gigi 54 mengalami karies yang kecil pada

oklusalnya. Karies pada gigi 54 termasuk pada karies kelas 1 dimana karies

tersebut hanya mengenai pada oklusalnya saja.

- Gigi 55 masih ada, karena gigi 55 akan tanggal pada usia 10-12 tahun dan gigi

penggantinya 15 belum tumbuh karena akan erupsi pada usia 10-12 tahun.

- Gigi 16 sudah mengalami erupsi, karena gigi 16 erupsi pada usia 6-7 tahun.

Kondisi gigi 16 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.

Pada regio kanan gigi rahang atas, semua gigi tidak mengalami kelainan

kecuali pada gigi 54 dimana pada gigi tersebut terdapat karies kelas I.

b. Kiri

20

- Gigi 61 telah tanggal dan gigi penggantinya 21 sudah mulai terlihat namun

hanya sebagian saja/parsial erupsi (PE). Sebab erupsi gigi insisiv sentral

normalnya adalah 7-9 tahun sedangkan pasien masih berumur 6 tahun.

- Gigi 62 juga sudah tanggal. Gigi 62 tanggal prematur, karena normalnya gigi

insisivus sulung kedua baru tanggal pada umur 8-9 tahun, sedangkan pasien

masih berumur 6 tahun, namun gigi insisivus kedua sudah tanggal.

- Pada gigi 63 masih ada sebab gigi 63 akan tanggal pada usia 10-12 tahun, jadi

gigi penggantinya 13 masih belum erupsi/un erupted.

- Pada gigi 64 juga masih dapat kita lihat sebab gigi tersebut akan tanggal pada

usia 9-11 tahun. Namun, gigi penggantinya masih belum erupsi sebab gigi 24

akan erupsi pada usia 10-11 tahun. Gambaran klinis menunjukkan gigi

tersebut mengalami karies yang sangat besar sampai mengenai lebih dari

setengah dentin.

- Gigi 65 juga masih ada, dimana dia akan tanggal pada usia 10-12 tahun.

Namun gigi penggantinya 25 belum erupsi (erupsi usia 10-12 tahun). Gigi 65

juga mengalami karies seperti gigi 64 namun merupakan karies kecil pada

pitnya. Dimana karies tersebut termasuk dalam karies kelas I yang hanya

mengenai pit dan fisure saja.

- Gigi 26 sudah mengalami erupsi, karena gigi 26 erupsi pada usia 6-7 tahun.

Kondisi gigi 26 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.

Pada regio sebelah kiri gigi rahang atas, gigi yang mengalami masalah adalah

pada gigi 64 dimana pada gigi tersebut terdapat karies yang cukup besar mengenai

lebih dari setengah dentin dan gigi 65 terdapat karies kelas I.

2. Rahang Bawah

a. Kiri

- Pada gigi 71 telah tanggal dan gigi penggantinya 31 sudah erupsi sebab gigi

tersebut akan mengalami erupsi pada usia 6-7 tahun.

21

- Pada gigi 72 juga sudah tanggal, sedangkan gigi penggantinya yaitu 32 belum

terlihat (UE). Karena normalnya gigi 32 erupsi pada umur 7-8 tahun.

Sedangkan umur pasien masih 6 tahun.

- Pada gigi 73 masih belum tanggal dan gigi pengganti 33 belum erupsi dimana

normalnya erupsi umur 9-10 tahun.

- Pada gigi 74 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 74 tanggal

pada umur 9-10 tahun. Gigi pengganti 34 belum erupsi karena baru akan

mulai erupsi pada umur 10-12 tahun. Gigi 74 mengalami karies yang kecil

pada bagian distalnya. Dimana karies ini termasuk karies kelas II yang terjadi

pada aproksimal gigi posterior.

- Gigi 75 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 75 tanggal pada

umur 10-12 tahun. Gigi pengganti 35 belum erupsi karena baru akan mulai

erupsi pada umur 11-12 tahun. Gigi 75 ini juga mengalami karies seperti gigi

64 namun kariesnya hanya kecil pada pitnya (karies kelas I).

- Gigi 36 sudah mengalami erupsi, karena gigi 36 erupsi pada usia 6-7 tahun.

Kondisi gigi 36 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.

Pada regio sebelah kiri gigi rahang bawah, gigi yang mengalami masalah

adalah pada gigi 74 dimana pada gigi tersebut terdapat karies kelas II dan gigi 75

terdapat karies kelas I

b. Kanan

- Pada gigi 81 telah tanggal dan gigi penggantinya 41 sudah mengalami erupsi

penuh sama seperti regio sebelah kiri RB waktu erupsinya sama yaitu pada

usia 6-7 tahun

- Pada gigi 82 masih belum tanggal meskipun gigi I2 pada regio kiri RB dan

RA regio kiri dan kanan sudah tanggal. Sebab I2 tanggal pada usia 7 tahun

sehingga gigi 82 tidak mengalami kelainan.

22

- Pada gigi 83 masih belum tanggal dikarenakan tanggal normalnya pada usia

10-12 tahun dan terdapat karies pada servikalnya (karies kelas V).

- Pada gigi 84 masih belum tanggal. Namun, gigi penggantinya masih belum

erupsi, karena gigi 44 akan erupsi pada usia 10-12 tahun. Akan tetapi, gigi 84

mengalami karies yang kecil pada pitnya (kelas I)

- Pada gigi 85 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 85 tanggal

pada umur 10-12 tahun. Gigi pengganti 45 belum erupsi karena baru akan

mulai erupsi pada umur 11-12 tahun. Gigi 85 ini juga mengalami karies yaitu

dimana dia hanya tedapat sisa akarnya saja.

Pada regio sebelah kiri gigi rahang bawah, gigi yang mengalami masalah

adalah pada gigi 83 terdapat karies kelas V, gigi 84 terdapat karies kelas I dan gigi

85 juga mengalami karies namun hanya masih tersisa sisa akarnya saja.

Pada gambar di bawah ini kita dapat mengetahui kapan waktu tanggal pada

gigi sulung (primary teeeth) dan juga waktu erupsi pada gigi sulung dan permanen

secara normal. Sehingga kita dapat mengetahui gigi pasien yang mengalami kelainan

atau tidak.

23

Penghitungan DMF-T dan def-t

Perlu diketahui bahwa mengukur indeks kesehatan gigi biasnya menggunakan

DMF-T untuk gigi permanen dan def-t utuk gigi susu. DMF digunakan untuk

menghitung indeks karies yang terjadi pada gigi permanen. D/d( Decay ) adalah

karies yang tidak dirawat, dan indikasi tumpatan. M/e ( Missing) adalah gigi hilang

akibat karies, karies yang sudah tidak bisa ditumpat dan dipertahankan atau indikasi

ekstraksi, sedangkan F/f ( Filling) adalah untuk gigi yang telah direstorasi.

Indeks DMF-T dan def-t ini bertujuan untuk mengetahui status karies gigi

permanen maupun susu, Perencanaan upaya promotif dan preventive serta kebutuhan

perawatan, Pengembangan status pengalaman karies individu, dan membandingkan

status pengalaman karies gigi antar daerah serta sebelum dan sesudah program

berjalan.

Dari hasil pemeriksaan kelompok kami maka diperoleh hasil bahwa untuk

gigi permanen DMF-T = 0 , sedangkan def-t = 8. Jadi dapat diketahui bahwa tingkat

kesehatan gigi sulung sangat rendah karena banyak yang mengalami karies sehingga

masih membutuhkan rencana perawatan selanjutnya untuk gigi sulung tersebut,

sedangkan pada gigi permanen masih bagus tidak terjadi karies sehingga tinggal

diberikan DHE untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan mulut pasien.

24

6. Keluhan Gigi

Pada step keluhan gigi ini berisi keluhan pasien saat ini dan mengapa pasien

datang kedokter gigi. Pada pasien ini, dia hanya ingin memeriksakan keadaan rongga

mulutnya saja tanpa adanya keluhan sakit ataupun bengkak pada rongga mulutnya.

7. Kelenjar Submandibula dan Tonsil

Pada step ini pemeriksaan kelenjar submandibula maupun tonsil dilakukan

sebagai penunjang pemeriksaan apakah ada kelainan atau pembengkakan didalam

maupun diluar rongga mulut. Cara pemeriksaan ini bisa dengan posisi operator

berada di depan maupun di belakang pasien. Kemudian pasien disuruh menengadah

dan operator segera menekan kelenjar submandibula apakah ada rasa sakit atau

pembengkakan. Sedangkan pada pemeriksaan tonsil bisa dilakukan dengan cara

dilihat serta ditekan menggunakan kaca mulut. Jika ada suatu kemerahan atau rasa

sakit saat ditekan berarti ada suatu kelainan. Pada pasien ini tidak ditemukan suatu

pembengkakan ataupun kemerahan baik pada kelenjar submandibula maupun pada

tonsilnya. Ini menandakan pasien dalam keadaan normal.

Gambar 7.1. pemeriksaan kelenjar submandibula

25

8. Diagnosa

Diagnosa disini digunakan untuk mengidentifikasi sifat-sifat penyakit atau

kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Diagnosa

yang didapatkan dari pasien diantaranya adalah :

Terjadi iritasi pulpa pada gigi 54, 65, 74, 75, 83 dan 84

Terjadi gangren pulpa pada gigi 64

Terjadi gangren radiks pada gigi 85

9. Rencana Perawatan

Rencana perawatan ini dilakukan sebelum perawatan. Pada tahapan ini kita

harus pintar memilih rencana perawatan apa yang paling tepat terhadap kelainan yang

diderita pasien. Dari diagnosa diatas beberapa rencana perawatan yang dilakukan

diantaranya :

Dilakukan tindakan preventif berupa DHE

Kelas 1 amalgam pada gigi 54, 65, 75 dan 84

Kelas 2 amalgam pada gigi 74

Kelas 5 GI pada gigi 83

Perawatan saluran akar (pulpektomi) pada gigi 64

Pemberian tumpatan onlay setelah dilakukan PSA pada gigi 64

Pengekstraksian menggunakan sitoject pada gigi 85

Pemberian space mentainer pada tempat gigi 85 post ekstraksi

Pemberian TFA atau fissur sealant pada gigi yang masih dalam kondisi baik

untuk mencegah terjadinya karies

26

DAFTAR PUSTAKA

Daniel I. 2009. Biodegradation of Polyacid Modified Composite Resin by

Human Salivary Estarases. M.Sc.Thesis. University of Toronto.

Toronto, Canada. 

McDonald RE, Avery DR dan Stookey GK. Dental caries in the child and

adolescent. In: McDonlad RE & Avery DR. Ed. Dentistry for the child

and adolescent. 7th ed. St. Louis: Mosby, 2000:333-7.

Chaikumarn, M., 2004, Working Conditions and Dentist’s Attitude Towards

Proprioceptive Derivation, Int. J Occup. Safety and Ergonomics (JOSE),

10 (2): 137.

Gandavadi, A., 2007, Assessment of Dental Student Posture in Two Seating

Conditions using RULA methodology – A Pilot Study, British Dent. J.,

203 (10): 601.

Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta :

Widya Medika.

The American academy of Pediatric dentistry. Policy on Early Childhood

Caries ( ECC ) Classifications, Consequences, and Preventive Strategies.

2011.

Hamrui, 2009. Faktor-Faktor Yang Mendukung Kebiasaan Makan-Makanan

Kariogenik Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Prasekolah

http://www.aapd.org/media/policies_guidelines/p_eccclassifications.pdf

27