Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

38
BAB I PENDAHULUAN Peningkatan mobilitas di sektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia merupakan salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat berupa kecelakaan kerja, cedera olahraga maupun karena trauma. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total mapun yang parsial (Rasjad, 2009). Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung. Fraktur adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau cartilage dengan atau tanpa disertai dislokasi fragmen. Fraktur os radius dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena 1

Transcript of Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Page 1: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Peningkatan mobilitas di sektor lalu lintas dan faktor kelalaian

manusia merupakan salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan

yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab yang lain dapat berupa kecelakaan

kerja, cedera olahraga maupun karena trauma. Fraktur adalah hilangnya

kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang

bersifat total mapun yang parsial (Rasjad, 2009).

Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang

umumnya disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan

posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya

mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku

agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.

Fraktur adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau

cartilage dengan atau tanpa disertai dislokasi fragmen. Fraktur os radius dan

fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang

kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma

terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut. Lokasi fraktur sering

terjadi pada bagian tengah dari tulang radus atau pada bagian distal tulang

raduis dan ulna atau pada bagian distal atau keduanya.

Fisioterapi sebagai salah satu profesi kesehatan yang bertanggung

jawab atas gerak dan fungsi yang berperan dalam kondisi fraktur. Tindakan

fisioterapi perlu diberikan sedini mungkin kepada pasien untuk mempercepat

penyembuhan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien. Modalitas

fisioterapi yang dapat digunakan pada pasien fraktur antara lain berupa terapi

latihan dapat digunakan untuk mengurangi nyeri, mencegah kontraktur dan

atrofi pada otot, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan luas gerak sendi

(LGS), mengurangi gangguan postur, dan meningkatkan kemampuan

fungsional.

1

Page 2: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi TulangSistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran

dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon,

ligament, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan

struktur tersebut (Price dan Wilson, 2006). Tulang adalah suatu jaringan

dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain : osteoblast, osteosit

dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen

tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid

melalui suatu proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang aktif

menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mengsekresikan sejumlah besar

fosfatase alkali, yang memegang peran penting dalam mengendapkan

kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali

memasuki aliran darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di

dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat

pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus

metastasis kanker ke tulang.

Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu

lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas

adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan

matriks tulang dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit,

osteklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim

proteolotik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang

melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam

aliran darah. Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2006)

antara lain :

1. Sebagai kerangka tubuh

Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.

2

Page 3: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

2. Proteksi

Sistem musculoskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya

otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru

terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang di bentuk oleh tulang-

tulang kostae (iga).

3. Ambulasi dan Mobilisasi

Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh

dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system pengungkit

yang di gerakan oleh otot- otot yang melekat pada tulang tersebut ;

sebagai suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot- otot

yang melekat padanya.

4. Deposit Mineral

Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain.

Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh.

5. Hemopoesis

Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk

menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam

sumsum merah tulang tertentu.

1. Tulang Radius dan Ulna

a. Radius

Os radius atau tulang pengumpil adalah tulang lengan bawah yang

menyambungkan bagian siku dengan tangan di sisi ibu jari. Tulang

pengumpil terletak di sisi lateral tulang hasta. Bentuk badan tulang

pengumpil semakin ke bawah semakin membesar yang akan

membentuk persendian pergelangan tangan.

b. Ulna

Os ulna atau tulang hasta merupakan tulang panjang di bagian

medial lengan bawah. Terletak sejajar dengan tulang pengumpil

(radius).

3

Page 4: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

2. Arthrologi

Wrist kompleks terdiri atas : radiocarpal joint, midcarpal joint, dan

intercarpal joint. Tulang-tulang yang membentuk wrist kompleks

adalah : distal radius, scaphoi-deum (S), lunatum (L), triquetrum (Tri),

pisiform (P), trapezium (Tm), trapezoi-deum (Tz), capitatum (C), dan

hamatum (H). Hand komplek terdiri atas : carpometa-carpal I – V,

metacarpophalangeal I – V, dan interphalangel I – V. Tulang-tulang

pembentuk hand kompleks adalah : barisan distal carpal, 5 tulang

metacarpal, dan 14 tulang phalangeal. Wrist kompleks adalah

multiartikular dengan 2 sendi utama yaitu : radiocarpal joint (wrist

joint), midcarpal joint. Wrist kompleks merupakan biaxial joint yang

menghasilkan gerak palmar fleksi, dorsofleksi, radial deviasi & ulnar

deviasi.

Radiocarpal joint dibentuk oleh ujung distal radius yang konkaf

dan diskus radioulnar dengan scaphoid, lunatum dan triquetrum yang

konveks. Radiocarpal joint merupakan condyloid/ ovoid joint dan

biaxial joint. Sendi ini diperkuat oleh ligamen collate-ral lateral

(radial) dan ligamen collateral medial (ulnar), ligamen bagian anterior

dan bagian posterior.

Gambar 1.1 Radiocarpal Joint

4

Page 5: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Ligamen bagian anterior yaitu ligamen radiocarpal anterior dan

ulnocarpal anterior serta ligamen bagian posterior yaitu ligamen

radiocarpal posterior dan ulnocarpal posterior. Triquetrum bersendi

langsung dengan diskus artikularis. Ketiga tulang carpal yang bersendi

de-ngan radius diikat secara bersamaan oleh ligamen interosseus.

Karena permukaan yang konveks bergerak terhadap konkaf maka

gerak slide berlawanan arah dengan gerakan fisiologis tangan

Gambar 1.2 Ligamen pada radio carpal joint

3. Sistem Otot

a. Brachialis

Brachialis adalah otot one-joint yang berinsersio dekat dengan axis

gerak pada ulna, sehingga otot ini tidak dipengaruhi oleh posisi

forearm (lengan bawah) atau shoulder; otot ini berpartisipasi dalam

semua aktivitas fleksi elbow.

b. Biceps brachii

Biceps adalah otot two-joint yang melewati baik pada shoulder dan

elbow serta berinsersio dekat dengan axis gerak pada radius,

sehingga otot ini juga berperan sebagai supinator forearm (lengan

5

Page 6: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

bawah). Otot ini berfungsi paling efektif sebagai fleksor elbow

antara fleksi 80o dan 100o. Untuk menghasilkan hubungan panjang

otot - ketegangan otot yang optimal maka sebaiknya shoulder

diextensikan untuk memanjangkan otot biceps ketika otot tersebut

berkontraksi sangat kuat untuk fungsi elbow dan forearm (lengan

bawah).

c. Brachioradialis

Saat insersionya dari elbow dengan jarak yang luas ke distal radius,

maka brachioradialis berfungsi utama untuk memberikan stabilitas

pada sendi, tetapi otot ini juga berpartisipasi saat kecepatan gerak

fleksi meningkat dan saat beban diaplikasikan pada forearm

(lengan bawah) dari midsupinasi ke full pronasi.

d. Triceps brachii

Caput longum triceps melewati shoulder dan elbow joint; 2 caput

lainnya adalah uniaxial. Caput longum berfungsi paling efektif

sebagai ekstensor elbow jika disertai dengan fleksi shoulder secara

simultan; hal ini untuk mempertahankan hubungan panjang otot -

ketegangan otot yang optimal pada otot.

e. Anconeus

Otot ini menstabilisasi elbow selama supinasi dan pronasi serta

membantu gerakan ekstensi elbow.

f. Supinator

Perlekatan proksimal dari otot supinator pada ligamen annular dan

collateral lateral dapat berfungsi untuk menstabilisasi aspek lateral

dari elbow. Efektifitasnya sebagai supinator tidak dipengaruhi oleh

posisi elbow sebagaimana biceps brachii.

g. Pronator teres

Otot ini menghasilkan gerak pronasi serta menstabilisasi proksimal

radioulnar joint dan membantu humeroradialis joint.

6

Page 7: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

h. Pronator quadratus

Pronator quadratus adalah otot one-joint dan bekerja aktif selama

semua aktivitas pronasi.

4. Sistem Persarafan

a. Nervus Radialis

Nervus radialis merupakan cabang yang terbesar dari pleksus

brachialis. Nervus radialis ini mulai pada batas bawah m. pectoralis

minor sebagai kelanjutan langsung dari fasikulus posterior dan

serabut-serabutnya berasal dari 3 segmen cervical yang terakhir

serta dari segmen thoracal pertama medulla spinalis.

b. Nervus Medianus

Nervus medianus merupakan penyatuan dua radiks dari serabut

medial dan lateral di sebelah lateral arteri aksilaris pada aksila.

Perjalanan dan percabangan nervus medianus pada mulanya

terletak di sebelah lateral arteri brakialis namun kemudian

menyilang ke sebelah medial pertengahan lengan. Pada fosa kubiti

nervus ini terletak di sebelah medial arteri brakialis yang terletak di

sebelah medial tendon bisipitalis. Nervus medianus lewat di bagian

dalam aponeurosis bisipitalis kemudian diantara kedua caput m.

pronator teres, bercabang menjadi cabang interoseus anterior tidak

jauh di bawahnya. Cabang ini turun bersama dengan arteri

interosea anterior dan memasok darah ke otot-otot profunda

kompartemen fleksor lengan bawah kecuali pada setengah bagian

ulnaris m. fleksor digitorum profunda. Di lengan bawah nervus

medianus terletak di antara fleksor digitorum superfisialis dan

fleksor digitorum profunda dan menginervasi seluruh fleksor

kecuali m.fleksor carpi ulnaris. Sedikit di atas pergelangan tangan

nervus medianus muncul dari sisi lateral m.fleksor digitorum

superfisialis dan bercabang menjadi cabang kutaneus palmaris

yang membawa serabut sensoris pada kulit di atas eminensia tenar.

7

Page 8: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Dipergelangan tangan nervus medianus lewat di bawah

retinakulum muskulorum leksorum manus (melalui kanalis karpi)

di garis tengah dan disisi terbagi menjadi cabang-cabang terminal

yaitu cabang rekuren menuju otot-otot eminensia tenar (namun

tidak ke m.adduktor polisis), cabang menuju mm.lumbrikalis ke-1

dan ke-2, dan persarafan kutaneus menuju kulit telapak ibu jari,

telunjuk, jari tengah, dan setengah lateral jari manis.

c. Nervus Ulnaris

Nervus ulnaris berasal dari fasciculus medianus plexus brachialis,

berjalan mengikuti arteria collateralis ulnaris superior masuk di

antara kedua caput musculus flexor carpi ulnaris dan masuk ke

dalam sulcus nervi ulnaris dan tepat di bawah kulit. Sehingga

mudah merangsang dan meneruskan ke distal dan memberikan

cabang pada ramus muscularis yang memberikan persarafan pada

m. flexor carpi ulnaris, m. flexor digitorum profundus jari ketiga,

ke empat dank e lima. Berikutnya adalah ramus cutaneus palmaris,

ramus dorsalis manus, serta ramus volaris manus.

B. Definisi Fraktur

Trauma pada tulang dan jaringan lunak merupakan salah satu indikasi

utama dilakukannya pemeriksaan radiologi. Fraktur adalah hilangnya

kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang

bersifat total maupun parsial.

C. Proses Terjadinya Fraktur

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan

tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma

dapat berupa trauma langsung dan tidak langsung.

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi

fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat

kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang

lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat

8

Page 9: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan

lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa :

1. tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik;

2. tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal;

3. tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur

impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi;

4. kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah,

misalnya pada corpus vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak –

anak;

5. trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan

menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z;

6. fraktur karena remuk;

7. trauma karena tarikan pada ligamen atau tendon akan menarik sebagian

tulang.

D. Klasifikasi fraktur

Klasifikasi etiologis:

1. Faktor traumatik, terjadi karena trauma yang tiba-tiba

2. Faktor patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat

kelainan patologis di dalam tulang

3. Faktor stres, terjadi karena adanya trauma terus menerus pada suatu

daerah tertentu

Klasifikasi klinis:

1. Fraktur tertutup (simple fraktur) adalah suatu fraktur yang tidak

mempunyai hubungan dengan dunia luar.

2. Fraktur terbuka (compound fraktur) adalah fraktur ang mempunyai

hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak.

3. Fraktur dengan komplikasi, adalah fraktur dengan komplikasi misalnya

malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

9

Page 10: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Metode-metode pengobatan fraktur

1. fraktur tertutup

Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:

a. konservatif

1) proteksi semata-mata

Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut

misalnya dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota

gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.

Indikasi:

Trauma diindikasikan pada fraktur-fraktur tidak bergeser, fraktur

iga yang stabil falangs dan metacarpal atau fraktur klavikula pada

anak.indikasi lain yaitu fraktur kompresi tulang belakang,impaksi

fraktur pada humerus proksimal serta fraktur yang sudah

mengalami union secara klinis,tetapi belum mencapai konsolidasi

radiologic

2) imobilisasi dengan bidai eksternal (tanpa reduksi)

Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksternal hanya memberikan

sedikit imobilisasi biasanya menggunakan plester of

paris(gips0atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau

metal.

Indikasi:

Digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam

proses penyembuhan

3) reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi posisinya

dalam psoses penyembuhan reduksi tertutup yang diartikan

manipulasi,dilakukan dengan baik dengan membius umum ataupun

local.reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya

fraktur,penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama

pada teknik ini.

10

Page 11: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Indikasi:

a) sebagai bidai pada fraktur untuk pertolongan pertama

b) imobilisasi sebagai pengobatan defenitif pada fraktur

c) diperlukan manipulasi pada fraktur yang bergeser dan

diharapkan dapat direduksi dengan cara tertutup dan dapat

dipertahankan.fraktur yang tidak stabil atau bersifat komunitif

akan bergerak didalam gips sehingga diperlukan pemeriksaan

radiologis berlang-ulang.

d) imobilisasi untuk mencegah fraktur patoogis.

e) sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang kurang

kuat.

4) reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi.

Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi berlanjut

dengan dilakukan dengan beberapa cara yaitu traksi kulit dengan

traksi tulang

5) reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi

Dengan mempergunakan alat- alat mekanik seperti bidai tidakan

ini mempunyai dua tujuan utama berupa reduksi yang bertahap dan

imobilisasi

Klasifikasi radiologis

Klasifikasi berdasarkan lokasi

a. Diafisial

b. Metafisial

c. Intra-artikuler

d. Fraktur dengan dislokasi

11

Page 12: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Gambar 2.1 Klasifikasi fraktur menurut lokasi

A.Fraktur diafisis B.Fraktur metafisis C.Dislokasi dan D.Fraktur intra-artikuler

Klasifikasi berdasarkan konfigurasi

a. Fraktur transversal

b. Fraktur oblik

c. Fraktur spiral

d. Fraktur Z

e. Fraktur segmental

f. Fraktur kominutif

g. Fraktur avulsi

h. Fraktur depresi

i. Fraktur impaksi

j. Fraktur pecah

Fraktur epifisis

12

Page 13: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Gambar 2.2 Klasifikasi fraktur berdasarkan konfigurasi

A.Fraktur transversal B.Fraktur oblik C.Fraktur Spiral D.Fraktur Kupu-kupu

E.Fraktur Kominutif F.Fraktur Segmental G.Fraktur Depresi

Gambar 2.3 Radiologik konfigurasi fraktur

A.Fraktur Transversal B.Fraktur Oblik C.Fraktur Segmental D.Fraktur Spiral &

Segmental E.Fraktur kominutif F.Fraktur Depresi

Klasifikasi menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

a. Tidak bergeser

b. Bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding, impaksi)

13

Page 14: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Gambar 2.4 Klasifikasi fraktur berdasarkan hubungan antar fragmen

A. Bersampingan B.Angulasi C.Rotasi D.Distraksi E.Over-riding F.Impaksi

E. Etiologi Fraktur

1. Peristiwa Trauma (kekerasan)

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya

kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan

patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat

terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.13

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh

dari tempat terjadinya kekerasan. Biasanya adalah bagian yang paling lemah

dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh bila jatuh dengan telapak tangan

sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan

tulang lengan bawah.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang.

Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang

akibat tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranon, karena otot triseps

dan biseps mendadak berkontraksi.

2. Peristiwa Patologis

a. Kelelahan atau stres fraktur

14

Page 15: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang-

ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat

dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan

tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba-tiba pada

suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang.

b. Kelemahan Tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu

tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya

osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang

yang rapuh maka akan terjadi fraktur.

F. Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur pada tulang terdiri dari lima fase, yaitu :

1. Fase hematoma

Pada saat terjadi fraktur pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma

disekitar dan didalam fraktur, tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat

persediaan darah akan mati, fase hematoma terjadi selama 1-3 hari .

2. Fase proliferasi seluler

Pada fase ini terjadi selama 3 hari- 2 minggu setelah fraktur,terdapat reaksi

radang akut yang disertai poliferasi sel dibawah periosteum dan didalam saluran

medulla akan tertembus.Sel-sel ini merupakan awal dari osteoblast yang akan

melepaskan substansi intravaskuler jaringan seluler mengelilingi masing-masing

fragment yang akan menghubungkan tempat fraktur.Hematoma membeku perlahan

lahan dan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang.

3. Fase pembentukan kalus

Pembentukan kalus sudah terbentuk selama2- 6 minggu jaringan seluler

berubah menjadi osteoblast dan osteoclast.osteoblast melepas matriks intraseluler dan

polisakarida yang akan menjadi garam kalsium dan mengendap sehingga terjadi

jaringan kalus,tulang yang dirangkai (wove bone) muncul pada kalus,tulang yang

mati dibersihkan oleh osteoclast.

4. Fase konsolidasi

15

Page 16: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

fase konsolidasi terjadi dalam waktu 3 minggu- 6 bulan aktivitas osteoclast

berlanjut, tulang yang dirangkai diganti oleh tulang lameler dan fraktur dipersatukan

secara kuat .

5. Fase remodeling

Fase remodeling terjadi selama 6 minggu- 1 tahun fraktur telah dihubungkan

oleh tulang padat tulang yang padat tersebut akan diabsorbsi dan pembentukan tulang

yang terus menerus lameler akan menjadi lebih tebal,dinding-dinding yang tidak

dikehendaki dibuang dibentuk rongga sumsuum akhirnya akan memperoleh bentuk

tilang seperti normalnya akan terjadi dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa

tahun.

Gambar 2.5 Proses penyembuhan fraktur

G. Prinsip Penanganan Fisioterapi pada Kasus Fraktur

1. Breathing exercise

Breathing exercise merupakan suatu teknik latihan pernafasan dengan

menarik nafas lewat hidung (inspirasi) dan mengeluarkan nafas lewat mulut

(ekspirasi). Dalam kasus ini, teknik latihan pernafasan yang digunakan adalah deep

breathing exercise. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi paru dan

persiapan untuk operasi dan post operasi. Tenik latihan pernafasan ini menekankan

16

Page 17: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

pada inspirasi maksimal dan panjang lalu dihembuskan dengan perlahan sampai akhir

ekspirasi dengan tujuan mempertahankan alveolus tetap mengembang, mobilisasi

thorax untuk meningkatkan oksigenasi dan mempertahankan volume paru.

2. Positioning

Positioning yaitu perubahan posisi lengan yang sakit untuk mengurangi

oedema, dengan cara tungkai dielevasikan dengan diganjal bantal skitar 300.

3. Static contaction

Static contaction merupakan suatu terapi latihan dengan cara

mengkontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang otot maupun pergerakan

sendi. Tujuan static contaction adalah memperlancar sirkulasi darah sehingga dapat

membantu mengurangi oedema dan nyeri serta menjaga kontraksi otot agar tidak

terjadi atrofi.

4. Passive exercise

Passive exercise merupakan suatu gerakan yang dihasilkan dari kekuatan luar

dan bukan merupakan kekuatan otot yang disadari. Kekuatan luar tersebut dapat

berasal dari gravitasi, individu, mesin atau bagian tubuh yang lain dari individu itu

sendiri. Gerakan ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

- relaxed passive exercise

merupakan gerakan murni yang berasal dari terapis tanpa disertai dengan gerakan

anggota tubuh pasien. Tujuan dari gerakan ini adalah melatih otot secara pasif,

sehingga diharapkan otot menjadi rileks dan dapat mencegah terjadinya

keterbatasan gerak dan penurunan elastisitas otot.

- force passive excercise

merupakan gerakan yang berasal dari terapis, dimana pada akhir gerakan diberikan

penekanan. Tujuan gerakan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan

menambah luas gerak sendi serta untuk mencegah timbulnya perlengketan

jaringan.

5. Active exercise

Active exercise merupakan gerakan yang dilakukan karena adanya kekuatan

otot dan anggota tubuh sendiri tanpa adanya bantuan. Gerakan dihasilkan dari

kontraksi otot dengan melawan gravitasi. Tujuan gerakan ini adalah untuk memelihara

dan meningkatkan kekuatan otot, mengurangi oedem, mengembalikan koordinasi dan

keterampilan motorik untuk aktivitas fungsional.

17

Page 18: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

6. Edukasi

- Berlatih sendiri atau dengan bantuan orang lain seperti yang diajarkan

- Untuk mengurangi bengkak, pasien dianjurkan mengganjal lengan yang sakit

dengan guling saat tidur telentang

H. Komplikasi

1. Osteomyelitis

Merupakan infeksi pada jaringan tulang, terutama pada fraktur terbuka.

2. Nekrosis avaskular

Merupakan hilangnya atau terputusnya suplai darah pada suatu bagian tulang

sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut.

3. Mal-union

Adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang

berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang.

4. Delayed-union

Adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 – 5 bulan (tiga bulan untuk

ekstremitas atas dan lima bulan untuk ekstremitas bawah).

5. Non-union

Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh antara 6 – 8 bulan dan tidak

didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis

dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama – sama infeksi, yang

disebut infected pseudoarthrosis.

I. Manajemen Fisioterapi

Manajemen fisioterapi didasarkan pada pendekatan multidisiplin problem-solving

yang holistik dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, fungsi, memaksimalkan

aktivitas, meringankan simptoma dan pencegahan kecacatan.

Manajemen fisioterapi mengikuti pendekatan problem-solving dan melibatkan

elemen-elemen berikut ini :

1. Restorasi pergerakan

2. Maksimalisasi fungsi

18

Page 19: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

3. Pencegahan komplikasi sekunder

4. Penanganan faktor sosial/psikologi

Intervensi fisioterapi fraktur, yaitu. dengan mengutamakan keselamatan dan keamanan penderita, sehingga modalitas fisioterapi yang diberikan harus disesuaikan dengan stabilitas kondisi penderita. Pada umumnya intervensi yang diberikan pada stadium akut masih bersifat latihan pasif, sehingga tidak membahayakan kondisi pasien.

Intervensi fisioterapi sedini mungkin bertujuan untuk: mengoptimalkan upaya penyembuhan melalui re-edukasi muscle movement menuju re-edukasi muscle function dan mencegah berbagai komplikasi yang mungkin timbul akibat imobilisasi dan tirah baring lama sehingga pasien lebih cepat mandiri sehingga meringankan beban psikososial dan ekonomi keluarga.

19

Page 20: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

BAB III

LAPORAN KASUS FISIOTERAPI

A. Anamnesis Umum

No.RM : 710979

Nama : Muh. Yunus

TTL : 02 Agustus 1968

Umur : 47 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Akkobang, Pangkep

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Suku Bangsa : Bugis

Kebangsaan : Indonesia

Tgl Masuk : 2 Agustus 2015

Perawatan Bagian : Fisioterapi – Rehab Medik RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Vital Sign :

TD : 120/70 mmHg

DN: 68x/i

R : 18x/i

S : 36o C

B. Anamnesis Khusus

1. Chief Of Complain

Stiffness pada Jari-jari tangan disertai Nyeri pada area Fraktur antebrachii

2. History Taking

- Tgl 5 Mei 2015. Kejadian Fraktur terjadi akibat benda tajam (Parang) dimana

tangan kiri pasien digunakan untuk menangkis serangan. Pasien langsung dibawa

ke Puskesmas terdekat di Pangkep saat itu juga kemudian dirujuk ke RSWS

Makassar.

- Tgl 8 Mei 2015 di Operasi ORIF. Selama itu dilakukan perawatan luka.

- Tgl 25 Juni 2015. Post ORIF. Remove of implant change to internal fixation.

20

Page 21: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

- Setelahnya pasien hanya sesekali datang ke RSWS untuk melakukan perawatan

luka.

- Tgl 4 Juli 2015 pasien di bawa ke bagian Rehab Medik untuk di Fisioterapi

- Tgl 6 Juli 2015 Pasien rencana kembali di Operasi, kemudian melakukan rawat

jalan.

3. Assymetris

a. Inspeksi Statis

- Terdapat Oedem pada pada tangan kiri

- Perban di lengan bawah 1/3 distal

b. Inspeksi Dinamis

- Pasien dapat melakukan ambulasi (tidur-duduk-berdiri) tanpa di bantu

- Gerakan pada tangan kiri sangat kaku.

c. Tes Orientasi

- Pasien mampu menggerakkan jari-jari tangan kirirnya namun masih terasa kaku

- Pasien mampu mengangkat tangan kirinya namun dengan sangat hati-hati dan

masih terasa nyeri

d. Palpasi

- Terdapat Nyeri tekan pada area yang patah

- Terdapat Oedem di tangan kiri

- Suhu hangat

e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar

- Gerakan pada tangan Kanan Normal

- Gerakan pada tangan Kiri terbatas untuk gerakan pasif. Dalam batas Normal

untuk gerakan aktif. Tidak dapat dilakukan untuk gerakan TIMT karena Nyeri.

4. Restricted

a. Limitasi ROM pada elbow joint dan wrist joint

b. ADL : Dressing, toileting, eating, self-care (Pasien pengguna tangan kanan)

c. Pekerjaan & Rekreasi : Terganggu

21

Page 22: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

5. Tissue Impairment

a. Osteoarthrogen : Os. Radius, Os. Ulna

b. Musculotendinogen : m.Brachioradialis, m.supinator, m.flexorer wrist,

m.anconeus.

c. Neurogen : n.ulnaris, n.radialis, n.ulnaris

d. Psikogen : cemas

6. Spesifik Test

a. VAS : - Diam : 0

- Gerak: 4

- Tekan: 4

b. HRS-A : 24 (Kecemasan sedang)

c. MMT

Regio Sinistra Dekstra

Wrist 3 5

Elbow 3 5

d. Oedem Rating scale : 3+ (Deep Pitting)

e. Radiologi

Tgl 5 Mei 2015

Foto Antebrachii Sinistra AP/Lateral:

- Tampak Fraktur kominutif pada 1/3

distal os.ulna sinistra, callus forming

negative, korteks tidak intak

- Tampak fraktur kominutif pada 1/3

middle os radius sinistra, callus

forming negative, korteks tidak intak

- Celah sendi yang tervisualisasi baik

- Jaringan lunak sekitarnya kesan

swelling

Kesan:

- Fraktur kominutif 1/3 distal os.ulna

sinistra

22

Page 23: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

- Fraktur kominutif 1/3 distal os.radius

sinistra

Tgl 8 Mei 2015

Foto Anterobrachii Sinistra

AP/Lateral:

- Terpasang Plate and screw pada 1/3

middle os radius dan ulna sinistra

dengan posisi kesan baik.

- Tampak Fraktur kominutif pada 1/3

distal os.ulna sinistra, callus forming

negative, korteks tidak intak

- Tampak fraktur kominutif pada 1/3

middle os radius sinistra, callus

forming negative, korteks tidak intak

- Celah sendi yang tervisualisasi baik

- Jaringan lunak sekitarnya kesan

swelling

Kesan:

- Plate and screw terpassang pada 1/3 middle os.radius dan ulna sinistra

- Fraktur kominutif 1/3 distal os.radius dan 1/3 distal os.ulna sinistra

Tgl 6 Juli 2015

Foto Anterobrachii Sinistra

AP/Lateral:

- Plate and screw terpasang pada 1/3

medial os.radius dan ulna sinistra

dengan kedudukan baik terhadap tulang.

- Tampak fraktur pada 1/3 medial

os.radius dan ulna sinistra, callus

forming positif, korteks belum intak

- Tidak tampak tanda-tanda Osteomyelitis

- Celah sendi yang tervisualisasi baik

- Jaringan lunak sekitar sulit dinilai

Kesan:

23

Page 24: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

- Plate and screw terpasang pada 1/3

medial os.radius et ulna sinistra

- Fraktur 1/3 medial os.radius et ulna

sinistra

Diagnosis Fisioterapi

Gangguan Aktifitas Fungsional pada Extremitas atas Post ORIF middle antebrachii e.c Open

Fraktur middle 1/3 Radius dan Ulna (S)

Problem Fisioterapi

a. Primer: Stiffness

b. Sekunder: Keterbatasan ROM Wrist (S), Kelemahan otot-otot ekstensorer dan flexorer

wrist (S), Kelemahan otot-otot Pronator dan supinator elbow (S). kontraktur m.brachialis

dan brachioradialis.

c. Kompleks: Gangguan Aktivitas Fungsional (eating, dressing, self-care)

24

Page 25: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari assessment yang telah dilakukan, tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang dari rencana tindakan fisioterapi yaitu sebagai berikut:A. Tujuan Jangka Panjang

Mengembalikan aktifitas fungsional pasien secara optimal.B. Tujuan Jangka Pendek

1. Mengatasi nyeri

2. Mengatasi Stifness

3. Meningkatkan Kekuatan otot

4. Mengatasi dan mencegah Kontraktur

5. Meningkatkan ROM

6. Mengatasi Oedem

C. Intervensi FT

Problem Modalitas Dosis

nyeri

Interferensi

Terapi Exc.

F: 1x/hari

I: 40 mA

T: Contra planar

T: 7 menit

F: 2x sehari

I: 8 hitungan, 3 repetisi

T: kontraksi isometrik pada lower extr

(S)

T: 5 menit

25

Page 26: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Stiffness

Terapi Exc. F : 3x/ hari

I : 8 hitungan, 3 repetisi

T : AROMEX pada IP joint dan elbow

joint (S)

T : 10 menit

kontraktur Terapi Exercise

F : 1x/ hari

I : 3 repetisi/gerakan

T : PROMEX dan Streching exc. pada IP

joint dan elbow joint (S)

T : 5 menit

Limitasi ROM ROM Exercise

F : 1x/ hari

I : 3 repetisi/gerakan

T : AROMEX/ PROMEX

T : 10 menit

Weakness Exercisses

F : 1x/ hari

I : 3-5repetisi/8 hitungan

T : strengthening exc

T : 10 menit

Oedem Manual Terapi.

F : 1x/ hari

I : 3-5 kali repetisi

T : MLDV

T : 5 menit

C. Evaluasi

D. Modifikasi

E. Home Program

F. Kemitraan

26

Page 27: Laporan Radiologi Fr. Radius-Ulna.doc

Melakukan kolaborasi/kemitraan dalam rangka memberikan layanan prima kepada pasien, di antaranya dengan :a. Keluarga pasien

b. Radiologi

c. Dokter Orthopedi

d. Perawat

27