Laporan Praktikum Biokimia Lipid

27
Laporan Praktikum Biokimia LIPID Tanggal 25 Oktober 2010 Disusun oleh: KELOMPOK IX 1. Anindita Ratnawati Aditya (0906531172) 2. Andrianto Agung Gunawan (0906531166) 3. Astri Maulidina (0906531203) DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Page 1: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Laporan Praktikum Biokimia

LIPID

Tanggal 25 Oktober 2010

Disusun oleh:

KELOMPOK IX

1. Anindita Ratnawati Aditya (0906531172)

2. Andrianto Agung Gunawan (0906531166)

3. Astri Maulidina (0906531203)

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2010

Page 2: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

I. Prinsip dan Tujuan

II. Teori

Lipid adalah segolongan senyawa organik yang terdapat di dalam alam dan

mempunyai sifat-sifat:

1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut lemak seperti eter, kloroform,

alkohol panas dan benzene.

2. Berhubunagn erat dengan asam lemak.

3. Dapat digunakan oleh organisme hidup.

Lipid dapat diekstraksi oleh jaringan binatang maupun tumbuh-tumbuhan dengan

menggunakan pelarut lemak. Hasil ekstraksi merupakan campuran yang kompleks

diantaranya: trigliserida, wax, fosfolipid, glikolipid, bermacam-macam sterol dan

senyawa-senyawa lain yang terbentuk sebagai hidrolisa zat-zat tersebut diatas.

Trigliserida, kolesterol dan ester kolesterol dinamakan juga lipid netral karena tidak

bermuatan.

Klasifikasi

Menurut Bloor, lipid dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:

1. Simple Lipid

Merupakan ester asam-asam lemak dengan bermacam-macam alkohol, yang

termasuk simple lipid yaitu:

a. Lemak netral dan minyak

Ialah ester asam-asam lemak dengan gliserol. Minyak ialah lemak yang berbentuk

cair pada suhu kamar.

Contoh: Tristerin, tripalmitin, dipalmitostearin, distearopalmitin.

b. Wax

Ialah ester asam-asam lemak dengan alkohol alifatik yang mempunyai rantai

karbon panjang.

Page 3: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

2. Compound Lipid

Compound lipid merupakan ester asam-asam lemak yang pada hidrolisa

menghasilkan asam lemak, alkohol, dan juga zat-zat lain.

a. Fosfolipid

Hidrolisa fosfolipid menghasilkan asam lemak, gliserol (atau alkohol lain yang

bukan gliserol), asam folat dan senyawa-senyawa lain. Contoh fosfolipid:

1. Asam fosfatidat (fosfatidil gliserol), hanya mengandung gliserol, asam lemak

dan asam fosfat. Difosfatidilgliserol dikenal dengan nama kardiolipin dan

terdapat di dalam mitokondria.

2. Fosfatidilkolin (lesitin), mengandung asam fosfat dan kolin.

3. Fosfatidiletanolamin (sefalin), mengandung asam fosfatidat dan etanolamin.

4. Fosfatidil inositol (lipositil), mengandung asam fosfatidat dan inositol.

5. Fosfatidil serin, mengandung asam fosfatidat dan asam amino serin.

6. Plasmalogen, menyerupai lesitin dan sefalin, kecuali ikatan ester asam lemak

pada posisi pada karbon gliserol diganti oleh ikatan ester dengan suatu alkohol

tak jenuh.

7. Sfingomielin, tidak mengandung gliserol. Pada hidrolisa akan dihasilkan asam

lemak, asam fosfat, kolin, dan suatu alkohol yang mengandung gugus amina

yang disebut sfingosin.

b. Glikolipid (Serebrosida)

Glikolipid mengandung asam lemak, sfingofusin dan karbohidrat

(galaktosa/glukosa). Sulfatida ialah serebrosida yang mengandung sulfat.

Gangliosida mengandung, disamping glukosa/galaktosa, asam lemak dan

sfingosin juga mengandung asam N-asetilneraminat dan hexosamin.

8. Derivat Lipid

Derivat lipid ialah semua senyawa yang dihasilkan pada hidrolisa simple dan

compound lipid yang masih mempunyai sifat-sifat seperti lemak dimasukkan dalam

golongan ini.

Asam-asam Lemak

Page 4: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

1. Dengan rantai karbon jenuh.

Umumnya sam-asam lemak yang terdapat di alam mengandung jumlah atom C

genap (asam asetat, asam butirat, asam kaproat, asam laurat, asam sterat dan asam

arachidat).

2. Dengan rantai karbon yang mengandung ikatan rangkap.

Contoh: asam oleat, asam linoleat dan asam arachidonat. Yang tiga terakhir

digolongkan dalam asam lemak essensial, karena diperlukan untuk pertumbuhan

optimum dan tidak dibentuk didalam tubuh dalam jumlah yang cukup untuk keprluan

jaringan.

Umumnya asam lemak jenuh lebih banyak terdapat didalam lemak hewan,

sedangkan asam lemak tak jenuh lebih banyak didalam minyak tumbuh-tumbuhan

Dalam keadaan murni, pada umumnya lemak tidak mengandung rasa, tidak berwarna,

dan tidak berbau. Warna lemak atau minyak yang terdapat dialam disebabkan oleh

bermacam-macam pigmen.

Tipe lemak mempunyai titik lebur yang ditentukan oleh asam lemaknya. Sifat ini

dapat dipakai untuk memisah-misahkan campuran bermacam-macam lemak. Sebagai

contoh: Titik lebur tristearin 71°C dan trielin -5°C.

Asam-asam lemak tak jenuh yang terdapat dialam mudah mengalami oksidasi dan

membentuk bermacam-macam zat yang menyebabkan lemak berbau tengik. Zat-zat

tersebut tidak dapat dicernakan dan diantaranya ada yang bersifat racun. Untuk mencegah

lemak menjadi tengik, dapat ditambahkan antioksidan misalnya hidroquinon.

Asam-asam lemak tak jenuh dapat menghilangkan warna iodium. Hal ini

disebabkan karena adisi iodium pada ikatan rangkap. Berdasarkan sifat ini, iodium dapat

dipakai untuk menmentukan banyaknya ikatan rangkap di dalam sejumlah tertentu lemak

(Angka Iodium= jumlah gram yang dapat diadisi oleh 100 gram lemak).

III. Alat dan Bahan

Page 5: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Alat:

-Tabung reaksi

- Beaker glass

- Batang penagduk

- Labu Erlenmeyer

- Pipet tetes

- Buret dan statif

- Kertas saring-

- Erlenmeyer bertutup glass

- Gelas ukur

- Penangas air

- Spatel

- Tabung sentrifugasi

Bahan:

Adeps lanae

- Margarin

- Aquadest

- Larutan Iodium

- Eter

- KOH-Etanol 0,5 N

- Kloroform

- HCL 0,5 N

- NaOH 0,1 N

- Indikator PP

- Minyak kelapa

- KBrO3 0,2 N

- Na2CO3 0,5 %

- KBr

- Etanol

- HCL 4 N

- Larutan KI 16 %

Page 6: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

- Na-tiosulfat 0,1 N

- Merah telur

- Aseton

- KOH dlm etanol 10%

- Larutan kolesterol 0,05% dlm CHCl3

- Asam asetat anhidrat - H2SO4 (p)

IV. Percobaan dan Hasil Pengamatan

1. Percobaan daya larut

Untuk memeriksa daya larut suatu zat terutama lipid sejumlah kecil zat tersebut

dilarutkan dalam beberapa ml pelarut. Derajat kelarutan dapat dilihat secara

langsung. Dapat juga larutan dituang perlahan-lahan (atau disaring dengan kertas

saring kering) ke dalam sebuah gelas arloji. Pelarut dapat diuapkan dengan

pertolongan penangas uap. Jumlah residu menunjukkan jumlah zat yang larut dalam

larutan yang diperiksa.

a. Periksalah daya larut lemak domba dalam air, alkohol panas, alkohol dingin, eter,

dan kloroform. Taruhlah setetes larutan dalam eter pada sehelai kertas saring.

Perhatikan bercak lemak setelah eter menguap.

Berikut merupakan hasil pengamatan kelarutan lemak domba:

Pelarut Kelarutan

Air Tidak larut

Alkohol panas Tidak larut

Alkohol dingin Tidak larut

Eter Larut

Kloroform Larut

ada bercak transparan (+)Test bercak lemak

b. Masukkanlah sedikit lemak padat ke dalam tabung reaksi. Tambahkanlah 2 ml air

dan hangatkanlah dalam penangas uap Perhatikan bahwa lemak akan mencair dan

terapung pada permukaan air. Tambahkanlah beberapa ml NaOH dalam alkohol.

Page 7: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Panaskan kembali. Larutan akan menjadi jernih. Kocok dan perhatikan

pembentukkan busa yang cepat. Terangkan.

Berikut merupakan hasil pengamatan kelarutan lemak padat:

Setelah ditambahkan NaOH dalam alkohol, dipanaskan, lalu diangkat, Mula-mula

terlihat lemak mengapung, terbentuk busa, kemudiandikocok busa tersebut

cepat menghilang.

c. Periksalah daya larut minyak kelapa dalam air, alkohol panas, alkohol dingin, eter

dan kloroform. Lakukan test bercak lemak. Masukkanlah kedalam tabung reaksi 1

ml minyak dan 3 ml air, kocok dan tambahkanlah 1 ml larutan natrium karbonat

0,5 % dan kocok lagi. Bagaimana pengaruh natrium karbonat terhadap kestabilan

emulsi.

Berikut merupakan hasil pengamatan kelarutan minyak kelapa:

Pelarut - Kelarutan - Pengamatan Bercak

Air - Tidak larut - Bercak transparan

Alkohol panas - Tidak larut - Bercak transparan

Alkohol dingin -Tidak larut - Tidak ada bercak

Eter - Larut - Bercak transparan

Kloroform - Larut - Bercak transparan

Test Pengamatan

kocok + 1 ml larutan Na karbonat 0,5 %1 ml minyak kelapa + 3 ml air Warna

larutan menjadi putih susu.

Pengaruh Na karbonat terhadap emulsi adalah menjadikan emulsi tidak stabil.

2. Percobaan untuk menyatakan ikatan tak jenuh

Ambillah 3 buah tabung reaksi kering. Kedalam tabung yang pertama masukkanlah

sedikit minyak kelapa, kedalam tabung kedua margarin dan kedalam tabung yang

ketiga lemak padat. Kedalam tiap tabung ditambahkan kloroform dalam jumlah

sama. Kemudian teteskan kedalam tiap tabung larutan iodium. Goyanglah tabung

reaksi pada tiap penambahan iodium. Terangkan apa yang terjadi.

Page 8: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Berikut merupakan hasil pengamatan ikatan tak jenuh pada margarin, minyak kelapa,

dan lemak domba:

Zat Uji Pengamatan

Margarin Warna merah keunguan

Minyak kelapa Warna merah jernih

Lemak padat Warna merah kecokelatan (merah hati)

3. Penetapan angka penyabunan

Timbanglah lebih kurang 2 gram minyak kedalam Labu Erlenmeyer, tambahkanlah

25 ml larutan KOH-Etanol 0,5 N dalam jumlah yang sama. Kedua labu di reflux di

atas penangas air selama 30 menit sambil diaduk sewaktu-waktu. Titrasi dengan HCL

0,5 N menggunakan indikator fenolftalein. Hitung angka penyabunan dengan rumus:

Angka penyabunan:

a adalah jumlah HCL 0,5 N yang dibutuhkan titrasi zat uji

b adalah jumlah HCL 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko

g adalah berat minyak yang digunakan

Berikut merupakan penentuan bilangan penyabunan lemak domba:

• Jumlah HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi zat uji (a) = 10,7 ml

• Jumlah HCl 0,5 N yang dibutuhkan untuk titrasi blanko (b) = 12,8 ml

Jadi, angka penyabunannya:

( 12,8 – 10,7 ) x 28.05 /2 = 29,4525/gr lemak domba

Pada percobaan penentuan bilangan penyabunan ini, praktikan tidak menggunakan

KOH-etanol dikarenakan ketersediaan bahan pada awal percobaan. Praktikan

menggunakan NaOH-metanol sebagai ganti atas seijin dari asisten laboratorium. Hal

ini menyebabkan sedikit pergeseran angka penyabunan dibandingkan dengan

penyabunan menggunakan KOH-etanol.

4. Penetapan bilangan Iodium

Timbang lebih kurang 2 gram zat dalam labu Erlenmeyer bertutup gelas, larutkan

dalam 10 ml CHCl3 dan berturut-turut tambahkan 25 ml KBrO3 0,2 N; 1,5 gram KBr

Page 9: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

yang telah dilarutkan dalam 5 ml air dan 7 ml HCL 4 N. Simpan labu di tempat gelap

selama 1 jam. Buka sumbat, tambahkan 7 ml larutan natrium tiosulfat 0,1 N dan

kocok kuat-kuat. Lakukan titrasi blangko.

Bilangan Iodium : ( b – a) x N Na2S2O3 x 100 x 0,1269/g

a adalah jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi zat uji

b adalah jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi blangko

g adalah berat zat yang digunakan

Berikut merupakan penentuan bilangan Iodium:

• Jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi zat uji (a) = 15,3 ml

• Jumlah Na2S2O3 0,1 N yang dibutuhkan untuk titrasi blanko (b) = 23,9 ml

Jadi bilangan Iodiumnya:

(23,9 – 15,3) x 0,1 x 100 x 0,1269 /2 = 10,9134/gr mentega

5. Ekstraksi kolesterol dari merah telur

Mula-mula telur dipecahkan dan dikeluarkan isinya, kemudian bagian kuning telur

dipisahkan dari putihnya, kuning telur dimasukkan kedalam gelas piala 100 ml dan

ditimbang beratnya.

Sebanyak 25 ml metanol dalam 12,5 kloroform berturut-turut dituangkan kedalam

gelas piala yang berisi kuning telur, lalu diaduk dan didiamkan selama 10 menit.

Selanjutnya campuran tersebut disaring dengan kertas saring n0.40 yang telah

dibasahkan sebelumnya dengan alkohol, dan ditampung ke dalam gelas piala kering.

Endapan yang terbentuk dibilas dengan 20 ml campuran metanol-kloroform 2:1 (v/v).

Hasil bilasan tersebut disatukan dengan filtrat. Larutan KCL 1 % kemudian

ditambahkan kedalam campuran filtrat dan hasil bilasan dengan volume 1:1.

Seluruh campuran larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah lalu

dikocok-kocok hingga terbentuk dua bagian larutan, larutan kloroform akan berada di

bagian bawah corong pemisah.

Kemudian larutan kloroform yang melarutkan kolesterol hasil ekstraksi diambil

sebanyak 10 ml dan ditampung dalam vial 25 ml, lalu disimpan dalam lemari

pendingin untuk analisis kadar kolesterol.

Page 10: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Berikut merupakan hasil pengamatan pada ekstraksi kolesterol dari merah telur:

Terbentuk dua lapisan larutan yang bagian atasnya berwarna putih keruh dan pada

bagian bawahnya berwarna kuning. Cairan tersebut kemudian dipisahkan dengan

corong pemisah, diambil bagian bawahnya yang berwarna kuning kurang lebih

volumenya 10 ml.

6. Percobaan-percobaan dengan kolesterol

a. Reaksi Salkowski

Percobaan ini memerlukan alat-alat yang kering benar.

Metode:

1 ml larutan kolesterol 0,05 % dalam kloroform dicampur berhati-hati dengan 1

ml H2SO4 pekat. Setelah kedua lapisan cairan berpisah lagi akan timbul berturut-

turut warna merah, biru, ungu dalam lapisan kloroform. Selai dari itu dalam

lapisan asam akan tampak fluorosensi kuning.

Berikut merupakan hasil pengamatan reaksi Salkowski:

Reaksi Salkowski Pengamatan

Larutan standar Terbentuk dua lapisan cairan berwarna merah muda dan bening

Larutan ekstrak Terbentuk dua lapisan cairan berwarna merah cokelat dan

merah keunguan

b. Reaksi Liebermann-Burchard

Metode:

1 ml larutan kolesterol standar 0,05 % dalam kloroform ditambah dengan 1 ml

pereaksi Liebermann-Buchard (asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat 10:2).

Kocoklah hati-hati dan perhatikan warna-warna yang timbul.

Berikut merupakan hasil pengamatan reaksi Liebermann-Buchard:

Reaksi Liebermann-Burchard Pengamatan

Larutan standar: terbentuk warna hijau + asam asetat anhidrat 10 tetes + 3 tetes

H2SO4(p)

Page 11: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Ekstrak kolesterol: terbentuk warna hijau yang pekat + asam asetat anhidrat 10

tetes + 3 tetes H2SO4(p)

V. Pembahasan

1. Percobaan daya larut

Pada tes kelarutan didapat hasil bahwa lemak domba dan minyak kelapa yang

bersifat nonpolar larut dalam eter dan kloroform karena keduanya merupakan pelarut

organik (nonpolar). Sedangkan pada pelarut polar seperti air dan alkohol, lemak

domba dan minyak kelapa tidak dapat larut. Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut

ditentukan oleh banyak hal, antara lain adalah sifat kepolaran zat dan pelarutnya.

Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak

dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan

adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi

dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol,

sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.

Pada tes bercak lemak, adanya bercak transparan pada kertas saring menandakan

adanya lemak pada zat tersebut. Pada zat dalam pelarut eter terdapat bercak karena

lemak domba telah larut sehingga terbawa pada saat penetesan dan dapat membuat

bercak pada kertas.

Pengaruh Na2CO3 terhadap kestabilan emulsi adalah: dengan adanya logam Na

menyebabkan emulsi menjadi cepat pecah (terpisah menjadi dua komponennya

kembali). Pada saat minyak dikocok bersama air akan terjadi emulsi minyak dalam

air, ditandai dengan adanya kekeruhan / larutan berwarna putih. Setelah ditambah

Na2CO3, emulsi langsung pecah ditandai dengan adanya lapisan minyak (berwarna

kuning) pada permukaan, lapisan air pada bagian bawah, dengan sedikit kekeruhan

pada bagian tengah larutan.

2. Percobaan untuk menyatakan ikatan tak jenuh

Page 12: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Percobaan ini dilakukan untuk menyatakan adanya ikatan tak jenuh dalam suatu

lemak atau minyak. Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak kelapa, margarin,

dan lemak padat berupa adeps lanae. Ketiga zat tersebut dilarutkan dalam kloroform

karena tidak larut dalam air. Setelah itu, ditambahkan larutan iodium sama banyak

pada ketiga zat.

Reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh iod. Iod akan memutus ikatan rangkap

yang terdapat molekul zat, kemudian iod tersebut akan menggantikan posisi dari

ikatan rangkap tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam

molekul zat akan berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika teradisi

semuanya oleh iod). Dengan adanya reaksi ini, maka warna larutan iod akan hilang.

Minyak kelapa mengandung triasil gliserol dengan 80-85 % asam lemak jenuh.

Asam lemak utama yang terdapat dalam minyak kelapa adalah asam laurat dan asam

miristat (merupakan asam lemak dengan bobot molekul rendah dan memiliki

bilangan penyabunan yang tinggi). Selain itu, minyak kelapa juga mengandung asam

kaprilat, asam kaprat, dan asam oleat.

Margarin merupakan salah satu produk makanan konsumsi sehari-hari yang dibuat

dengan menggunakan bahan baku lemak nabati. Margarin dibuat melalui proses

hidrogenasi asam lemak tak jenuh yang bersumber dari tanaman. Margarin adalah

emulsi air dalam minyak yang berbentuk padat. Komposisi dari margarin menurut

British Nutrition Foundation adalah :

• Lemak (minimum 80 %, tetapi kurang dari 90 %)

• Lemak susu (maksimum 3 % dari total lemak)

• Vitamin A 940-960 IU per ounce (800-100 µg setiap 100 g)

• Vitamin D 80-100 IU per ounce (7,05-8,82 µg setiap 100 g)

Adeps lanae (lemak bulu domba, lanolin) adalah zat serupa lemak yang

dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne (Familia Bovidae) yang

dibersihkan dan dihilangakan warna dan baunya. Adeps lanae mengandung air tidak

lebih dari 0,25 % dan boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih dari

0,02 %. Adeps lanae mengandung kolesterol, alkohol dan isokolesterol, bersama

dengan berbagai ester lainnya. Selain itu, juga terdapat asam lanoserat, asam

Page 13: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

lanopalmitat, asam karnaubat, asam miristat, asam oleat, dan mungkin asam serotat

serta asam palmitat.

Pada hasil percobaan, minyak kelapa, margarin dan adeps lanae memberikan hasil

positif yaitu dengan hilangnya warna larutan iod (ungu). Minyak kelapa

menghasilkan warna jingga jernih, margarin menghasilkan warna jingga keruh, dan

adeps lanae menghasilkan warna kuning. Hal itu berarti pada ketiga zat itu, terdapat

ikatan tak jenuh (ikatan rangkap) sehingga dengan penambahan larutan iodium,

terjadi reaksi adisi yang menyebabkan hilangnya warna larutan iod. Ikatan tak jenuh

yang terdapat dalam margarin lebih banyak daripada ikatan tak jenuh dalam adeps

lanae dan minyak kelapa (ikatan tak jenuh dalam margarin > minyak kelapa > adeps

lanae). Hal tersebut dapat disimpulkan dari intensitas warna yang terbentuk (jingga

keruh > jingga jernih > kuning).

3. Penetapan Angka Penyabunan

Menurut Farmakope edisi III, bilangan penyabunan adalah bilangan yang

menunjukkan jumlah mg kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam

lemak bebas dan menyabunkan ester yang terdapat dalam 1 g zat uji. Caranya adalah

dengan menentukan jumlah kelebihan KOH yang tersisa setelah saponifikasi.

Pada percobaan, yang dihitung adalah angka sabun dari margarin. Mula –mula

margarin dilelehkan dahulu, kemudian ditimbang 2 gram ke dalam labu erlenmeyer,

lalu tambahkan 25 ml larutan KOH-etanol 0,5 N. Etanol digunakan karena margarin

tidak dapat larut dalam air, maka untuk meningkatkan kelarutan margarin digunakan

etanol. Setelah itu lakukan reflux. Caranya adalah pada bagian atas labu erlenmeyer

(yang telah berisi margarin yang dicampur dengan KOH-etanol) diberi corong yang

ditutup dengan kaca arloji yang bagian atasnya diberi kapas basah. Lalu dimasukkan

ke dalam penangas air selam 30 menit. Dengan adanya pemanasan dan penambahan

alkali (KOH) maka margarin akan membentuk gliserol dan sabun atau garam asam

lemak. Proses ini lebih dikenal dengan nama saponifikasi. Kemudian dilakukan

titrasi dengan HCl 0,5 N dan 1 ml phenolftalein sebagai indikator. Titrasi HCl akan

menetralkan KOH yang berlebih dan terbentuklah endapan putih garam netral KCl.

Serta kelebihan HCl akan mengubah sabun menjadi asam lemaknya. Larutan HCl

Page 14: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

tersebut digunakan untuk mengetahui sisa KOH yang tidak bereaksi. Selisih antara

titrasi blanko dengan larutan yang berisi zat uji adalah jumlah KOH yang digunakan

untuk menyabunkan lemak. Titik akhir titrasi diperoleh apabila warna larutan telah

berubah dari merah muda menjadi tidak berwarna. Prosedur ini dilakukan baik

terhadap larutan yang berisi zat uji maupun terhadap blanko.

Dari penentuan angka sabun ini dapat ditentukan atau diperkirakan panjang rantai

karbon dalam gugus asam dari molekul minyak atau lemak dan dapat juga ditentukan

jumlah asam yang terikat pada ester. Besar kecilnya angka penyabunan tergantung

pada panjang pendeknya rantai karbon asam lemak. Atau dengan kata lain besarnya

angka penyabunan tergantung pada berat molekul asam lemak tersebut. Makin besar

berat molekul lemak maka makin makin kecil bilangan penyabunannya, seperti

tampak pada tabel berikut :

Angka penyabunan yang diperkirakan Berat sample (gram)

0-59 10,0-12,0

60-79 9,0-11,0

80-99 7,0-8,6

100-119 5,7-7,0

120-139 4,9-5,9

140-149 4,2-5,1

160-179 3,9-4,8

180-199 3,3-4,1

200-219 3,0-3,7

220-239 2,7-3,4

240-259 2,5-3,1

260-300 2,2-2,7

Setelah semua asam lemak bereaksi dengan KOH akan terjadi reaksi :

KOH + HCl → KCl + H2O

Setelah semua KOH habis, reaksinya :

Page 15: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

H+ + PP → tidak berwarna

Untuk menghitung angka penyabunan digunakan rumus :

a = jumlah HCl 0,5 N untuk titrasi larutan yang berisi zat uji

b = jumlah HCl 0,5 N untuk titrasi blanko

Namun, pada percobaan kali ini, praktikan tidak menggunakan KOH melainkan

NaOH, namun pada prinsipnya adalah sama.

4. Penetapan Bilangan Iodium

Menurut Farmakope Indonesia edisi III bilangan Iodium adalah bilangan yang

menunjukkan jumlah gram Iodium yang diserap oleh 100 gram zat.

o Bila bilangan iod 130 : drying oils

Angka iodium dapat digunakan untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam

lemak yang terkandung di dalamnya, tetapi tidak dapat memberikan informasi yang

signifikan mengenai jumlah ikatan tidak jenuh yang ada dalam sampel. Dari sumber

yang praktikan dapatkan, dapat dinyatakan bilangan iodium sebagai berikut:

Asam Lemak Jumlah Ikatan Rangkap Bilangan Iodin

Asam Palmitat 1 95

Asam Oleat 1 86

Asam Linoleat 2 173

Asam Linolenat 3 261

Asam Arakidonat 4 320

Pada zat uji, dalam hal ini margarin yang telah dilelehkan ditimbang 2 gram, setelah

itu dilarutkan dalam 10 ml kloroform, dan dicampurkan dengan 25 ml KBrO3 0,2 N

dan 1,5 gram KBr yang dilarutkan dalam 5 ml air dan 7 ml HCl 4 N. kemudian

diamkan selama 1 jam di tempat gelap. Setelah itu ditambahkan larutan KI 16 % 7 ml

yang akan membetuk warna larutan coklat. Pada pendiaman selama 1 jam tersebut

akan terbentuk Br2. Br2 dihasilkan dari proses reduksi BrO3- (Br yang berasal dari

KBr dioksidasi oleh Br dari KBrO3 membentuk Br2). Br2 yang dihasilkan kemudian

sebagian akan mengadisi margarin dan sebagian lagi akan bereaksi dengan larutan KI

(I-) membentuk I2, yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 menjadi I- kembali.

Page 16: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

Br2 yang mengoksidasi I- menjadi I2 menyebabkan larutan berwarna coklat.

Semakin banyak volume Na2S2O3, makin banyak I2 direduksi menjadi I-, sehingga

menjadi larutan tidak berwarna. Maksud pendiaman di tempat gelap selama 1 jam

setelah margarin dilarutkan dengan bermacam-macam pelarut dan sebelum bereaksi

dengan KI adalah supaya BrO3- sebanyak mungkin tereduksi menjadi Br2, sehingga

akan banyak bereaksi dengan zat dan larutan KI. Reaksi lengkapnya adalah :

6 Br2 + 6 H2O2 BrO3- + 10 Br – + 12 H+

Bagian Br2 lainnya akan bereaksi dengan penambahan larutan KI :

I2 + 2 Br – (larutan menjadi berwarna coklat)Br2 + 2 I-

I2 yang terbentuk dititrasi denagn menggunakan larutan natrium tiosulfat, dengan

reaksi :

2 I- + S4O62- (larutan menjadi jernih)I2 + 2 S2O32-

Titrasi dihentikan apabila telah terjadi perubahan warna larutan dari coklat

menjadi tidak berwarna dan pada bagian bawah larutan terdapat endapan berwarna

kuning muda. Titrasi dilakukan dengan menutup mulut erlenmeyer dengan plastik

untuk menghindari penguapan I2.

Dari percobaan dibutuhkan larutan natrium tiosulfat sebanyak 7,515 ml untuk

larutan uji dan 54,650 ml untuk larutan blanko. Perhitungan bilangan iodium dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus :

(b-a) x N Na2S2O3 x 100 x 0,1269/g

b = jumlah ml Na2S2O3 0,1 N untuk titrasi blanko

a = jumlah ml Na2S2O3 0,1 N untuk titrasi zat uji

5. Ekstraksi kolesterol dari merah telur

Pertama-tama, praktikan memisahkan kuning telur dari putihnya. Putih telur

mengandung protein berupa albumin. Sedangkan kuning telur mengandung berbagai

fosfolipid dalam jumlah yang sebanding dengan berat merah telur. Kemudian kuning

telur dipisahkan dari putihnya. Merah telur diaduk dengan campuran 25 ml alcohol

dan 12.5 ml eter, diamkan sambil dikocok sewaktu-waktu selama 10 menit. Saring ke

dalam beaker kering melalui kertas saring yang dibasahi dengan alcohol. Cuci residu

di atas kertas saring dengan 10 ml larutan alcohol-eter segar yang dipakai untuk

Page 17: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

ekastraksi. Uapkan filtrat hingga kering diatas waterbath, larutkan residu di dalam 10

ml eter,tuang perlahan-lahan ke dalam 30 ml aseton sambil diaduk. Endapan yang

terjadi adalah lesitin(fosfolipid).

Lesitin atau fosfatidilkolin adalah senyawa fosfogliserol yang mengandung kolin

(lesitin mengandung gliserol, asam lemak, asam fosfat, dan kolin). Senyawa ini

adalah fosfolipid kolin terdapat dengan jumlah terbanyak di dalam membran sel dan

menunjukkan proporsi simpanan kolin yang besar pada tubuh. Kolin sangat penting

dalam proses transmisi saraf dan sebagai simpanan, gugus metil yang labil. Lesitin

dapat diperoleh dari hewan, kuning telur, kecambah, gandum, ragi, dan kedelai.

Pemisahan fosfatidilkolin dari lemak dan kolesterol dilakukan dengan pelarut eter

dan aseton. Lesitin memiliki gugus kolin yang bermuatan positif sehingga lebih larut

dalam eter dan kurang larut dalam aseton. Hal ini disebabkan eter memiliki elektron

bebas yang dapat diserang oleh muatan positif dari kolin sehingga kolin lebih larut

dalam eter daripada aseton yang tidak memiliki elektron bebas.

Filtrat yang diperoleh dari penyaringan lesitin (eter-aseton) diuapkan diatas

waterbath sampai menghasilkan suatu pasta. Kemudian, ditambahkan 15 ml larutan

KOH dalam etanol 10% lalu disaring. Endapannya adalah sabun, sedangkan

filtratnya mengandung kolesterol yang berwarna kuning kemerahan/ kecoklatan

(berupa sabun).

Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen penting

struktural yang membentuk membran sel serta lapisan eksternal lipoprotein plasma.

Kolesterol masuk ke dalam membran bilayer (membran sel) dengan gugus

hidroksilnya mengarah ke fase air dan cincin hidrofobiknya berdekatan dengan gugus

lemak dan fosfolipid. Gugus hidroksil dari kolesterol membentuk ikatan hidrogen

dengan gugus polar fosfolipid.

Kolesterol disintesis dari asetil-koA dalam banyak jaringan dan dikeluarkan dari

tubuh lewat empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid dalam

tubuh, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. Kolesterol

terdapat dalam segala macam makanan yabg berasal dari hewan seperti kuning telur,

daging hati, dan otak.

Page 18: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

6. Reaksi Liebermann-Burchard (blanko)

Percobaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol dengn adanya

pereaksi asam astat anhidrad dan H2SO4 (p) akan memberikan perubahan warna dari

ungumerah menjadi biru dan kemudian hijau dengan sedikit endapan hitam yang

melayang yang disebabkan adanya gugus kromofor dan auksokrom pada kolesterol.

VI. Kesimpulan

1. Lipid (lemak) larut dalam pelarut organik yang bersifat nonpolar. Pada percobaan

untuk menyatakan ikatan tak jenuh terjadi reaksi adisi I2 dengan ketiga zat uji, yaitu

margarin, adeps lanae dan minyak kelapa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

perubahan warna.

2. Angka penyabunan = 29,4525/gr lemak domba

3. Bilangan Iodium = 10,9134/gr mentega

4. Kolesterol dapat diuji dengan reaksi Liebermann-Burchard karena kolesterol

mempunyai gugus kromofor yang memberikan warna dan mempunyai serapan pada

panjang gelombang tertentu.

5. Pada minyak kelapa, margarin, dan lemak padat (adeps lanae) terdapat ikatan tak

jenuh yang dapat dibuktikan dengan hilangnya warna iodium.

Page 19: Laporan Praktikum Biokimia Lipid

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

halaman 57-58.

Murray, Robert K. et al. 2003. Biokimia Harper Edisi ke-25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

halaman 156, 277, 564.

http://www.nutrition.org.uk/information/foodandingredients/marg.html