Laporan Skenario C

63
Skenario Walaupun tidak jauh dari rumahnya ada Praktek Dokter Keluarga Mandiri, Ibu Rini ditemani tetangga rumahnya degan cemas membopong anak perempuannya ke klinik “Merdeka” untuk meminta pertolongan dari dokter Rino. Ibu Rini mengatakan pada dokter Rino bahwa Leni (anak perempuannya) sebelumnya mengeluh sakit perut, sudah diberikan obat maag yang biasa dikonsumsi di rumahnya namun sakit perut semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas seperti ini. Klinik Merdeka, adalah klinik DOGA yang memiliki 3 Dokter Keluarga, yang telah memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik DOGA kategori C (minimal). Ibu Rini telah mengenal dokter Rino sebagai dokter yang sering memberi penyuluhan di Balai Kecamatan dan juga sering berkunjung ke rumah-rumah yang ada di desa mereka bila ada yang sakit. Setelah melengkapi persyaratan administratif dan pemeriksaan darah, Leni dibawa ke ruang periksa dan diperiksa langsung oleh dr. Rino. Sebagai dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki keterampilan teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik, dr. Rino mendiagnosis Leni menderita usus buntu akut. 1

description

laporan C FK Unsri

Transcript of Laporan Skenario C

Page 1: Laporan Skenario C

Skenario

Walaupun tidak jauh dari rumahnya ada Praktek Dokter Keluarga Mandiri, Ibu

Rini ditemani tetangga rumahnya degan cemas membopong anak perempuannya ke

klinik “Merdeka” untuk meminta pertolongan dari dokter Rino. Ibu Rini mengatakan

pada dokter Rino bahwa Leni (anak perempuannya) sebelumnya mengeluh sakit perut,

sudah diberikan obat maag yang biasa dikonsumsi di rumahnya namun sakit perut

semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas seperti ini.

Klinik Merdeka, adalah klinik DOGA yang memiliki 3 Dokter Keluarga, yang

telah memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik DOGA

kategori C (minimal). Ibu Rini telah mengenal dokter Rino sebagai dokter yang sering

memberi penyuluhan di Balai Kecamatan dan juga sering berkunjung ke rumah-rumah

yang ada di desa mereka bila ada yang sakit.

Setelah melengkapi persyaratan administratif dan pemeriksaan darah, Leni

dibawa ke ruang periksa dan diperiksa langsung oleh dr. Rino. Sebagai dokter yang

memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki keterampilan

teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik, dr. Rino mendiagnosis Leni

menderita usus buntu akut.

Dr. Rino memanggil ibu Rini dan mengatakan Leni harus segera dibawa dan

dirujuk ke RSUD, namun ibu Rini tidak mau dan tetap meminta dr. Rino mengobati di

Klinik Merdeka. Setelah berulang kali Ibu Rini meminta Leni tetap dirawat dan diobati

di Klinik Merdeka, dr. Rino tetap ingin merujuk ke RSUD Mandiri, akhirnya Ibu Rini

setuju.

I. Klarifikasi Istilah

a. Praktek Dokter Keluarga Mandiri : komplemen puskesmas dengan peran

sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan

dengan sasaran individu/keluarga yang berada

dalam wilayah pelayanannya dimana dokter pada

praktek dokter keluarga mandiri menjalankan

1

Page 2: Laporan Skenario C

profesinya bekerja untuk dirinya sendiri, bukan PNS

atau pegawai dari suatu institusi.

b. Klinik Dokter Keluarga

c. Klinik DOGA Kategori C : satuan organisasi pelayanan kesehatan primer yang

menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga

(minimum).

d. Penyuluhan : bentuk pelayanan promotif dokter keluarga.

e. Kompetensi dan Kewenangan DOGA

f. Keterampilan Teknis Medis

g. Pelayanan dalam Situasi Spesifik

h. RSUD : Badan Layanan Umum adalah instansi di

lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam

lingkup kabupaten berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

mencari keuntungan dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.

i. Usus Buntu Akut : peradangan apendiks vermiformis dengan muka

gejala akut, yang memerlukan pembedahan cepat

dan biasanya ditandai nyeri kuadran abdomen kanan

bawah dengan nyeri tekan lokal dan alih, spasme

otot yang ada di atasnya dan hiperestesia.

j. Dirujuk : upaya melimpahkan wewenang dan tanggung

jawab penanganan suatu kasus penyekit yang sedang

ditangani oleh seorang dokter kepada sokter lainnya

yang sesuai.

k. Persyaratan Administratif

2

Page 3: Laporan Skenario C

II. Identifikasi Masalah

a. Ibu Rini membawa Leni, anak perempuannya, ke klinik Merdeka, klinik

DOGA kategori C (minimal), untuk meminta pertolongan dokter Rino

walaupun tidak jauh dari rumahnya ada Praktek Dokter Keluarga Mandiri.

b. Ibu Rini mengatakan pada dokter Rino, yang dikenal sering memberikan

penyuluhan di Balai Kecamatan bahwa Leni mengeluh sakit perut, sudah

diberi obat yang biasa dikonsumsi, namun perut semakin sakit dan tiba-tiba

menjadi lemas.

c. Setelah mendiagnosis Leni menderita usus buntu akut berdasarkan

kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta keterampilan klinis medis

dan pelayanan dalm situasi spesifik, dokter Rino harus berulang kali

meyakinkan Ibu Rini untuk merujuk Leni ke RSUD Mandiri, sampai ibu

Rini setuju.

III. Analisis Masalah

1. Apa perbedaan PDKM dengan klinik DOGA?

1) PDKM (Kompetensi, Standar Pelayanan, Sarana Prasarana,

cakupan pasien)

2) Klinik DOGA (Kompetensi, Standar Pelayanan, Sarana

Prasarana, cakupan pasien)

2. Bagaimana pembagian kategori klinik DOGA (A,B,C)?

3. Mengapa ibu Rini bersikeras membawa anaknya ke dokter Rino di klinik

DOGA daripada membawanya ke PDKM dekat rumahnya? (Dokter Rino lebih

dipercaya Ibu Rini, apa saja kewajiban DOGA?)

4. Bagaimana bentuk pelayanan klinik DOGA yang holistik dalam kasus ini? Apa

yang seharusnya dilakukan sebagai DOGA di klinik untuk kasus ini? (Konsep

pelayanan kuratif)

5. Bagaimana kompetensi dan kewenangan DOGA serta keterampilan teknis medis

dan pelayanan dalam situasi spesifik menurut standar WHO-WONCA?

(uraikan! Aplikasinya dalam kasus ini?)

3

Page 4: Laporan Skenario C

6. Bagaimana alur rujukan yang seharusnya dilakukan dokter Rino? (Kriteria dan

cara rujukan? Penolakan rujukan? Tipe-tipe Rumah sakit?)

7. Bagaimana komunikasi efektif yang harus dilakukan oleh seorang DOGA agar

dapat membentuk rapport yang baik dengan pasien?

8. Bagaimana pelayanan administratif pada klinik DOGA dan pelayanan

administratif pasien?

9. Apa saja faktor yang memungkinkan ibu Rini sempat tidak mau anaknya dirujuk

ke RSUD? ditinjau dari promotif dan preventif?

IV. Hipotesis

Sistem pelayanan DOGA di klinik kedokteran keluarga dikatakan ideal jika

bersifat holistik (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dan berkesinambungan

(rujukan) dengan memperhatikan aspek, yakni dokter, pasien, sistem pelayanan.

V. Sintesis

1. Dokter Keluarga

Dokter keluarga didefinisikan sebagai dokter yang memperoleh pendidikan

lanjutan khusus untuk menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga dengan cakupan

ilmu dan keterampilan yang lebih luas dan lebih dalam sebagai dokter layanan

kesehatan strata pertama.

DK memberikan pelayanan komprehensif meliputi upaya promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif dengan penekanan yang besar agar pasiennya tetap sehat. Pada

pendekatan Medifa, menata alur pelayanan dokter keluarga dalam 4 kegiatan

(assesment – targeting – intervention – monitoring) yang sinambung membentuk satu

siklus pelayanan yang terpadu meliputi:

Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)

Penyusunan program kesehatan spesifik (targeting)

Intervensi proaktif (intervention)

Pemantauan kondisi kesehatan (monitoring)

4

Page 5: Laporan Skenario C

Prinsip DOGA

Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO

dan WONCA (World of National College and Academic Association of General

Practitioners / Family Physicians) yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam

banyak terbitannya. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah

memberikan/mewujudkan:

1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif.

2. Pelayanan yang kontinyu.

3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.

4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.

5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari

keluarganya.

6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan

tempat tinggalnya.

7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum.

8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan.

9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.

Kompetensi DOGA

Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka disusun

kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter untuk dapat disebut menjadi dokter

keluarga. Kompetensi dokter keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga

Indonesia tahun 2006 adalah:

1. Kompetensi Dasar

a. Keterampilan komunikasi efektif.

b. Keterampilan klinis dasar.

c. Keterampilan menerapkan dasar-

dasar ilmu biomedis, ilmu klinis,

ilmu perilaku, dan epidemiologi

dalam praktik kedoteran keluarga.

d. Keterampilan pengelolaan

masalah kesehatan pada individu,

keluarga, ataupun masyarakat

dengan cara yang komprehensif,

5

Page 6: Laporan Skenario C

holstik, berkesinambungan,

terkorrdinasi, dan bekerja sama

dalam konteks pelayanan

kesehatan primer.

e. Memanfaatkan, menilai secara

kritis, dan mengelola informasi.

f. Mawas diri dan pengembangan

diri/belajar sepanjang hayat.

g. Etika, moral, dan profesionalisme

dalam praktik.

2. Ilmu dan Keterampilan Klinis

Layanan Primer Cabang Ilmu Utama

a. Bedah.

b. Penyakit dalam.

c. Kebidanan dan kandugan

d. Kesehatan anak

e. THT

f. Mata

g. Kulit dan kelamin

h. Psikiatri

i. Saraf

j. Kedokteran komunitas.

3. Keterampilan Klinis Layanan

Primer Lanjut

a. Keterampilan melakukan “health

screening”

b. Menafsirkan hasil pemeriksaan

laboratorium lanjut.

c. Membaca hasil EKG

d. Membaca hasil USG.

e. BTLS, BCLS, BPLS.

4. Keterampilan Pendukung

a. Riset

b. Mengajar kedokteran keluarga.

5. Ilmu dan Keterampilan Klinis

Layanan Primer Cabang Ilmu

Pelengkap

a. Semua cabang ilmu kedokteran

lainnya.

b. Memahami dan menjembatani

pengobatan alternative.

6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen

Klinis

Manajemen klinik dokter keluarga.

PAKET PELATIHAN DOKTER

KELUARGA

Paket A:

1. Nilai Sentral Kedokteran

Keluarga

2. Pelayanan Personal, Pelayanan

Berkelanjutan, Pelayanan

Komprehensif

3. Keluarga sebagai suatu unit

pelayanan

6

Page 7: Laporan Skenario C

4. Pelayanan Emergency,

Pelayanan di rumah dan

rerawatan di rumah

5. Pelayanan Palliative/palatif

Paket B:

1. Manajemen SDM

2. Manajemen fasilitas dan utilitas

3. Manajemen Informasi

4. Manajemen Keuangan meliputi

asuransi/managed care

Paket C: Ketrampilan Teknis Medis dan

pelayanan dalam situasi spesifik,

A. Ketrampilan Praktek :

1. Proses Konsultasi

2. Ketrampilan komunikasi

3. Ketrampilan konseling

4. Merubah perilaku

5. Ketrampilan Manajemen

Penyakit

6. Ketrampilan Pelayanan

emergency

B. Common Symtomps:

1. Fatigue

2. Weightloss

3. Fever

4. Dyspepsia

5. Breathlessness

6. Cough

7. Sorethroat

8. Chest pain

9. Diarrhoea

10. Constipation

11. Vomiting

12. Abdominal Pain

13. Skin Rash

14. Backache

15. Joint pain

16. Dizziness

17. Headache

18. Insomnia

19. Persistently Crying Baby

20. Red Eye

C.Kelainan Spesifik

1. Cardiovascular and respiratory

disorders

2. Gastrointestinal disorders

3. Renal and hematological

disorders

4. Psychological disorders

5. Skin Disorders

6. Bone and Joint disorders

7. Nervous System, Eye and Ear

disorders

8. Nutritional, metabolic and

endocrine disorders

Paket D: Kedokteran terapan dalam

bermacam-macam kelompok umur

1. Child and adolescence Health

2. Women’s Health

3. Men’s Health

4. Health of the Working Adult

5. Elder’s Health

6. Public Health

7

Page 8: Laporan Skenario C

Keterampilan Medik

Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, penegakan

diagnosis dan diagnosis banding, prognosis, konseling, konsultasi, rujukan, tindak

lanjut, tindakan, pengobatan rasional, dan pembinaan keluarga.

Pada kasus, dr. Rino telah melakukan keterampilan teknis medis, yakni dapat

mendiagnosis apendisitis akut dan dapat melakukan pelayanan dalam situasi spesifik,

yakni dapat merubah perilaku ibu Rini dari yang tidak mau menjadi mau merujuk Leni

ke RSUD Mandiri.

Praktek DOGA

Sistem Pelayanan Dokter Keluarga ( SPDK )

Untuk menunjang tugas dan wewenang nya diperlukan Sistem Pelayanan Dokter

Keluarga yang terdiri atas komponen :

a) Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik

Dokter Keluarga (KDK),

b) Dokter Spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik

Dokter Spesialis (KDSp),

c) Rumah sakit rujukan,

d) Asuransi kesehatan/ Sistem Pembiayaan,

e) Seperangkat peraturan penunjang.

Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang kedudukan dan

peranan dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan, pada saat ini telah

ditemukan banyak bentuk praktek dokter keluarga. Bentuk praktek dokter keluarga

yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :

1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit

(hospital based).

Pada bentuk pelayanan dokter keluarga ini diselenggarakan di rumah sakit. Untuk

ini dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan

pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter keluarga

8

Page 9: Laporan Skenario C

(departement of family medicine), semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit,

diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan

pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit.

2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga

(family clinic).

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah

suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter

keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua

macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua,

merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit

(satellite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak

didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan

rumah sakit.

Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau

hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga

tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang

memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit

kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri

(solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua

bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga

yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3

orang dokter keluarga. Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu

sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik

dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek

yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang

dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen

sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih,

akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :

a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu

Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola

secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar

9

Page 10: Laporan Skenario C

pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek

dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan

dan keterampilan.

Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (teamwork) disatu

pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan

dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.

b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau

Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola

secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non

medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena

pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin.

Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan

yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan

menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.

3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga

(family practice)

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah

praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama

dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga.

Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip

pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek

dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter

keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo practice). Kedua praktek dokter keluarga

yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice).

Pelayanan pada Praktek Dokter Keluarga

Karakteristik Pelayanan Kedokteran Menyeluruh

1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan

Pelayanan kedokteran yang menyeluruh tidak membatasi diri pada satu jenis

pelayanan kedokteran saja, melainkan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran

10

Page 11: Laporan Skenario C

yang dikenal di masyarakat. Untuk ini banyak pembagian jenis pelayanan yang pernah

di kemukakan.

Dua antaranya yang dipandang penting adalah:

a. Ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan.

Jika ditinjau dari kedudukannya dalam sistem kesehatan, pelayanan kedokteran

dibedakan atas tiga macam. Ketiga macam pelayanan tersebut adalah pelayanan

kedokteran tingkat pertama (primary medical care), pelayanan kedokteran tingkat

kedua (secondary medical care), serta pelayanan kedokteran tingkat ketiga (tertiary

medical care). Pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan kedokteran yang

mencakup ketiga tingkat pelayanan kedokteran di atas.

b. Ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit

Jika ditinjau dari peranannya dalam mencegah penyakit, pelayanan kedokteran

dibedakan atas lima macam (Leavel dan Clark, 1953). Kelima macam pelayanan

kedokteran tersebut adalah peningkatan derajat kesehatan (health promotion),

pencegahan khusus (specific protection), diagnosis dini dan pengobatan tepat (early

diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation), serta

pemulihan kesehatan (rehabilitation), pelayanan kedokteran menyeluruh adalah

pelayanan kedokteran yang mencakup kelima macam pelayanan kedokteran diatas.

2. Tata cara pelayanan.

Pelayanan kedokteran menyeluruh tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak

(fragmented) dan ataupun terputus-putus, melainkan diselenggarakan secara terpadu

(integrated) dan berkesinambungan (continuous). Pengertian pelayanan terpadu disini

banyak macamnya. Yang terpenting adalah dari sudut pengorganisasiannya. Dalam arti

pelbagai jenis pelayanan kedokteran yang dikenal, harus berada dalam suatu

pengorganisasian yang utuh.

3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan

Penyelenggaraan pelayanan kedokteran menyeluruh tidak memusatkan

perhatiannya hanya pada keluhan dan atau masalah kesehatan yang disampaikan

penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan

pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Adanya perhatian yang bersifat

menyeluruh ini dipandang penting, bukan saja untuk lebih mempertajam diagnosis

11

Page 12: Laporan Skenario C

penyakit, tetapi juga pada waktu mencari jalan keluar untuk mengatasi penyakit

tersebut.

4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan

Perumusan masalah dan atau penetapan cara penyelesaian masalah kesehatan

yang dihadapi penderita pada pelayanan kedokteran menyeluruh, tidak didekati hanya

dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach).

Sisi yang dimaksudkan disini mencakup bidang yang amat luas sekali. Yang terpenting

diantaranya adalah sisi fisik, mental dan sosial, yang secara keseluruhan disebut dengan

pendekatan holistik (holistic approaches).

Jika diperhatikan keempat karakteristik pelayanan kedokteran menyeluruh

segeralah mudah dipahami bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kedokteran

menyeluruh tersebut tidak lain adalah pelayanan kedokteran yang mencakup semua

jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat, dilaksanakan secara terpadu

dan berkesinambungan, memusatkan perhatiannya kepada pasien sebagai manusia

seutuhnya, serta pendekatan pelayanannya dilakukan secara holistik.

Pelayanan DOGA yang Holistik

1. Upaya Promotif

Adalah upaya dalam pelayanan dokter keluarga yang bertujuan untuk

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya atau upaya untuk

meningkatkan status kesehatan dan menjaganya dari semua kemungkinan-

kemingkinan yang menyebabkan timbulnya penyakit dan masalah kesehatan.

Secara umum, kegiatan promotif yang sesuai dengan prinsip dokter keluarga, yaitu:

Pendidikan kesehatan harus proaktif, diberikan kepada setiap anggota yang

kontak dengan dokter, setiap kontak ada upaya mengevaluasi masalah kesehatan

anggota.

Penyuluhan lebih mengutamakan ke individu dan keluarga, proaktif melakukan

program pengembangan anggota.

Konsultasi

12

Page 13: Laporan Skenario C

Dr. Rino sering memberikan penyuluhan di Balai Kecamatan dan juga sering

berkunjung ke rumah-rumah masyarakat bila ada yang sakit ini menunjukkan bahwa dr

Rino telah melakukan upaya promotif dengan baik.

2. Upaya Preventif

Adalah upaya untuk mencegah dan menghindari timbulnya penyakit dan

masalah kesehatan lainnya.

Tujuan upaya preventif adalah untuk menghilangkan atau mengurangi resiko,

diagnosis dini, pengobatan cepat, membatasi terjadinya komplikasi, termasuk dalam

upaya ini adalah penyakit iatrogenik dan penyesuaian yang maksimal terhadap

kecacatan.

Ada 3 level dalam upaya preventif / pencegahan, yaitu:

a. Pencegahan primer

Adalah upaya agar suatu gangguan atau penyakit tidak akan timbul sama sekali.

Yang termasuk ke dalam upaya preventif primer adalah health promotion &

spesific protection.

Upaya-upaya pencegahan primer terdiri dari:

- pendidikan untuk mengubah faktor-faktor gaya hidup yang diketahui

berhubungan dengan terjadinya penyakit. Misalnya, kebiasaan merokok,

makan dengan gizi sehat seimbang, mengurangi minum-minum beralkohol,

olahraga.

- Pemberantasan, misalnya upaya pemberatansan nyamuk untuk mencegah

penyakit malaria, DBD.

- Sanitasi, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan limbah dan sampah

industri yang efisien

- Sterilisasi alat-alat bedah dan alat medis lainnya.

- Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi tertentu.

- Pembuatan undang-undang atau peraturan untuk menjamin upaya-upaya

pencegahan primer dilakukan dengan benar

13

Page 14: Laporan Skenario C

b. Pencegahan sekunder

Adalah upaya untuk menemukan secepatnya suatu masalah (penyakit)

sehingga dapat dilaksanakan pengobatan yang segera. Yang termasuk ke dalam

upaya preventif primer adalah early diagnosis & prompt treatment.

Upaya preventif sekunder umumnya dilakukan dengan pemeriksaan-

pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit pada stadium dini, misalnya pada fase

presimtomatik (fase subklinis) sehingga pengobatan dapat dimulai sebelum

proses patologi yang irreversible terjadi.

Pada tingkat keluarga, kegiatan preventif ini dilakukan dengan kunjungan

rumah bagi pasien yang memiliki masalah penyakit tertentu dan kontol terhadap

penyakit, mengetahui potensial hazard, memberi motivasi kepada anggota

keluarga.

c. Pencegahan tersier

Adalah upaya untuk meringankan sebanyak mungkin adanya

ketidakmampuan penderita dan mengurangi terjadinya cacat (kelemahan) akibat

gangguan atau penyakitnya sehingga penderita masih dapat menggunakan sisa

kemampuannya untuk menolong dirinya sendiri.

Upaya pencegahan tersier umumnya dilakukan dengan melakukan proses

disability limitation maupun rehabilitasi, yang memungkinkan pasien diperbaiki

kondisinya ke tingkat yang paling optimal, akibat terjadinya kerusakan atau

perubahan yang irreversible.

3. Upaya Kuratif

Adalah upaya pengobatan atau tatalaksana terhadap suatu penyakit dengan

harapan agar gangguannya cepat sembuh dan sesedikit mungkin menimbulkan

gejala sisa. Upaya ini sebenarnya dapat disamakan dengan upaya preventif

sekunder.

Karakteristik Pelayanan Kedokteran Berkesinambungan

Pengertian pelayanan berkesinambungan ada dua macam, yaitu :

a. Berkesinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien

14

Page 15: Laporan Skenario C

Seseorang yang berada dalam keadaan sehat membutuhkan pelayanan

peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit. Tetapi apabila telah jatuh sakit

ia membutuhkan pelayanan pengobatan. Sedangkan bagi yang telah sembuh dari

penyakit, mungkin memerlukan pelayanan pemulihan. Kesemua jenis pelayanan

kedokteran yang dibutuhkan ini harus tersedia secara berkesinambungan.

b. Berkesinambungan dalam arti waktu penyelenggaraan

Pelayanan berkesinambungan yang dimaksudkan disini adalah pelayanan yang

harus tersedia pada setiap saat yang dibutuhkan. Pelayanan kedokteran yang tidak

tersedia pada setiap saat, bukanlah pelayanan kedokteran berkesinambungan.

Manfaat Pelayanan Kedokteran Menyeluruh

Apabila pelayanan kedokteran menyeluruh dapat dilaksanakan dengan baik,

banyak manfaat yang diperoleh. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran

keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3

(tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:

Pendayagunaan dokter pasca PTT

Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Menghadapi era globalisasi

Beberapa hal yang menyebabkan pelayanan dokter keluarga tidak berjalan

sebagaimana mestinya.

1. Tidak adanya regulasi yang mengatur "aturan main" sistem pelayanan kesehatan

yang ada baik klinik maupun puskemas.

2. Kapasitas sumber daya yang masih lemah

3. Pengorganisasian sumber daya manusia yang cukup sulit terhadap dokter

keluarga, karena berbenturan dengan aturan kepegawaian yang ada.

4. Tidak adanya model sistem pembiayaan.

5. Tidak jelasnya pemetaan sasaran pada klinik.

2. PDKM

15

Page 16: Laporan Skenario C

Praktek dokter keluarga mandiri (PDKM) akan menjadi komplemen puskesmas

dengan peran sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan dengan sasaran

individu/keluarga yang berada dalam wilayah pelayanannya. Kata ”mandiri” dalam

PDKM menyiratkan pengertian ”self employed job” atau dokter yang menjalankan

profesinya di PDKM bekerja untuk dirinya sendiri, bukan PNS atau pegawai dari suatu

institusi.

Wilayah pelayanan didefinisikan sebagai area geografis dari mana pengguna

layanan atau mitra PDKM biasanya datang. Wilayah pelayanan tidak harus sama

dengan wilayah administratif (kecamatan/kota). Penentuannya dengan

mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain kondisi geografi, kualitas jalan dan

sistem transportasi, kondisi sarana kesehatan, kesehatan penduduk, dan kegiatan

bisnis/industri. Terdapat 3 model PDKM yang dapat dipilih yaitu Praktik Dokter

Keluarga (PDK), Klinik Kesehatan Keluarga (KKK), dan Jejaring.

Pelayanan di PDKM dapat dilaksanakan dengan baik bila diselenggarakan oleh

suatu tim yang dapat terdiri dari dokter keluarga, perawat, bidan, apoteker/asisten

apoteker, analis laboratorium, dokter gigi, perawat gigi, dan tenaga lain seperti

psikolog, nutrisionist, kader PKK, kader posyandu, PLKB, dan lain-lain. Pengertian tim

tidak berarti harus menjadi staf/pegawai PDKM, dapat saja tenaga kesehatan tersebut

merupakan entitas terpisah yang kemudian saling mengikatkan diri dalam kerja sama

dengan PDKM untuk menghindari tumpang tindih dalam pelayanan kesehatan di satu

wilayah.

Standar Pelayanan PDKM

Idealnya PDKM dapat menyediakan 21 jenis pelayanan dengan mutu dan standar

yang sama pada setiap mitranya, yaitu :

1) penilaian status kesehatan

pribadi

2) program proaktif pengendalian

penyakit/kondisi khusus

3) pendidikan kesehatan

4) imunisasi

5) pemeliharaan kesehatan bayi

dan anak balita

6) pemeliharaan kesehatan anak

usia sekolah

7) pemeliharaan kesehatan wanita

dan kesehatan reproduksi

8) pemeliharaan kesehatan lansia

16

Page 17: Laporan Skenario C

9) pemeriksaan ante dan postnatal

10) konsultasi dan pengobatan

11) peresepan obat

12) tindakan medis (tindakan bedah

kecil, injeksi, resusitasi, dan

persalinan normal)

13) konseling

14) penunjang diagnostik

(laboratorium,

elektrokardiografi,

ultrasonografi, dll)

15) layanan kesehatan gigi dan

mulut

16) rehabilitasi medik

17) kunjungan rumah

18) perawatan di rumah

19) kunjungan ke rumah sakit

20) layanan mendesak/gawat darurat

21) ambulans

3. Klinik DOGA

Persyaratan Klinik Dokter Keluarga

– 24 jam

– Kedaruratan dan kejadian luar biasa

– Pelayanan rawat jalan

– Pelayanan rawat inap sehari

– Bedah minor

– Konseling

– Preventif dan promotif

– Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien

– Pemeriksaan penunjang

– Penyediaan obat

– Pendidikan, riset, dan pengembangan

Peralatan medis : Rutin, Khusus, Penunjang, Kedaruratan

Peralatan Medis :

1. Rutin

- Termometer

- Tensimeter

- Pengukur berat dan

tinggi badan

- Stetoskop

- Penekan lidah

- Senter/lampu kepala

- Spekulum hidung

2. Khusus:

– Otoskop

17

Page 18: Laporan Skenario C

– Optalmoskop

– Glukometer

3. Penunjang:

– Laboratorium klinik

– EKG

– USG

– Pemeriksa visus

– Pemeriksa buta warna

– Ronsen

4. Kedaruratan

– Oksigen + regulator

– Semprit dari berbagai

ukuran

– Jarum suntik dari

berbagai ukuran

– Perangkat infus

Peralatan non-medis

• Bangunan

• Rekam medis

• Ruangan

– Untuk kegiatan medis

– Untuk kegiatan non-

medis

• Sarana komunikasi

• Sarana administrasi

Klinik kategori A, B dan C mempunyai persyaratan yang sama. Namun ketiganya

bisa dibedakan dari peralatan yang tersedia/fasilitas, luas wilayah dan sumber daya

yang tersedia. Termasuk klinik kategori A apabila lebih lengkap (ideal), B (optimum)

dan C (minimum).

Pada kasus, klinik Merdeka adalah klinik DOGA kategori C (minimal), sehingga

untuk penatalaksanaan apendisitis akut, yakni dengan pembedahan, tidak dapat

dilakukan di klinik Merdeka.

Dalam membentuk suatu klinik dokter keluarga, terdapat beberapa hal esensial

yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer

b. Terletak ditempat strategis (mudah dicapai dengan kendaraan umum)

c. Bangunannya memenuhi syarat untuk pelayanan kesehatan

d. Dilengkapi dengan sarana administratif yang memenuhi syarat

e. Dilengkapi dengan sarana komunikasi

f. Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK

g. Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus

pelatihan khusus pembantu DK

18

Page 19: Laporan Skenario C

4. Sistem Pembiayaan Dokter Keluarga

Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak

macamnya. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam.

Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang

berobat diharuskan membayar biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program

asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak

perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak

ketiga, yang dalam hal ini adalah badan asuransi.

Batasan

Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan program asuransi kesehatan (health

insurance) perlulah dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan asuransi (insurance).

Pada saat ini batasan asuransi banyak macamnya. Dua antaranya :

1. Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap

kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi (Breider

and Breadles, 1972)

2. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu

premi meningkatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang

mungkin di derita karena terjadinya suatu peristiwa yang mengandung ketidak

pastian dan yang akan mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu

keuntungan (kitab UU Hukum dagang, 1987)

Untuk Indonesia, sekalipun pengertian yang berlaku adalah sesuai dengan

ketentuan KUH Dagang, jadi hanya merupakan suatu perjanjian antara si penanggung

dengan si tertanggung, namun pada akhir-akhir ini mulai timbul banyak pendapat

seyogiyanya pengertian asuransi lebih diperluas. Pengertian asuransi tidak terbatas

hanya pada memberikan perlindungan kepada si penanggung saja, melainkan juga

kepada seluruh anggota masyarakat. Pengertian asuransi yang seperti ini dikenal dengan

nama asuransi sosial (social insurance), yang asuransi kesehatan termasuk ke

dalamnya.

Bentuk-Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya

19

Page 20: Laporan Skenario C

Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada

saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada

tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga bentuk yang

dimaksud adalah:

1. Sistem kapitasi (capitation system)

Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka

yangdilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka

waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang

dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak

ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta,

melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu

jaminan.

2. Sistem paket (packet system)

Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang

dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan

kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang

dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak

ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan

oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit apapun yang

dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan

biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula

dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related

group) yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)

Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka

yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan

penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket, pada

sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada

penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan

20

Page 21: Laporan Skenario C

kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah

disepakati.

Besaran kapitasi Dokter keluarga mengacu pada pola perhitungan yang

didasarkan pada 2 (dua) ketentuan popok:

Hasil penetapan penggololongan Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas

pelayan yang dimiliki

Penetapan komposisi jenis kelamin dan umur peserta yang terdaftar di

Dokter Keluarga tersebut (Community Rating by Class)

Pembayaran besaran kapitasi tersebut, pada prinsipnya hanya dapat dilakukan

bila Kantor Cabang telah melaksanakan perhitungan sesuai ketentuan-ketentuan pokok

seperti di atas.

Penetapan penggolongan Dokter Keluarga berdasarkan kapitasi pelayanan yang

dimilikinya dilakukan melalui pelaksanaan seleksi PPK (credentialing) dan seleksi

kembali PPK (re-credentialing) dengan memperhatihkan indikator-indikator penentu

yakni:

a) Hasil penilaian sarana dan prasarana

b) Ketersediaan tenaga perawat

c) Ketersediaan tenaga administrasi

d) Kemampuan penyediaan sarana laboratorium

Penggolongan besaran kapitasi Dokter Keluarga berdasarkan kapasitas

pelayanan yang dimiliki di bagi atas 3 kategori yakni:

1. Kategori Kapitasi A yakni apabila Dokter Keluarga memenuhi seluruh indikator

(indikator penentu point (1)-(4) point c). Besaran kapitasi yang ditetapkan

adalah maksimal sebesar Rp 6500,00 per jiwa.

2. Kategori Kapitasi B yakni apabila Dokter Keluarga hanya mampu memenuhi

minimal 2 (dua) indikator penentu. Besaran kapitasi yang ditetapkan adalah

maksimal sebesar Rp 6000,00 per jiwa.

3. Kategori Kapitasi C yakni apabila Dokter keluarga hanya mampu memenuhi

indikator sarana dan prasarana sedangkan indikator penentu lainnya tidak

terpenuhi. Besarnya kapitasi yang ditetapkan adalah maksimal Rp 5500,00.

21

Page 22: Laporan Skenario C

Penetapan komponen besaran kapitasi yang dibayarkan kepada Dokter Keluarga

untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

1. Kategori Kapitasi A yakni maksimal sebesar Rp 6.500,00 per jiwa,

terdiri dari: jasa medis dokter, pelayanan obat dan pelayanan

laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis

dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, siasanya adalah biaya obat dan

pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).

2. Kategori Kapitasi B yakni maksimal sebesar Rp 6.000,00 per jiwa terdiri

dari : jasa medis dokter, pelayanan obat dan salah satu pelayanan

laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin). Besaran jasa medis

dokter adalah sebesar Rp 2.000,00, sisanya adalah biaya obat dan salah

satu pelayanan laboratorium sederhana (darah rutin dan urine rutin).

3. Kategori Kapitasi C yakni maksimal sebesar Rp 5.500,00 per jiwa,

terdiri dari : jasa medis dokter, pelayanan obat (tanpa pelayanan

laboratorium sederhana). Besaran jasa medis dokter adalah sebesar Rp

2.000,00, sisanya adalah pelayanan obat (tanpa pelayanan laboratorium

sederhana).

Sebagai bentuk evaluasi kinerja serta untuk menangkap aspirasi peserta terhadap

layanan yang diberikan oleh setiap Dokter Keluarga, maka Kantor Cabang

berkewajiban untuk melaksanakan survey kepuasan layanan minimal satu kali setahun.

Setiap Dokter Keluarga berkewajiban mengirimkan laporan kunjungan setiap bulan.

Apabila Dokter Keluarga tidak mengirimkan laporan kunjungan, maka pembayaran

kapitasi dokter tersebut ditunda hingga dikirimkan laaporan yang dimaksud. Jumlah

peserta ideal yang terdaftar di Dokter Keluarga adalah minimal 2000 jiwa per Dokter

Keluarga.

Reaksi Positif Kapitasi

Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi, dengan

menegakkan diagnosis yang tepat dan memberikan pengobatan atau tindakan

yang tepat

Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan promotif dan preventif untuk

mencegah insiden kesakitan

22

Page 23: Laporan Skenario C

Fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang pas, tidak lebih dan tidak

kurang, untuk mempertahankan efisiensi operasi dan tetap memegang jumlah

pasien JK sebagai income security.

Reaksi Negatif Kapitasi

Jika kapitasi yang dibayarkan terpisah pisah (parsial) antara pelayanan rawat

jalan primer, rawat jalan rujukan dan rawat inap rujukan dan tanpa diimbangi

dengan insentif yang memadai untuk mengrangi rujukan, fasilitas kesehatan

akan dengan mudah merujuk pasiennya ke spesialis atau merawat di rumah

sakit.

Fasilitas kesehatan dapat mempercepat waktu pelayanan sehingga tersedia

waktu lebih banyak untuk melayani pasien non jaminan atau yang membayar

dengan JPP yang "dinilai" membayar lebih banyak.

Fasilitas kesehatan dapat tidak memberikan pelayanan dengan baik, supaya

kunjungan pasien kapitasi tidak cukup banyak.

Salah satu cara untuk mengevaluasi berbagai reaksi negatif perilaku fasilitas

kesehatan yang mendapatkan pembayaran kapitasi dan yang mendapatkan

pembayaran JPP adalah dengan mengevaluasi utilisasi biaya, status kesehatan

dan kepuasan pasien.

Pengendalian Biaya Kesehatan

Dengan diterapkannya sistem pembayaran pra-upaya, maka telah merupakan

kewajiban bagi penyelenggara pelayanan untuk berupaya mengendalikan biaya

kesehatan (cost containment) yang sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga resiko

pembiayaan dapat diperkecil. Untuk dapat mengendalikan biaya kesehatan ini, ada

beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan. Prinsip

pokok yang dimaksud adalah:

1. Mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit

Prinsip pokok pertama yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan

adalah lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit, bukan pelayanan

penyembuhan penyakit. Apabila prinsip pokok ini dapat diterapkan, pasti akan

besar peranannya dalam upaya mengendalikan biaya kesehatan. Karena

memanglah biaya pelayanan pencegahan penyakit memang jauh lebih murah

23

Page 24: Laporan Skenario C

dari pada biaya pelayanan penyembuhan penyakit. Bentuk-bentuk pelayanan

pencegahan penyakit yang dapat dilakukan banyak macamnya. Yang terpenting

di antaranya ialah melakukan penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan

berkala, imunisasi serta pelayanan keluarga berencana.

2. Mencegah pelayanan yang berlebihan

Prinsip pokok yang diperhatikan oleh penyelenggara petayanan adalah

mencegah pelayanan yang berlebihan. Jika memang tidak ada indikasinya,

pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan. prinsip yang sarna juga berlaku

untuk tindakan dan ataupun pernberian obat. Dengan perkataan lain, pelayanan

kedokteran yang deselenggarakan harus memenuhi serta sesuai standar

pelayanan yang telah ditetapkan.

3. Membatasi konsultasi dan rujukan

Pelayanan konsultasi dan apalagi rujukan, memerlukan biaya tambahan. Untuk

mencegah biaya kesehatan, penyelenggara pelayanan harus berupa untuk

membatai konsultasi atau rujukan. Pelayanan konsultasi atau rujukan tersebut

hanya dilakukan apabila benar-benar diperlukan saja. Apabila ketiga prinsip

diatas dapat diterapkan, manfaatnya bukan saja akan besar dalam memperkecil

risiko biaya penyelenggara pelayanan, tetapi juga badan asuransi kesehatan.

Apabila keadaan yang seperti ini dapat diwujudkan, pada gilirannya juga akan

menguntungkan penyelenggara pelayanan sendiri. Karena sesungguhnyalah

pada program asuransi yang menerapkan sistem pembiayaan praupaya, sering

diterapkan sistem intensif, antara lain dalam bentuk bonus bagi para dokter yang

berhasil menghemat pengeluaran. Dalam keadaan yang seperti ini kedudukan

penyelenggara pelayanan adalah sebagai penjaga gawang (gate keeper) program

asuransi kesehatan.

Manfaat

Apabila sistem pembiayaan program asuransi kesehatan dalam bentuk praupaya ini

dapat diselenggarakan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang

dimaksud secara umum dapat dibedakan atas dua macam:

1. Manfaat penerapan program asuransi kesehatan

24

Page 25: Laporan Skenario C

Karena pembiayaan pra-upaya adalah cara pembayaran pada program asuransi

kesehatan, maka pada penerapan cara pembiayaan pra-upaya ini sekaligus juga

akan memperoleh manfaat dari penerapan program asuransi. Manfaat penerapan

program asuransi kesehatan tersebut banyak macamnya. Beberapa diantaranya

yang dipandang cukup penting adalah :

a. Dapat membebaskan peserta dari kesulitan menyediakan dana tunai.

Pada program asuransi kesehatan telah ada jaminan biaya kesehatan, maka

para peserta tidak perlu harus menyediakan dana tunai pada setiap kali

berobat. Dengan demikian jika kebetulan peserta membutuhkan pelayanan

kesehatanl akan terbebas dari kesulitan menyediakan dana tunai.

b. Biaya kesehatan dapat dikendalikan.

Dengan progran asuransi kesehatan, apalagi jika dikelola oleh pemerintah

dapat mengendalikan biaya kesehatan. Pengendalian yang dimaksud ialah

antara lain dengan ditetapkannya pelbagai peraturan pembatas tentang

jenis pelayanan dan atau yang dapat dimanfaatkan oleh peserta. Dengan

adanya pembatasan yang seperti ini, penggunaan pelayanan kesehatan

yang berlebihan akan dapat dihindari yang jika berhasil dilaksanakan,

pada gilirannya akan mampu mengendalikan biaya kesehatan.

c. Mutu pelayanan dapat dijaga.

Keuntungan lain dari program asuransi kesehatan ialah dapat

meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan yarg dimaksud ialah antara

lain dengan dilaksanakannya penilaian secara berkala pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan. Dengan dilakukannya penilaian berkala ini yang

merupakan bagian dari Program Menjaga Mutu (Quality Assurance

Program) akan dapat dicegah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

tidak bermutu.

d. Data kesehatan lebih tersedia.

Pelaksanaan program asuransi kesehatan membutuhkan antara lain

tersedianya data kesehatan yang lengkap yang diperlukan untuk

merencanakan dan ataupun menilai kegiatan yang dilakukan. Data ini

dapat pula dimanfaatkan untuk pekerjaan perencanaan dan ataupun

penilaian perbagai program kesehatan lainnya.

25

Page 26: Laporan Skenario C

2. Manfaat penerapan sistem pembiayaan pra-upaya

Manfaat yang dimaksudkan disini banyak macamnya. Yang terpenting

diantaranya adalah :

a. Dapat dicegah kenaikan biaya kesehatan

Pencegahan yang dimaksudkan disini terjadi karena penggunaan

pelayanan kesehatan yang berlebihan akan dapat dihindari. Karena

memanglah apabila hal ini sampai terjadi, justru akan merugikan pihak

penyelenggara pelayanan kesehatan sendiri.

b. Mendorong pelayanan pencegahan penyakit

Agar penyelenggara pelayanan tidak sampai rugi, haruslah di upayakan

pemanfaatan pelayanan kesehatan yang seminimal mungkin. Keadaan

yang seperti ini dapat terwujud antara lain jika tidak banyak peserta yang

jatuh sakit. Untuk ini banyak upaya yang dilakukan. Salah satu

diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang amat penting adalah

menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit, yang apabila dapat

dilakukan dalam jangka panjang akan menguntungkan banyak pihak,

tidak hanya penyelenggara pelayanan tetapi juga peserta sendiri.

c. Menjamin penghasilan penyelenggara pelayanan

Dengan diterapkannya pembiayaan secara pra-upaya, penyelenggara

pelayanan akan memperoleh penghasilan yang lebih mantap, karena

besarnya dana yang diterima tidak ditentukan oleh jumlah kunjungan

yang memang sering bervariasi, melainkan berdasarkan jumlah peserta

yang ditanggung, yang jumlahnya memang tetap untuk satu jangka

waktu tertentu. Keadaan yang seperti ini tentu akan menguntungkan

penyelenggara pelayanan, karena dengan penghasilan yang lebih tetap

tersebut, dapat dilakukan perencanaan pengeluaranyang lebih sesuai

dengan kemampuan.

Hanya saja sekalipun pembiayaan secara pra-upaya ini menjanjikan banyak

keuntungan, bukan berarti pelaksanaannya luput dari masalah. Salah satu

masalah yang banyak dibicarakan adalah yang menyangkut mutu

pelayanan. Untuk mencegah tidak sampai rugi, penyelenggara pelayanan

sering memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan

26

Page 27: Laporan Skenario C

ataupun dengan mutu yang rendah, yang kesemuanya ini tentu akan

merugikan peserta

5. Sistem Rujukan

Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal

afiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut.

Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum

dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan

sakit parah (severe).

Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan

yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih.

Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan

pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.

Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit

ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau

promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi

sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini

bersifat pelayanan kesehatan dasar (Basic Health Services) atau juga merupakan

pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan

ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling,

dan balkesmas.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Secondary Health Services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat

yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh

pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C

dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (Tertiary Health Services)

27

Page 28: Laporan Skenario C

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau

pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.

Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.

Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan B.

Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan

tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling

berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan

medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat

pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu

pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan

kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang

sesuai.

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas

pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab

secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke

fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh

wilayah administrasi. Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan

dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.

1. Rujukan Medis

Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah

kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya

kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien.

Jenis-jenis rujukan medis :

Rujukan Pasien

Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang

mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Rujukan Ilmu Pengetahuan

28

Page 29: Laporan Skenario C

Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata

pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya,

untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium

Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan

yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.

2. Rujukan Kesehatan

Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan

masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah

penyakit yang ada di masyarakat.

Rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik khusus.

Karakteristik yang dimaksud adalah:

a. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan dokter keluarga

tidak bersifat total, tetapi hanya untuk masalah penyakit yang sedang ditanggulangi

saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien secara keseluruhan,

tetap berada di tangan dokter keluarga.

b. Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan

tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, tetapi keadaan sosial ekonomi

keluarga secara keseluruhan.

c. Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada

penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, tetapi juga

peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit.

Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah :

Rujukan Tenaga

Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang

lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi

masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan

latihan.

Rujukan Sarana

Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yg

lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi

masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.

29

Page 30: Laporan Skenario C

Rujukan Operasional

Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan

masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan

kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan

eksternal.

Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di

dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas

pembantu) ke puskesmas induk

Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang

pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas

rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan

rujukan Kesehatan.

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien

puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes

mellitus) ke rumah sakit umum daerah.

Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan

upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok

gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi

puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Tata cara rujukan

Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan

rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,

seperti dokter ahli tertentu.

Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan

dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang

30

Page 31: Laporan Skenario C

memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan

penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga.

Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap

mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan

diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat

pengobatan atau yang lainnya.

Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib

memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar

keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih

sesuai.

Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja

Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan

Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

31

Page 32: Laporan Skenario C

Sistem rujukan adalah mekanisme hubungan kerja yang memadukan satu strata

pelayanan dengan strata pelayanan kesehatan lain.

Adapun sistem rujukan di Indonesia, dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI

No. 32 tahun 1972 ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit

atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit yang berkemampuan kurang

kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang

setingkat kemampuannya.

32

Page 33: Laporan Skenario C

Pembagian wewenang dan tanggungjawab

Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita

sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan

selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya

Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab

penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja

Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan

penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya

Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan

penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka

waktu pelimpahan dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan

tidak ikut campur.

Jika upaya penanggulangan diberikan di tempat rujukan dan kondisi ibu

telah memungkinkan, segera kembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya

dengan terlebih dahulu memberi hal-hal berikut :

1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya

penanggulangannya.

2. Nasihat yang perlu diperhatikan.

3. Pengantar tertulis ke fasilitas pelayanan kesehatan mengenai kondisi pasien,

upaya penanggulangan yang telah diberikan dan saran- saran.

Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien

saja tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan

laboratorium, dan sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas

yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara

fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.

Tipe Rumah Sakit

33

Page 34: Laporan Skenario C

Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Di Indonesia, Rumah

Sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas), terutama upaya penyembuhan dan pemulihan, sebab Rumah Sakit

mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

penyembuhan dan pemulihan bagi penderita, yang berarti bahwa pelayanan Rumah

Sakit bahwa pelayanan Rumah Sakit untuk penderita rawat jalan dan rawat tinggal

hanya bersifat spesifik atau spesialistik, sedangkan pelayanan yang bersifat non

spesialistik atau pelayanan dasar harus dilakuka di Puskesmas.

Berdasarkan fugsi dan tugas dari Rumah Sakit, Ada beberapa pembagian tipe-tipe

Rumah Sakit berdasarkan kemampuan sebuah Rumah Sakit dalam memberikan

pelayanan medis kepada para pasiennya, yaitu:

1) Rumah Sakit Tipe A

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran

Spesialis dan Subspesialis luas sehingga oleh pemerintah ditetapkan sebagai tempat

rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau biasa juga disebut sebagai Rumah Sakit

Pusat.

 2) Rumah Sakit Tipe B

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran

Spesialis dan Subspesialis terbatas. Rumah Sakit ini didirikan di setiap Ibukota Propinsi

yang mampu menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit tingkat Kabupaten.

3) Rumah Sakit Tipe C

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokeran

Spesialis terbatas. Rumah Sakit tipe C ini didirikan di setiap Ibukota Kabupaten

(Regency hospital) yang mampu menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas.

4) Rumah Sakit Tipe D

Merupakan Rumah Sakit yang hanya bersifat transisi dengan hanya memiliki

kemampuan untuk memberikan pelayanan Kedokteran Umum dan gigi. Rumah sakit

tipe C ini mampu menampung rujukan yang berasal dari Puskesmas.

5) Rumah Sakit Tipe E

34

Page 35: Laporan Skenario C

Merupakan Rumah Sakit Khusus (special hospital) yang hanya mampu

menyalenggarakan satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja, misal: Rumah Sakit

Kusta, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Ibu

dan Anak, dan lain-lain.

Berdasarkan skenario bila menghadapi keadaan darurat seperti appendisitis akut

rujukan dapat dilakukan melalui telepon. Kasus ini dapat dirujuk ke Rumah Sakit tipe

C/D, tergantung ketersediaannya di daerah tersebut. Bentuk rujukan yang ideal adalah

menemani sendiri pasien pada waktu memperoleh pelayanan rujukan.

6. Komunikasi Efektif

Komunikasi Efektif untuk Merujuk Pasien

Hal-hal yang perlu dikemukakan antara lain :

1. Alasan merujuk pasien

2. Tujuan dan manfaat rujukan tersebut (prognosis pasien)

3. Dampak / resiko bila pasien tidak segera dirujuk

4. Kunjungan ulang pasien (setelah dirujuk)

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

Terdapat tiga faktor dalam komunikasi interpersonal untuk menumbuhkan hubungan

interpersonal yang baik, yaitu percaya, sikap suportif dan terbuka (Rahmat J, 1993).

1. a. Evaluasi

Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain yaitu dengan cara memuji atau

mengecam. Dalam mengevaluasi, kita seringkali mempersoalkan nilai dan motif orang

lain. Bila kita menyebutkan kelemahan dan kekurangan orang lain, maka kita akan

melahirkan sikap defensif. Pada evaluasi, kita sering menggunakan kata sifat (salah,

ngawur, bodoh). Kita sering mengevaluasi pada gagasan dan kinerja orang lain, bukan

pada diri sendiri.

b. Deskripsi

35

Page 36: Laporan Skenario C

Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada

deskripsi, biasanya kita menggunakan kata kerja. Deskripsi dapat terjadi ketika kita

sedang mengevaluasi orang lain, tetapi orang merasa bahwa kita menghargai diri

mereka.

2. a. Kontrol

Kontrol artinya berusaha untuk mengendalikan bahkan cenderung ingin

mengubah orang lain dari sikap, pendapat dan tindakannya. Melakukan kontrol juga

berarti ingin menentu¬kan sikap, pendapat dan tindakan orang lain sesuai dengan yang

kita inginkan. Itu berarti kita tidak menerima sikap, pendapat dan tindakan orang lain.

Sehingga kalau terjadi kontrol orang lain terhadap kita, maka kita ada perasaan

menolaknya.

b. Orientasi Masalah

Orientasi masalah berarti mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama

mencari pemecahan masalah. Kita mengajak orang lain bersama-sama untuk

menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.

3. a. Strategi

Strategi adalah penggunaan cara untuk mempengaruhi orang lain. Kita

menggunakan strategi apabila orang menduga kita mempunyai motif tersembunyi. Kita

berkomunikasi dengan ”udang di balik batu”. Apabila orang lain tahu kita melaku¬kan

strategi, maka ia akan menjadi defensif.

b. Spontanitas

Spontanitas artinya sikap jujur, apa adanya dan dianggap tidak memiliki motif

yang terpendam. Apabila kita melaku¬kan spontanitas, maka kita mempunyai iklim

suportif.

4. a. Netralitas

Netralitas berarti sikap impersonal dan memperlakukan orang lain tidak sebagai

persona, melainkan sebagai obyek. Ber¬sikap netral bukanlah bersifat obyektif,

36

Page 37: Laporan Skenario C

melainkan menunjuk¬kan sikap acuh tak acuh dan tidak menghiraukan kelebihan orang

lain.

b. Empati

Empati artinya memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi

kita, sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi

orang lain yang mengalami emosi. Tanpa empati, orang seakan-akan menjadi mesin

yang hampa perasaan dan tanpa perhatian. Dengan empati, kita akan menumbuhkan

iklim yang suportif.

5. a. Superioritas

Superioritas artinya kita menunjukkan sikap lebih tinggi atau lebih baik dibanding

orang lain karena status atau kekuasaan atau kekayaan atau kemampuan intelektual

(dalam istilah Islam disebut Takabur). Superioritas akan melahirkan iklim defensif.

b. Persamaan

Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan

demokratis. Dalam sikap persamaan, kita tidak mempertegas perbedaan. Maksudnya

status boleh jadi berbeda tetapi komunikasi kita tidak vertikal, kita tidak meng¬gurui

tetapi berkomunikasi pada tingkat yang sama. Dengan persamaan, kita

mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan (Dalam

istilah Islam disebut Tawadlu’). Kalau kita senantiasa dapat menciptakan persamaan

maka akan timbul iklim yang suportif.

6. a. Kepastian

Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan

melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.

Bersikap kepastian cenderung mengarah ke iklim defensif.

b. Provisionalisme

Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk

mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan yaitu siap untuk mengakui

dan mengoreksi kesalahan yang kita perbuat, karena itu wajar juga kalau suatu saat

37

Page 38: Laporan Skenario C

pendapat dan keyakinan kita bisa berubah. ”Provisonal” dalam bahasa Inggris, artinya

bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap.

Komunikasi Dokter-Pasien dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Hubungan dokter dan pasien telah disadari merupakan bagian penting dalam

aspek mutu pelayanan kesehatan dengan semakin disadarinya pentingnya suara pasien

sebagai pelanggan pelayanan kesehatan. Komunikasi dokter dan pasien telah terbukti

membawa pengaruh pada kepatuhan pengobatan, meningkatkan kepuasan pasien dan

akhirnya akan membawa manfaat bagi keluaran pengobatan.

Saat ini diketahui bahwa terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam

mengambil keputusan terapi terhadap pasien, yaitu: pendekatan paternalistik, berbagi

dan informatif (konsumeris). Masing-masing memiliki implikasi yang berbeda dalam

peran dokter terhadap pasien dalam hal mengkomunikasikan informasi dan untuk tipe,

jumlah dan arus informasi diantara keduanya.

Dokter yang menggunakan pendekatan informatif terhadap pasien mengacu

pada suatu peran yang lebih aktif dalam menemukan masalah pasien dan menentukan

terapi yang tepat. Tipe murni peran dokter dalam pendekatan tipe ini meliputi

kesediaaan informasi penelitian yang relevan mengenai pilihan terapi beserta

keuntungan dan risiko terapi sehingga pasien dapat membuat keputusan yang jelas.

Pendekatan ini memberikan pertukaran informasi yang membantu dokter memahami

pasien dan meyakinkan bahwa pasien diberikan informasi pilihan terapi beserta risiko

dan keuntungannya. Hal tersebut juga memudahkan pasien untuk mengetahui apakah

mereka merasa bahwa mereka dapat membangun suatu hubungan kepercayaan dengan

dokternya.

Kerjasama Dokter Dengan Sejawat Menurut KKI

1. Merujuk pasien

Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas

pelayanan, dokter yang merawat harus merujuk pasien pada sejawat lain untuk

mendapatkan saran, pemeriksaan atau tindakan lanjutan. Bagi dokter yang menerima

rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan advis tindakan akan

terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk. Dalam keadaan tertentu

38

Page 39: Laporan Skenario C

dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau perawatan lanjutan dengan

persetujuan dokter yang merujuk dan pasien. Setelah selesai perawatan dokter rujukan

mengirim kembali kepada dokter yang merujuk.

Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter dapat

menyampaikan kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada sejawat lain karena

alasan kompetensi. Rujukan dimaksud dapat bersifat advis, rawat bersama atau alih

rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk, dokter harus memberi

penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan termasuk biaya, seluruh

usaha ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak memilih dokter rujukan, dan

dalam rawat bersama harus ditetapkan dokter penanggung jawab utama.

Dokter yang merujuk dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan

segala informasi tentang kondisi pasien yang relevan dan disampaikan secara tertulis

serta bersifat rahasia. Jika dokter memberi pengobatan dan nasihat kepada seorang

pasien yang diketahui sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter yang

memeriksa harus menginformasikan kepada dokter pasien tersebut tentang hasil

pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan penting lainnya demi kepentingan pasien.

2. Bekerjasama dengan sejawat

Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membedakan jenis kelamin, ras,

kecacatan, agama/kepercayaan, usia, status social atau perbedaan kompetensi yang

dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat. Seorang dokter tidak dibenarkan

mengkritik teman sejawat melalui pasien yang mengakibatkan turunnya kredibilitas

sejawat tersebut. Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter memberi komentar tentang

suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat secara langsung.

3. Bekerjasama dalam tim

Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.

Apabila bekerja dalam sebuah tim, dokter harus :

a. Menunjuk ketua tim selaku penanggung jawab

b. Tidak boleh mengubah akuntabilitas pribadi dalam perilaku keprofesian dan asuhan

yang diberikan

c. Menghargai kompetensi dan kontribusi anggota tim

d. Memelihara hubungan profesional dengan pasien

39

Page 40: Laporan Skenario C

e. Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar tim

f. Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami siapa yang

bertanggung jawab untuk setiap aspek pelayanan pasien

g. Berpartisipasi dalam review secara teratur, audit dari standar dan kinerja tim, serta

menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja dan

kekurangan tim

h. Menghadapi masalah kinerja dalam pelaksanaan kerja tim dilakukan secara terbuka

dan sportif.

4. Memimpin tim

Dalam memimpin sebuah tim, seorang dokter harus memasti¬kan bahwa :

a. Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang ber¬kaitan dengan pelaksanaan

dan pelayanan kedokteran

b. Anggota tim telah memenuhi kebutuhan pelayanan pasien

c. Anggota tim telah memahami tanggung jawab individu dan tanggung jawab tim

untuk keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan bijak mencatat serta

mendiskusikan permasalahan yang dihadapi

d. Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasien

e. Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien harus tahu

siapa yang harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau kekhawatiran

f. Pengaturan dan pertanggungjawaban pembiayaan sudah ter¬sedia

g. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut dari audit standar pelayanan kedokteran

dan audit pelaksanaan tim dijalankan secara berkala dan setiap kekurangan harus

diselesaikan segera

h. Sistem sudah disiapkan agar koordinasi untuk mengatasi setiap permasalahan dalam

kinerja, perilaku atau keselamatan anggota tim dapat tercapai

i. Selalu mempertahankan dan meningkatkan praktek kedokteran yang benar dan baik.

5. Mengatur dokter pengganti

Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti

serta mengatur proses pengalihan yang efektif dan komunikatif dengan dokter

pengganti. Dokter pengganti harus diinformasikan kepada pasien.

40

Page 41: Laporan Skenario C

Dokter harus memastikan bahwa dokter pengganti mempunyai kemampuan,

pengalaman, pengetahuan, dan keahlian untuk mengerjakan tugasnya sebagai dokter

pengganti. Dokter pengganti harus tetap bertanggung jawab kepada dokter yang

digantikan atau ketua tim dalam asuhan medis.

6. Mematuhi tugas

Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan/ pendidikan kedokteran harus

mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.

Dokter penanggung jawab tim harus memastikan bahwa pasien atau keluarga

pasien mengetahui informasi tentang diri pasien akan disampaikan kepada seluruh

anggota tim yang akan memberi perawatan. Jika pasien menolak penyampaian

informasi tersebut, dokter penanggung jawab tim harus menjelaskan kepada pasien

keuntungan bertukar informasi dalam pelayanan kedokteran.

Jika seorang pasien belum dirujuk dari dokter umum kepada dokter spesialis,

dokter spesialis tersebut harus menanyakan kepastian pasien tersebut untuk

memberitahu dokter umumnya sebelum memulai terapi, kecuali dalam keadaan gawat

darurat atau saat keadaan yang tidak memungkinkan. Jika dokter spesialis tersebut tidak

memberitahu dokter umum yang merawat pasien tersebut, dokter spesialis tersebut

harus bertanggung jawab untuk menyediakan atau merencanakan semua kebutuhan

perawatan.

Pada kasus, dr.Rino telah melakukan komunikasi yang baik sehingga ibu Rini

yang tadinya tidak bersedia menjadi bersedia untuk membawa/ merujuk anaknya ke

RSUD Mandiri, yakni rumah sakit yang lebih berkompetensi dalam menangani kasus

apendisitis di daerah tersebut.

41

Page 42: Laporan Skenario C

DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, Arlinda Sari. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. USU Digital Library :

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Azrul Azwar, 1997, Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Ed.2, IDI,

Jakarta.

http://www.dinkes.palembang.go.id/?nmodul=berita&bhsnyo=id&bid=136

42