Laporan Sistem Distribusi

19
SISTEM DISTRIBUSI A. Tujuan 1. Setelah melakukan praktek ini, praktikan diharapkan dapat : 2. Menjelaskan bagian-bagian peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR. 3. Menjelaskan fungsi-fungsi peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR. 4. Membedakan peralatan kontruksi dan jaringan JT / JTR. 5. Memasang peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR. B. Teori Dasar 1. Sistem Distribusi Sistem distribusi ialah jaringan listrik antara pusat pembangkit sampai dengan pusat pemakaian (kWh pelanggan). Tegangan yang dibangkitkan oleh generator biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV tergantung dari pabrik pembuat. Untuk mencegah kerugian daya yang besar pada waktu mengirim tenaga listrik dari pembangkit melalui jaringan transmisi ke pusat-pusat beban yang letaknya sangat jauh dari pembangkit maka sebelum ditransmisikan, tegangan ini dinaikkan terlebih dahulu menjadi 70 kV sampai 500 kV. Transmisi adalah bagian yang menyalurkan energi listrik dari pusat listrik ke pusat beban yang diterima oleh Gardu Induk (GI). Untuk jarak yang sedang digunakan tegangan transmisi 70 kV. Untuk jarak yang jauh digunakan tegangan transmisi 150 kV sedangkan untuk jarak yang sangat jauh digunakan tegangan transmisi sampai 500 kV. Sistem distribusi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu : a. Sistem Jaringan Distribusi Primer disebut Jaringan Tegangan Menengah (JTM) b. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Sistem Distribusi Primer Distribusi primer disebut juga tegangan menengah, yaitu jaringan yang menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi yang biasanya menggunakan tegangan distribusi 6 kV, 7 kV, 12 kV, 20 kV. Jaringan Distribusi Primer atau JTM merupakan fasa-tiga sedangkan jaringan distribusi sekunder atau Jaringan Tegangan Rendah (JTR) merupakan fasa-tunggal dan fasa-tiga dengan empat kawat. Di Indonesia umumnya tegangan yang digunakan pada sistem distribusi jaringan tegangan rendah adalah 380/220 volt.

Transcript of Laporan Sistem Distribusi

Page 1: Laporan Sistem Distribusi

SISTEM DISTRIBUSI

A. Tujuan

1. Setelah melakukan praktek ini, praktikan diharapkan dapat :

2. Menjelaskan bagian-bagian peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR.

3. Menjelaskan fungsi-fungsi peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR.

4. Membedakan peralatan kontruksi dan jaringan JT / JTR.

5. Memasang peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR.

B. Teori Dasar

1. Sistem Distribusi

Sistem distribusi ialah jaringan listrik antara pusat pembangkit sampai dengan

pusat pemakaian (kWh pelanggan). Tegangan yang dibangkitkan oleh generator

biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV tergantung dari pabrik pembuat. Untuk

mencegah kerugian daya yang besar pada waktu mengirim tenaga listrik dari

pembangkit melalui jaringan transmisi ke pusat-pusat beban yang letaknya sangat

jauh dari pembangkit maka sebelum ditransmisikan, tegangan ini dinaikkan

terlebih dahulu menjadi 70 kV sampai 500 kV.

Transmisi adalah bagian yang menyalurkan energi listrik dari pusat listrik ke

pusat beban yang diterima oleh Gardu Induk (GI). Untuk jarak yang sedang

digunakan tegangan transmisi 70 kV. Untuk jarak yang jauh digunakan tegangan

transmisi 150 kV sedangkan untuk jarak yang sangat jauh digunakan tegangan

transmisi sampai 500 kV.

Sistem distribusi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu :

a. Sistem Jaringan Distribusi Primer disebut Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

b. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

Sistem Distribusi Primer

Distribusi primer disebut juga tegangan menengah, yaitu jaringan yang

menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi yang biasanya menggunakan

tegangan distribusi 6 kV, 7 kV, 12 kV, 20 kV. Jaringan Distribusi Primer atau JTM

merupakan fasa-tiga sedangkan jaringan distribusi sekunder atau Jaringan

Tegangan Rendah (JTR) merupakan fasa-tunggal dan fasa-tiga dengan empat

kawat. Di Indonesia umumnya tegangan yang digunakan pada sistem distribusi

jaringan tegangan rendah adalah 380/220 volt.

Page 2: Laporan Sistem Distribusi

Sistem Distribusi Sekunder

Sistem distribusi sekunder yang lazim disebut jaringan tegangan rendah (JTR)

dimulai dari sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan sambungan rumah (SR)

pada pelanggan yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu

distribusi ke pelanggan dengan tegangan operasi yakni tegangan rendah (400/230

Volt, 380/220 Volt).

Pada saat ini SUTR yang menggunakan kabel telah banyak digunakan oleh PLN

untuk mengurangi gangguan yang disebabkan oleh gangguan pohon dan gangguan

lain yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Untuk kabel sambungan rumah (SR)

ke pelanggan saat ini telah digunakan twisted kabel dengan inti penghantar ada dari

material aluminium dan tembaga.

Sistem jaringan sekunder yang baik pada saat ini harus memberikan taraf

keandalan pada jaringan tegangan rendah di daerah dengan kepadatan beban yang

tinggi, dengan menjamin bahwa energi listrik yang sampai ke pelanggan

mempunyai mutu yang baik, sehingga biayanya yang tinggi dapat dipertanggung

jawabkan dan tingkat keandalan ini dipandang perlu.

Jaringan sekunder tegangan rendah mendapat pengisian terbanyak dari tiga atau

lebih feeder, sehingga bilamana salah satu feeder primer terganggu, sisa jaringan

sekunder akan dapat dengan mudah menampung beban dari feeder yang terganggu

itu. Sistem demikian dinamakan jaringan kedua (second contingency network).

Jaringan sekunder tegangan rendah harus didesain sedemikian rupa hingga terdapat

pembagian beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation) yang baik.

Gambar 1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Page 3: Laporan Sistem Distribusi

2. Tiang Listrik

Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu agar

jaringan tidak mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatang. Tiang listrik

adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan rendah dan

tegangan menengah yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya

tergantung dari keadaan lapangan.

a. Tiang Awal / Tiang Akhir.

Tiang Awal/Tiang Akhir adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus

dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar serta perlengkapannya,

dimana gaya yang diderita oleh tiang adalah gaya karena bersatu sudut.

b. Tiang Penyangga.

Tiang peyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang

tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah berlawanan.

c. Sudut Tiang.

Sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut

arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah berlawanan.

d. Tiang Penegang/Tiang Tarik.

Tiang penegang/Tiang tarik adalah yang dipasang pada saluran listrik yang lurus,

dimana gaya tarik kawat bekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.

e. Tiang Penopang.

Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga tiang akhir, tiang

sudut dan tiang penegang agar kemungkinan tiang menjadi miring akibat gaya tarik

kawat penghantar dapat terhindar.

2.1 Kekuatan Puncak Tiang.

Kekuatan pada puncak tiang ditentukan oleh beberapa factor antara lain adalah berat

kawat penghantar, dan tarikkan penghantar. Kawat penghantar sepanjang jarak dari 2

buah tiang merupakan gaya tarik yang harus dipikul oleh puncak tiang.

Page 4: Laporan Sistem Distribusi

Disamping berat penghantar yang ditentukan instalasinya.

Gaya yang diakibatkan oleh berat kawat penghantar, bergantung dari jenis dan

ukuran bahan penghantar. Sedangkan gaya tarik kawat penghantar dan tiang ditentukan

pada dasar tiang yang mempunyai momen terbesar.

Kekuatan puncak tiang ditentukan oleh konstruksi dan ukuran tiang sedang gaya yang

bekerja pada tiang ditentukan oleh :

a. Berat kawat hantar (jenis, ukuran, dan bahan hantaran)

b. Gaya tarik kawat hantaran.

2.2 Jenis Tiang Listrik Berdasarkan Bahannya

- Tiang Baja

- Tiang Beton

- Tiang Kayu (tidak dibahas)

Gambar 2. Tiang Baja

Gambar 3. Tiang Beton

Page 5: Laporan Sistem Distribusi

Gambar 4. Tiang Kayu

3. Konduktor

Konduktor berfungsi untuk memindahkan energi listrik dari suatu tempat yang

lain.

3.1 Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan-

persyaratan sebagai berikut :

- Konduktifitasnya cukup baik.

- Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

- Koefisien muai panjangnya kecil.

- Modulus kenyalnya (modulus elastisitet)cukup besar.

Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain :

- Logam biasa seperti tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya

- Logam campuran (alloy) adalah tembaga atau aluminium yang diberi campuran

dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain yang gunanya untuk menaikkan

kekuatan mekanisnya.

- Logam paduan (composite) yaitu dua jenis logam atau lebih yang dipadukan

dengan cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding).

a. Klasifikasi Konduktor Menurut Bahannya :

Kawat Logam Biasa

Contoh :

BBC (Bare Copper Conduktor)

Gambar 5. Kawat Logam Biasa (Konduktor)

Page 6: Laporan Sistem Distribusi

AAC (All Aluminium Alloy Conduktor)

Kawat Logam Campuran (Alloy)

Contoh :

AAAC (All Aluminium Alloy Conduktor)

Kawat Logam Paduan (composite)

Contoh :

- Copper Clad Steel (Kawat baja berlapis tembaga)

- Aluminum Clad Steel (Kawat baja berlapis Aluminium)

Kawat Lilit Campuran

Yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih.

Contoh :

ASCR (Aluminium Cable Steel Reinforced)

b. Klasifikasi Konduktor Menurut Konstruktsinya :

Kawat padat (solid wire) berpenampang bulat.

Kawat berlilit (standart wire) terdiri 7 sampai dengan 61 kawat padat yang

dililit menjadi satu, biasanya berlapis dan konsentris.

Kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat

untuk mendapatkan garis tengah luar yang besar.

c. Klasifikasi Menurut Bentuk Fisiknya.

Konduktor telanjang.

Konduktor berisolasi.

Konduktor berisolasi adalah konduktor telanjang yang pada bagian luarnya

diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja.

Contoh :

Kabel twisted.

Kabel NYY.

Kabel NYCY.

Kabel NYFGBY.

Page 7: Laporan Sistem Distribusi

d. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambing sebagai

berikut :

- AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya

terbuat dari alumunium.

Gambar 6. Kawat Penghantar AAC

- AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya

terbuat dari campuran alumunium.

Gambar 7. Kawat Penghantar AAAC

- ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar

alumunium berinti kawat baja.

Gambar 8. Kawat Penghantar ACSR

- ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar

alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.

Page 8: Laporan Sistem Distribusi

3.2 Karakteristik Konduktor

Ada 2 (dua) jenis karateristik konduktor, yaitu :

a. Karakteristik Mekanik

b. Karakteristik Listrik.

Karakteristik Mekanik.

Karakteristik mekanik menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang

menyatakan kekuatan tarik dari pada konduktor.

Dari SPLN 41-8:1981 untuk konduktor 70 mm berselubung AAAC-S pada

suhu sekitar 30 C, maka kemampuan maksimal dari konduktor untuk

menghantar arus adalah 275 A.

Karakteristik Listrik

Karakteristik listrik menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arus

listrik yang melewatinya.

Dari SPLN 41-10 : 1991 untuk knduktor 70 mm2 berselubung AAAC-S pada

suhu sekitar 30o C, maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk

menghantar arus adalah 275 A.

4. Isulator

Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap

penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang

disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang

berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat

temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk

menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah

berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat

isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara

penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu

Page 9: Laporan Sistem Distribusi

dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan angin

yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling bersentuhan.

Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur dan

gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,

dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di

Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Warna

isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening untuk bahan

gelas.

Konstruksi Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan yang

bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan maka

ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan.

Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

Isolator tumpu ( pin insulator )

Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika penghantar

dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut maksimal 2

° dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi ( leher ) isolator

untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang tegak-lurus dii atas

travers.

Isolator tarik ( Strain insulator )

Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah dengan

beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi tiang

awal / akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang

di bagian sisi Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat

dengan Strain Clamp dengan pengencangan mur - bautnya. Isolator jenis ini pada

sebagian konstruksi SUTM di Jawa Barat dipakai juga untuk tarikan lurus atau

sudut kecil yang dipasang menggantung di bawah travers dan sebagai pengikat

penghantarnya digunakan suspension clamp seperti pada konstruksi SUTT

Page 10: Laporan Sistem Distribusi

Isolator telor

Berfungsi untuk menyekat kawat penahan tiang antara kawat bagian atas dan kawat

bagian bawah. Selain harus mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, isolator ini

harus mampu menahan tarikan kawat sebagai penahan tiang dari kemiringan.

Kawat diikatkan keisolator menggunakan preformed spiral grip, yaitu bahan jadi

yang pemasangannya dengan cara mengaitkan ke lubang isolator dan pada kawat

tinggal membelitkannya.

Gambar 9. Isolator Tonggak Saluran Charbonneaux

Gambar 10 Isolator Pinpost

Page 11: Laporan Sistem Distribusi

5. Kabel

o Kabel dan pemasangannya

- Kabel tanah dipasang di dalam tanah

- Kabel instalasi dipasang di dalam pipa direntang di langit-langit

- Kabel fleksibel dipasang di panel kontrol dan instrumen

Konstruksi kabel

- Kabel tanah

Berinti satu atau banyak dan berkawat satu atau banyak

Berisolasi, berperisai, berselubung untuk kabel TR

Berisolasi, berperisai, berselubung, berpenghantar listrik untuk kabel

TM

- Kabel instalasi

Berinti satu atau banyak dan berkawat satu atau banyak

Berisolasi

Berisolasi dan berselubung

- Kabel fleksibel

Berinti satu atau banyak dan berkawat banyak halus

Penandaan Kabel

Menggunakan kode pengenal dari masing-masing bahan pada kabel dimulai dari

bagian paling dalam (inti) sampai dengan bagian paling luar (Selubung Luar)

Gambar 11. Isolator Jenis Pasak 15 kv

Page 12: Laporan Sistem Distribusi

Kode pengenal Uraian

N Inti Terbuat Dari Bahan Tembaga

NF Kabel udara dengan initi terbuat dari tembaga

NA inti terbuat dari bahan alumunium

NFA kabel udara dengan inti terbuat dari alumunium

Y Isolasi Atau Selubung Dari Pvc (Poly Vynil Chloride)

Tegangan Kerja Maksimal 1000 V Titik Lebih 70oc

2X Isolasi atau selubung dari xlpe (Cross Link Poly

Etheline) Tegangan Kerja Sampai Di Atas 20 Kv Titik

Leleh 90oc

S atau SE Pelindung Elektrik, Terbuat Dari Pita Pelat Tembaga

C atau CE Pelindung Elektrik Terbuat Dari Kawat Tembaga

yang dipasang Konsentris

F Pelindung Mekanik Terbuat Dari Fita Baja Pipih

Gb Pelindung Mekanik Terbuat Dari Spiral Pelat Baja

B Pelindung Mekanik Terbuat Dari Lapisan Pelat Baja

KABEL INTI TUNGGAL (SINGLE CORE)

KABEL N2XSY ……. Y ATAU NA 2X SY …… Y

Gambar 12. Kabel Inti Tunggal

Page 13: Laporan Sistem Distribusi

KABEL TIGA INTI (THREE CORE)

- KABEL N2XSY - KABEL N2XSEY

- KABEL NA2XSY - KABEL NA2XSEY

Gambar 13. Kabel Tiga Inti

6. Lightning Arrester

Penggunaan lighting arrester pada sistem distribusi pada sistem distribusi adalah

untuk melindungi peralatan terhadap gangguan akibat sambaran petir. Arrester

juga digunakan untuk melindungi saluran distribusi dari flashover. Arrester

dipasang dekat atau pada peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke

tanah.

Page 14: Laporan Sistem Distribusi

Gambar 14. Lightning Arrester

Berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan listrik di gardu induk dari

tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lightning surge) pada kawat transmisi,

maupun disebabkanoleh surya hubung (switching surge). Dalam keadaan normal (tidak

terjadi gangguan), LA bersifat isolatif atau tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dalam

keadaan terjadi gangguan yang menyebabkan LA bekerj maka LA bersifat konduktif atau

menyalurkan arus listrik ke bumi.

7. Trafo Distribusi

Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi memindahkan /

menyalurkan tenaga listrik tegangan rendah ketegangan menengah atau sebaliknta, pada

frekuensi yang sama, sedangkan prinsip kerjanya melalui induksi magnit, dan

menghasilkan nilai tegangan dan arus yang berbeda.

8. Panel Distribusi

Alat listrik yang berupa lemari pembagi. Didalamnya terpasang sakelar kecil

(mini circuit breaker) atau fuse-fuse, sebagai pembagi beban dan pengaman dari

instalasi terpasang gardu induk.

9. Kubikel

Page 15: Laporan Sistem Distribusi

Adalah sistem switchgear untuk tegangan menengah (20KV) yang berasal dari

output trafo daya, yang selanjutnya diteruskan ke konsumen melalui penyulang (feeder)

yang tersambung (terhubung) dengan cubicle tersebut.

Gambar 15. Kubikel

10. Peralatan Hubung (Switching)

Pada percabangan atau

pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud kemudahan operasional

harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS), selain LBS dapat juga

dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).

11. Tiang

a. Tiang Kayu

SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,

kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah

pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan

sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.

b. Tiang Besi

Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh

kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan.

Page 16: Laporan Sistem Distribusi

Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih

diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton.

Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan

transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah

tersebut belum ada pabrik tiang beton.

c. Tiang Beton

Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di

seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang

lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi

profil.

12. Transformator Daya

Transformator berfungsi untuk mentranformasikan daya listrik, dengan

meruba besarnya tegangan sedangkan frequensinya tetap.

Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk

mendapatkan titiknetral dari trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral Current

Transformator (NCT), perlengkapan lainnya adalah pentanahan trafo yang disebut,

Neutral Grounding Resistance (NGR).

13. Neutral Grounding Resistance (NGR)

Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang

antara titik netral trafo dengan pentanahan.

Neutral Grounding Resistance (NGR) berfungsi untuk memperkecil arus

gangguan yang terjadi.

14. Circuit Breaker (CB)

Circuit breaker adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk memutus

rangkaian listrik dalam keadaan berbeban.

Circuit breaker (CB) dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi

normal maupun pada saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB

Page 17: Laporan Sistem Distribusi

mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB dilengkapi

dengan pemadam busur api.

Pemadam busur api berupa:

Minyak (OCB)

Udara (ACB)

Gas (GCB)

15. Disconnecting Switch (DS) :

Disconnecting switch (DS) adalah perlatan pemisah, yang berfungsi untuk

memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban. Kerena DS hanya

dapat dioperasikan pada saat kondisi tdak berbeban, maka yang harus dioperasikan

terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus oleh CB, baru DS

dioperasikan.

Dalam GI, DS terpasang di :

Transformator bay (TR Bay)

Transmission Line Bay (TL Bay)

Busbar

Bus Couple

16. Lightning Arrester (LA) :

Lightning arrester (LA) berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan

listrik di gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lightning

surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan oleh surya hubung (switching

surge).

Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan) LA bersifat isolatif atau

tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dan sebaliknya apabila terjadi gangguan LA

akan bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.

17. Current Transformator (CT) :

Current transformator (CT) berfungi untuk merubah besaran arus, dari arus

yang besar ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus listrik pada system

tenaga listrik, menjadi arus untuk system pengukuran dan proteksi.

Page 18: Laporan Sistem Distribusi

18. Potential Transformator (PT) :

Potential transformator (PT) berfungsi untuk merubah besaran tegangan

dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik

pada system tenaga listrik, menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan

proteksi.

19. Transformator Pemakaian Sendiri (TPS) :

Transformator pemakaian sendiri (TPS) berfungsi sebagai sumber tegangan

AC 3 Phasa 220/380 Volt.

Digunakan untuk kebutuhan intern gardu induk, antara lain :

Penerangan di switch yard, gedung control, halaman GI, dan sekeliling GI.

Alat pendingin (AC) dan Rectifer.

Pompa air dan motor-motor listrik.

20. Rel Busbar

Rel busbar berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan antara transformator daya,

SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada pada switch yaed.

Komponen Rel Busbar antara lain :

Konduktor ( AAAC, HAL, THAL, BC, HDCC )

Insulator string dan fitting ( insulator, tension clamp, suspension clamp, socket eye,

anchor sagkle, spacer )

21. Gedung Control (Control Building)

Gedung kontrol (control building) berfungsi sebagai pusat aktifitas

pengoperasian gardu induk. Pada gedung control inilah oprator bekerja mengontrol

dan mengoperasikan komponen-komponen yang ada pada gardu induk.

22. Panel Kontrol

Panel control berfungsi untuk mengetahui kondisi gardu induk dan merupakan

pusat kendali local gardu induk.

Didalamnya berisi saklar, indicator-indikator, meter-meter, tombol-tombol

komando operasional PMT, PMS dan alat ukur besaran listrik, serta announciator.

Panel control berada satu rungan dengan tempat oprator kerja.

Page 19: Laporan Sistem Distribusi

Panel control terdiri dari :

Transmission line control panel.

Transformator control panel.

Fault recorder control panel.

KWH meter dan Fault recorder panel.

LRT control panel.

Bus couple control panel.

AC/DC control panel.

Syncronizing control panel.

Automatic FD switching panel.

D/L control panel.

23. Panel Proteksi

Panel proteksi (protection panel/relay panel) berfungsi untuk memproteksi

(melindungi system jaringan gardu induk) pada saat terjadi gangguan maupun

karena kesalahan operasi.

Didalam panel proteksi berisi peralatan-peralatan elektro dan elektronik, dan

lain-lain yang bersifat presisi. Setiap relay yang terpasang dan panel proteksi,

diberi nama relay sesuai fungsinya.

Relay panel proteksi terdiri dari :

Transmission line relay panel (relay panel TL)

Transformator relay panel (relay panel TR)

Busbar protection relay panel.