Laporan Praktikum Lipid

35
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PRAKTIKUM IV LIPID NAMA : TRI WAHYUNI PONGARRANG NIM : H41114032 HARI/TANGGAL : RABU, 2 DESEMBER 2015 KELOMPOK : III (TIGA) ASISTEN : NURUL FEBRIANI PUTRI

description

syet

Transcript of Laporan Praktikum Lipid

Page 1: Laporan Praktikum Lipid

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM IV

LIPID

NAMA : TRI WAHYUNI PONGARRANG

NIM : H41114032

HARI/TANGGAL : RABU, 2 DESEMBER 2015

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : NURUL FEBRIANI PUTRI

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

Page 2: Laporan Praktikum Lipid

2015

Page 3: Laporan Praktikum Lipid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid merupakan suatu kelas molekul biologis berukuran besar yang tidak

mencakup polimer sejati dan biasanya tidak cukup besar untuk dianggap sebagai

makromolekul. Senyawa-senyawa yang disebut lipid dikelompokkan menjadi satu

karena memiliki satu kesamaan ciri penting yakni bahwa lipid sulit tercampur

dengan air, bahkan mungkin tidak bisa sama sekali. Peilaku hidrofobik lipid ini

disebabkan oleh struktur molekulnya. Meskipun memiliki beberapa ikatan polar

yang dapat berikatan dengan oksigen, sebagian besar wilayah pada lipid terdiri

atas hidrokarbon (Campbell dkk., 2008).

Istilah lipid mencakup berbagai macam kelompok senyawa yang berbeda-

beda strukturnya. Lipid dalam makanan manusia yang utama adalah trigliserol,

sterol, dan membrane fosfolipid yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Proses

metabolisme lipid membentuk dan mendegradasi simpanan lipid dan

memproduksi karakteristik struktur dan fungsi lipid dalam jaringan tertentu..

Gliserolipid adalah lipid yang mengandung gliserol dengan gugus hidroksil yang

terdistribusi. Gliserolipid merupakan lipid yang paling melimpah di dalam tubuh

hewan (Ngili, 2009).

Melihat begitu besarnya kelimpahan gliserol di alam, diperlukan suatu

pengkajian yang ilmiah dalam mengindentifikasi senyawa tersebut. Hal inilah

yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini sehingga setiap praktikan

mampu mengidentifikasi kandungan gliserol dari berbagai sampel berdasarkan tes

akrolein dan tes kolorimetri.

Page 4: Laporan Praktikum Lipid

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara

mengidentifikasi gliserol yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan

metode tertentu.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya gliserol pada beberapa sampel melalui tes acrolein

2. Mengetahui adanya gliserol pada beberapa sampel melalui tes kolorimetri.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Tes Acrolein

Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan

menambahkan KHSO4 dan dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau

tengik yang menandakan sampel mengandung gliserol.

1.3.2 Tes Kolorimetri

Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan

menambahkan pereaksi tertentu dan dipanaskan hingga terbentuk warna hijau

zamrud yang menandakan sampel mengandung gliserol.

1.4. Manfaat percobaan

Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini yaitu praktikan dapat

mengetahui dan memahami cara dalam mengidentifikasi kandungan gliserol pada

beberapa sampel melalui tes acrolein yang ditandai dengan adanya bau khas serta

melalui tes kolorimetri yang ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi

hijau zambrud.

Page 5: Laporan Praktikum Lipid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kata lipid berasal dari bahasa Yunani “Lipos” yang berarti lemak. Secara

umum, lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat di

ekstraksi dengan pelarut non polar seperti klotoform, eter dan benzena. Pengertian

ini didadasarkan dari salah satu kesepakatan Internasional Kimia Murni dan

Terapan (International Congress and Applied Chemistry) karena sukarnya

memberikan definisi yang jelas tentang lipid. Dalam hal ini, senyawa-senyawa

lipid tidak mempunyai rumus struktur yang sama serta sifat kimia dan biologinya

juga bervariasi. Oleh karena itu, kesepakatan tentang lipid didasarkan pada sifat

fisika lemak (Toha, 2001).

Berdasarkan sifatnya, lipid dibedakan menjadi 2 golongan yakni kelompok

lipid yang dapat disaponifikasi dan kelompok lipid yang tidak dapat

disaponifikasi. Lipid yang dapat disaponifikasi adalah golongan lipid yang dapat

dihidrolisis dengan alkali dan panas sehingga terbentuk garam asam lemak dan

komponen molekul penyusun lainnya, misalnya lemak netral

(triasilgliserol/trigliserida), fosfolipid, glikolipid, sulfolipid, serta senyawa dengan

asam karboksilat rantai panjang. Adapun lipid yang tidak dapat disaponifikasi

adalah golongan lipid yang disintesis dari unit isopren kolestrol dan lain-lain

streol serta streoid, dolikil, ubiquinon serta vitamin A,D,E dan K (Iswari, 2011).

Selain berdasarkan sifatnya, lipid juga dapat digolongkan berdasarkan

strukturnya yakni lipid sederhana, lipid majemuk dan kelompok lipid turunan.

Lipid sederhana atau homolipid merupakan lipid bentuk ester yang mengandung

C, H, dan O, misalnya lemak, ester lemak, gliserol dan lilin. Lipid majemuk

Page 6: Laporan Praktikum Lipid

merupakan senyawa yang mengandung bahan-bahan lain selain alkohol dan asam

lemak, misalnya fosfoasilgliserol yang terdiri atas gliserol, asam lemak, HPO42-

dan kolin atau etanolamin. Adapun lipid turunan merupakan senyawa-senyawa

lipid yang tidak dimasukkan dalam kelompok lipid sederhana dan lipid majemuk,

misalnya steroid, karotenoid, dan vitamin larut dalam lipid (Toha, 2001).

Lemak merupakan kelompok lipid yang paling sederhana dan paling

banyak mengandung asam lemak. Di dalam tubuh makhluk hidup (tumbuhan,

hewan, dan manusia), lemak merupakan komponen utama dari lemak simpanan

atau depot lemak dan tidak dijumpai pada membran sel. Fungsi utama depot

lemak dalam tubuh hewan dan manusia adalah sebagai cadangan energi, dimana

cadangan energi tersebut akan meningkat penggunaannya apabila tubuh dalam

keadaan kelaparan atau menderita penyakit diabetes mellitus yang tidak

terkontrol. Lemak cadangan ini tidak saja berasal dari lemak makanan, tetapi juga

berasal dari kelebihan zat makanan bukan lemak yang dikonsumsi, misalnya

glukosa dan beberapa macam asam amino yang termasuk dalam kelompok asam

amino ketogenik (Iswari, 2011).

Hidrolisis lipid oleh lipase terjadi karena adanya garam asam empedu yang

mengemulsi makanan berlemak sehingga terbentuklah emulsi partikel lipida yang

sangat kecil. Meskipun enzim lipase tidak peka terhadap larutan lemak sempurna,

melalui misel-misel garam empedu maka asam lemak bebas, monoasil gliserol,

kolestrol dan vitamin akan membentuk sebuah kompleks yang akan menempel

pada permukaan sel mukosal, sedangkan misel-misel garam empedu akan

melepaskan diri dan meninggalkan permukaan sel mukosal (Martoharsono, 1990).

Dalam sel mukosal, pembentukan triasilgliserol terjadi melalui

pengabungan antara asam lemak bebas dan monoasilgliserol dengan albumin,

Page 7: Laporan Praktikum Lipid

kolestrol dan lain-lain hingga membentuk siklomikron yang masuk ke dalam

saluran limfatik. Siklomikron tersebut pada akhirnya masuk ke dalam darah dan

kemudian sampai ke hati serta jaringan yang memerlukannya. Sebelum masuk

dalam sel, maka triasilgliserol dipecah menjadi asam lemak bebas dan gliserol

oleh lipoprotein lipase (Martoharsono, 1990).

Asil gliserol merupakan komponen utama lemak cadangan pada sel

hewan, tumbuhan dan manusia. Golongan lipid ini terdiri atas monoasilgliserol

(bila hanya berikatan dengan satu molekul asam lemak), diasilgliserol (bila

berikatan dengan 2 molekul asam lemak) dan triasilgliserol (bila berikatan dengan

3 molekul asam lemak). Triasilgliserol atau triasilgliserida merupakan triester dari

gliserol serta merupakan bentuk lipid yang paling banyak terdapat di alam.

Adapun diasil dan monoasilgliserol merupakan intermediet yang sangat penting

dalam sejumlah reaksi biosintesis triasilgliserol. Triasilgliserol berada dalam

bentuk cair atau padat, bergantung pada asam lemak penyusunnya. Umumnya,

triasilgliserol tumbuhan mempunyai titik leleh rendah dan berbentuk cair pada

suhu kamar karena memiliki jumlah asam lemak tidak jenuh yang tinggi, misalnya

asam oelat, linoleat atau asam linolenat. Sebaliknya, triasilgliserol hewan

mempunyai leleh lebih tinggi dan berbentuk semipadat atau padat pada suhu

kamar karena memiliki jumlah asam lemak jenuh yang tinggi, misalnya asam

palmitat dan stearat (Iswari, 2011).

Triasilgliserida adalah bentuk lemak yang paling efisien untuk menyimpan

kalor yang penting bagi proses-proses yang membutuhkan energi dalam tubuh.

Beberapa triasilgliserida berada dalam bentuk butir-butir lipid yang kecil dalam

jaringan non lemak seperti hati dan urat daging, dimana senyawa tersebut akan

digunakan untuk metabolisme energi. Sebagai jaringan lemak, triasilgliserida

Page 8: Laporan Praktikum Lipid

mempunyai fungsi fisik yaitu sebagai bantalan tulang-tulang dan vital serta

melindungi organ-organ vital dari guncangan atau rusak (Linder, 2010).

Fosfolipid adalah lipid yang mengandung gugus ester fosfat. Golongan ini

bersifat polar tinggi, sehingga sering disebut lipid polar. Fosfolipid berungsi

terutama sebagai unsur struktur membrane, dimana fosfolipid utama pada

membran adalah fosfogliserida. Dalam hal ini, senyawa induk fosfogliserida

adalah asam fosfatida yang tidak memiliki kepala alcohol namun mempunyai

gugus hidrofilik pada bagian kepala dan gugus hidrofobik pada bagian ekor yang

bersifat nonpolar (Toha, 2001).

Penamaan fosfogliserida dilakukan menurut jenis alkohol pada bagian

yang bersifat polar. Berdasarkan perbedaan tersebut, jenis-jenis fosfogliserida

adalah fosfatidil etanolamin, fosfatidilkolin, fosfatidilinositol, dan fosfotidil serin.

Keempat jenis fosfogliserida ini tersusun dari asam lemak, gliserol, asam fosfat,

dan alkohol (Toha, 2001).

Asam lemak tersusun dari komponen hidrofobik yang berupa rantai

hidrokarbon serta komponen hidrofilik yang berupa gugus karboksil. Molekul ini

disebut juga molekul amphipatik karena mengandung kedua komponen tersebut.

Di alam, molekul ini dapat membentuk misel dimana bagian hidrofobiknya berada

di dalam struktur sedangkan bagian hidrofiliknya berinteraksi dengan lingkungan

air (Toha, 2001).

Gliserol merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan pada industri

farmasi dan kosmetik. Pembuatan gliserol dapat dilakukan dengan beberapa

metode diantaranya melalui reaksi transesterifikasi, saponifikasi dan hidrolisis

minyak. Pembuatan gliserol dengan cara transesterifikasi dilakukan dengan

mereaksikan minyak goreng bekas dan metanol menggunakan katalis KOH,

Page 9: Laporan Praktikum Lipid

sehingga menghasilkan gliserol disini sebagai produk sampingnya. Bahan baku

utama yang digunakan dalam pembuatan gliserol adalah minyak diantaranya

minyak sawit, minyak biji kapuk dan minyak biji karet. Minyak goreng bekas

(limbah industri makanan dan rumah tangga) juga dapat digunakan sebagai bahan

baku pembuatan gliserol (Aziz, dkk., 2013).

Meningkatnya taraf hidup masyarakat di dunia menyebabkan kebutuhan

akan sumber energi pun semakin meningkat, terutama bahan bakar minyak. Saat

ini, bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi yang terbesar

diseluruh dunia dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Untuk itu dilakukan

pengembangan dan penggunaan minyak nabati sebagai produk alternatif

pengganti bahan bakar. Minyak nabati yang biasa digunakan berupa kelapa sawit

yang dikenal dengan crude palm oil (CPO). Minyak nabati ini dikonversikan

menjadi bentuk metil ester asam lemak yang disebut biodiesel (Hidayati, 2012).

Minyak kelapa sawit banyak mengandung gliserida-gliserida dan sebagian

kecil komponen non gliserida. Untuk merubah minyak ke bentuk yang dapat

digunakan, beberapa dari komponen non gliserida harus dikurangi bahkan

dihilangkan hingga level tertentu. Ada dua jenis gliserida, yaitu yang larut dalam

minyak dan tidak larut dalam minyak. Kotoran-kotoran yang tidak larut dalam

minyak meliputi serat buah dan cangkang, sedangkan komponen non gliserida

yang larut dalam minyak meliputi asam lemak bebas, fosfolipid, logam, karoten

dan lain-lain (Hidayati, 2012).

Page 10: Laporan Praktikum Lipid

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah minyak kelapa,

akuades, minyak sawit, wax (lilin), mentega, gliserol 10 %, KHSO4, HCl pekat,

H2SO4 pekat, NaOCl dan α-naftol.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet

tetes, batang pengaduk, pipet skala 2 mL, rak tabung, gelas kimia 500 mL,

kompor dan gegep.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Tes Acrolein

Siapkan 6 buah tabung reaksi serta larutan sampel yang telah ditentukan

sebelumnya. Kedalam setiap tabung reaksi dimasukkan 1 mL larutan sampel yang

berbed. Pada tabung pertama diisi dengan lilin cair (wax), tabung kedua diisi

dengan mentega cair, tabung ketiga diisi dengan minyak sawit, tabung keempat

diisi dengan minyak kelapa, tabung kelima diisi dengan gliserol, sedangkan

tabung keenam diisi dengan aquades. Masing-masing tabung ditambahkan dengan

± 0,5 gram KHSO4 lalu panaskan dengan api kecil. Timbulnya bau tengik pada

suatu sampel mengindikasikan adanya kandungan gliserol pada sampel tersebut.

3.3.2 Tes Kolorimetri

Siapkan 6 buah tabung reaksi serta larutan sampel yang telah ditentukan

sebelumnya. Kedalam setiap tabung reaksi dimasukkan 1 mL larutan sampel yang

Page 11: Laporan Praktikum Lipid

berbed. Pada tabung pertama diisi dengan lilin cair (wax), tabung kedua diisi

dengan mentega cair, tabung ketiga diisi dengan minyak sawit, tabung keempat

diisi dengan minyak kelapa, tabung kelima diisi dengan gliserol, sedangkan

tabung keenam diisi dengan aquades. Masing-masing tabung ditambahkan 1 mL

NaOCl 2%. Setelah 2–3 menit, tambahkan 4 tetes HCl pekat lalu dididihkan

selama 1 menit untuk membuang kelebihan asam. Selanjutnya, tambahkan 0,2 mL

α– naftol dan 2 mL H2SO4 pekat, serta kocok setiap tabung secara hati–hati

hingga larutan yang terdapat pada setiap tabung telah tercampur merata.

Terjadinya perubahan warna menjadi hijau zambrud pada suatu sampel

Page 12: Laporan Praktikum Lipid

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kandungan gliserol melalui tes acrolein ditandai oleh adanya bau

tengik. Pada metode ini, sampel yang mengandung gliserol adalah gliserol,

minyak kelapa, minyak sawit dan margarin.

2. Identifikasi kandungan gliserol melalui tes kolorimetri ditandai oleh adanya

perubahan warna menjadi hijau zambrud. Pada metode ini, sampel yang

mengandung gliserol adalah gliserol, minyak kelapa, minyak sawit dan

margarin.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya alat dan bahan yang telah rusak diganti dengan yang baru agar

percobaan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya alat-alat yang digunakan berada dalam keadaan steril sehingga

hasil yang diperoleh menjadi lebih akurat. Selain itu, sebaiknya variasi larutan

indikator yang digunakan juga diperbanyak sehingga perbandingan kandungan

gliserol pada setiap metode menjadi lebih spesifik.

5.2.3 Saran untuk Asisten

Menurut saya, kakak asisten telah menjalankan tugasnya dengan baik.

Untuk itu, saya berharap agar kedepannya hal ini tetap dipertahankan.

Page 13: Laporan Praktikum Lipid

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Tes Acrolein

Tes acrolein adalah suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

kandungan gliserol pada suatu sampel berdasarkan adanya bau tengik pada sampel

yang direaksikan. Dalam hal ini, hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel

yang mengandung gilserol adalah gliserol 10%, minyak kelapa, minyak sawit dan

margarin. Adapun sampel yang tidak mengadung gliserol adalah lilin dan

aquades. Hal ini dapat terlihat dari hasil yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Tes Acrolein

NO. Larutan (Sampel) Bau yang Dihasilkan

1. Gliserol 10% + + + +

2. Minyak Kelapa + + +

3. Minyak Sawit + +

4. Mentega +

5. Lilin −

6. Akuades −

Keterangan

+ + + + = Sangat Tengik

+ + + = Tengik

+ + = Agak Tengik

+ = Sedikit Tengik

− = Tidak Berbau

Berdasarkan hasil dari tabel diatas, terlihat bahwa setiap sampel memiliki

kandungan gliserol yang berbeda, bahkan ada pula sampel yang tidak

Page 14: Laporan Praktikum Lipid

mengandung gliserol. Hal ini ditunjukkan dari adanya perbedaan tingkat bau

tengik pada setiap sampel. Dalam hal ini, semakin tengik bau yang dihasilkan

maka semakin banyak pula kadungan gliserol yang terdapat pada sampel tersebut.

Sebaliknya, sampel yang tidak menghasilkan bau tengik menandakan bahwa

sampel tersebut tidak mengandung gliserol.

Pada percobaan ini, penambahan KHSO4 berfungsi sebagai katalisator

dalam hidrolisis lemak dan gliserol. Adapun pemanasan berfungsi agar terjadi

proses hidrolisis trigliserida menjadi akrolein atau akrildehida yang memiliki bau

khas yakni bau seperti lemak yang terbakar (bau tengik). Hal inilah yang

menyebabkan timbulnya bau tengik pada sampel yang mengandung gliserol.

Berdasarkan hasil dari percobaan ini, terlihat bahwa sampel yang memiliki

bau yang sangat tengik adalah gliserol 10%. Hal ini disebabkan karena sampel

tersebut memang mengandung gliserol dengan konsentrasi sebanyak 10%. Selain

itu, kandungan gliserol juga terdapat pada minyak kelapa, minyak sawit dan

mentega, meskipun dengan konsentrasi yang berbeda. Dalam hal ini, ketiga

sampel tersebut merupakan triester dari asam lemak dan gliserol. Adapun pada

lilin (wax) hanya terkandung asam lemak berantai pendek, sedangkan aquades

merupakan air suling yang tidak mengandung jenis lipid apapun. Hal inilah yang

menyebabkan reaksi dari kedua sampel tersebut tidak menghasilkan bau tengik.

Secara sederhana, reaksi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Gliserol

Page 15: Laporan Praktikum Lipid

2. Minyak Kelapa

3. Minyak Sawit

4. Mentega

Page 16: Laporan Praktikum Lipid

5. Lilin

1.2 Tes Kolorimetri

Tes kolorimetri adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengidentifikasi kandungan gliserol pada suatu sampel berdasarkan adanya

perubahan warna pada sampel yang direaksikan menjadi hijau zamrud. Hasil pada

percobaan ini tidak berbeda jauh dari hasil pada percobaan melalui tes acrolein.

Dalam hal ini, sampel yang mengalami perubahan warna adalah gliserol 10%,

minyak kelapa, minyak sawit, margarin dan akuades. Adapun sampel yang tidak

mengalami perubahan warna adalah lilin. Hal ini dapat terlihat dari hasil yang

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Tes Kolorimetri

NO. Larutan (Sampel) Fasa yang Dihasilkan Warna yang Terbentuk

1. Gliserol 10% 1 Hijau Zamrud

2. Minyak Kelapa 2 Hijau Zamrud dan Keruh

3. Minyak Sawit 2 Hijau Zamrud dan Kuning

4. Mentega 2 Hijau Muda dan Bening

5. Akuades 1 Hijau Muda

6. Lilin 2 Putih dan Bening

Berdasarkan hasil dari tabel diatas, terlihat bahwa setiap sampel

mengalami perubahan warna serta jumlah fasa yang berbeda. Perbedaan tersebut

terjadi akibat adanya reaksi pada sampel setelah ditambahkan dengan larutan

indikator yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, larutan yang digunakan antara lain

NaOCl yang berfungsi untuk mereduksi kelebihan lemak melalui pembentukan

gliserol. Terdapat pula larutan HCl pekat yang berfungsi sebagai katalisator dalam

Page 17: Laporan Praktikum Lipid

reaksi tersebut, dimana kelebihannya harus dikurangi melalui pemanasan untuk

mencegah terbentuknya sifat asam pada sampel tersebut. Adapun perubahan

warna menjadi hijau zamrud disebabkan karena adanya penambahan larutan α-

naftol serta H2SO4 yang berfungsi sebagai indikator kandungan gliserol.

Berdasarkan hasil dari percobaan ini, terlihat bahwa perubahan warna

yang paling signifikan terjadi pada gliserol 10%. Dalam hal ini, sampel tersebut

memang mengandung gliserol dengan konsentrasi sebanyak 10% sehingga warna

hijau zamrud yang dihasilkan paling pekat dibandingkan dengan perubahan warna

yang terjadi pada sampel lainnya. Selain itu, terjadi pula perubahan warna pada

sampel minyak kelapa, minyak sawit dan mentega, meskipun perubahan warna

yang dihasilkan tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan karena ketiga sampel

tersebut merupakan triester dari asam lemak dan gliserol. Perubahan warna juga

terjadi pada akuades, meskipun hal ini disebabkan karena kesalahan dalam

percobaan. Dalam hal ini, penggunaan alat-alat yang kurang steril memungkinkan

sampel tersebut tercampur dengan minyak maupun senyawa lainnya yang

mengandung gliserol. Adapun pada lilin, nampak jelas bahwa reaksi pada sampel

tersebut tidak menghasilkan perubahan warna menjadi hijau zamrud. Hal ini

disebabkan karena kandungan lipid pada lilin hanya berupa asam lemak berantai

pendek.

Secara sederhana, reaksi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Gliserol

Page 18: Laporan Praktikum Lipid

2. Minyak Kelapa

3. Minyak Sawit

Page 19: Laporan Praktikum Lipid

4. Mentega

5. Lilin

Page 20: Laporan Praktikum Lipid

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, I, Nurbayti S dan Juwita. S., 2013, Pembuatan Gliserol dengan Reaksi Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Jurnal Chemistry Prog, 6(1):19-25.

Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, 2000. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga, Jakarta.

Hidayati, R. Allah, H.A. dan Arita S., 2012, Pengaruh Penambahan H3po4 dan Resin Kation–Anion Terhadap Persen Total Gliserol Hasil Samping Pembuatan Biodiesel, Jurnal Teknik Kimia, 4(18):31-38.

Iswari, S.R., 2011, Biokimia dan Fisiologi Lipid, Karya Putra Darwati, Bandung.

Linder, M, C., 2010, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, Universitas Indonesia, Jakarta.

Martoharsono, S., 1990, Biokimia, UGM, Yogyakarta.

Ngili Yohanis.2009. Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul, Graha Ilmu. Yogyakarta.

Toha, H.A., 2001, Biokimia: Metabolisme Biomolekul, Alfabeta, Bandung.

Page 21: Laporan Praktikum Lipid

LEMBAR PENGESAHAN

MAKASSAR, 02 DESEMBER 2015

ASISTEN PRAKTIKAN

NURUL FEBRIANI PUTRI TRI WAHYUNI PONGARRANG

Page 22: Laporan Praktikum Lipid

LAMPIRAN I. BAGAN KERJA

1. Tes Akrolein

2. Tes Kolorimetri

- Dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi yang

berbeda.

- Ditambahkan setengah sendok KHSO4.

- Dikocok hingga tercampur dengan rata.

- Dipanaskan di atas api kecil.

- Diamati bau karakteristik yang menandakan

adanya gliserol.

Gliserol Mentega MinyakKelapa

MinyakSawit

Lilin Akuades

Data

- Dimasukkan 1 mL ke dalam tabung reaksi yang

berbeda.

- Ditambahkan 1 mL larutan NaOCl 2%.

- Ditambahkan 3-4 tetes larutan HCL pekat.

- Dididihkan selama 1 menit untuk mrmbuang

kelebihan asam.

- Ditambahkan 0,2 α-naftol.

- Ditambahkan 2 tetes H2SO4 pekat.

- Aduk dengan hati-hati hingga terbentuk warna

hijau zamrud.

Data

Gliserol Mentega MinyakKelapa

MinyakSawit

Lilin Akuades

Page 23: Laporan Praktikum Lipid

LAMPIRAN II. FOTO HASIL PERCOBAAN

Gambar 1. Tes Acrolein

Gambar 2. Tes Kolorimetri