Laporan PSSI Final

75
0

Transcript of Laporan PSSI Final

Page 1: Laporan PSSI Final

0

Page 2: Laporan PSSI Final

ANALISIS KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN

PERUBAHAN PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK

BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI)

LAPORAN PENELITIAN

TIM PENELITI

KELAS MANAJEMEN PERUBAHAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PARAMADINA

JAKARTA

2012

1

Page 3: Laporan PSSI Final

TIM PENELITI

Penanggung Jawab : Tedy Jiwantara Sitepu

Project Manager : Ence Ramli Alrashid

Manager Bidang Persepakbolaan : Emil Roem Husain

Anggota : Novita Sanjaya

Sonya Rizky

Manager Bidang Keorganisasian : Maemar Chadavid Syamtar

Anggota Aisyah Nur Inayati

Anisa Restanti

Manager Bidang Sumber Daya Manusia : Agung Haryotejo

Anggota Remy Thalita Putri

Manager Bidang Keuangan : Vina Triana Sudarto

Anggota Indah Dewi Novrinta

Manager Bidang Publikasi dan Data : Iriviene Maretha

2

Page 4: Laporan PSSI Final

Daftar Isi

Daftar Isi

Kata Pengantar

Bab. 1 – Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Penelitian

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

1.4. Metode Penelitian

1.5. Sistematika Penelitian

Bab. 2 – Kondisi Pengelolaan Persepakbolaan, Keorganisasian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Keuangan PSSI, dan Permasahannya

2.1. Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan

2.2. Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian

2.3. Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia

2.4. Kondisi terkini serta permasalahan keuangan

Bab. 3 – Pola Kebijakan dalam Manajemen Perubahan PSSI

3.1 Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI

3.2 Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju

Bab. 4 – Analisis Kebijakan Manajemen

4.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan

4.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan

4.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan

3

Page 5: Laporan PSSI Final

4.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan

4.5. Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI.

Bab. 5 – Saran Pembenahan Manajemen Perubahan

5.1. Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI

5.2. Pokok-pokok aturan

5.3. Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI.

Bab. 6 – Penutup

Daftar Pustaka

Kata Pengantar

4

Page 6: Laporan PSSI Final

Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi.

Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa,

yang mayoritas masyarakatnya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data

membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran

kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini

saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi.

Kondisi tersebut disinyalir karena lemahnya kualitas manajemen

persepakbolaan di Indonesia dalam hal ini PSSI sebagai lembaga yang memang

bertanggung jawab terhadap hidup matinya dunia pesepakbolaan di Indonesia.

Tak hanya itu, isu-isu negatif mengenai kredibilitas lembaga ini pun membuat

setiap lapisan masyarakat menanyakan eksistensi dan kompetensinya dalam

mengelola persepakbolaan di Indonesia.

Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut yaitu dengan

melakukan manajemen perubahan secara menyeluruh dan fundamental dalam

pada organisasi yang memang bertanggung jawab terhadap kemajuan

persepakbolaan Indonesia, dalam hal ini PSSI.

Untuk itu, kami mahasiswa kelas Manajemen Perubahan Program Studi

Manajemen Universitas Paramadina bermaksud melakukan penelitian berkenaan

dengan analisis kebijakan dan menajemen perubahan dalam tubuh organisasi

PSSI. Yang berfokus pada empat aspek utama yaitu bidang persepakbolaan,

keorganisasian, manajemen sumber daya manusia, dan keungan.

Kami berharap penelitian ini dapat memberikan masukan bagi

pembenahan manajemen perubahan pada organisas PSSI di masa depan.

Jakarta, Mei 2012

Penyusun

BAB 1

5

Page 7: Laporan PSSI Final

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepak bola merupakan olahraga yang siapapun mengenalnya, bisa

memainkannya, dan ada di seluruh belahan dunia manapun. Sepak bola

merupakan magnet dalam kehidupan global saat ini. Sepak bola tidak hanya

merupakan olahraga semata, namun sudah menjadi entertainment bagi banyak

orang. Bahkan sepak bola bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Piala Dunia

tahun 2010 di Afrika Selatan telah memberikan contoh bagaimana sepak bola

mampu menghipnotis ribuan mata di dunia dan memutar roda perekonomian

secara makro yang menghidupi sebuah negara.

Bagi bangsa Indonesia, sepak bola memiliki ikatan sejarah yang sangat

kuat. Lewat sepak bola bangsa ini dipersatukan. Dan karenanya pula nama

bangsa Indonesia dikenal di seluruh dunia. Ia seakan menjadi solidarity maker

bagi segenap bangsa yang menyukainya. Tentu

kita masih ingat bagaimana sepakbola Indonesia

menjadi buah bibir saat mampu menahan imbang

Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne, Australia

1956 saat ditagani Antun Pogacknik.

Gambar 1. Tabel Peringkat Prestasi Sepak Bola Indonesia di FIFA

Dua tahun kemudian, nama Indonesia

mejadi pujaan karena meraih medali perunggu

pada Asian Games 1958 di Tokyo Jepang.

Puncaknya, Indonesi pernah meraih medali emas

pada ajang SEA Games 1987 untuk pertama

kalinya.

Sudah bertahun-tahun sepak bola Indonesia mengalami paceklik prestasi.

Untuk seukuran negara besar dengan populasi penduduk sebanyak 230 juta jiwa,

yang mayoritas masyarakatya sangat menyukai olahraga sepak bola. Data

6

Page 8: Laporan PSSI Final

membuktikan selama bertahun-tahun Indonesia hanya menggunakan ukuran

kawasan Asia Tenggara sebagai titik ukur prestasinya. Akan tetapi di kawasan ini

saja sepak bola Indonesia mash miskin akan prestasi.

Indonesia terakhir kali meraih medali emas di SEA Games pada tahun

1991. Di Piala AFF, yang digelar sejak 1996, Indonesia sama sekali tak pernah

merasakan menjadi juara sampai saat ini.

Gambar 2. Grafik Prestasi Sepakbola Indonesia di FiFA

data diolah oleh penulis

Begitu pula dengan eksistensinya di Piala Dunia, sampai saat ini Indonesia

tidak pernah bisa lolos kualifikasi, dan berlaga di kompetisi bergengsi skala dunia

tersebut. Kesempatan Indonesia di Piala Dunia pernah terlihat pada tahun 1938

dimana tim sepak bola Indonesia masuk putaran final melawan Hungaria. Dan

kesempatan itu tidak pernah menghinggapi tim sepak bola Indonesa lagi sampai

saat ini.

Kemunduran prestasi prestasi tim nasional Indonesia dalam tahun-tahun

belakangan berakibat pada semakin rendahya ranking Indonesia di FIFA.

7

Page 9: Laporan PSSI Final

Semenjak 2003 hingga kini, peringkat Indonesia bahkan terus menerus

mengalami penurunan.

Gambar 3. Prestasi Tim Nasional Indonesia 7 Tahun Terakhir

Diolah dari berbagai sumber oleh penulis

Kompetisi sepakbola di Indonesia masih jauh dari dari sebutan

berkualitas. Mestinya kompetisi sepak bola Indonesia bisa dibangun menjadi

lebih baik dan memberikan keuntungan bagi klub-klub pesertanya. Namun

potensi itu tak tersentuh dengan baik, nilai komersil kompetisi sepakbola

Indonesa pun masih sangat rendah. Akibatnya klub-klub tak kunjung mandiri,

dan menggantungkan diri dari subsidi pemerintah. Selanjutnya aspek kompetisi

berjenjang dan kualitas lapangan menjadi masalah yang serius di ranah sepak

bola Indonesia.

8

Page 10: Laporan PSSI Final

Disamping itu buruknya

pembinaan pemain muda menjadi salah

satu masaah yang menjadi kualitas

permainan sepak bola Indonesia masih

jauh dari maksimal. Seharusnya

pembinaan yang terarah dan

berkesinambungan harus selalu

diprioritaskan demi menciptakan

talenta-talenta muda yang berprestasi

dan berkualitas.

Sepak bola Indonesia bukan saja

memerlukan perubahan, melainkan juga

membutuhkan sistem pengelolaan yang

berkualitas, sehingga perubahan ke arah

yang lebih baik bisa tercapai.

Gambar 3. Tabel Ratio Perbandingan Jumlah Ratio Klub dan Pemain yang Dibina

Dan berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul ANALISI KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PERUBAHAN PADA ORGANISASI PERSATUAN SEPAK BOLA SELURUH INDONESIA (PSSI).

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujua utama diantaranya yaitu :

1. Memahami strategi PSSI dalam melakukan manajemen perubahan

2. Memahami permasalahan yang dihadapai PSSI dalam manajemen

perubahan

3. Memberikan saran terhadap pemangku kebijakan di PSSI dalam

melakukan manajemen perubahan

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

9

Page 11: Laporan PSSI Final

Ruang lingkup penelitian meliputi pembahasan tentang bidang

persepakbolaan, sumber daya manusia, keorganisasian, serta keuangan. Fokus

penelitian yang dilakukan adalah pada aspek menejemen perubahan (change

maagement) di PSSI. Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan utama yaitu :

1. Melakukan studi literatur perkembangan dan kemajuan

persepakbolaan di Indonesia

2. Melakukan komparasi kebijakan manajemen perubahan dan prestasi

persepakbolaan di negara maju

3. Membuat suatu model kebijakan manajemen perubahan di bidang

olahraga sepakbola yang dapat meningkatkan prestasi dan kemajuan

persepakbolaan Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapka memberikan manfaat semua pihak yang dianggap

terkait dengan kemajuan persepakbolaan di Indonesia diantaranya :

1. Universitas

Perwujudan dari visi dan misi Universitas Paramadina, sebagai

pusat penelitian dan kebudayaan

Menjalankan peran Universitas sebagai pendorong kemajuan

bangsa melalui analisis berbagai sektor kebijakan

Menjadikan Universitas Paramadina sebagai kampus yang concern

terhadap perkembangan bidang olahraga

2. Masyarakat

Mendorong pertumbuhan olahraga sepakbola sebagai sektor

industri yang prospektif dan menguntungkan

Meningkatkan rasa nasionalisme melalui olahraga

3. Pemerintah

Menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan

kebijakan dalam membentuk peraturan pemerintah

Sebagai masukan dalam perumusan kebijakan manajerial di PSSI

10

Page 12: Laporan PSSI Final

Memperoleh masukan tentang tahapan impelementasi

manajemen perubahan

4. Swasta

Turut andil dalm pengembangan dan kemajuan sepakbola di

Indonesia

Membantu lahirnya kebijakan dalam manajemen perubahan yang

lebih efektif

Sebagai bagian dari kegiatan CSR – Reputation Management

Perusahaan

5. Pelaku Olahraga

Meningkatkan motivasi atlet agar semakin produktif dalam meraih

prestasi di kancah domestik dan internasional

Menstimulasi atlit maupun calon atlit untuk menjadikan olahraga

sepakbola sebagai profesi yang membanggakan

1.5. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif, menggunakan bentuk penelitian

Scoping study dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan

pendekatan yang ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai

organisasi, sistem atau peristiwa khusus. Pendekatan kualitatif juga bertujuan untuk

menyediakan penjelasan tersirat mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang

terdapat dalam suatu sistem tertentu. Metode yang digunakan ditujukan untuk

pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang persepakbolaan, suber

daya manusia, keorganisasian, serta keuangan di PSSI.

Kegiatan penelitian dilakukan dalam empat tahap berikut :

Tahap I, adalah studi pustaka dan fact finding. Pada tahap ini dilakukan

pengumpulan berbagai data dan informasi terkini tentang sepak bola dan PSSI.

Terutama yang terkait dengan manajemen perubahan dan aplikasinya. Informasi

tersebut akan diperoleh dari buku, media massa, wawancara tokoh, peraturan-

perundangan, dan sumber lainnya. Hasil pelaksanaan Tahap I adalah dasar teoritis yang

kuat untuk pembahasan masalah selanjutnya.

11

Page 13: Laporan PSSI Final

Tahap II, dilakukan dalam dua kegiatan yaitu: penyusunan model manajemen

perubahan kegiatan persepakbolaan dan perbandingan sistem/ kebijakan manajerial

dengan beberapa institusi sejenis di negara maju. Penyusunan model manajemen

perubahan kegiatan persepakbolaan yang ditujukan untuk memperoleh gambaran

komprehensif bagaimana aplikasi manajemen perubahan pada PSSI. Gambaran ini juga

akan menunjukkan pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas tersebut. Perbandingan

dengan sistem/ kebijakan institusi sejenis di negara maju diperlukan untuk mencari best

practices yang dilakukan mereka. Dari perbandingan ini diharapkan penelitian dapat

mengidentifikasi praktik mana yang dapat diterapkan di Indonesia.

Tahap III, adalah analisis impact yaitu melakukan analisis apa pengaruh yang

diharapkan terjadi dengan penerapan model manajemen perubahan yang dirancang

serta berbagai usulan perbaikan dalam kebijakan manajerial PSSI ke depan.

Tahap IV, adalah penyusunan rumusan kebijakan manajerial sebagai hasil utama

dari penelitian ini. Rumusan kebijakan ini diharapkan dapat menjadi bagian dari rujukan

penerapan manajemen perubahan di PSSI.

Gambar. 4 Tahapan Penelitian

1.6. Sistematika Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN

12

Page 14: Laporan PSSI Final

Bab 1 berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, tujuan penelitian,

ruang lingkup penelitian, metode, dan sistematika penelitian.

BAB II KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN

PERMASALAHANYA

Bab II menjelaskan bagaimana kondisi pengelolaan persepakbolaan,

keorganisasian, manajemen sumberdaya manusa, dan keuangan PSSI saat

ini . Dan bagian ini juga mengikhtisarkan pokok permasalahan saat ini

yang selanjutkan dijadikan dasar arah penelitian ini, sehingga nantinya

dapat dibuat usulan untuk solusi bagi pembenahan dalam manajemen

perubahan di PSSI.

BAB III POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI

Bab II menjelaskan beberapa dua penting diantaranya yaitu bentuk

kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI, dan perbandingan

manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN

Bab IV menjelaskan beberapa aspek penting dalam manajemen

perubahan PSSI meliputi aspek persepakbolaan mengenai permasalahan

dan rencana pembenahan, aspek Organisasi mengenai permasalahan dan

rencana pembenahan, aspek SDM mengenai permasalahan dan rencana

pembenahan, aspek Keuangan mengenai permasalahan dan rencana

pembenahan, sertapenyusunan model kebijakan manajemen perubahan

di PSSI.

BAB V SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN PERUBAHAN

13

Page 15: Laporan PSSI Final

Bab V berisikan saran dan rekomendasi berkenaan dengan prinsip-prinsip

manajemen perubahan PSSI, pokok-pokok aturan, serta tahapan

Implementasi manajemen perubahan di PSSI.

BAB VI PENUTUP

Bab VI akan menutup seluruh tulisan hasil penelitian dengan berbagai

catatan dan rekomendasi untuk berbagai pihak yang terkait.

14

Page 16: Laporan PSSI Final

BAB II

KONDISI PENGELOLAAN PERSEPAKBOLAAN, KEORGANISASIAN, MANAJEMEN

SUMBER DAYA MANUSIA, KEUANGAN PSSI, DAN PERMASALAHANYA

2.1 Kondisi terkini serta permasalahan pengelolaan persepakbolaan

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) merupakan sebuah

organsasi tertinggi yang menaungi seluruh klub dan komunitas yang ada di

Indonesia. Saat ini sepakbola bukan hanya sebagai olahraga saja, melainkan

suatu bisnis yang melakukan perputaran ekonomi yang sangat besar. Nilai gaji

pemain sampai nilai transfer sudah mencapai angka yang cukup tinggi.

Posisi tersebut menempatkan sepakbola menjadi sebuah industri baru.

Positioning sepakbola di Indonesia mengalami banyak perubahan, apalagi di saat

kompetisi Galatama dan Perserikatan diganti dan dilebur menjadi satu dalam

Liga Indonesia. Melihat fenomena yang terjadi sebelumnya ketika gelombang

unjuk rasa anti Nurdin Halid gencar terjadi, masyarakat yang mengatasnamakan

diri sebagai pecinta sepak bola tanah air melakukan aksi demonstrasi menuntut

Nurdin Halid yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSSI agar segera turun dari

jabatannya. Masyarakat menilai selama ini belum ada prestasi yang bisa

dibanggakan. Jangankan prestasi di level Asia, level Asia Tenggara saja Indonesia

masih kalah bersaing dengan negara tetangga.

Akibat minimnya prestasi timnas saat PSSI dipimpin Nurdin, tuntutan agar

ia mundur sebagai ketua umum PSSI sudah dan masih terus disuarakan oleh

banyak kalangan di berbagai penjuru tanah air. Ribuan suporter dari berbagai

klub yang ada di Indonesia juga turun ke jalan menuntut agar segera

dilakukannya Revolusi besar-besaran di tubuh PSSI. Demonstrasi anti Nurdin

Halid mencapai puncaknya ketika ribuan suporter mendatangi kantor PSSI di

Senayan, Jakarta.selain demo besar-besaran yang terjadi, penolakan terhadap

Nurdin Halid juga muncul didunia maya melalui gerakan 1 juta facebooker.

Disamping pemberitaan yang gencar terhadap Nurdin Halid tentunya

15

Page 17: Laporan PSSI Final

memunculkan opini yang berbeda-beda di masyarakat. Media memiliki peran

yang sangat besar dalam menentukan peristiwa mana yang akan diangkat.

Peristiwa yang sama bisa saja diberitakan secara berbeda pula tergantung

bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada. Setelah turunnya Nurdin

Halid, dan terpilih lah Djohar Arifin Husein yang dipilih melalui kongres Solo.

Kongres yang diadakan di Solo pada bulan Juli 2011 merupakann

kepemimpinan yang sah setelah FIFA mengesahkan kepemimpinannya. Djohar

dinyatakan sah menjadi Ketua Umum baru PSSI setelah mengantongi total 61

suara di putaran kedua.

Keberhasilan Djohar mendapatkan dukungan suara mayoritas dalam

Kongres Pemilihan Ketua Umum federasi sepakbola tertinggi di Indonesia itu tak

lepas dari dukungan kelompok mayoritas pemilik suara sah PSSI yang dikenal

dengan sebutan Kelompok 78.

Sebelumnya, kelompok tersebut memaksa untuk mengusung pasangan

George Toisutta dan Arifin Panigoro. Namun, setelah melakukan membuat

kesepakatan yang isinya Johar akan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) setelah

tiga bulan terpilih sebagai ketua umum PSSI, mereka pun akhirnya bersedia

menyumbangkan suaranya untuk Djohar.

Lalu siapakah sebenarnya sosok Djohar Arifin Husein? Djohar merupakan

Mantan Deputi Pemberdayaan Olahraga Menteri Pemuda dan Olahraga

(Menegpora). Dia juga pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum KONI

Pusat. Jika berkaca pada pengalamannya di dunia olahraga, Djohar bukan orang

sembarangan. Dia berkecimpung langsung, mulai dari tingkat provinsi hingga

menjadi Sekjen KONI Pusat dan Deputi Menegpora. Sedangkan untuk di tingkat

provinsi, Djohar Arifin Husein juga pernah mengemban amanat sebagai Ketua

Umum Pengda PSSI Sumatera Utara.

Pergantian ketua umum PSSI dari Nurdin Halid ke Djohar Arifin ternyata

tidak begitu saja membawa perubahan yang positif bagi PSSI. Masih banyak

masalah lama dan baru yang harus diselesaikan oleh kepengurusan yang baru

dalam hal ini yang dipimpin oleh Djohar Arifin. Ketika Djohar Arifin terpilih

16

Page 18: Laporan PSSI Final

sebagai ketua umum PSSI yang baru, harapan seluruh masyarakat pencinta sepak

bola Indonesia tentu adanya sebuah revolusi di PSSI yang akan menghasilkan

sederet prestasi yang membanggakan. Memang bukan hal mudah untuk

melanjutkan sebuah organisasi tanpa ada kerja sama oleh pengurus yang

sebelumnya. Tentu kepengurusan yang baru akan mengalami kesulitan

menentukan arah dan tujuan organisasi tersebut.

Pengamatan peneliti di bidang persepakbolaan, menemukan adanya

masalah-masalah harusnya menjadi perhatian oleh PSSI yang baru untuk lebih

meningkatkan kualitas dan kelas sepakbola Indonesia. Dari beberapa masalah

kami fokus pada 5 pokok masalah yang telah kami telusuri dan mencoba mencari

solusinya.

Masalah yang pertama yaitu masalah dualisme kompetisi. Masalah ini

sebenarnya disebabkan karena pihak liga yang dulu (PT. Liga Indonesia) tidak

bersedia menyerahkan kewenangan kepada PSSI yang baru (PT. Liga Prima

Indonesia). Hal tersebut menyebabkan adanya dua kompetisi yang berjalan yaitu

Liga Prima Indonesia dan Liga Super Indonesia. Dari dua kompetisi tersebut

hanya satu yang diakui oleh PSSI yaitu PT. Liga Prima Indonesia, yang tidak lain

adalah Liga yang baru muncul dan belum memliki divisi-divisi serta hanya

memliki 12 tim pada kompetisi utamanya.

Masalah yang kedua yaitu masalah kompetisi dan peningkatan

kualitasnya agar tidak tertinggal dari negara-negara lain. Masalah kompetisi ini

bisa terlihat dari beberapa indikator, rendahnya kualiatas kompetisi di Indonesia

menyababkan kompetisi sepakbola di Indonesia tertinggal jauh dari negara-

negara lain, hal ini terbukti dengan melorotnya posisi timnas pada peringkat

FIFA. seperti kurangnya disiplin para pemain, ketidak disiplinan pra pemian ini

menyababkan pada rendahnya kualitas pemain di liga.

Masalah yang ketiga ada pada pembinaan usia muda. Dimana proses

pembinaan pemain sepak bola muda di Indonesia belum merata dan terkelola

secara maksimal, sehingga potensi-potensi yang ada jadi tidak diberdayakan dan 17

Page 19: Laporan PSSI Final

dimanfaatkan secara maksimal sehingga kualitas pemain muda Indonesia masih

kalah oleh negara-negara lain.

Masalah yang ke empat yaitu infrasrtuktur yang ada. Infrastruktur yang

ada di Indonesia saat ini dapat dikatakan masih tertinggal dari negara-negara

lain. Untuk menyediakan infrastruktur yang berstandar dunia butuh dana yang

tidak sedikit dan tidak mungkin hanya mengandalkan dana dari pemerintah.

Masalah yang ke lima, yaitu kebebasan media di Indonesia yang terlalu

mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas sehingga konsentrasi mereka

untuk bertanding menjadi sedikit terganggu. Dimana proses pemberitaan sampai

menjurus pada persoalan-persoalan personal para pemain, dan terlalu

berlebihan. Akibatnya fokus para pemain ketika latihan dan akan bertanding

akan sangat berkurang.

2.2 Kondisi terkini serta permasalahan keorganisasian

2.2.1 PSSI dari masa ke masa

PSSI didirikan oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo1. Soeratin mulai merintis

pendirian sebuah organisasi sepak bola, yang bisa diwujudkan pada 1930.

Organisasi boleh dikatakan realisasi konkret dari Sumpah Pemuda 1928.

1 Ir. Soeratin Sosrosoegondo (lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898 - wafat 1 Desember 1959) adalah seorang insinyur Indonesia. Ia juga adalah ketua umum PSSI periode 1930-1940. Ia adalah pendiri sekaligus ketua umum pertama PSSI (wikipedia.org). Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut. Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda.

18

Page 20: Laporan PSSI Final

Nasionalisme itu dicoba dikembangkan melalui olahraga, khususnya sepak bola.

Soeratin melakukan pertemuan dengan tokoh sepak bola pribumi di Solo,

Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.

Di akhir tahun 1920, pertandingan voetbal atau sepak bola sering kali

digelar untuk meramaikan pasar malam. Pertandingan dilaksanakan sore hari.

Sebenarnya selain sepak bola, bangsa Eropa termasuk Belanda juga

memperkenalkan olahraga lain, seperti kasti, bola tangan, renang, tenis, dan

hoki. Hanya, semua jenis olahraga itu hanya terbatas untuk kalangan Eropa,

Belanda, dan Indo. Alhasil sepak bola paling disukai karena tidak memerlukan

tempat khusus dan pribumi boleh memainkannya.

Lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi tempat orang Belanda

sering menggelar pertandingan panca lomba (vijfkam) dan tienkam (dasa lomba).

Khusus untuk sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling sering

bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan

sepak bola. Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub besar. Tak

hanya serdadu militer, tapi juga warga Belanda, Eropa, dan Indo membuat bond-

bond serupa.

Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische

Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch

Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai tahun 1929, NIVU sering mengadakan

pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak

ketinggalan sebagai ajang judi. Bond China menggunakan nama antara lain Tiong

un Tong, Donar, dan UMS. Adapun bond pribumi biasanya mengambil nama

wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong, atau Si Sawo Mateng.

Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat

dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk

Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja

ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung

Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan

di Jalan Biak, Roxy, Jakpus.

19

Page 21: Laporan PSSI Final

Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk

menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan

pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ

(Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah

gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya,

pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan

Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam

Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno).

Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara

kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua

Asosiasi Muda Magelang.

Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ

(Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond

(Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito,

A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo

(Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM -

Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB -

Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan tersebut,

diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak

Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo

pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus

menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya. PSSI secara resmi berdiri pada

tanggal 19 April 19302

Istilah "sepakraga" diganti dengan "sepakbola" dalam Kongres PSSI di

Solo pada 1950. PSSI kemudian melakukan kompetisi secara rutin sejak 1931,

dan ada instruksi lisan yang diberikan kepada para pengurus, jika bertanding

melawan klub Belanda tidak boleh kalah. Soeratin menjadi ketua umum

organisasi ini 11 kali berturut-turut. Setiap tahun ia terpilih kembali.

Kegiatan mengurus PSSI menyebabkan Soeratin keluar dari perusahaan

Belanda dan mendirikan usaha sendiri. Setelah Jepang menjajah Indonesia dan 2 Statuta PSSI Pasal 2.

20

Page 22: Laporan PSSI Final

perang kemerdekaan terjadi, kehidupan Soeratin menjadi sangat sulit.

Rumahnya diobrak-abrik Belanda. Ia aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat

dengan pangkat letnan kolonel. Setelah penyerahan kedaulatan, ia menjadi salah

seorang pemimpin Djawatan Kereta Api.

Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola

berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang

lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun

1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa

Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang

Indonesia.[1]

Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan Bond NIVB, G Rehatta

dan de Wolf, mulai menemui senja berganti bintang lapangan bond China dan

pribumi, seperti Maladi, Sumadi, dan Ernst Mangindaan. Pada 1933, VIJ keluar

sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke-3.

Pada 1938 Indonesia lolos ke Piala Dunia. Pengiriman kesebelasan

Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan. NIVU (Nederlandsche

Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang

dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang telah berdiri pada

bulan April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan

Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain PSSI yang dikirimkan. Namun,

akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan

menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.

Pada masa Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi

bentukan pemerintahan militer Jepang. Di masa ini, Taiso, sejenis senam,

menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga

permainan kembali semarak.

Tahun 1948, pesta olahraga bernama PON (Pekan Olahraga Nasional)

diadakan pertama kali di Solo. Di kala itu saja, sudah 12 cabang olahraga yang

dipertandingkan. Sejalan dengan olahraga permainan, khususnya sepak bola,

yang makin populer di masyarakat, maka kebutuhan akan berbagai kelengkapan

21

Page 23: Laporan PSSI Final

olahraga pun meningkat. Pada tahun 1960-1970-an, pemuda Jakarta mengenal

toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko

sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu

Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di Pasar Baru juga menyediakan

peralatan sepakbola.

Pengaruh Belanda dalam dunia sepak bola di Indonesia adalah adanya

istilah henbal, trekbal (bola kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola),

dan tendangan 12 pas. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam

bola Inggris dimulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah

persepakbolaan Inggris. Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo

di beberapa klub Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS; Van den Berg,

Hercules, Niezen, dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun

1960-an[2].

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi induk

yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI

merupakan organisasi khusus dan independen yang berstatus badan hukum

sesuai ketetapan Menteri Kehakiman RI tanggal 2 februari 1953, No.J.A.5/11/6,

Tambahan Berita Negara RI, tanggal 3 Maret 1953, No. 183.

PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC

pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan

sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia.

Sejak didirikan pada tahun 1930, PSSI telah berganti kepemimpinan

sebanyak 14 kali, dengan masa jabatan yang berbeda. Berikut daftar ketua

umum PSSI sejak tahun 1930 hingga sekarang:

No Nama Awal Jabatan Akhir Jabatan

1 Soeratin Sosrosoegondo 1930 1940

2 Artono Martosoewignyo 1941 1949

3 Maladi 1950 1959

3 Pedoman Dasar PSSI.22

Page 24: Laporan PSSI Final

4 Abdul Wahab .Dj 1960 1964

5 Maulwi Saelan 1964 1967

6 Kosasih Poerwanegara 1967 1974

7 Bardosono 1975 1977

8 Moehono 1977 1977

9 Ali Sadikin 1977 1981

10 Sjarnoebi Said 1982 1983

11 Kardono 1983 1991

12 Azwar Anas 1991 1999

13 Agum Gumelar 1999 2003

14 Nurdin Halid 2003 1 April 2011

* Agum Gumelar

(KetuaKomite Normalisasi PSSI)

1 April 2011 9 Juli 2011

15 Djohar Arifin Husin 9 Juli 2011 Pertahanan (Masa

Habis Jabatan 2015)

2.2.2 Pro dan Kontra PSSI

Sejak didirikan tahun 1930, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)

telah melalui banyak peristiwa. Berbagai permasalahan juga telah mewarnai

perjalanan panjang PSSI menjadi salah satu organisasi olah raga terbesar di

Indonesia. PSSI dibangun oleh Ir. Soeratin dan rekan-rekan dengan semangat

menjawab tantangan sumpah pemuda dan janji nasionalisme mereka. Soeratin

rela meninggalkan pekerjaannya untuk fokus membangun PSSI.

Tahun 1975-1977, Ketua Umum Bardosono disebut sebagai era militer

namun kepemimpinannya pun runtuh dijatuhkan oleh para anggota PSSI

sebelum periode kepengurusannya habis karena penyimpangan dana PSSI,

kemudian Bardosono digantikan Moehono (1977) yang diangkat jadi PJS (Pejabat

Sementara). Kemudian muncul Era baru (1977-1981) oleh Ali

Sadikin mereformasi PSSI termasuk skema kompetisi. Dalam zaman

kepengurusan Ali Sadikin ini lahir UU No. 11/1980 yang memberikan ancaman

23

Page 25: Laporan PSSI Final

hukuman, baik bagi penyuap maupun yang kena suap. Namun itu hanyalah

sebagai tulisan untuk dibaca saja karena Iswadi Idris dan Ronny Pasla menjadi

korbannya.

Di tahun 1982-1983, seiring dengan reformasi yang di gagas Ali Sadikin,

munculah tokoh Sjarnoebi Said pemilik Klub Krama Yudha Tiga Berlian, kala itu

kompetisi kita terbagi menjadi dua kasta yaitu Profesional dan Amatir (Galatama

dan Perserikatan). Di Galatama yang murni profesional dimulai sejak tahun 1979

di era Ali Sadikin, klub peserta memang tidak banyak pada saat itu hanya 8 klub

saja tapi dikelola dengan sangat baik, tercatat sampai kemudian Galatama di

bubarkan terdapat 40 buah klub profesional (non perserikatan/amatir) yang

pernah berkiprah di Galatama. Sayang pasca Sjarnoebi Said, galatama kehilangan

pamor karena kasus suap.

Dalam era kepemimpinan Kardono 1983-1991 semakin meraja lelanya

kasus suap menyuap ditubuh Galatama, Bahkan TD. Pardede (club Paredetex)

mempecepat pembubaran clubnya karena tidak tahan dengan kasus suap

menyuap yang tentu akan merugikan club (Defisit Anggaran Club). Namun kasus

suap yang melanda persepakbolaan nasional kala itu justru PSSI tidak

meninggalkan utang dan Timnas mampu menjadi juara SeaGames 1987 dan

1991, bahkan dibawah asuhan pelatih Sinyo Aliandoe sukses mengantar PSSI

menjadi juara Sub-Grup C PPD (1985) yang justru pemainnya lebih banyak dari

Galatama yang nota bene terbelenggu kasus suap menyuap.

Di era Azwar Anas (1992-1999), beliau dikenal dengan pendiri Club Semen

Padang. Ia melakukan terobosan dengan membubarkan semua penyelenggaran

kompetisi baik amatir maupun profesional dengan menggabungkan semuanya

dalam satu Liga Indonesia, lalu mulailah kita akrab dengan nama - nama seperti

Liga Dunhill, Liga Kansas, Liga Mandiri sampai Liga Djarum.

Penggabungan Perserikatan dan Galatama sebenarnya tidak realistis

dimana Tim mantan Perserikatan tetap dengan biaya APBD sementara Tim

Galatama tetap mengharapkan dana dari Swasta. Kita harus membuka mata

bahwa klub perserikatan selalu menjadi organ politik penguasa daerah, makanya

24

Page 26: Laporan PSSI Final

klub perserikatan selalu diketuai oleh penguasa daerah baik gubernur, bupati

atau walikota, yang kebetulan di jaman orde baru dan sampai kini merupakan

organ dan perpanjangan tangan serta menjadi kader Partai Golongan Penguasa.

Kekuatan dari kekuasaan tidak akan melepaskan sumber-sumber pencitraan

berbasis massa, itulah mengapa kemudian sejak masa orde lama, orde baru

hingga kini sebenarnya sepakbola kita berada dalam kekuasan politik.

Di zaman inilah terjadi paceklik, krisis moneter yang meluluhkan

perekonomian Indonesia. PSSI ketika akan mengikuti Sea Games dan Piala Tiger

(1998) tak sanggup membiayainya. Maka Azwar Anas selaku ketu PSSI membujuk

dan mengangkat Nurdin Halid sebagai manager Timnas dengan harapan Nurdin

rela mengeluarkan dananya untuk membiayai Timnas saat itu. Beberapa orang

tentu tidak sepaham dengan pengangkatan Nurdin Halid tersebut karena boleh

jadi uang yang akan dikeluarkan oleh Nurdin adalah hasil dari tindak korupsi,

akan tetapi Aswar Anas tak mau tahu bahwa Timnas harus ikut untuk

mengangkat martabat bangsa, dan satu-satunya orang yang ingin berkorban

mengangkat martabat bangsa hanya Nurdin Halid. Namun pada akhirnya Azwar

Anas mengundurkan diri pada tahun 1998, karena ia gagal mempersembahkan

yang terbaik pada event tersebut lalu ia mengangkat Agum Gumelar sebagai

Pejabat Sementara (PJS).

Tahun 1999-2003 adalah era Agum Gumelar yang membawa timnas

menjadi juara dalam piala kemerdekaan tahun 2000. Agum gumelar lalu

mengangkat Nurdin Halid menjadi Kabid Humas Pembinaan. Agum gumelar

sukses menjuarai Piala Kemerdekaan di tahun 2000, dan dua kali Runer Up piala

tiger. Saat periode jabatan Agum berakhir, ia menolak untuk dicalonkan lagi

menjadi ketua PSSI untuk priode selanjutnya karena menganggap dirinya gagal

membawa prestasi bagi timnas.

Zaman Nurdin Halid, banyak statuta dan penyimpangan-penyimpangan

yang di prioritaskan dalam kasus Narapidana yang menimpa sang Ketua

tersebut. Nurdin Halid dikenal sebagai ketua yang kontroversial meskipun ia

sekarang dalam jeruji besi. Namun dengan kehebatan dan dukungan dari

25

Page 27: Laporan PSSI Final

rekannya di PSSI, ia mampu mengendalikan PSSI dengan mengangkat Agusman

Effendi sebagai pelaksana tugas ketua umum pada tanggal 22 Oktober 2004.

Prestasi timnas (Ketua Umum PSSI 2003-2011) boleh dikatakan tidak jauh

berbeda dengan pendahulunya. Dengan merenggut piala AFF: runner-up tahun

2008, Piala Kemerdekaan: Juara pada tahun 2010, Piala AFF: runner-up tahun

2010. Era ini pula yang paling banyak mendapat cercaan dan makian. Meskipun

Timnas terperosok diperingkat diatas 100 dunia versi FIFA akan tetapi pada

musim 2009-2010 kepemimpinan Nurdin, AFC menobatkan Liga Super Indonesia

adalah liga terbaik peringkat 8 se-Asia, dan liga terbaik se-Asia Tenggara. Ini mau

tak mau adalah prestasi yang cukup memuaskan untuk ISL. Akan tetapi mengapa

ketika berganti kepengurusan ISL malah dihancurkan dan di anak tirikan bahkan

ditendang sejauh-jauhnya keluar arena. ISL hanya kalah terhadap Korea Selatan,

Jepang, China, Australia, Qatar, Arab Saudi dan UEA. Kemudian klub Persipura

melampau ribuan klub sepak bola dunia, menjadi peringakat 207 versi

International Federation of Football History & Statistics (IFFHS) dan Sriwijaya FC

221. Banyak klub dunia yang sudah terkalahkan sebut saja Everton (214), Fulham

(258), dan Newcastle United (292) dari Liga Premier Inggris dan juga Genoa (289)

dan Fiorentina (271) dari Liga Calcio Serie A, serta Riverplate (213) asal

Argentina. Inilah sebuah bukti bahwa kompetisi kita mulai hidup, mulai bangkit

dan untuk yang pertama kalinya klub merah putih Persipura berlaga di perempat

final piala AFC dan kalah dengan Agregat (1-3) dari klub asal Irak Arbil SC untuk

melaju ke semi Final. Mengapa anggota-anggota dibawah naungan PSSI tidak

memperhitungkan itu semua, mengapa itu tidak dianggap sebagai suatu

kemajuan, padahal banyak kalangan berharap pada kebobrokan kepengurusan

PSSI. Kejelekan kompetisi ISL musim lalu dijadikan hikmah untuk

keberhasilan. Lebih baik saat ini kita membuang jauh-jauh segala keburukan lalu

ambil yang baik-baik saja, jangan disamakan yang baik dan yang buruk, sebab

boleh jadi PSSI sekarang lebih buruk dari yang lalu. Alangkah baiknya saling

mengintrospeksi diri untuk melakukan apa dan bagaimana langkah

selanjutnya. Mari duduk bersama memadukan pendapat untuk saling berbagi.

26

Page 28: Laporan PSSI Final

Hilangkan rasa dendam karena dendam takkan pernah berakhir jika itu tidak

disadari dampaknya.

Era-era itu kini telah berlalu dan era (Djohar Arifin H) yang paling

mengganaskan ini muncul yang mau tak mau adalah era sebuah dendam.

Prestasi yang di toreh pada awal kepengurusannya menjadi Runner Up Sea Game

2011, sekaligus menitip sejarah dibawah asuhan pelatih Wim

Rijsbergen memalukan Timnas Senior 5 kali kalah secara berturut-turut diajang

kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 dengan kemasukan 16 gol lawan 3 gol, dan tak

lama lagi 29 Februari 2011 akan bertandang melawan Bahrain dan sebagai

penutup kekalahan yang ke 6 kalinya.

Song (2009) menjelaskan bahwa tujuan konkrit dari manajemen

perubahan pada organasisasi yang berbeda kemungkinan tidak sama, tapi

semangat manajemen perubahan mungkin sama, yaitu membuat organisasi lebih

efektif, efisien, dan tanggap terhadap lingkungan oragnisasi yang bergejolak.

Upaya organisasi dalam rangka manajemen perubahan tidak selamanya

berhasil. Bahkan proporsi kesuksesannya dapat dikatakan sangat kecil. Schaffer

dan Thompson melakukan riset terhadap 300 perusahaan elektronik di USA,

hasilnya adalah hanya 10 persen yang sukses melakukan perubahan selebihnya

63 persen hasilnya gagal. Lebih lanjut, di eropa sebanyak 500 perusahaan di

Britain memperkenalkan Total Quality Management (TQM). Hasilnya, hanya 8

persen manajer percaya bahwa hal tersebut dapat berhasil, selebihnya gagal

terlaksana dengan baik (Wilkinson et al. 1993).

Meskipun proporsi keberhasilan manajemen perubahan sangat kecil,

namun bukan berarti hal tersebut tidak dapat diupayakan. Kemungkinan

keberhasilan manajemen perubahan sebuah organisasi sangat ditentukan

dengan optimalnya peran berbagai unsur pendukung. Lebih lanjut, Song (2009)

menjelaskan empat faktor yang sangat dibutuhkan organisasi dalam perubahan

yaitu kepemimpinan, budaya organisasi, isu sumber daya manusia, dan

kapabilitas dari respon cepat).

27

Page 29: Laporan PSSI Final

2.2.3 Identifikasi Permasalahan

Dalam bidang keorganisasian peneliti mengidentifikasi beberapa masalah

yang ingin diangkat, penjabaran disetiap identifikasi masalah tersebut yaitu

sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi

a) Struktur organisasi yang belum jelas

Pada struktur organisasi di PSSI, Tim belum menemukan kejelasan

dalam bentuk serta isi kejelasannya. Oleh sebab itu, Tim harus

lebih mencari kejelasan struktur organisasi lebih lanjut.

b) Struktur organisasi yang sulit di akses di situs resmi PSSI

Pada situs resmi PSSI http://www.pssi-football.com/id/index.php.

Tim menemukan kesulitan pada pencarian struktur organisasi

yang di rangkum secara langsung oleh PSSI. Sehingga tim harus

mengakses situs-situs lain yang memuat informasi tentang PSSI.

2. Rangkap Jabatan

a) EXCO merangkap lebih dari dua jabatan

Adanya rangkap jabatan oleh anggota EXCO, rangkap

jabatan ini lebih dari dua. Alasan sementara yang tim temukan

adalah keterbatasan anggota EXCO sedangkan terlalu banyakan

yang harus di pimpin oleh anggota EXCO.

b) Jabatan yang dirangkap oleh EXCO lintas bidang

Anggota EXCO yang sudah merangkap jabatan, menjabat

suatu bidang yang berbeda. Hal ini menurut tim dapat

bermasalah karena dalam suatu bidang yang berbeda di

khawatirkan anggota tidak dapat berkonsentrasi pada bidang

yang di kepalainya tersebut.

3. Konflik Kompetisi

a) Konflik kompetisi berkepanjangan

28

Page 30: Laporan PSSI Final

Konflik LSI dan LPI yang mana ketiga anggota ini memiliki

peran penting dalam dunia Persepakbolaan Indonesia, maka

apabila konflik kompetisi ini berlangsunng secara berkepanjangan

akan mengakibatkan dampak yang buruk pada dunia

persepakbolaan indonesia. Butuh adanya penyelesaian agar

konflik kompetisi ini tidak berlarut-larut dan menemukan jalan

keluar serta solusi yang tepat.

b) Problem solving yang masih belum jelas

Sangsi FIFA bukan hal yang menakutkan. Yang lebih

menakutkan adalah kehancuran total sepak bola Indonesia dalam

jangka panjang oleh 2 kubu yang bertikai pada konflik kompetisi

di atas. Pada prinsipnya ada 4 hal yang dapat menyelesaikan

konflik PSSI 2012 dan menjadi solusi bagi bangsa Indonesia

dengan mewujudkan prestasi sepakbola Indonesia dalam waktu

singkat. Tapi dalam garis besarnya belum ada pemecahan

masalah yang jelas, seperti banyak pertanyaan yang harus di

selesaikan seperti siapa yang mampu melakukan hal itu ? siapa

tokoh pemersatu yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan

membawa sepakbola Indonesia kedalam masa jayanya ?

4. Hubungan Organisasional

a) Hubungan organisasional PSSI dengan lembaga Negara seperti

KEMENPORA, KONI, KOI masih belum jelas

b) Kewenangan antara lembaga Negara dengan lembaga sepak bola

internasional seperti FIFA, AFC, dan AFF masih belum jelas terkait

PSSI

29

Page 31: Laporan PSSI Final

5. Administrasi

a) Tidak ada arsip, berkas dan data penting organisasi dari

pengurus PSSI sebelumnya

Pada pengurusan organisasi PSSI, diharapkan ada arsip,

berkas-berkas dan data penting yang di warisi oleh pengurusan

sebelumnya. Hal ini ditujukan agar kepengurusan yang baru

mengerti apa yang harus dilakukan sebelumnya dan harus

melakukan perubahan apa pada kepengurusan organisasi yang

baru.

b) Terbatasnya kemampuan administrasi pegawai PSSI

Selain tidak adanya arsip, berkas dan data penting yang

tidak di wariskan oleh pengurusan sebelumnya seperti masalah

yang di atas, adapula keterbatasan kemampuan pada

administrasi pegawai karena tidak adanya arsip, berkas dan data

penting pada organisasi sebelumnya.

6. Informasi dan Publikasi

a) Update informasi PSSI kurang baik, terutama pengelolaan

website

Kekurangan lain pada informasi publik tentang organisasi

PSSI, yang mana situs resmi yang disediakan kurang adanya

pembaruan informasi dan update yang dikeluarkan sudah dalam

jangka waktu lama, sehingga publik tidak dapat mengetahui

informasi-informasi terbaru pada organisasi PSSI.

b) Belum ada pengembangan media informasi lain

Tidak seperti organisasi yang lain, PSSI belum cukup

mengembangkan media informasi misalkan melalui twitter,

facebook, dll yang banyak di konsumsi oleh masyarakat luas. PSSI

30

Page 32: Laporan PSSI Final

memiliki twitter (@PSSIofficial) tetapi update yang di keluarkan

sudah dalam waktu yang lama.

2.3 Kondisi terkini serta permasalahan manajemen sumber daya manusia

Berkenaan dengan identifikasi pola manajemen sumber daya manusia di

PSSI, peneliti menemukan dua pemicu pokok timbulnya permasalahan, yaitu

masalah internal dan eksternal.

Permasalahan Masalah SDM dalam internal PSSI terpusat pada masalah

kualitas dari SDM yang masih butuh peningkatan di mana kami melihat dari

beberapa fakta yang ada, yaitu :

1. Sistem Rekrutmen

Setiap organisasi dan perusahaan membutuhkan karyawan untuk

menjalankan organisasinya atau usahanya, karena kebutuhan tersebut

setiap organisasi membutuhkan perekrutan yang sesuai dengan

kebutuhan karyawan yang di inginkan oleh badan organisasinya. Menurut

Simamora (1997) sebuah proses perekrutmen dapat di gambarkan pada

bagan di bawah ini.

31

Page 33: Laporan PSSI Final

Rincian dalam proses menginformasikan, info dapat disebarkan

melalui media cetak, media elektronik, media internet, dll. Inipun

memerlukan manajemen yang baik agar tersampaikan keseluruh lapisan

masyarakat dan mendaptakan bakat yang diperlukan. proses penyisihan

biasanya memakai beberapa tahap, yang pertama seleksi berkas, lalu

seleksi psikotes dan tertulis ( tes kemampuan sesuai bidang ), lalu seleksi

wawancara (didalamnya terdapat wawancara kemampuan,motivasi, gaji,

jabatan, dll), dst.

Dalam masalah ini, PSSI tidak mampu menginformasikan informasi

perekrutan baik dalam website maupun dalam media lain dan hal

tersebut membuat calon karyawan mengalami kesulitan untuk bergabung

di dalam organisasi PSSI.

2. Sistem Retirement

Sebagai organisasi yang memiliki pegawai di dalamnya, ada

beberapa hal yang harus di penuhi salah satunya adalah sistem

retirement yang di khususkan untuk para pegawai yang sudah tidak

bekerja lagi di organisasi tersebut, jenis-jenis dari employee yang sudah di

retirement adalah, pegawai yang di PHK baik dalam kondisi PHK sukarela

maupun tidak sukarela, dalam hal ini proses PHK kami menyarankan

penindakan PHK harus jelas dengan ketentuan organisasi PSSI,

Pemecatan juga harus memiliki aturan tertulis dengan kondisi apa

seseorang tersebut harus di pecat. Serta sistem pensiun dari setiap divisi

manajemen dan karyawan yang ada harus tertulis dengan jelas.

Contohnya seperti pada umur berapa seseorang tersebut harus pensiun,

dan data dari karyawan tersebut yang harus di simpan di data base SDM.

(Retirement kami membaginya menjadi : PHK sukarela dan tidak sukarela;

Pemecatan, dan Pensiunan).

32

Page 34: Laporan PSSI Final

3. Manajemen SDM

Manajemen SDM yang peneliti maksud disini terbagi menjadi tiga yaitu ;

job desk, rotasi kerja serta budaya kerja. Kami menemukan dalam

organisasi PSSI ketiga elemen dalam Manajemen SDM tersebut tidak

berjalan sebagaimana mestinya, dan akibatnya pola manajemen SDM

yang ada saat ini tidak jelas dan cenderung berantakan.

4. Pelatihan

Selama ini peneliti baru menemukan pelatihan untuk para pemain sepak

bola Indonesia, dan peneliti tidak menemukan adanya pelatihan untuk

pegawai dan management, kami menyarankan PSSI untuk mengadakan

pelatihan baik untuk player, pegawai dan manajemen yang lain agar

dapat meningkatkan performance organizational PSSI. Dalam engine

search di dalam dunia maya, tidak banyak artikel yang melaporkan

pelatihan untuk employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya.

5. Aspek Legal (ADART, SOP, K3, Sistem Perjanjian Kerja, Reward dan

Punishment)

Aspek legal sangatlah krusial dalam sebuag organissasi apalagi organisasi

besar seperti PSSI dimana aspek legal SDM sangat menentukan kinerja

internal organisasi tersebut.

6. Tata Aturan

Kami berhipotesa bahwa ada kejanggalan dalam tata aturan PSSI karena

ada beberapa pegawai yang kurang efektif di dalam organisasi maupun

pemain. Lalu masalah transparansi, dimana PSSI adalah organisasi milik

negara yang harus transparasi dalam setiap kegiatannya.

7. Masalah Umum

33

Page 35: Laporan PSSI Final

Tidak ada transparansi dari pihak PSSI mengenai sistem SDM yang

ada di PSSI

Tidak ditemukanya data base pegawai PSSI baik yang masih aktif

ataupun tidak aktif.

Permasalahan SDM dalam eksternal PSSI terpusat pada pengaruh pihak-

pihak di luar organisasi yang sebenarnya memiliki andil besar dalam kemajuan

organisasi, yaitu :

1. Persepsi Masyarakat Yang Negatif

Persepsi generalisir ini dapat merusak tubuh PSSI secara menyeluruh dan

dalam jangka waktu yang sangat lama, dimana setiap pengurus PSSI dan

segala kegiatannya akan dapat selalu dipandang negative oleh

masyarakat dan masyarakat tidak membantu dalam pengembangan PSSI.

Masalah ini juga bisa menyulitkan beberapa orang yang jujur dalam PSSI

dimana, orang tersebut tetap dianggap tidak becus dalam mengurus PSSI.

2. Auditor

Auditor independen adalah salah satu hal yang sangat penting sebagai

pembatas, “setir”, juga sebagai pemberi nasihat kepada PSSI secara

objektif. PSSI dari dulu minim hal ini, sehingga mereka dapat melakukan

apapun yang mereka anggap benar, barulah pada masa kepemerintahan

Djohar Arifin, beliau memakai D’lloyd sebagai auditor keuangan PSSI

itupun sepertinya hanya sebatas perhitungan aset tidak sampai

memberikan saran dan juga kontrak terputus, tidak di audit lagi dalam

kurun waktu berjalan. Memang usaha ini harus dihargai, tetapi tentu

akan menjadi suatu hal yang sia – sia dimana auditor hanya memeriksa

diawal dan kegiatan lainnya tidak diaudit, logisnya adalah kegiatan kurun

waktu berjalan tidak terkena audit maka bisa saja diselewengkan.

34

Page 36: Laporan PSSI Final

2.4 Kondisi terkini serta permasalahan keuangan

Aspek keuangan menjadi salah satu aspek yang harus diteliti secara

mendalam, sehingga pemahaman terhadap artikel-artikel yang tersedia melalui

media internet pun harus dilakukan guna tercapainya tujuan dari penelitian ini.

Beberapa sumber dalam media elektronik ditemukan bahwa ternyata PSSI

mendapat anggaran dana dari APBN dan APBD, dengan didukung oleh:

1. Peneliti ICW mengatakan bahwa dana PSSI bersumber dari APBN dan

APBD hanya senilai Rp 20 M di tahun 2010 dan Rp 80 M pada than 2011

2. PSSI mendapat dana dari APBN senilai Rp 100 juta per tahun yang

awalnya dikelola oleh KONI dan kemudian dialihkan ke MENPORA

3. Untuk anggaran terakhir di tahun 2010, setiap klub sepak bola ternyata

menggerogoti dana Rp 8 – Rp 15 M per tahunnya

PSSI yang dahulu masih diketuai oleh Nurdin Khalid itu, masih begitu

tertutup dan kurang transparan tentang penggunaan dana APBN maupun APBD

yang didapatnya, sehingga tidak ditemukan laporan keuangan berkenaan dengan

pengunaan uang selama Khalid memimpin PSSI. Sedangkan jika ditinjau, ternyata

masih banyak lagi pemasukan PSSI dari “pintu” lainnya, seperti:

1. Setiap pemain asing yang akan bermain di Indonesia akan dikenakan

biaya Rp 10 juta permusim

2. Pemasukan dari denda indisipliner

3. Subsidi FIFA yang setiap tahunnya senilai 250.000 dollar AS

Mengetahui banyaknya pemasukan PSSI dengan jumlah yang tidak

sedikit itu, publik merasa perlu untuk mengetahui transparansi penggunaan

dana tersebut, apalagi adanya uang Negara yang juga digunakan oleh PSSI.

Laporan keuangan pada periode pengurusan Nurdin Halid tidak jelas

pertanggungjawabannya. Berikut kutipan dari beberapa media cetak dan

media online terkait laporan keuangan PSSI:35

Page 37: Laporan PSSI Final

“Wakil Ketua KPK Mochammad Jasin mengatakan, uang negara yang

diterima PSSI melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia dan uang

yang diperoleh klub dari pemerintah daerah kerap tidak jelas

pertanggungjawabannya. Sumber: Koran Tempo, 7 Januari 2011”

“Bendahara Umum PSSI, Zulkifli Nurdin: "Tidak ada serah terima

(dari pengurus lama ke pengurus baru) jadi hal seperti ini yang

membuat beda penafsiran. Aset akan saya inventaris dulu karena

tidak ada proses serah terima. Tidak ada data-data keuangan,"

sumber: Amalia Dwi Septi – detikSport. Kamis, 24/11/2011 23:04

WIB”

“Deputi Sekjen PSSI, Saleh Ismail Mukadar kepada wartawan di

kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Rabu (2/5): Tim auditor BPKP telah

melakukan investigasi awal dan telah menemukan adanya indikasi

kuat terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan PSSI,

khususnya di PT. Liga Indonesia. "Tim dari BPKP sudah melakukan

telaah awal soal laporan keuangan PSSI dan PT. Liga Indonesia.

Indikasinya, terlalu banyak kejanggalan, tidak akuntabel, dan tidak

transparan. Intinya, terlalu banyak masalah.”

Dan kemudian jika menyangkut dana dari APBD, sebenarnya APBD

diperjuangkan untuk dihentikan sejak tiga tahun lalu. Terutama untuk klub

profesional. Karena menurut hasil temuan Deloit bersama KPK yang pastinya

dokumen rahasia, dikatakan sebuah kabupaten biaya pelatih dan pemain lebih

banyak daripada ketahanan pangan. Paling tinggi Persija dan Persipura. Sehingga

indikasi korupsi tinggi sekali dengan adanya tanda tangan tiga kali dan ongkoso-

ongkos politik. Namun untuk klub yang amatir dan infrastruktur, boleh

36

Page 38: Laporan PSSI Final

menggunakan dana dari APBD. Beberapa kutipan dari sumber media catak dan

media online terkait APBD:

“Menteri Dalam Negeri Gunawan Fauzi menegaskan bahwa

penggunaan dana APBD untuk klub-klub sepakbola profesional tidak

lagi diperbolehkan. Yang namanya profesional harus bisa mencari uang

sendiri.” Rabu, Januari 2011

“Mulai tahun 2012, Menteri Dalam Negeri resmi menyetop pengucuran

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) oleh pemerintah daerah

untuk klub sepakbola profesional. Larangan itu tertuang dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2011, yang menegaskan

untuk anggaran tahun 2012, tak boleh lagi ada dana untuk sepakbola

profesional. 5 Juni 2011 haluan.com”

Berita terkini seputar keuangan PSSI lainnya adalah adanya isu pencucian

uang oleh Nurdin Halid.

“Salah satu contoh adanya dugaan tindak pidana pencucian

uang adalah trasnsaksi mencurigakan di atas Rp 20miliar pada

periode tertentu. “Uang masuk lalu kelaur lagi, tanpa adanya

bukti peruntukan yang jelas. PSSI menjadi lalu lintas transaksi

yang tidak jelas. Ini sedangk kita kejar melalui audit khusus tim

BPKP, “tandas Mukadar.” 2 Mei 2012. PSSI-football.com

“Ketua Komite Audit Internal Persatuan Sepak Bola Seluruh

Indonesia (PSSI), Asril Oemry, menyebutkan adanya

penyimpangan dalam pengelolaan keuangan di organisasi

sepak bola Indonesia era kepemimpinan NurdinHalid.

2Mei2012”

37

Page 39: Laporan PSSI Final

Berdasarkan pengamatan sesuai dengan yang data yang ditemukan dari

artikel-artikel terkait. Maka peneliti mengdentifikasi beberapa permasalahan

yang berkaitan dengan aspek keuangan PSSI, diantaranya :

1. Ketidakjelasan laporan keuangan. Tidak jelas dalam konteks ada atau

tidaknya laporan keuangan, sudah diaudit atau belum, dan dipublikasikan

atau tidak. Hal ini penting karena PSSI menggunakan dana pemerintah,

yang seharusnya dipergunakan dengan baik dan transparan.

2. Keuangan PSSI yang ternyata belum mandiri, dikarenakan PSSI masih

mendapat dana dari APBN dan atau APBD. Menjadikan PSSI kesulitan

pendanaan ketika sumber pemasukan tersebut dihentikan oleh

Pemerintah.

3. Tidak ada data-data keuangan

4. Donator masih belum tertarik untuk memberikan dana pada club-club

sepak bola di Indonesia yang menjadi anggota PSSI

38

Page 40: Laporan PSSI Final

BAB III

POLA KEBIJAKAN DALAM MANAJEMEN PERUBAHAN PSSI

3.1. Bentuk kebijakan dalam manajemen perubahan PSSI

3.2. Perbandingan manajemen perubahan persepakbolaan di negara maju

39

Page 41: Laporan PSSI Final

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN

3.1. Aspek persepakbolaan mengenai rencana pembenahan

Berdasarkan pada analisa yang dilakukan terhadap permasalahan-

permasalahan dalam pengelolaan persepakbolaan di Indonesia oleh PSSI, seperti

yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya yaitu terdapat lima masalah besar

dalam pengelolaan persepakbolaan oleh PSSI diantarnya yaitu masalah dualisme

kompetisi, masalah kompetisi dan peningkatan kualitasnya agar tidak tertinggal

dari negara-negara lain, pembinaan usia muda, infrasrtuktur, dan kebebasan

media di Indonesia yang terlalu mengekspose seluruh kegiatan pemain timnas

sehingga konsentrasi mereka untuk bertanding menjadi sedikit terganggu.

Dari setiap permasalahan tersebut peneliti mencoba memetakan rencana

pembenahan yang mungkin bisa diterapkan nantinya oleh PSSI yaitu :

1. Untuk mengatasi masalah dualisme kompetisi, peneliti memiliki solusi

yang mungkin bisa dipakai oleh PSSI yang baru yaitu dengan cara

mengalah demi keberlangsungan liga dan kompetisi yang benar dan

mengikuti aturan FIFA. Mengalah dalam hal ini maksudnya tim yang

berada di LPI merger dengan klub yang ada di LSI. Tim-tim yang

memiliki dualisme di kedua kompetisi tersebut melakukan merger.

Masalah lain yang muncul pasca-merger adalah kuota pemain yang

akan melebihi kuota dalam satu tim. Jika itu terjadi, manajemen tim

selayaknya menyeleksi pemain yang layak membela tim.

2. Untuk mengatasi masalah kualitas kompetisi, peneliti menemukan 2

cara untuk itu. Pertama dengan lebih memperketat regulasi pada

kompetisi agar terciptanya fair-play dan juga klub-klub yang mengikuti

kompetisi akan lebih tertib. Kedua agar permainan lebih berkualitas

perlu adanya persaingan yang sehat antar pemain dalam hal ini

pemain harus berusaha menunjukkan yang terbaik untuk penonton.

40

Page 42: Laporan PSSI Final

Mendatangkan pemain asing yang berkualitas akan menambah

motivasi pemain lokal untuk berusaha menjadi yang lebih baik.

3. Untuk mengatasi masalah pembinaan usia muda peneliti

merekomendaskan solusi terhadap masalah ini dengan memperketat

seleksi masuk timnas usia muda dengan menyetarakan standar dari

kiblat sepakbola dunia, misalnya inggris dan belanda. Dan pemain

yang telah diseleksi dan dinilai memiliki potensi untuk menjadi

pemain hebat dikirim ke negara kiblat sepakbola kalau bisa di eropa

untuk mengikuti trial disana.

4. Untuk mengatasi masalah infrastruktur peneliti merekomendasikan

soluisi yaitu dengan menggandeng investor domestik maupun asing

untuk mau menginvestasikan uangnya dalam pembangunan

infrastruktur sepakbola di Indonesia.

5. Untuk mengatasi masalah media, peneliti merekomendasikan solusi

yaitu agar media yang terlalu mengekspose dan melewati batas

aturan yang ditetapkan harus diberi sangsi dan diberi batas meliput di

kemudian hari.

3.2. Aspek Organisasi mengenai rencana pembenahan

Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang

meliputi masalah struktural, rangkap jabatan, administrasi, konflik kompetisi,

serta masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan

rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa

dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya :

1. Ada struktur organisasi yang jelas

Karena belum adanya kejelasan pada struktur organisasi PSSI, maka

harus adanya kejelasan pada struktur organisasi ini agar mempermudah

dalam mengerti struktur organisasi yang ada pada organisasi.

41

Page 43: Laporan PSSI Final

2. Struktur organisasi mudah di akses melalui website dan media

informasi lain

Informasi yang memuat tentang sruktur organisasi diharapkan dapat

di akses dengan mudah dalam website resmi serta media informasi lain,

agar adanya keterbukaaan informasi yang dapat di ketahui oleh

masyarakat luas.

3. Amandemen statuta PSSI

Amandemen harus dilakukan agar setiap isi dalam statuta yang

memang masih keliru dan berisikan kepentingan individu tertentu agar

bisa diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Sehingga

statuta ini menjadi pedoman yang sah dan valid bagi jalannya roda

organisasi

4. Jabatan rangkap maksimal 2

Agar organisasi tidak terlalu gemuk maka seharusnya ada angka

maksimal pada perangkapan jabatan, Misalkan satu orang anggota

maksimal merangkap dua jabatan. Hal ini dilakukan agar setiap anggota

dapat berkonsentrasi pada jabatan yang di kepalainya dan dapat

bertanggung jawab penuh pada tugas-tugas yang harus dilakukan.

5. Ada solusi dan konflik terselesaikan

Harus adanya solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Konflik yang

berkepanjangan tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi, harus adanya

penemuan solusi pada setiap konflik yang di hadapi. Dalam PSSI

diharapkan dapat menemukan solusi yang baik, agar konflik yang

berkepanjangan dapat terselesaikan dan tidak terulang kembali.

6. Ada problem solving

42

Page 44: Laporan PSSI Final

Harus adanya pemecahan masalah dalam setiap permasalahan yang

di hadapi, Pada permasalahan PSSI yang tidak kunjung selesai harus ada

pemecahan masalah pada “siapa yang mampu memecahkan

permasalahan PSSI yang berkepanjangan? Dan siapa tokoh pemersatu

yang mampu membenahi kekisruhan PSSI dan membawa sepakbola

Indonesia kedalam masa jayanya?”

7. Ada hubungan jelas antara PSSI dengan lembaga Negara dalam

bentuk Undang-Undang

8. Ada hubungan jelas antara lembaga Negara dengan organisasi sepak

bola internasional terkait PSSI dalam bentuk Undang-Undang

9. Ada arsip dan dapat di akses

Dalam pengurusan organisasi PSSI harus adanya arsip yang dapat di

akses, agar ada kejelasan untuk meneruskan program organisasi

selanjutnya.

10. Kemampuan administrasi meningkat

Dengan adanya arsip yang dapat diakses, di harapkan kemampuan

administrasi dapat meningkat melalui arsip, berkas-berkas dan data

penting yang dapat di akses pada kepengurusan organisasi sebelumnya.

11. Website update

Untuk kepengurusan selanjutnya diharapkan PSSI dapat lebih

memperbaharui informasi tentang apa yang terjadi pada organisasi, agar

informasi publik dapat di konsumsi oleh masyarakat luas.

12. Pengembangan media informasi seperti facebook, twitter dll

43

Page 45: Laporan PSSI Final

Selanjutnya diharapkan PSSI dapat mengembangkan media

informasinya dengan membuat account facebook, twitter, dll secara

resmi dan account tersebut memuat tentang beragam informasi yang

terjadi setiap ada pembaruan aktivitas ataupun informasi-informasi

mengenai kegiatan terkait.

3.3. Aspek SDM mengenai rencana pembenahan

Berdasarkan pada identifikasi permasalahan organisasi di PSSI, yang

meliputi masalah rekrutiment, retirement, administrasi, konflik kompetisi, serta

masalah publikasi dan informasi. Maka peneliti mencoba memetakan

rekomendasi solusi terhadap manajemen perubahan yang nantinya bisa

dilakukan oleh PSSI, yaitu dintaranya :

1. Rekruitment

a) Pembentukan tim independen untuk penyeleksian calon pegawai

b) Pembuatan sistem penyeleksian yang berstandar yang disesuaikan

dengan kebutuhan PSSI

Penyeleksian berkas

Uji tes psikologi

Uji kesehatan

Interview

c) Penyebaran informasi mengenai tata cara perekrutan pegawai

2. Retirement

Menyarankan kepada pihak PSSI agar bisa menyesuaikan sistem

retirement yang sudah ada pada PSSI dengan Dasar Hukum

Penetapan Pensiun PNS yang sudah di atur oleh badan kepegawaian

negara. Sistem retirement sudah sedari awal kontrak diberitahukan

kepada calon pegawai, contohnya : usia pension, kebijakan pensiun

dini, pemecatan sepihak (PHK), pengunduran diri, pension apabila

cacat, dll. Lalu diberitahukan lagi selambat2nya 3 bulan sebulan

44

Page 46: Laporan PSSI Final

pegawai diberhentikan. Proses retirement harus memenuhi kriteria

sistem retirement, tidak boleh disangkut pautkan dengan

subjektifitas.

3. Manajemen SDM

Peneliti menyarankan Job desk dalam PSSI selain harus tertulis serta

terbagi menjadi divisi yang ada di PSSI dan juga harus di lampirkan

dalam perjanjian kerja pegawai sehingga pegawai mengetahui apa

kewajiban mereka di dalam PSSI. Rotasi kerja dibutuhkan selain untuk

memotivasi pegawai tetapi juga dibutuhkan ketika seorang pegawai

tersebut berhak mendapatkan posisi lebih dari posisi awal mereka.

Budaya kerja dalam sebua instansi ataupun organisasi yang di

gunakan oleh Indonesia masih menggunakan budaya kerja timur di

mana masih berorientasi kepada kehadiran dibandingkan dengan

orientasi profesionalitasan dan orientasi hasil, dan budaya kerja ini

mempengaruhi sebuah organisasi dalam performan bekerjanya. (Job

Desk, Rotasi Kerja, Budaya Kerja)

4. Pelatihan

Peneliti menyarankan PSSI untuk mengadakan pelatihan baik untuk

player, pegawai dan manajemen yang lain agar dapat meningkatkan

performance organizational PSSI. Dalam engine search di dalam dunia

maya, tidak banyak artikel yang melaporkan pelatihan untuk

employee dari PSSI untuk meninkatkan performacenya, sangat di

sarankan dalam setiap organisasi atau instansi membuat minimal 4

kali dalam 1 tahun pelatihan pegawai untuk meningkatkan kinerja

pegawai. Pelatihan yang dimaksud disini bukan hanya pelatihan

mengenai persepakbolaan saja tetapi juga pelatihan organisatoris

untuk kebutuhan organisatoris PSSI.

45

Page 47: Laporan PSSI Final

5. Aspek Legal

Peneliti menyarankan untuk mengubah pedoman dasar PSSI menjadi

AD/ART dengan syarat harus menyembpurnakan aturab-aturan di

dalamnya, karena tidak adanya AD/ART dalam tubuh PSSI tidak saja

hanya masalah ketidakberadaan AD/ART tersebut tetapi juga

ketidaktransparan yang terjadi dalam PSSI sehingga sulit untuk

mengukur keefektifan PSSI. Ini pun berdampak terhadap aspek leal

SDM yang lain seperti SOP, Kesehatan dan keselamatan kerja, dan

lain-lain. Kami tidak menemukan secara tertulis mengenai K3 atau

kesehatan dan kesejahteraan serta sistem Reward dan Punishment,

sisrem perjanjian kerja dan bila ada kami tidak tahu apakah seluruh

sistem tersebut telah berjalan dengan efektif atau tidak,sehingga kami

menyarankan kepada PSSI untuk menekankan keberadaannya.

6. Tata aturan

Peneliti menyarankan agar tata aturan yang berlaku dulu dan

sekarang di PSSI harus terlebih dahulu dikaji lebih dalam hingga jelas

apabila tidak ada perubahan revisi ada kemungkinan hal ini tidak

dipandang penting, karena aturan dapat terkait masalah kinerja SDM

dan juga aspek legal.

7. Masalah Umum

Peneliti menyarankan agar PSSI membuat semacam sistem informasi

manajemen agar semua data perusahan da pegawai tersusun rapi dan

terjaga dengan aman, dan juga agar bisa melakukan transparansi di

kemudian hari apabila ada yang membutuhkan

8. Persepsi Masyarakat

Disarankan agar PSSI mampu membagun citra positif dimasyarakat

dengan melakukan kegiatan serta kebijakan-kebijakan yang memang

46

Page 48: Laporan PSSI Final

konstruktif bagi kemajuan sepak bola Indonesia dan mampu

meningkatkan prestasi sepak bola Indonesia di tingkat regional dan

internasional.

9. Auditor

Disarankan agar PSSI bisa bekerja sama dengan auditor independen,

sebagai pengawas kinerja secara keseluruhan organisasi. Ini dilakukan

agar PSSI menjadi organisasi yang berkualitas.

3.4. Aspek Keuangan mengenai rencana pembenahan

Dari berbagai masalah dan indikator tercapainya tujuan perubahan, maka

peneliti pun memberikan beberapa pilihan terkait mengatasi masalah-masalah

sebagaimana dipaparkan pada bagian constrain, dan pilihan solusi pada bab

sebelumnya, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Untuk mengatasi ketidakjelasan keberadaan laporan keuangan dapat

diwujudkan dengan:

a. Mencari data keuangan pada periode sebelumnya secara

berkelanjutan

Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah proses pembuatan

laporan keuangan lebih mudah, laporan keuangan dapat

dipercaya. Namun waktu yang dibutuhkan akan lebih lama dan

adanya resistensi dari pihak yang bersangkutan. Misalnya

kemungkinan ada staf yang tidak mau memberikan bukti-bukti

transaksi.

b. Pembuatan laporam keuangan periode sebelumnya berdasarkan

data minimal yang diperoleh

47

Page 49: Laporan PSSI Final

Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah tidak membutuhkan

waktu yang begitu lama, tingkat resistensi dari pihak terkait

rendah. Namun proses pembuatan laporan keuangan akan

mengalami kesulitan karena data yang tidak lengkap sehingga

laporan keuangan kurang dipercaya.

c. Tidak membuat laporan keuangan periode sebelumnya

Kelebihan dari penggunaan cara ini adalah terfokus pada laporan

keuangan periode terbaru. Namun tidak ada dokumentasi laporan

keuangan sebagai tolak ukur dibuatnya laporan keuangan baru,

dan kepengurusan lama dibebaskan dai tanggung jawab

pembuatan laporan keuangan.

2. Untuk mengatasi keuangan yang tidak mandiri dapat diwujudkan dengan:

a. Membangun usaha di setiap wilayah yang kemudian akan

dijalankan oleh klub

Kelebihan dari penggunaan cara ini, adalah setiap club akan

mendapatkan pemasukan sendiri, sehingga dengan bebas dapat

menggunakan dana tersebut tanpa dicampurtangani oleh

Pemerintah. Sedangkan Kekurangan dari penggunaan cara ini,

adalah bahwa resiko lebih tinggi dikarenakan ketika membangun

suatu usaha, maka modal yang dibutuhkan pun tidak sedikit,

sehingga adanya resiko rugi karena tidak fokus pun masih bisa

terjadi. Dan kekurangan lainnya adalah bahwa pendapatan yang

dihasilkan setiap club pun nantinya akan berbeda-beda besar

nominalnya, sehingga kualitas para pemain dan atau club itu

sendiri pun berbeda-beda.

b. Mencari donatur/rekanan dengan mengirimkan proposal

48

Page 50: Laporan PSSI Final

Kelebihan menggunakan cara ini, adalah adanya kemungkinan

dana yang didapat dari donatur bernilai besar. Dan Kekurangn

menggunakan cara ini, adalah kesempatan proposal club untuk

ditolak cukup besar. dan lagi pula cara ini sepertinya tidak bisa

menstimulus club untuk berpikir kreatif untuk membangun

sebuah usaha dan atau mencari dana dengan cara yang lain.

c. Meningkatkan prestasi, yang kemudian akan menjadikan image

club lebih baik sehingga akan datangnya donatur untuk

mendonasikan dananya

Kelebihan menggunakan cara ini, adalah kesempatan untuk

mendapat dana dalam julah besar pun cukup besar. Hanya saja

kekurangan dalam penggunaan cara ini, adalah return yang

didapat masih akan dalam jangka panjang, dan dibutuhkannya

modal yang besar untuk melatih para pemain hingga dapat

membuat prestasi-prestasi yang cemerlang.

3.5. Penyusunan model kebijakan manajemen perubahan di PSSI.

49

Page 51: Laporan PSSI Final

BAB V

SARAN PEMBENAHAN MANAJEMEN

5.1. Prinsip-prinsip manajemen perubahan PSSI

5.2. Pokok-pokok aturan

5.3. Tahapan Implementasi manajemen perubahan di PSSI.

50

Page 52: Laporan PSSI Final

BAB VI

PENUTUP

51

Page 53: Laporan PSSI Final

52