Laporan Sistem Distribusi
Transcript of Laporan Sistem Distribusi
SISTEM DISTRIBUSI
A. Tujuan
1. Setelah melakukan praktek ini, praktikan diharapkan dapat :
2. Menjelaskan bagian-bagian peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR.
3. Menjelaskan fungsi-fungsi peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR.
4. Membedakan peralatan kontruksi dan jaringan JT / JTR.
5. Memasang peralatan / bahan kontruksi dan jaringan JTM / JTR.
B. Teori Dasar
1. Sistem Distribusi
Sistem distribusi ialah jaringan listrik antara pusat pembangkit sampai dengan
pusat pemakaian (kWh pelanggan). Tegangan yang dibangkitkan oleh generator
biasanya berkisar antara 6 kV sampai 20 kV tergantung dari pabrik pembuat. Untuk
mencegah kerugian daya yang besar pada waktu mengirim tenaga listrik dari
pembangkit melalui jaringan transmisi ke pusat-pusat beban yang letaknya sangat
jauh dari pembangkit maka sebelum ditransmisikan, tegangan ini dinaikkan
terlebih dahulu menjadi 70 kV sampai 500 kV.
Transmisi adalah bagian yang menyalurkan energi listrik dari pusat listrik ke
pusat beban yang diterima oleh Gardu Induk (GI). Untuk jarak yang sedang
digunakan tegangan transmisi 70 kV. Untuk jarak yang jauh digunakan tegangan
transmisi 150 kV sedangkan untuk jarak yang sangat jauh digunakan tegangan
transmisi sampai 500 kV.
Sistem distribusi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua tingkat yaitu :
a. Sistem Jaringan Distribusi Primer disebut Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
b. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Sistem Distribusi Primer
Distribusi primer disebut juga tegangan menengah, yaitu jaringan yang
menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi yang biasanya menggunakan
tegangan distribusi 6 kV, 7 kV, 12 kV, 20 kV. Jaringan Distribusi Primer atau JTM
merupakan fasa-tiga sedangkan jaringan distribusi sekunder atau Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) merupakan fasa-tunggal dan fasa-tiga dengan empat
kawat. Di Indonesia umumnya tegangan yang digunakan pada sistem distribusi
jaringan tegangan rendah adalah 380/220 volt.
Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder yang lazim disebut jaringan tegangan rendah (JTR)
dimulai dari sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan sambungan rumah (SR)
pada pelanggan yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu
distribusi ke pelanggan dengan tegangan operasi yakni tegangan rendah (400/230
Volt, 380/220 Volt).
Pada saat ini SUTR yang menggunakan kabel telah banyak digunakan oleh PLN
untuk mengurangi gangguan yang disebabkan oleh gangguan pohon dan gangguan
lain yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Untuk kabel sambungan rumah (SR)
ke pelanggan saat ini telah digunakan twisted kabel dengan inti penghantar ada dari
material aluminium dan tembaga.
Sistem jaringan sekunder yang baik pada saat ini harus memberikan taraf
keandalan pada jaringan tegangan rendah di daerah dengan kepadatan beban yang
tinggi, dengan menjamin bahwa energi listrik yang sampai ke pelanggan
mempunyai mutu yang baik, sehingga biayanya yang tinggi dapat dipertanggung
jawabkan dan tingkat keandalan ini dipandang perlu.
Jaringan sekunder tegangan rendah mendapat pengisian terbanyak dari tiga atau
lebih feeder, sehingga bilamana salah satu feeder primer terganggu, sisa jaringan
sekunder akan dapat dengan mudah menampung beban dari feeder yang terganggu
itu. Sistem demikian dinamakan jaringan kedua (second contingency network).
Jaringan sekunder tegangan rendah harus didesain sedemikian rupa hingga terdapat
pembagian beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation) yang baik.
Gambar 1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
2. Tiang Listrik
Tiang listrik merupakan material yang terbuat dari besi, beton dan kayu agar
jaringan tidak mengenai bangunan, pohon dan manusia atau binatang. Tiang listrik
adalah salah satu komponen utama dari jaringan listrik tegangan rendah dan
tegangan menengah yang menyangga hantaran listrik serta perlengkapannya
tergantung dari keadaan lapangan.
a. Tiang Awal / Tiang Akhir.
Tiang Awal/Tiang Akhir adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus
dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar serta perlengkapannya,
dimana gaya yang diderita oleh tiang adalah gaya karena bersatu sudut.
b. Tiang Penyangga.
Tiang peyangga adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang
tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah berlawanan.
c. Sudut Tiang.
Sudut adalah tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut
arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat adalah berlawanan.
d. Tiang Penegang/Tiang Tarik.
Tiang penegang/Tiang tarik adalah yang dipasang pada saluran listrik yang lurus,
dimana gaya tarik kawat bekerja terhadap tiang dari dua arah yang berlawanan.
e. Tiang Penopang.
Tiang penopang adalah tiang yang digunakan untuk menyangga tiang akhir, tiang
sudut dan tiang penegang agar kemungkinan tiang menjadi miring akibat gaya tarik
kawat penghantar dapat terhindar.
2.1 Kekuatan Puncak Tiang.
Kekuatan pada puncak tiang ditentukan oleh beberapa factor antara lain adalah berat
kawat penghantar, dan tarikkan penghantar. Kawat penghantar sepanjang jarak dari 2
buah tiang merupakan gaya tarik yang harus dipikul oleh puncak tiang.
Disamping berat penghantar yang ditentukan instalasinya.
Gaya yang diakibatkan oleh berat kawat penghantar, bergantung dari jenis dan
ukuran bahan penghantar. Sedangkan gaya tarik kawat penghantar dan tiang ditentukan
pada dasar tiang yang mempunyai momen terbesar.
Kekuatan puncak tiang ditentukan oleh konstruksi dan ukuran tiang sedang gaya yang
bekerja pada tiang ditentukan oleh :
a. Berat kawat hantar (jenis, ukuran, dan bahan hantaran)
b. Gaya tarik kawat hantaran.
2.2 Jenis Tiang Listrik Berdasarkan Bahannya
- Tiang Baja
- Tiang Beton
- Tiang Kayu (tidak dibahas)
Gambar 2. Tiang Baja
Gambar 3. Tiang Beton
Gambar 4. Tiang Kayu
3. Konduktor
Konduktor berfungsi untuk memindahkan energi listrik dari suatu tempat yang
lain.
3.1 Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan-
persyaratan sebagai berikut :
- Konduktifitasnya cukup baik.
- Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.
- Koefisien muai panjangnya kecil.
- Modulus kenyalnya (modulus elastisitet)cukup besar.
Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain :
- Logam biasa seperti tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya
- Logam campuran (alloy) adalah tembaga atau aluminium yang diberi campuran
dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain yang gunanya untuk menaikkan
kekuatan mekanisnya.
- Logam paduan (composite) yaitu dua jenis logam atau lebih yang dipadukan
dengan cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding).
a. Klasifikasi Konduktor Menurut Bahannya :
Kawat Logam Biasa
Contoh :
BBC (Bare Copper Conduktor)
Gambar 5. Kawat Logam Biasa (Konduktor)
AAC (All Aluminium Alloy Conduktor)
Kawat Logam Campuran (Alloy)
Contoh :
AAAC (All Aluminium Alloy Conduktor)
Kawat Logam Paduan (composite)
Contoh :
- Copper Clad Steel (Kawat baja berlapis tembaga)
- Aluminum Clad Steel (Kawat baja berlapis Aluminium)
Kawat Lilit Campuran
Yaitu kawat yang lilitannya terdiri dari dua jenis logam atau lebih.
Contoh :
ASCR (Aluminium Cable Steel Reinforced)
b. Klasifikasi Konduktor Menurut Konstruktsinya :
Kawat padat (solid wire) berpenampang bulat.
Kawat berlilit (standart wire) terdiri 7 sampai dengan 61 kawat padat yang
dililit menjadi satu, biasanya berlapis dan konsentris.
Kawat berongga (hollow conductor) adalah kawat berongga yang dibuat
untuk mendapatkan garis tengah luar yang besar.
c. Klasifikasi Menurut Bentuk Fisiknya.
Konduktor telanjang.
Konduktor berisolasi.
Konduktor berisolasi adalah konduktor telanjang yang pada bagian luarnya
diisolasi sesuai dengan peruntukan tegangan kerja.
Contoh :
Kabel twisted.
Kabel NYY.
Kabel NYCY.
Kabel NYFGBY.
d. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambing sebagai
berikut :
- AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari alumunium.
Gambar 6. Kawat Penghantar AAC
- AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari campuran alumunium.
Gambar 7. Kawat Penghantar AAAC
- ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.
Gambar 8. Kawat Penghantar ACSR
- ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
3.2 Karakteristik Konduktor
Ada 2 (dua) jenis karateristik konduktor, yaitu :
a. Karakteristik Mekanik
b. Karakteristik Listrik.
Karakteristik Mekanik.
Karakteristik mekanik menunjukkan keadaan fisik dari konduktor yang
menyatakan kekuatan tarik dari pada konduktor.
Dari SPLN 41-8:1981 untuk konduktor 70 mm berselubung AAAC-S pada
suhu sekitar 30 C, maka kemampuan maksimal dari konduktor untuk
menghantar arus adalah 275 A.
Karakteristik Listrik
Karakteristik listrik menunjukkan kemampuan dari konduktor terhadap arus
listrik yang melewatinya.
Dari SPLN 41-10 : 1991 untuk knduktor 70 mm2 berselubung AAAC-S pada
suhu sekitar 30o C, maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk
menghantar arus adalah 275 A.
4. Isulator
Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang
disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang
berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat
temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai kemampuan untuk
menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk penyekatan terhadap tanah
berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan batang besi pengikat
isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak antara
penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu
dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan angin
yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling bersentuhan.
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur dan
gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Warna
isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening untuk bahan
gelas.
Konstruksi Isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan yang
bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan maka
ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan.
Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Isolator tumpu ( pin insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika penghantar
dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan sudut maksimal 2
° dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di bagian sisi ( leher ) isolator
untuk tarikan dengan sudut maksimal 18 ° . Isolator dipasang tegak-lurus dii atas
travers.
Isolator tarik ( Strain insulator )
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah dengan
beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi tiang
awal / akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang
di bagian sisi Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat
dengan Strain Clamp dengan pengencangan mur - bautnya. Isolator jenis ini pada
sebagian konstruksi SUTM di Jawa Barat dipakai juga untuk tarikan lurus atau
sudut kecil yang dipasang menggantung di bawah travers dan sebagai pengikat
penghantarnya digunakan suspension clamp seperti pada konstruksi SUTT
Isolator telor
Berfungsi untuk menyekat kawat penahan tiang antara kawat bagian atas dan kawat
bagian bawah. Selain harus mempunyai tahanan isolasi yang tinggi, isolator ini
harus mampu menahan tarikan kawat sebagai penahan tiang dari kemiringan.
Kawat diikatkan keisolator menggunakan preformed spiral grip, yaitu bahan jadi
yang pemasangannya dengan cara mengaitkan ke lubang isolator dan pada kawat
tinggal membelitkannya.
Gambar 9. Isolator Tonggak Saluran Charbonneaux
Gambar 10 Isolator Pinpost
5. Kabel
o Kabel dan pemasangannya
- Kabel tanah dipasang di dalam tanah
- Kabel instalasi dipasang di dalam pipa direntang di langit-langit
- Kabel fleksibel dipasang di panel kontrol dan instrumen
Konstruksi kabel
- Kabel tanah
Berinti satu atau banyak dan berkawat satu atau banyak
Berisolasi, berperisai, berselubung untuk kabel TR
Berisolasi, berperisai, berselubung, berpenghantar listrik untuk kabel
TM
- Kabel instalasi
Berinti satu atau banyak dan berkawat satu atau banyak
Berisolasi
Berisolasi dan berselubung
- Kabel fleksibel
Berinti satu atau banyak dan berkawat banyak halus
Penandaan Kabel
Menggunakan kode pengenal dari masing-masing bahan pada kabel dimulai dari
bagian paling dalam (inti) sampai dengan bagian paling luar (Selubung Luar)
Gambar 11. Isolator Jenis Pasak 15 kv
Kode pengenal Uraian
N Inti Terbuat Dari Bahan Tembaga
NF Kabel udara dengan initi terbuat dari tembaga
NA inti terbuat dari bahan alumunium
NFA kabel udara dengan inti terbuat dari alumunium
Y Isolasi Atau Selubung Dari Pvc (Poly Vynil Chloride)
Tegangan Kerja Maksimal 1000 V Titik Lebih 70oc
2X Isolasi atau selubung dari xlpe (Cross Link Poly
Etheline) Tegangan Kerja Sampai Di Atas 20 Kv Titik
Leleh 90oc
S atau SE Pelindung Elektrik, Terbuat Dari Pita Pelat Tembaga
C atau CE Pelindung Elektrik Terbuat Dari Kawat Tembaga
yang dipasang Konsentris
F Pelindung Mekanik Terbuat Dari Fita Baja Pipih
Gb Pelindung Mekanik Terbuat Dari Spiral Pelat Baja
B Pelindung Mekanik Terbuat Dari Lapisan Pelat Baja
KABEL INTI TUNGGAL (SINGLE CORE)
KABEL N2XSY ……. Y ATAU NA 2X SY …… Y
Gambar 12. Kabel Inti Tunggal
KABEL TIGA INTI (THREE CORE)
- KABEL N2XSY - KABEL N2XSEY
- KABEL NA2XSY - KABEL NA2XSEY
Gambar 13. Kabel Tiga Inti
6. Lightning Arrester
Penggunaan lighting arrester pada sistem distribusi pada sistem distribusi adalah
untuk melindungi peralatan terhadap gangguan akibat sambaran petir. Arrester
juga digunakan untuk melindungi saluran distribusi dari flashover. Arrester
dipasang dekat atau pada peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke
tanah.
Gambar 14. Lightning Arrester
Berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan listrik di gardu induk dari
tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lightning surge) pada kawat transmisi,
maupun disebabkanoleh surya hubung (switching surge). Dalam keadaan normal (tidak
terjadi gangguan), LA bersifat isolatif atau tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dalam
keadaan terjadi gangguan yang menyebabkan LA bekerj maka LA bersifat konduktif atau
menyalurkan arus listrik ke bumi.
7. Trafo Distribusi
Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang berfungsi memindahkan /
menyalurkan tenaga listrik tegangan rendah ketegangan menengah atau sebaliknta, pada
frekuensi yang sama, sedangkan prinsip kerjanya melalui induksi magnit, dan
menghasilkan nilai tegangan dan arus yang berbeda.
8. Panel Distribusi
Alat listrik yang berupa lemari pembagi. Didalamnya terpasang sakelar kecil
(mini circuit breaker) atau fuse-fuse, sebagai pembagi beban dan pengaman dari
instalasi terpasang gardu induk.
9. Kubikel
Adalah sistem switchgear untuk tegangan menengah (20KV) yang berasal dari
output trafo daya, yang selanjutnya diteruskan ke konsumen melalui penyulang (feeder)
yang tersambung (terhubung) dengan cubicle tersebut.
Gambar 15. Kubikel
10. Peralatan Hubung (Switching)
Pada percabangan atau
pengalokasian seksi pada jaringan SUTM untuk maksud kemudahan operasional
harus dipasang Pemutus Beban (Load Break Switch : LBS), selain LBS dapat juga
dipasangkan Fused Cut-Out (FCO).
11. Tiang
a. Tiang Kayu
SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi,
kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah
pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan
sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM.
b. Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh
kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan.
Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih
diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton.
Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan
transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah
tersebut belum ada pabrik tiang beton.
c. Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di
seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang
lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi
profil.
12. Transformator Daya
Transformator berfungsi untuk mentranformasikan daya listrik, dengan
meruba besarnya tegangan sedangkan frequensinya tetap.
Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk
mendapatkan titiknetral dari trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral Current
Transformator (NCT), perlengkapan lainnya adalah pentanahan trafo yang disebut,
Neutral Grounding Resistance (NGR).
13. Neutral Grounding Resistance (NGR)
Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang
antara titik netral trafo dengan pentanahan.
Neutral Grounding Resistance (NGR) berfungsi untuk memperkecil arus
gangguan yang terjadi.
14. Circuit Breaker (CB)
Circuit breaker adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk memutus
rangkaian listrik dalam keadaan berbeban.
Circuit breaker (CB) dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi
normal maupun pada saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB
mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB dilengkapi
dengan pemadam busur api.
Pemadam busur api berupa:
Minyak (OCB)
Udara (ACB)
Gas (GCB)
15. Disconnecting Switch (DS) :
Disconnecting switch (DS) adalah perlatan pemisah, yang berfungsi untuk
memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban. Kerena DS hanya
dapat dioperasikan pada saat kondisi tdak berbeban, maka yang harus dioperasikan
terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus oleh CB, baru DS
dioperasikan.
Dalam GI, DS terpasang di :
Transformator bay (TR Bay)
Transmission Line Bay (TL Bay)
Busbar
Bus Couple
16. Lightning Arrester (LA) :
Lightning arrester (LA) berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan
listrik di gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lightning
surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan oleh surya hubung (switching
surge).
Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan) LA bersifat isolatif atau
tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dan sebaliknya apabila terjadi gangguan LA
akan bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.
17. Current Transformator (CT) :
Current transformator (CT) berfungi untuk merubah besaran arus, dari arus
yang besar ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus listrik pada system
tenaga listrik, menjadi arus untuk system pengukuran dan proteksi.
18. Potential Transformator (PT) :
Potential transformator (PT) berfungsi untuk merubah besaran tegangan
dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik
pada system tenaga listrik, menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan
proteksi.
19. Transformator Pemakaian Sendiri (TPS) :
Transformator pemakaian sendiri (TPS) berfungsi sebagai sumber tegangan
AC 3 Phasa 220/380 Volt.
Digunakan untuk kebutuhan intern gardu induk, antara lain :
Penerangan di switch yard, gedung control, halaman GI, dan sekeliling GI.
Alat pendingin (AC) dan Rectifer.
Pompa air dan motor-motor listrik.
20. Rel Busbar
Rel busbar berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan antara transformator daya,
SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada pada switch yaed.
Komponen Rel Busbar antara lain :
Konduktor ( AAAC, HAL, THAL, BC, HDCC )
Insulator string dan fitting ( insulator, tension clamp, suspension clamp, socket eye,
anchor sagkle, spacer )
21. Gedung Control (Control Building)
Gedung kontrol (control building) berfungsi sebagai pusat aktifitas
pengoperasian gardu induk. Pada gedung control inilah oprator bekerja mengontrol
dan mengoperasikan komponen-komponen yang ada pada gardu induk.
22. Panel Kontrol
Panel control berfungsi untuk mengetahui kondisi gardu induk dan merupakan
pusat kendali local gardu induk.
Didalamnya berisi saklar, indicator-indikator, meter-meter, tombol-tombol
komando operasional PMT, PMS dan alat ukur besaran listrik, serta announciator.
Panel control berada satu rungan dengan tempat oprator kerja.
Panel control terdiri dari :
Transmission line control panel.
Transformator control panel.
Fault recorder control panel.
KWH meter dan Fault recorder panel.
LRT control panel.
Bus couple control panel.
AC/DC control panel.
Syncronizing control panel.
Automatic FD switching panel.
D/L control panel.
23. Panel Proteksi
Panel proteksi (protection panel/relay panel) berfungsi untuk memproteksi
(melindungi system jaringan gardu induk) pada saat terjadi gangguan maupun
karena kesalahan operasi.
Didalam panel proteksi berisi peralatan-peralatan elektro dan elektronik, dan
lain-lain yang bersifat presisi. Setiap relay yang terpasang dan panel proteksi,
diberi nama relay sesuai fungsinya.
Relay panel proteksi terdiri dari :
Transmission line relay panel (relay panel TL)
Transformator relay panel (relay panel TR)
Busbar protection relay panel.